Anda di halaman 1dari 20

BAB III

DIZZINESS

3.1 Definisi
“Dizziness” atau pusing adalah istilah umum yang digunakan
untuk menggambarkan berbagai sensasi akibat gangguan keseimbangan,
seperti rasa lemas, lemah atau goyah (oleng). Berbeda dengan vertigo,
dizziness atau pusing merupakan suatu keluhan yang umum terjadi akibat
perasaan disorientasi, biasanya dipengaruhi oleh persepsi posisi terhadap
lingkungan. Dizziness sendiri mempunyai empat subtipe, yaitu vertigo,
disekuilibrium, presinkop, dan pusing psikofisiologis7.

Gambar 11. Subtipe dizziness7

Pusing adalah salah satu alasan yang umum pasien mengunjungi


dokter. Pusing yang hilang timbul atau pusing yang menetap dapat secara
signifikan mempengaruhi kehidupan. Akan tetapi pusing umumnya bukan
merupakan suatu pertanda dari penyakit yang mengancam jiwa7.
Pengobatan pusing tergantung pada gejala dan penyebab.
Pengobatan yang diberikan biasanya efektif, tetapi gejala dapat terus
muncul7.

3.2 Tanda dan Gejala


Pasien yang mengalami pusing mungkin menggambarkannya
sebagai salah satu dari sejumlah sensasi, seperti1,7:
 Sebuah rasa gerak atau berputar palsu (vertigo)
 Perasaan tubuh ringan
 Merasa goyang atau kehilangan keseimbangan
 Perasaan mengambang atau kepala terasa berat

Perasaan ini mungkin dipicu atau diperburuk dengan berjalan,


berdiri atau menggerakkan kepala. Pusing mungkin disertai dengan gejala
lain seperti mual atau muntah. Episode dari pusing bisa berlangsung
beberapa detik atau sampai berhari-hari dan bisa kambuh. Beberapa hal
berikut harus diperhatikan jika mengalami pusing dengan1,7:

 Sakit kepala berat yang mendadak


 Muntah terus-menerus
 Sebuah perubahan mendadak dalam berbicara, penglihatan
atau pendengaran
 Tersandung atau kesulitan berjalan
 Pingsan
 Nyeri dada atau detak jantung tidak teratur
 Mati rasa atau kelemahan
 Sesak napas
 Demam tinggi
 Kekakuan pada leher
 Mengalami cedera kepala
 Kejang

3.3 Etiologi
Pusing memiliki banyak kemungkinan penyebab, termasuk
gangguan telinga bagian dalam, mabuk dan efek obat. Kadang-kadang
disebabkan oleh kondisi kesehatan yang mendasarinya, seperti kondisi
sirkulasi yang buruk, infeksi atau cedera. Cara pusing dapat memberikan
petunjuk untuk kemungkinan penyebabnya. Berapa lama pusing
berlangsung dan gejala lain yang juga menyertai dapat membantu
menemukan etiologi yang mendasarinya2,7.

Gambar 12. Penyebab keluhan pusing1

A. Masalah telinga bagian dalam yang menyebabkan pusing berputar


(vertigo). Sensasi keseimbangan tergantung pada kombinasi dari
berbagai bagian dari sistem sensorik, meliputi7 :
 Mata, yang membantu menentukan di mana tubuh dalam
ruang dan bagaimana tubuh bergerak
 Saraf sensorik, yang mengirim pesan ke otak mengenai
gerakan dan posisi tubuh
 Telinga bagian dalam, yang membantu dalam mendeteksi
gravitasi dan gerakan maju mundur

Vertigo adalah sensai palsu bahwa sekitar lingkungan sekitar


berputar atau bergerak. Adanya gangguan telinga bagian dalam,
membuat otak menerima sinyal dari telinga bagian dalam yang tidak
konsisten dengan apa yang mata dan saraf sensorik terima. Sehingga,
vertigo merupakan akibat dari sensasi yang berbeda-beda yang
diterima di otak. Penyebab vertigo paling sering :7

1) Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV). Kondisi ini


menyebabkan rasa berputar atau bergerak palsu yang intens
dan singkat. Episode ini dipicu oleh perubahan yang cepat
dalam gerakan kepala, seperti ketika bangun dari tempat
tidur, duduk atau mengalami pukulan di kepala. BPPV
merupakan penyebab paling umum dari vertigo.
2) Infeksi. Sebuah infeksi virus pada saraf vestibular, yang
disebut vestibular neuritis, dapat menyebabkan vertigo yang
intens dan konstan. Jika juga terdapat gangguan pendengaran
yang mendadak, mungkin harus dicurigai labyrinthitis.
3) Penyakit Meniere. Penyakit ini melibatkan penumpukan
cairan yang berlebihan di telinga bagian. Hal ini ditandai
dengan episode vertigo yang tiba-tiba dan berlangsung
selama beberapa jam, gangguan pendengaran fluktuatif,
bunyi berdenging di telinga dan perasaan telinga tertarik.
4) Migrain. Orang yang mengalami migrain mungkin memiliki
episode vertigo atau jenis lain dari pusing bahkan ketika
mereka tidak memiliki sakit kepala parah. episode vertigo
tersebut dapat berlangsung beberapa menit sampai berjam-
jam dan mungkin terkait dengan nyeri kepala, serta
sensitifitas terhadap cahaya maupun bising.

Gangguan pendengaran dan durasi gejala membantu


mempersempit diagnosis banding lebih lanjut pada pasien dengan
vertigo. Vertigo dengan gangguan pendengaran biasanya disebabkan
oleh penyakit Meniere atau labyrinthitis, sedangkan vertigo tanpa
gangguan pendengaran lebih mungkin disebabkan oleh BPPV atau
neuritis vestibular. Gejala pendengaran unilateral membantu
melokalisasi penyebabnya untuk kelainan anatomi, terutama pada
pasien dengan penyakit perifer. vertigo episodik cenderung disebabkan
oleh BPPV atau penyakit Meniere, sedangkan vertigo persisten dapat
disebabkan oleh neuritis vestibular atau labyrinthitis. Vertigo migren,
atau migrain vestibular, adalah penyebab lain vertigo yang
mempengaruhi sekitar 3 persen dari populasi umum dan sekitar 10
persen orang dengan migrain. Diagnosis ini harus dipertimbangkan
setelah penyebab lain dari vertigo telah dikesampingkan.
Diagnosis vertigo migrain didirikan pada pasien dengan riwayat vertigo
episodik dengan migrain saat atau sejarah migrain dan salah satu gejala
berikut selama setidaknya dua episode vertigo: migrain, fotofobia,
fonofobia, atau aura1,5.

B. Masalah sirkulasi yang menyebabkan pusing. Pusing, pingsan atau


kehilangan keseimbangan dapat terjadi jika jantung tidak memompa
cukup darah ke otak. Penyebabnya antara lain8:
 Penurunan tekanan darah. Sebuah penurunan tekanan darah
sistolik yang drastis dapat menyebabkan pusing yang singkat
atau perasaan ingin pingsan. Hal ini dapat terjadi setelah
duduk atau berdiri terlalu cepat. Kondisi ini juga disebut
hipotensi ortostatik.
 Sirkulasi darah yang buruk. Kondisi seperti kardiomiopati,
serangan jantung, aritmia jantung dan serangan iskemik
transien bisa menyebabkan pusing. Dan penurunan volume
darah dapat menyebabkan aliran darah tidak memadai ke otak
atau telinga bagian dalam.

C. Penyebab lain pusing


Beberapa hal lain yang dapat menyebabkan keluhan pusing, seperti
:9
 Kondisi neurologis. Beberapa gangguan neurologis, seperti
penyakit Parkinson dan multiple sclerosis dapat
menyebabkan hilangnya sensasi keseimbangan yang
progresif.
 Obat. Pusing bisa menjadi efek samping dari obat tertentu
seperti obat antikejang, antidepresan, dan obat penenang
(sedasi). Secara khusus, obat dapat menurunkan tekanan
darah dan dapat menyebabkan pingsan jika penurunan
tekanan darah terlalu banyak.
 Gangguan kecemasan. gangguan kecemasan tertentu dapat
menyebabkan perasaan pusing. Hal ini termasuk serangan
panik dan takut meninggalkan rumah atau berada di ruang
terbuka (agorafobia). Depresi dan keracunan alkohol juga
telah ditemukan pada pasien dengan keluhan pusing. Sindrom
hiperventilasi merupakan penyebab penting. Meskipun
kondisi dapat dikaitkan dengan gangguan kecemasan, banyak
pasien tanpa pengalaman kecemasan mengalami
hiperventilasi. Hiperventilasi didefinisikan sebagai bernapas
lebih cepat, menyebabkan alkalosis pernafasan dan pusing
serta keluhan lain seperti nyeri dada, paraesthesias, perut
kembung, dan nyeri epigastrium.
 Kadar zat besi rendah (anemia). Tanda-tanda dan gejala lain
yang mungkin terjadi bersama dengan pusing jika terdapat
anemia termasuk kelelahan, kelemahan dan kulit pucat.
 Gula darah rendah (hipoglikemia). Kondisi ini umumnya
terjadi pada orang dengan diabetes yang menggunakan
insulin. Pusing (ringan) bisa disertai dengan sekresi keringat
berlebih dan kecemasan.
 Overheating dan dehidrasi. Jika pasien aktif dalam cuaca
panas, atau jika tidak meminum cukup cairan, pasien
mungkin merasa pusing dari overheating (hipertermia) atau
dari dehidrasi.
Gambar 13. Obat-obatan yang dapat menginduksi gejala
pusing1

3.4 Diagnosis
Diagnosis pada pasien dapat ditegakkan dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Sekitar 20-40% pasien dapat didiagnosis segera setelah
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis juga dapat ditentukan
berdasarkan komplek gejala yang terdapat pada pasien. Deskripsi awal
pusing bisa sulit diperoleh karena respons pasien tidak selalu konsisten.
Oleh karena itu, anamnesis harus fokus pada apa jenis sensasi yang pasien
rasakan. Pasien juga perlu ditanya mengenai sejarah pengobatan karena
keluhan pusing (terutama akibat hipotensi ortostatik) dapat merupakan
efek samping dari penggunaan obat-obatan. Pasien juga harus ditanya
tentang riwayat konsumsi kafein, nikotin, dan asupan alkohol serta riwayat
trauma kepala. Insiden pusing dengan cedera kepala dilaporkan sebanyak
78-80 persen.3
Tujuan utama dari pemeriksaan fisik adalah untuk mereproduksi
menimbulkan keluhan pusing di ruang pemeriksaan. Ada beberapa tes
pemeriksaan fisik sederhana yang dapat dilakukan untuk membantu dalam
tujuan ini, yaitu :3,8
A. Pemeriksaan Kardiovaskular melalui Tanda Vital
Pertama, tekanan darah harus diukur sedangkan pasien
dalam posisi terlentang dan kemudian diukur lagi setidaknya
satu menit setelah pasien berdiri. Penurunan tekanan darah
sistolik ≥ 20 mmHg, penurunan tekanan darah diastolik ≥ 10
mm Hg, atau peningkatan denyut nadi ≥ 30 denyut per menit
menunjukkan adanya hipotensi ortostatik.
B. Tes Pendengaran
Dapat dengan menggunakan uji garpu tala maupun
audiometri. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
keluhan pusing disertai dengan gangguan pendengaran.
C. Pemeriksaan fungsi keseimbangan dapat dilakukan mulai dari
pemeriksaan yang sederhana yaitu :
 Uji romberg : berdiri, lengan dilipat di dada, mata
ditutup dapat dipertajam (sharp romberg) dengan
memposisikan kaki tandem depan belakang, lengan
dilipat di dada, mata tertutup. Pada orang normal
dapat berdiri lebih dari 30 detik.
 Uji berjalan (stepping test) : berjalan di tempat 50
langkah, bila tempat berubah melebihi jarak 1 meter
dan badan berputar lebih dari 30 derajat berarti
terdapat gangguan keseimbangan.
D. Pemeriksaan fungsi serebelum : Past pointing test, dilakukan
dengan merentangkan tangan diangkat tinggi, kemudian
telunjuk menyentuh telunjuk yang lain dengan mata tertutup.
Tes jari hidung, dilakukan dalam posisi duduk pasien diminta
menunjuk hidung dengan jari dalam keadaan mata terbuka dan
tertutup.
E. Tes Hallpike (uji posisional)
Pemeriksaan Dix-Hallpike adalah tes diagnostik untuk
keluhan pusing pada BPPV jika hasilnya positif, tetapi tidak
mengesampingkan diagnosis BPPV jika hasilnya negatif.
Manuver ini dilakukan di atas meja pemeriksaan datar.
Sementara pasien dalam posisi duduk, dokter memiringkan
kepala pasien 45 derajat ke salah satu sisi, kemudian dengan
cepat meletakkan pasien ke posisi telentang dengan kepala
menggantung sekitar 20 derajat di ujung meja dan mengamati
mata pasien selama kurang lebih 30 detik. Manuver ini
diulangi dengan kepala berpaling ke sisi yang berlawanan.
Nystagmus adalah diagnostik gangguan vestibular di telinga.
Biasanya ada periode laten beberapa detik sebelum pasien
mengalami nystagmus, dan sensasi vertigo sampai satu menit.
Sensitivitas dari manuver Dix-Hallpike adalah 50-88 persen
untuk BPPV. Lesi padaa labirin dan saraf kranial VIII
(vestibulocochlear) umumnya menghasilkan nystagmus
spontan. Gerakan mata saccadic terkait dengan pasien
mengikuti gerakan jari dokter karena bergerak secara perlahan
ke kiri, kanan, atas, dan bawah dapat berhubungan dengan
penyebab utama, seperti gangguan pada batang otak atau
penyakit cerebellar. Tes lain yang dapat menimbulkan
nistagmus dilakukan dengan meletakkan pasien bersandar ke
depan 30 derajat sementara dokter menggerakkan kepala
pasien bolak-balik selama 20 detik. Kehadiran nystagmus
menunjukkan penyebab perifer ke arah ipsilateral dari
nystagmus.

Gambar 14. Manuver Dix-Hallpike1

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lainnya termasuk pemeriksaan penunjang
kardiovaskular menyeluruh harus dilakukan pada semua pasien
dengan keluhan pusing. Namun, tes seperti elektrokardiografi,
dan pemeriksaan USG Doppler harus dilakukan hanya jika
terdapat kecurigaan penyakit jantung yang menyertai.
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan, yaitu :
 Audiogram, untuk menilai pendengaran.
Abnormalitas dari hasil pemeriksaan memberikan
kesan vertigo otologik. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk menyingkirkan diagnosis vertigo otologik dari
vertigo lain.
 Brainstem Auditory Evoked Potensial (BAEP). Test
nurofisiologi ini dipergunakan bila diduga adanya
carebellopontine tumor, terutama neuroma akustikus
atau multiple sklerosis. Kombinasi pemeriksaan
BERA dan CT Scan dapat menunjukkan konfirmasi
diagnostik tumor.
 Otoacoustic Emission (OAE) menilai suara dari
telinga pasien sendiri. Cara ini cepat dan sederhana.
OAE berguna dalam mendeteksi malingering,
gangguan pendengaran sentral dan pasien dengan
neuropati auditorik. Dalam situasi ini, OAE dapat
dilakukan bahkan bila pendengaran subjektif
berkurang. OAE biasanya tidak membantu pada
orang- orang usia > 60 tahun karena OAE menurun
dengan usia.
 Electrocochleografi (ECOG) adalah sebuah
pemeriksaan potensi bangkitan yang menggunakan
electrode perekam yang diposisikan dalam gendang
telinga. ECOG yang abnormal memberi kesan
penyakit Meniere.
 ENG (Elektronistagmografi) adalah suatu
pemeriksaan yang dilakukan untuk memonitor
gerakan bola mata. Merupakan prosedur beruntun
yang dapat mengidentifikasi vestibular asimetris
(seperti yang disebabkan oleh neuritis vestibular) dan
membuktikan adanya nistagmus spontan maupun
yang dipengaruhi oleh posisi (seperti pada BPPV).
Gambar 15. Algoritma pasien dengan keluhan pusing1

3.5 Penatalaksanaan Terapi


Umumnya keluhan pusing akan membaik tanpa pengobatan.
Dalam beberapa minggu, tubuh biasanya menyesuaikan dengan apa yang
menyebabkan. Penanganan yang dapat diberikan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu :3,8
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa termasuk obat-obatan sesuai dengan
penyebabnya. Bahkan jika tidak ada penyebab yang ditemukan atau
jika pusing berlanjut, obat-obatan simptomatik dan perawatan lainnya
dapat membuat gejala lebih mudah dikelola. Obat-obatan yang
mengurangi rasa pusing seperti golongan antihistamin dan
antikolinergik dapat membantu mengurangi gejala pusing. Jika
terdapat keluhan mual dan muntah dapat diberikan obat-obatan
antiemesis10.
Beberapa antihistamin yang digunakan adalah :10
1) Betahistin. Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang
dapat meningkatkan sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan
untuk mengatasi gejala pusing. Contoh : Betahistin Mesylate
dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral, Betahistin
di Hcl dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari.
2) Dimenhidrinat (Dramamine). Dapat diberi per oral atau
parenteral (suntikan intramuscular dan intravena), dengan dosis
25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.
3) Difhenhidramin Hcl (Benadryl), diberikan dengan dosis 25 mg
– 50 mg, 4 kali sehari per oral.

Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas


sistem vestibular dan dapat mengurangi gejala pusing, misalnya
Skopolamin dengan dosis 0,3 mg – 0,6 mg, 3 – 4 kali sehari.10

Obat antiemetik secara khusus digunakan untuk mengatasi keluhan


mual muntah dan juga untuk mengatasi keluhan pusing, vertigo atau
migren. Beberapa antiemetik yang digunakan adalah :10

1) Golongan antagonis reseptor 5HT3 - obat emetik ini


menghambat reseptor serotonin pada sistem saraf serebral dan
saluran pencernaan. Contoh : ondansentron dengan dosis 8mg
– 32 mg per hari.
2) Golongan Antihistamines (anatgonis reseptor H1 histamine),
dengan dosis sama dengan pemberian untuk keluhan pusing.
3) Golongan antagonis kalsium. Contoh : Cinnarizine (Stugerone)
yang juga mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular,
dengan dosis 15 – 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari.
Gambar 16. Penanganan keluhan pusing berdasarkan penyebabnya1
b. Vestibular Rehabilitation Teraphy (VRT)
Terapi rehabilitasi vestibular (vestibular rehabilitation
therapy/VRT) merupakan terapi fisik yang bertujuan untuk
mengurangi keluhan pusing, meningkatkan keseimbangan, dan
mencegah seseorang jatuh dengan mengembalikan fungsi sistem
vestibular. Keberhasilan terapi ini bergantung pada beberapa faktor
pasien yang meliputi usia, fungsi kognitif (memori, kemampuan
mengikuti pentunjuk), kemampuan kordinasi dan gerak, dan kesehatan
pasien secara keseluruhan (termasuk sistem saraf pusat), serta
kekuatan fisik. Dalam VRT, pasien yang datang ke dokter, akan
menjalani beberapa latihan yang akan melatih keseimbangan dalam
tingkat yang lebih tinggi, meliputi gerakan kepala, gerakan mata, dan
berjalan. Latihan ini meliputi :1,10

1) Manuver Brand-Daroff
Metode terapi fisik Brand-Daroff meliputi :
a. Pasien duduk tegak di tepi tempat tidur dengan kedua tungkai
tergantung.
b. Dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke
salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik.
c. Setelah itu duduk kembali selama 30 detik.
d. Baringkan tubuh dengan cepat ke sisi yang lain, pertahankan
selama 30 detik.
e. Lalu duduk kembali.
f. Latihan ini dilakukan cukup 1-2 kali kiri kanan pada
permulaan latihan, dengan frekuensi makin lama makin
bertambah.
Gambar 17. Gerakan Brand-Darrof1

2) Cawthorne-Cooksey Exercises
Tujuan dari latihan Cawthorne-Cooksey termasuk relaksasi otot
otot leher dan bahu, melatih mata untuk bergerak secara
independen dari kepala, berlatih keseimbangan yang baik dalam
situasi sehari-hari, berlatih gerakan kepala yang menyebabkan
pusing (untuk membantu pengembangan kompensasi vestibular),
dan meningkatkan koordinasi umum. Latihan ini meliputi :
a. Latihan mata dan kepala
Pegang objek pada lengan tegak lurus di depan, kemudian :
 Fokus pada objek sambil menggerakkan kepala sejauh
mungkin ke kanan kemudian ke kiri
 Ulangi dengan menggerakkan kepala ke atas dan ke
bawah
 Focus pada objek sambil menggerakkan tangan dan
kepala dari kiri ke kanan
 Focus pada objek sambil menggerakkan tangan dan
kepala ke atas dan ke bawah

Pegang objek pada masing-masing tangan lurus ke depan,


satu diletakkan dengan tinggi di atas mata satu di bawah
mata, kemudian :
 Secara bergantian melihat setiap objek tanpa
menggerakkan kepala
 Secara bergantian melihat setiap objek dengan
menggerakkan kepala naik dan

Memegang objek pada masing-masing tangan yang


diluruskan, dengan salah satu tangan memegang 30
derajat ke kanan dan satunya lagi 30 derajat di sebelah kiri,
kemudian :

 Secara bergantian melihat setiap objek tanpa


menggerakkan kepala
 Secara bergantian melihat setiap objek dengan
menggerakkan kepala ke kiri dan kanan

Lakukan latihan sekitar 2 menit dari masing-masing latihan.


Coba latihan di berbagai posisi duduk, berdiri, dan berjalan

Gambar. 18. Latihan mata dan kepala10

b. Latihan keseimbangan dan gait

 Berdiri dengan satu kaki. Untuk memulai, berdiri


dengan dinding berada di belakang
 Berdiri di dekat meja dapur atau tali, kemudian berjalan
ke depan dan ke belakang
 Berlatih berdiri pada permukaan yang berbeda, mulai
dari lantai keras, kemudian karpet tipis, kemudian
karpet tebal, bantal tebal, bantal halus.
 Jika dapat menyeimbangkan pada satu kaki, berdiri di
ujung jari-jari kaki, menutup mata, kemudian
menggerakkan kepala atau lengan

Gambar 19. Latihan keseimbangan dan gait1

c. Reposisi Canalith
Tujuan dari prosedur reposisi Canalith (CRP) adalah untuk mengobati
pasien akibat partikel atau otoliths terperangkap di kanalis
semisirkularis posterior di dalam telinga bagian dalam (labirin)
menyebabkan pusing berputar. CRP melibatkan serangkaian gerakan
kepala dan tubuh bagian atas. Dua manuver CRP yang utama adalah
manuver Epley dan manuver Semont.1,10
1) Manuver Epley
Manuver Epley adalah yang paling sering digunakan pada
kanal posterior. Pasien diminta untuk menolehkan kepala ke sisi
yang sakit sebesar 45 derajat, lalu pasien berbaring dengan kepala
tergantung dan dipertahankan 1-2 menit. Lalu kepala ditolehkan
90 derajat ke sisi sebaliknya, dan posisi supinasi berubah menjadi
lateral dekubitus dan dipertahan 30-60 detik. Setelah itu pasien
mengistirahatkan dagu pada pundaknya dan kembali ke posisi
duduk secara perlahan.

Gambar 20. Manuver Epley1

a. Manuver Seamont Liberatory


Manuver ini diindikasikan untuk pengobatan cupulolithiasis
kanan posterior. Jika kanal posterior terkena, pasien diminta
duduk tegak, lalu kepala dimiringkan 45 derajat ke sisi yang
sehat, lalu secara cepat bergerak ke posisi berbaring dan
dipertahankan selama 1-3 menit. Ada nistagmus dan vertigo dapat
diobservasi. Setelah itu pasien pindah ke posisi berbaring di sisi
yang berlawanan tanpa kembali ke posisi duduk lagi.

Gambar 21. Manuver Seamont Liberatory1

Anda mungkin juga menyukai