Paper ini dibuat sebagai salah satu persyaratan mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior Bagian Kulit di Rumah Sakit Umum Haji Medan
Oleh:
Lady Chintia Pratiwi
102118011
Pembimbing:
dr. Leny Indriani Lubis, Sp. KK
KATA PENGANTAR
Dengan menucap puji dan syukur kehadiran Allah SWT yang tekah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Book Reading ini guna memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik senior di bagian
kulit dan kelamin Rumah Sakit Haji Medan dengan judul “Kandidiasis
vulvovaginitis rekurens”.
Shalawat dan salam tetap terlafalkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita ke zaman yang penuh ilmu
pengetahuan, beliau adalah figure yang senantiasa menjadi contoh suri tauladan
yang baik bagi penulis untuk menuju ridho Allah SWT.
Penulis
3
Metode : penulis mengevaluasi perkiraan angka kejadian CVV dan CVVR dan
memberikan perkiraan angka kejadian terbaru menggunakan data berbasis survey
internet dari 7 negara (n= 7345) yang dilaksanakan oleh Ipsos Health
(https://www.ipsos.com/en). Penulis juga mengevaluasi informasi dari National
Ambulatory Medical Care Survey.
Hasil : perkiraan probabilitas CVV diusia 50 tahun beragam tiap negaranya (dari
23% sampai 49% , rata-rata 39%) sama seperti kemungkinan terjadinya CVVR
(dari 14% sampai 28%, rata-rata 23%)
Pendahuluan
Gambaran Klinis
Obat golongan –azole telah disetujui sebagai pengobatan untuk CVV sejak
tahun 1967. CVV diobati menggunakan obat anti jamur. Resistensi terhadap obat
anti jamur masih jarang terjadi, tetapi pengobatan yang lama dan mudah
didapatkannya obat golongan azole dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
resistensi. Analisis yang penulis lakukan dari data NAMCS tahun 2006 sampai
2011, 27% obat antijamur diresepkan pada penyakit yang didiagnosis CVV. Hasil
ini lebih rendah dibanding pasien yang langsung membeli obat ke apotik. Banyak
wanita melakukan pengobatan secara mandiri.
6
Gejala CVV seperti gatal, inflamasi dan keluarnya cairan dapat terjadi
secara bersamaan pada infeksi vagina lainnya. Candida juga dapat dijumpai
walaupun bukan sebagai penyebab munculnya keluhan. Contohnya, sekita 20%
sampai 30% wanita penderita vaginosis bakterialis, dijumpai candida pada liang
vaginnya dan juga terjadi pada 9% – 20% wanita hamil dan 12% - 30% wanita
yang tidak hamil dan bersifat asimptomatik. Ketidakpastian diagnosis dapat
menjadi tantang dalam memperkirakan angka kejadian CVV dan CVVR. Hampir
semua kasus CVV dan CVVR bergantung terhadap laporan pribadi dokter.
7
Sejak tahun 1990 anti jamur sudah banyak terdapat di apotik-apotik sebagai
pengobatan CVV, hasilnya, pasien dapat membeli sendiri tanpa berkonsultasi
terlebih dahulu dengan dokter, mengakibatkan sulitnya menentukan prevalensi
kejadian penyakit.
Jumlah total kejadian CVV masih tinggi. Pada survey yang dilakukan tahun
1698 pada ras kulit putih amerika usia 18 keatas , terdapat 26,4% kasus infeksi
jamur dalam kurun waktu 5 tahun atau 5,2% pertahun dan pada ras kulit hitam
amerika didapatkan 46,% dalam kurun waktu 5 tahun atau 9,3% pertahun. Insidensi
menurun seiiring bertambahnya usia, dari 38% pada usia 18 sampai 29 tahun
menjadi 8% pada usia diatas 65 tahun.
Kejadian CVV ditentukan dari laporan dokter, dan kejadian CVVR dapat
terjadi akibat CVV yang berulang selama 4 kali atau lebih dalam kurun waktu 1
tahun. sejak usia pasien pertama kali terkena VCC tidak terdata, usia saat
dilakukannya survey yang digunakan sebagai data. Untuk mengukur semua
kemungkinan penyebab terjadinya CVVR, kami menambahkan semua
kemungkinan CVV yang menjadi CVVR.
Jumlah total kasus yang VCC pada umur 50 tahun keatas pada lebih dari 7
negara sekitar 39% hampir sama dengan total kasus tahun sebelumnya. Tingkat
12
kemungkinan terjadinya CVVR pada usia 50 tahun keatas sekaitar 23%. Jika
diingat kembali, jumlah kasus CVVR dari tahun ke tahun tidak banyak perubahan.
Penulis memperkirakan angka kejadian CVVR tinggi pada usia tua, akan tetapi
terjadi sebaliknya, usia 19 – 25 tahun merupakan usia terbanyak menderita CVVR.
Perkiraan prevalensi dan insidensi pada kedaan normal yang tidak cocok
dengan kriteria diagnosis dapat menjadi penghambat. Ketika CVV dan CVVR
secara jelas menjadi masalah yang substansial, pengukuran tersebut menggunakan
database saat ini yang masih dipenuhi dengan kesalahan. Contohnya, data NAMCS
menggunakan data jumlah kunjungan tetapi tidak pada wanita yang mengalami
CVV.
Singkatnya, CVV dan CVVR masih tinggi pada populasi, dan prevalesinya
dapat beragam berdasarkan usia dan geografis wilayah yang menunjukkan adanya
faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Beban mungkin bervariasi sesuai dengan
usia, tetapi studi primer lebih lanjut diperlikan untuk mengkur beban itu di seluruh
kelompok umur. Meskipun dampak individu dari CVV rendah dan dapat diabaikan,
dan pada wainta CVVR sering mengeluhkan masalah fisik, psikologis dan
keuangan. Intervensi diperlukan untuk menurunkan risiko terjadinya CVV dan
CVVR.