Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK 1

ASMA PADA ANAK


Dosen: Ns. Noor Yunida Triana, S.Kep., M.Kep

Disusun oleh :

Kelompok : 4

Nama Anggota : 1. Nur Afifatun Ainy (170103064)


2. Nuraini Habibah (170103067)
3. Nur Baety Rumandani (170103065)
4. Nur Baety Sa’diyah (170103066)
5. Nurmalita Ayu Savitri (170103068)
6. Putri Lutfiatul Ulum (170103070)
7. Rakhel Maharani PYB (170103071)
8. Ray Hannif Fadillah (170103072)
9. Refianti Putri Kusuma (170103073)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2019
PEMBAHASAN MATERI

A. DEFINISI ASMA
Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yang
memiliki arti sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak nafas,
batuk, dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran nafas. Atau dengan kata
lain asma merupakan peradangan atau pembengkakan saluran nafas yang reversibel
sehingga menyebabkan diproduksinya cairan kental yang berlebih (Prasetyo, 2010).
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi
hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes
terhadap stimuli tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, dan batuk akibat
obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang
(Brunner & Suddarth, 2001).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulakan bahwa asma adalah penyakit
inflamasi kronis pada saluran napas yang dapat menimbulkan gejala episodic berulang
berupa mengi, batuk, sesak napas, dan rasa berat di dada terutama pada malam hari
atau dini hari. Asma pada anak mempunyai berbagai aspek khusus yang umumnya
berkaitan dengan proses tumbuh dan kembang seorang anak, baik pada masa bayi,
balita, maupun anak besar.

B. ETIOLOGI ASMA PADA ANAK


Ada beberapa hal yang mempengaruhi penyakit asma pada anak yaitu:
1. Faktor Predisposisi
Faktor Keturunan (Genetik)
Risiko terbesar anak terkena asma adalah pada anak yang membawa keturunan
asma dari orangtuanya. Pada kasus asma ini bakat alerginya yang diturunkan oleh
orangtuanya sehingga anak sangat mudah terkena penyakit asma jika terpapar
faktor pencetusnya. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
2. Faktor Presipitasi
a. Alergen
Alergen asma dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Inhalan merupakan alergen yang masuk melalui inhalasi atau saluran
pernafasan. Contohnya: debu rumah, kapuk, udara dingin, asap rokok dan
serbuk sari bunga.
2) Ingestan merupakan alergen yang masuk melalui oral atau mulut.
Contohnya: makanan seperti udang, kepiting, susu dan telur.
3) Kontaktan alergen yang masuk melalui kulit. Contohnya: perhiasan atau
jam tangan.
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim seperti:
musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.
c. Faktor Psikis
Faktor psikis merupakan faktor pencetus yang tidak boleh diabaikan dan
sangat kompleks. Tidak adanya perhatian atau tidak mau mengakui adanya
persoalan tentang asma pada anak sendiri/keluargnya, akan menggagalkan
usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari
depan anak juga dapat mempererat serangan asma.
d. Olahraga/aktifitas jasmani yang berat
Sebagian berat penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai aktifitas tersebut.
e. Infeksi
Biasanya infeksi yang sering terjadi adalah infeksi akibat virus terutama
pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan adalah respiratory syncytial virus
(RSV) dan virus parainfluenza. Kadang-kadang karena bakteri misalnya
pertusis dan streptokokus, jamur misalnya aspergillus dan parasit seperti
askaris.
C. PENYEBAB TERJADINYA PENYAKIT ASMA
Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus
asma, yaitu :
1. Pemicu (trigger)
Yang mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernafasan
(bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Banyak kalangan
kedokteran yang menganggap pemicu dan bronkokonstriksi adalah gangguan
pernafasan akut, yang belum berarti asma, tapi bisa menjurus menjadi asma jenis
intrinsik. Gejala-gejala bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung
timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam
waktu singkat. Namun saluran pernafasan akan bereaksi lebih cepat terhadap
pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang
mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk stimulus sehari-hari seperti: perubahan
cuaca dan suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernafasan,
gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.
2. Penyebab (inducer)
Yang mengakibatkan peradangan (inflammation) pada saluran pernafasan.
Penyebab asma (inducer) bisa menyebabkan peradangan (inflammation) dan
sekaligushiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernafasan. Oleh
kebanyakan kalangan kedokteran, inducer dianggap sebagai penyebab asma
sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma (inducer) dengan
demikian mengakibatkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama
(kronis), dan lebih sulit diatasi, dibanding gangguan pernafasan yang diakibatkan
oleh pemicu (trigger). Umumnya penyebab asma (inducer) adalah alergen, yang
tampil dalam bentuk: ingestan, inhalan, dan kontak dengan kulit. Ingestan yang
utama ialah makanan dan obat-obatan. Sedangkan alergen inhalan yang utama
adalah tepung sari (serbuk) bunga, tungau, serpih dan kotoran binatang, serta
jamur.
D. JENIS ASMA PADA ANAK
Beberapa ahli membagi asma dalam 2 golongan besar, seperti yang dianut banyak
dokter ahli pulmonologi (penyakit paru-paru) dari Inggris, yakni:
a. Asma Ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma yang paling umum, dan disebabkan karena
reaksi alergi penderitanya terhadap hal-hal tertentu (alergen), yang tidak membawa
pengaruh apa-apa terhadap mereka yang sehat.
Pada orang-orang tertentu, seperti pada penderita asma, sistem imunitas bekerja
lepas kendali dan menimbulkan reaksi alergi. Reaksi ini disebabkan oleh alergen.
Alergen bisa tampil dalam bentuk: mulai dari serbuk bunga, tanaman, pohon, debu
luar/dalam rumah, jamur, hingga zat/bahan makanan. Ketika alergen memasuki
tubuh pengidap alergi, sistem imunitasnya memproduksi antibodi khusus yang
disebut IgE. Antibodi ini mencari dan menempelkan dirinya pada sel-sel batang.
Peristiwa ini terjadi dalam jumlah besar di paru-paru dan saluran pernafasan lalu
membangkitkan suatu reaksi. Batang-batang sel melepaskan zat kimia yang disebut
mediator.Salah satu unsur mediator ini adalah histamin.
Akibat pelepasan histamin terhadap paru-paru adalah reaksi penegangan/
pengerutan saluran pernafasan dan meningkatnya produksi lendir yang dikeluarkan
jaringan lapisan sebelah dalam saluran tersebut.
b. Asma Intrinsik
Asma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen.Asma
jenis ini disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti cuaca,
kelembaban dan suhu udara, polusi udara, dan juga oleh aktivitas olahraga yang
berlebihan. Asma intrinsik biasanya berhubungan dengan menurunnya kondisi
ketahanan tubuh, terutama pada mereka yang memiliki riwayat kesehatan paru-
paru yang kurang baik, misalnya karena bronkitis dan radang paru-paru
(pneumonia).
Penderita diabetes mellitus golongan lansia juga mudah terkena asma intrinsik.
Tujuan dari pemisahan golongan asma seperti yang disebut di atas adalah untuk
mempermudah usaha penyusunan dan pelaksanaan program pengendalian asma
yang akan dilakukan oleh dokter maupun penderita itu sendiri. Namun dalam
prakteknya, asma adalah penyakit yang kompleks, sehingga tidak selalu
dimungkinkan untuk menentukan secara tegas, golongan asma yang diderita
seseorang. Sering indikasi asma ekstrinsik dan intrinsik bersama-sama dideteksi
ada pada satu orang.

E. MANIFESTASI KLINIS ASMA PADA ANAK


Menurut Abdoerachman, dkk (1985) serangan akut yang spesifik jarang dilihat
sebelum anak berusia 2 tahun. Secara klinis tanda dan gejala asma dibagi menurut
stadiumnya ke dalam 3 stadium yaitu :
1. Stadium I
Waktu terjadinya edema dinding bronkus batuk paroksismal karena iritasi dan
batuk kering, sputum yang kental dan mengumpul merupakan benda asing yang
merangsang batuk.
2. Stadium II
Sekresi bronkus bertambah banyak dan batuk dengan dahak yang jernih dan
berbusa. Pada stadium ini anak akan mulai merasa sesak nafas berusaha bernafas
lebih dalam,eksprinium memanjang dan terdengar bunyi mengi, tampak otot nafas
ambahan turut bekerja, terdapat retraksi suprasternal, epigastrium dan mungkin
juga sela iga, anak lebih senang duduk dan bungkuk, tangan menekan pada tepi
tempat tidur atau kursi, anak tampak gelisah, pucat dan sianosis sekitar mulut,
toraks membungkuk kedepan dan lebih bulat serta bergerak lambat pada
pernafasan pada anak yang lebih kecil cenderung terjadi pernafasan abdominal,
retraksi suprasternal dan intercostal.
3. Stadium III
Obstruksi atau spasme bronkus lebih berat aliran udara sangat sedikit sehingga
suara nafas hampir tidak terdengar, stadium ini sangat berbahaya karena sering
disangka ada perbaikan juga batuk seperti ditekan, pernafasan dangkal, tidak
teratur dan frekuensi nafas yang mendadak meninggi.
Selain itu gejala klinis asma yaitu :
 Auskultasi :Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang.
 Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan,
cuping hidung, retraksi dada,dan stridor.
 Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan nafas
sempit.
 Tachypnea, orthopnea.
 Diaphoresis
 Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.
 Fatigue.
 Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara.
 Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran.
 Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat
ekshalasi yang sulit karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi
hipersonor.
 Serangan yang tiba-tiba atau berangsur.
 Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.
 X foto dada : atelektasis tersebar, “Hyperserated”

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA ANAK


1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Pemeriksaan Sputum
Sputum dilakukan untuk melihat adanya:
1) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal
eosinophil
2) Spiral curshmann yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus
3) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
4) Netrofil dan eosinophil yang terdapat pada sputum umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug
b. Pemeriksaan Darah
1) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis
2) Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH
3) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi
4) Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada
waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen
yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang
menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat
adalah sebagai berikut:
1) Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
2) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
akan semakin bertambah
3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
4) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis local
5) Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada
paru-paru
b. Pemeriksaan Tes Kulit
Dilakukan untuk mencari factor alergi dengan berbagai allergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu:
1) Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clock wise rotation.
2) Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB
(Right bundle branch block)
3) Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan
VES atau terjadinya depresi segmen ST negative
d. Scanning Paru
Scanning paru dengan inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru
e. Spiometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang
paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan
dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah
pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan
adrenergik.Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20%
menunjukkan diagnosis asma.Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih
dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan
diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya
menunjukkan obstruksi.

G. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS ASMA PADA ANAK


Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1. Status Asmatikus
Status asmatikus adalah setiaop serangan asma berat atau yang kemudian
menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan aminoilin
suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan
terapi intensif.
2. Atelektasis
Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan
yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia
Hipoksima adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat kekurangan oksigen secara
sistemik akibat inadekuat intake oksigen ke paru oleh serangan asma.
4. Pneumotoraks
Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan
kolapsnya paru.
5. Emfisema
Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan
(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara
berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.

H. PENATALAKSANAAN ASMA PADA ANAK


Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan
kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Program penatalaksanaan asma menurut Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia meliputi 7 komponen, yaitu:
1. Edukasi
2. Menilai/memonitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita
sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal tersebut disebabkan
berbagai faktor lain:
a. Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan terapi
b. Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan pada asmanya
c. Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu direview, sehingga
membantu penanganan asma terutama asma mandiri
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
6. Kontrol secara teratur
Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting diperhatikan oleh
dokter yaitu:
a. Tindak lanjut(follow-up) teratur
b. Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila diperlukan
7. Pola hidup sehat
a. Meningkatkan kebugaran fisis
b. Berhenti atau tidak pernah merokok
c. Lingkungan kerja
I. PATOFISIOLOGI ASMA PADA ANAK
Asma merupakan inflamasi kronik saluran pernapasan. Berbagai sel inflamasi
berperan terutama sel mast, eosinophil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil, dan sel
epitel.Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan, cuaca,
kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus dalam
saluran pernafasan sehingga merangsang sel plasma menghasilkan imonoglubulin E
(IgE). IgE selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel mast yang disebut sel
mast tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan mengalami degranulasi, sel mast yang
mengalami degranulasi akan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin dan
bradikinin. Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga
timbul edema mukosa, peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot polos
bronkiolus. Hal ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya terjadi sumbatan dan daya
konsulidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat
akibatnya terjadi gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama
pada alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau
yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan menyebabkan terjadi alkalosis
respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler (hipoventilasi) yang akan menyebabkan
terjadi asidosis respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru tidak dapat
memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang karbondioksida
sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan terjadilah
gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenisasi ke
jaringan tidak memadai sehingga akan terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan
menimbulkan berbagai manifestasi klinis.
PATHWAY ASMA PADA ANAK

Faktor pencetus
- Allergen -Stress
- Virus, bakteri, jamur -Cuaca

Reaksi hiperaktivitas bronkus

Antigen yang terikat IgE pd permukaan sel mast/ basofil

Mengeluarkan mediator histamine, platelet, bradikinin dll


Peningkatan Edema mukosa Kontraksi otot
prodduksi mucus polos meningkat

Mempermudah Proliterasi

Terjadi sumbatan dan gaya konsolidasi -Batuk


-Mengi/ wheezing
Gelisah, rewel, -Sesak napas
Gangguan ventilasi
nangis → Ansietas

Hipoventilasi Hiperventilasi
Hiperkapnea Ketidakefektifan
bersihan jalan
Konsentrasi O2 Konsentrasi O2 napas
dalam alveolus ↓ dalam alveolus ↑

Gangguan difusi

Oksigenasi ke jaringan tidak memadai

Gangguan difusi Hiposemia

Gangguan
pertukaran gas
Penyempitan jalan
pernapasan

↑ kerja otot pernapasan

Intoleransi aktifitas Ketidakefektifan


pola nafas
J. ASUHAN KEPERAWATAN ASMA PADA ANAK
A. PENGKAJIAN
Pengkajian yang biasa dilakukan pada pasien dengan asma, meliputi hal-hal
sebagai berikut
 Pengumpulan data
a. Identitas klien/biodata
1) Identitas anak (data dapat diperoleh dari orang tua/ penanggug jawab)
yang meliputi nama anak, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
alamat, no RM, Dx medis, tanggal masuk RS dan tanggal pengkajian
2) Identitas orang tua/penanggung jawab meliputi nama, usia, pendidikan,
pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien
b. Keluhan utama
Pada umumnya orang tua mengeluh anaknya batuk dengan atau tanpa
produksi mucus, sering bertambah berat saat malam hari atau dini hari
sehingga membuat anak sulit tidur. Jika asmanya berat maka gejala yang
akan muncul yaitu perubahan kesadaran seperti mengantuk, bingung, saat
serangan asma, kesulitan bernafas yang hebat, takikardia, kegelisahan hebat
akibat kesulitan bernafas, berkeringat. (Margaret Varnell Clark, 2013)
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan pada anak dengan asma meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang biasa
ditemukan menggunakan pendekatan PQRST, dimana P atau
paliatif/provokative merupakan hal atau faktor yang mencetuskan
terjadinya penyakit, hal yang memperberat atau meperingan, Q atau
qualitas dari suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan, R atau region
adalah daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan, S atau severity
adalah derajat keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut, T atau
time adalah waktu dimana keluhan dirasakan, time juga menunjukan
lamanya atau kekerapan
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Penyakit yang pernah diderita anak perlu diketahui sebelumnya,
karena mungkin ada kaitannya dengan penyakit sekarang. Riwayat
kesehatan menjelaskan tentang riwayat perawatan di RS, alergi,
penyakit kronis dan riwayat operasi. Selain itu juga menjelaskan
tentang riwayat penyakit yang pernah diderita klien yang ada
hubungannya dengan penyakit sekarang seperti riwayat panas, batuk,
filek, atau penyakit serupa pengobatan yang dilakukan
3) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji mengenai adanya penyakit pada keluarga yang berhubungan
dengan asma pada anak, riwayat penyakit keturunan atau bawaan
seperti asma, diabetes melitus, dan lain-lain
4) Genogram
Merupakan gambaran struktur keluarga klien, dan gambaran pola
asuh klien
5) Riwayat kehamilan dan persalinan
Merupakan informasi kesehatan anak dan ibu mulai dari pre natal,
natal, dan post natal.
- Prenatal
Apakah ibu pasien terdapat kelainan atau keluhan yang
dapat memperberat keadaan ibu dan anak saat proses persalinan,
serta jumlah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan ibu pasien
- Intra natal
Proses persalinan ditolong oleh siapa, apakah persalinan
secara normal atau memerlukan bantuan alat operasi dan bagaimana
keadaan bayi saat di lahirkan (langsung menangis atau tidak)
- Post natal
Bagaimana keadaan saat setelah lahir, apakah mendapat ASI
sesuai kebutuhan atau PASI serta bagaimana refleks menghisap atau
menelan
6) Riwayat imunisasi dan pemberian makan
- Riwayat imunisasi
Pada usia 9 bulan imunisasi harus sudah lengkap meliputi BCG,
Hepatitis, Polio, DPT, Campak, Thypoid. Bila anak belum
mendapat imunisasi tanyakan dan catat imunisasi apa saja yang
sudah dan belum didapat serta tanyakan alasannya
- Riwayat pemberian makan
Catat pada pertama kali anak dan pada umur berapa diberikan
makanan tambahan. Selain ASI, baik berupa jenis, porsi dan
frekuensi yang diberikan dan tanyakan makanan apa yang lebih
disukai oleh anak.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Biasanya keadaan umum pasien dengan asma adalah kelemahan fisik akibat
kurangnya nafsu makan, gelisah, kesulitan bernafas, kesulitan tidur,
berkeringat, takikardia.
2. Tanda-tanda vital
Akan ditemukan tanda-tanda vital yang berubah dari ukuran normal
3. Antropometri
Dikaji untuk mengetahui status gizi, dapat ditemukan penurunan berat badan
dari normal.
4. Head to toe
 Kepala
Amati bentuk dan kesimetrisan kepala, kebersihan kepala pasien, lingkar
kepala. Pada asma tidak ditemukan masalah pada saat dilakukan
pemeriksaan kepala.MataPerhatikan apakah jarak mata lebar atau lebih
kecil, amati kelopak mata terhadap penetapan yang tepat, periksa alis mata
terhadap kesimetrisan dan pertumbuhan rambutnya, amati distribusi dan
kondisi bulu matanya, bentuk serta amati ukuran iris apakah ada
peradangan atau tidak, kaji adanya oedema pada mata. Pada asma tidak
ditemukan masalah pada saat dilakukan pemeriksaan mata.
 Hidung
Amati pasien, apakah pasien menggunakan nafas cuping hidung
 Mulut
Periksa bibir terhadap warna, kesimetrisan, kelembaban, pembengkakan,
lesi, periksa gusi lidah, dan palatum terhadap kelembaban, keutuhan dan
perdarahan, amati adanya bau, periksa lidah terhadap gerakan dan bentuk,
periksa gigi terhadap jumlah, jenis keadaan, inspeksi faring menggunakan
spatel lidah. Biasanya ditemukan pada mulut terdapat nafas barbau tidak
sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih kotor,
ujung dan tepinya kemerahan
 Telinga
Periksa penempatan dan posisi telinga, amati penonjolan atau pendataran
telinga, periksa struktur telinga luar dan ciri-ciri yang tidak normal, periksa
saluran telinga luar terhadap hygiene, rabas dan pengelupasan. Lakukan
penarikan aurikel apakah ada nyeri atau tidak lakukan palpasi pada tulang
yang menonjol di belakang telinga untuk mengetahui adanya nyeri tekan
atau tidak
 Leher
Gerakan kepala dan leher klien dengan ROM yang penuh, periksa leher
terhadap pembengkakan kelenjar getah bening, lakukan palpasi pada trakea
dan kelenjar tiroid
 Dada
Amati kesimetrisan dada terhadap retraksi atau tarikan dinding dada
kedalam, amati jenis pernafasan, amati gerakan pernafasan dan lama
inspirasi serta ekspirasi, lakukan perkusi diatas sela iga, bergerak secara
simentris atau tidak dan lakukan auskultasi lapang paru
 Abdomen
Periksa kontur abdomen ketika sedang berbaring terlentang, periksa warna
dan keadaan kulit abdomen, amati turgor kulit. Lakukan auskultasi terhadap
bising usus serta perkusi pada semua area abdomen
 Ekstremitas
Kaji bentuk kesimetrisan bawah dan atas, kelengkapan jari, apakah terdapat
sianosis pada ujung jari, adanya oedema, kaji adanya nyeri pada ekstremitas
 Genetalia dan anus
Kaji kebersihan sekitar anus dan genetalia, inspeksi ukuran genetalia,
posisi, uretra, inspeksi adanya tanda-tanda pembangkakan, periksa anus
adanya robekan, hemoroid, polip
Pengkajian per sistem :
 Sistem Pernapasan / Respirasi
Sesak, batuk kering (tidak produktif), tacypnea, orthopnea, bared chest,
penggunaan otot aksesori pernapasan, peningkatan 𝑷𝑪𝑶𝟐 dan
penurunan 𝑶𝟐 sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengan
wheezing, ronchi, basah sedang, ronchi kering musikal.
 Sistem Cardiovaskuler : Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
 Sistem Persyarafan / neurologi
Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah,
rewel, cengeng → apatis → sopor → coma.
 Sistem perkemihan
Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat
sesak nafas.
 Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan
minum, mukosa mulut kering.
 Sistem integument
Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.

C. ANALISA DATA
No DATA Masalah Etiologi
1 DS:
- Orang tua klien Ketidakefektifan Infeksi pada saluran
mengatakan bersihan jalan pernafasan
bahwa anaknya nafas
pertahanan tubuh
mengeluh batuk
mengeluarkan mucus
DO:
(sekret) yang berlebih
- Klien kesulitan
untuk berbicara Menyumbat jalan nafas
- Gelisah
- Suara napas
tambahan
(wheezing)
2. DS: gangguan Takikardi, napas cuping
Orang tua klien pertukaran gas hidung
mengatakan bahwa Obstruksi jalan nafas
anaknya mengeluh sulit gangguan pertukaran gas
bernafas/sesak
DO:
- Takikardi
Napas cuping hidung

3 DS: Intoleransi cepat lelah dan lemah


Orang tua klien aktivitas
ketidakseimbangan antara
mengatakan bahwa
suplai dengan kebutuhan O2
anaknya mengeluh
cepat lelah Intoleransi aktivitas
DO:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak pucat

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan mucus
(sekret) disaluran nafas ditandai klien mengeluarkan batuh berdahak serta sesak
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang
ditandai dengan napas cuping hidung dan takikardi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dengan
kebutuhan oksigen ditandai dengan klien lemas, SaO2 < 90%

E. INTERVENSI
No. Dx Keperawatan NOC NIC
1 Ketidakefektifan NOC : NIC :
bersihan jalan nafas a. Respiratory status
Airway suction
berhubungan dengan : Ventilation a. Pastikan kebutuhan oral /
penumpukan mukus b. Respiratory status tracheal suctioning
disaluran nafas : Airway patency b. Auskultasi suara nafas
ditandai klien c. Aspiration sebelum dan sesudah
mengeluarkan batuh Control suctioning.
berdahak serta sesak c. Informasikan pada klien
Kriteria Hasil : dan keluarga tentang
a. Mendemonstrasikan suctioning
batuk efektif dan d. Minta klien nafas dalam
suara nafas yang sebelum suction
bersih, tidak ada dilakukan.
sianosis dan e. Berikan O2 dengan
dyspneu (mampu menggunakan nasal untuk
mengeluarkan memfasilitasi suksion
sputum, mampu nasotrakeal
bernafas dengan f. Gunakan alat yang steril
mudah, tidak ada sitiap melakukan tindakan
pursed lips) g. Anjurkan pasien untuk
b. Menunjukkan jalan istirahat dan napas dalam
nafas yang paten setelah kateter
(klien tidak merasa dikeluarkan dari
tercekik, irama nasotrakeal
nafas, frekuensi h. Monitor status oksigen
pernafasan dalam pasien
rentang normal, i. Ajarkan keluarga
tidak ada suara bagaimana cara
nafas abnormal) melakukan suksion
c. Mampu j. Hentikan suksion dan
mengidentifikasikan berikan oksigen apabila
dan mencegah pasien menunjukkan
factor yang dapat bradikardi, peningkatan
menghambat jalan saturasi O2, dll.
nafas

Airway Management
a. Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
b. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
d. Pasang mayo bila perlu
e. Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
f. Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
g. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
h. Lakukan suction pada
mayo
i. Berikan bronkodilator
bila perlu
j. Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl
Lembab
k. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
l. Monitor respirasi dan
status O2
2. Gangguan NOC: 3320 Terapi Oksigen
pertukaran gas Status Pernafasan 1. Pertahankan kepatenan
berhubungan (0410) : Pertukaran jalan nafas
dengan obstruksi Gas 2. Monitor aliran oksigen
jalan nafas yang 1. Tidak ada 3350 Monitor Pernafasan
ditandai dengan gangguan pada 1. Monitor kecepatan, irama,
napas cuping keseimbangan kedalaman dan kesulitan
hidung dan ventilasi dan bernafas
takikardi perfusi 2. Monitor suara nafas
2. Tidak ada tanda- tambahan seperti ngorok
tanda distress atau mengi
3. Tidak ada dispnea 3. Monitor pola nafas
saat istirahat dan 4. Auskultasi suara nafas
aktivitas ringan setelah tindakan
4. Tidak ada sianosis 5. Monitor kemampuan
batuk efektif pasien
6. Monitor keluhan sesak
nafas pasien
7. Berikan bantuan terapi
nafas jika diperlukan
3. Intoleransi NOC NIC
aktivitas Status respirasi :  Hindari lingkungan
berhubungan pertukaran gas dan dengan konsentrasi
dengan ketidak ventilasi adekuat oksigen yang rendah
seimbangan suplai  Mampu berpindah  Inimalkan kecemasan dan
dengan kebutuhan dengan atau tanpa stres
oksigen ditandai bantuan  Beri periode istirahat
dengan klien  Status yang adekuat
lemas, SaO2 < kardiopulmonari  Rencanakan asuhan untuk
90% adekuat bayi atau anak-anak guna
 Mampu meminimalkan kebutuhan
melaksanakan tubuh terhadap oksigen
aktifitas sehari hari  Ajarkan pada pasien dan
secara mandiri orang tua tentang teknik
perawatan diri yang akan
meminimalkan konsumsi
oksigen
 Antisipasi kebutuhan
terhadap makanan, air,
rasa nyaman, gendongan
dan stimulasi untuk
mencegah tangisan yang
tidak perlu
KESIMPULAN
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas mengalami penyempitan karena
hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu,yang menyebabkan peradangan dan
penyempitan yang bersifat sementara
Asma memiliki ciri khusus : Sesak napas pada asma khas disertai suara mengi
akibat kesulitan ekspirasi, pada auskultasi terdengar wheezing dan ekspirasi
memanjang, keadaan sesak hebat yang di tandai dengan giatnya otot-otot bantu
pernapasan dan sianosis dikenal dengan status asmatikus yang dapat berakibat fatal,
dipsnue dipagi hari dan sepanjang malam,sesudah latihan fisik(terutama saat cuaca
dingin),berhubungan dengan paparan terhadap alergi seperti bulu binatang.
Dan ada beberapa hal yang merupakan faktor penyebab timbulnya serangan asma
bronkhial yaitu : faktor predisposisi(genetic), faktor presipitasi(alergen, perubahan
cuaca, stress, lingkungan kerja, olahraga/ aktifitas jasmani yang berat). Pencegahan
serangan asma dapat dilakukan dengan :
1) Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi
2) Menghindari kelelahan
3) Menghindari stress psikis
4) Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin
5) Olahraga renang, senam asma
DAFTAR PUSTAKA

Akib, A. A. P. 2002. Asma pada Anak. JurnalSari Pediatri. 4(2): 78-82.


Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., dan Wagner, C.M. Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam. Elsevier
Corwin,ElizabethJ.2009.BukuSakuPatofisiologi.Jakarta:EGC
Herdman, T.H dan Kamitsuru, S. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC
Musdhalifah Merry. 2016. Asuhan Keperawatan Asma Bronkhial Pada Anak diakses
melalui
https://www.academia.edu/23712902/Asuhan_Keperawatan_Asma_Bronkhial_Pada
_Anak pada tanggal 21 Mei 2019
Muttaqin,Arif.2008.AsuhanKeperawatanKliendenganGangguanSistemPernapasan.Jakarta
:SalembaMedika
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., dan Swanzon, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC) Edisi Kelima. Elsevier
Nurarif, A.H dan Kusuma, H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC NOC Jilid 1. Jakarta: EGC
Ward,Jeremy.2007.SistemRespirasi.Jakarta:Erlangga

Anda mungkin juga menyukai