Bab Iv
Bab Iv
DIZZINESS
3.1 Definisi
“Dizziness” atau pusing adalah istilah umum yang digunakan
untuk menggambarkan berbagai sensasi akibat gangguan keseimbangan,
seperti rasa lemas, lemah atau goyah (oleng). Berbeda dengan vertigo,
dizziness atau pusing merupakan suatu keluhan yang umum terjadi akibat
perasaan disorientasi, biasanya dipengaruhi oleh persepsi posisi terhadap
lingkungan. Dizziness sendiri mempunyai empat subtipe, yaitu vertigo,
disekuilibrium, presinkop, dan pusing psikofisiologis7.
3.3 Etiologi
Pusing memiliki banyak kemungkinan penyebab, termasuk
gangguan telinga bagian dalam, mabuk dan efek obat. Kadang-kadang
disebabkan oleh kondisi kesehatan yang mendasarinya, seperti kondisi
sirkulasi yang buruk, infeksi atau cedera. Cara pusing dapat memberikan
petunjuk untuk kemungkinan penyebabnya. Berapa lama pusing
berlangsung dan gejala lain yang juga menyertai dapat membantu
menemukan etiologi yang mendasarinya2,7.
3.4 Diagnosis
Diagnosis pada pasien dapat ditegakkan dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Sekitar 20-40% pasien dapat didiagnosis segera setelah
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis juga dapat ditentukan
berdasarkan komplek gejala yang terdapat pada pasien. Deskripsi awal
pusing bisa sulit diperoleh karena respons pasien tidak selalu konsisten.
Oleh karena itu, anamnesis harus fokus pada apa jenis sensasi yang pasien
rasakan. Pasien juga perlu ditanya mengenai sejarah pengobatan karena
keluhan pusing (terutama akibat hipotensi ortostatik) dapat merupakan
efek samping dari penggunaan obat-obatan. Pasien juga harus ditanya
tentang riwayat konsumsi kafein, nikotin, dan asupan alkohol serta riwayat
trauma kepala. Insiden pusing dengan cedera kepala dilaporkan sebanyak
78-80 persen.3
Tujuan utama dari pemeriksaan fisik adalah untuk mereproduksi
menimbulkan keluhan pusing di ruang pemeriksaan. Ada beberapa tes
pemeriksaan fisik sederhana yang dapat dilakukan untuk membantu dalam
tujuan ini, yaitu :3,8
A. Pemeriksaan Kardiovaskular melalui Tanda Vital
Pertama, tekanan darah harus diukur sedangkan pasien
dalam posisi terlentang dan kemudian diukur lagi setidaknya
satu menit setelah pasien berdiri. Penurunan tekanan darah
sistolik ≥ 20 mmHg, penurunan tekanan darah diastolik ≥ 10
mm Hg, atau peningkatan denyut nadi ≥ 30 denyut per menit
menunjukkan adanya hipotensi ortostatik.
B. Tes Pendengaran
Dapat dengan menggunakan uji garpu tala maupun
audiometri. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
keluhan pusing disertai dengan gangguan pendengaran.
C. Pemeriksaan fungsi keseimbangan dapat dilakukan mulai dari
pemeriksaan yang sederhana yaitu :
Uji romberg : berdiri, lengan dilipat di dada, mata
ditutup dapat dipertajam (sharp romberg) dengan
memposisikan kaki tandem depan belakang, lengan
dilipat di dada, mata tertutup. Pada orang normal
dapat berdiri lebih dari 30 detik.
Uji berjalan (stepping test) : berjalan di tempat 50
langkah, bila tempat berubah melebihi jarak 1 meter
dan badan berputar lebih dari 30 derajat berarti
terdapat gangguan keseimbangan.
D. Pemeriksaan fungsi serebelum : Past pointing test, dilakukan
dengan merentangkan tangan diangkat tinggi, kemudian
telunjuk menyentuh telunjuk yang lain dengan mata tertutup.
Tes jari hidung, dilakukan dalam posisi duduk pasien diminta
menunjuk hidung dengan jari dalam keadaan mata terbuka dan
tertutup.
E. Tes Hallpike (uji posisional)
Pemeriksaan Dix-Hallpike adalah tes diagnostik untuk
keluhan pusing pada BPPV jika hasilnya positif, tetapi tidak
mengesampingkan diagnosis BPPV jika hasilnya negatif.
Manuver ini dilakukan di atas meja pemeriksaan datar.
Sementara pasien dalam posisi duduk, dokter memiringkan
kepala pasien 45 derajat ke salah satu sisi, kemudian dengan
cepat meletakkan pasien ke posisi telentang dengan kepala
menggantung sekitar 20 derajat di ujung meja dan mengamati
mata pasien selama kurang lebih 30 detik. Manuver ini
diulangi dengan kepala berpaling ke sisi yang berlawanan.
Nystagmus adalah diagnostik gangguan vestibular di telinga.
Biasanya ada periode laten beberapa detik sebelum pasien
mengalami nystagmus, dan sensasi vertigo sampai satu menit.
Sensitivitas dari manuver Dix-Hallpike adalah 50-88 persen
untuk BPPV. Lesi padaa labirin dan saraf kranial VIII
(vestibulocochlear) umumnya menghasilkan nystagmus
spontan. Gerakan mata saccadic terkait dengan pasien
mengikuti gerakan jari dokter karena bergerak secara perlahan
ke kiri, kanan, atas, dan bawah dapat berhubungan dengan
penyebab utama, seperti gangguan pada batang otak atau
penyakit cerebellar. Tes lain yang dapat menimbulkan
nistagmus dilakukan dengan meletakkan pasien bersandar ke
depan 30 derajat sementara dokter menggerakkan kepala
pasien bolak-balik selama 20 detik. Kehadiran nystagmus
menunjukkan penyebab perifer ke arah ipsilateral dari
nystagmus.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lainnya termasuk pemeriksaan penunjang
kardiovaskular menyeluruh harus dilakukan pada semua pasien
dengan keluhan pusing. Namun, tes seperti elektrokardiografi,
dan pemeriksaan USG Doppler harus dilakukan hanya jika
terdapat kecurigaan penyakit jantung yang menyertai.
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan, yaitu :
Audiogram, untuk menilai pendengaran.
Abnormalitas dari hasil pemeriksaan memberikan
kesan vertigo otologik. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk menyingkirkan diagnosis vertigo otologik dari
vertigo lain.
Brainstem Auditory Evoked Potensial (BAEP). Test
nurofisiologi ini dipergunakan bila diduga adanya
carebellopontine tumor, terutama neuroma akustikus
atau multiple sklerosis. Kombinasi pemeriksaan
BERA dan CT Scan dapat menunjukkan konfirmasi
diagnostik tumor.
Otoacoustic Emission (OAE) menilai suara dari
telinga pasien sendiri. Cara ini cepat dan sederhana.
OAE berguna dalam mendeteksi malingering,
gangguan pendengaran sentral dan pasien dengan
neuropati auditorik. Dalam situasi ini, OAE dapat
dilakukan bahkan bila pendengaran subjektif
berkurang. OAE biasanya tidak membantu pada
orang- orang usia > 60 tahun karena OAE menurun
dengan usia.
Electrocochleografi (ECOG) adalah sebuah
pemeriksaan potensi bangkitan yang menggunakan
electrode perekam yang diposisikan dalam gendang
telinga. ECOG yang abnormal memberi kesan
penyakit Meniere.
ENG (Elektronistagmografi) adalah suatu
pemeriksaan yang dilakukan untuk memonitor
gerakan bola mata. Merupakan prosedur beruntun
yang dapat mengidentifikasi vestibular asimetris
(seperti yang disebabkan oleh neuritis vestibular) dan
membuktikan adanya nistagmus spontan maupun
yang dipengaruhi oleh posisi (seperti pada BPPV).
Gambar 15. Algoritma pasien dengan keluhan pusing1
1) Manuver Brand-Daroff
Metode terapi fisik Brand-Daroff meliputi :
a. Pasien duduk tegak di tepi tempat tidur dengan kedua tungkai
tergantung.
b. Dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke
salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik.
c. Setelah itu duduk kembali selama 30 detik.
d. Baringkan tubuh dengan cepat ke sisi yang lain, pertahankan
selama 30 detik.
e. Lalu duduk kembali.
f. Latihan ini dilakukan cukup 1-2 kali kiri kanan pada
permulaan latihan, dengan frekuensi makin lama makin
bertambah.
Gambar 17. Gerakan Brand-Darrof1
2) Cawthorne-Cooksey Exercises
Tujuan dari latihan Cawthorne-Cooksey termasuk relaksasi otot
otot leher dan bahu, melatih mata untuk bergerak secara
independen dari kepala, berlatih keseimbangan yang baik dalam
situasi sehari-hari, berlatih gerakan kepala yang menyebabkan
pusing (untuk membantu pengembangan kompensasi vestibular),
dan meningkatkan koordinasi umum. Latihan ini meliputi :
a. Latihan mata dan kepala
Pegang objek pada lengan tegak lurus di depan, kemudian :
Fokus pada objek sambil menggerakkan kepala sejauh
mungkin ke kanan kemudian ke kiri
Ulangi dengan menggerakkan kepala ke atas dan ke
bawah
Focus pada objek sambil menggerakkan tangan dan
kepala dari kiri ke kanan
Focus pada objek sambil menggerakkan tangan dan
kepala ke atas dan ke bawah
c. Reposisi Canalith
Tujuan dari prosedur reposisi Canalith (CRP) adalah untuk mengobati
pasien akibat partikel atau otoliths terperangkap di kanalis
semisirkularis posterior di dalam telinga bagian dalam (labirin)
menyebabkan pusing berputar. CRP melibatkan serangkaian gerakan
kepala dan tubuh bagian atas. Dua manuver CRP yang utama adalah
manuver Epley dan manuver Semont.1,10
1) Manuver Epley
Manuver Epley adalah yang paling sering digunakan pada
kanal posterior. Pasien diminta untuk menolehkan kepala ke sisi
yang sakit sebesar 45 derajat, lalu pasien berbaring dengan kepala
tergantung dan dipertahankan 1-2 menit. Lalu kepala ditolehkan
90 derajat ke sisi sebaliknya, dan posisi supinasi berubah menjadi
lateral dekubitus dan dipertahan 30-60 detik. Setelah itu pasien
mengistirahatkan dagu pada pundaknya dan kembali ke posisi
duduk secara perlahan.