Anda di halaman 1dari 10

Very Toxic

Very Toxic merupakan bahan yang bersifat sangat beracun dan lebih sangat berbahaya bagi kesehatan
yang juga dapat menyebabkan sakit kronis bahkan kematian.

Tindakan : Hindari kontak langsung dengan tubuh dan sistem pernapasan.

Contoh : Kalium sianida, Hydrogen sulfida, Nitrobenzene dan Atripin.

4.Harmful

Harmful merupakan bahan yang dapat merusak kesehatan tubuh bila kontak langsung dengan tubuh
atau melalui inhalasi.

Tindakan : Jangan dihirup, jangan ditelan dan hindari kontak langsung dengan kulit.

Contoh : Etilen glikol, Diklorometan.

7. Very Flammable

Very Flammable merupakan bahan yang mudah terbakar di bawah kondisi atmosferik biasa atau
mempunyai titik nyala rendah (di bawah 21°C) dan mudah terbakar di bawah pengaruh kelembapan.
Tindakan : Hindari dari sumber api, api terbuka dan loncatan api, serta hindari pengaruh pada
kelembaban
tertentu.

Contoh : Aseton dan Logam natrium.

Extremely Flammable

Extremely Flammable merupakan bahan yang amat sangat mudah terbakar. Berupa gas dan udara yang
membentuk suatu campuran yang bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal.

Tindakan : Jauhkan dari campuran udara dan sumber api.

Contoh : Dietil eter (cairan) dan Propane (gas).

Dengerous For the Environment

Dangerous for environment’ adalah dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu
padasatu kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma) dan
menyebabkan gangguan ekologi

Tindakan : Hindari kontak atau bercampur dengan lingkungan yang dapat membahayakan makhluk
hidup.

Contoh : Tributil timah klorida, Tetraklorometan, Petroleum bensin

Flammable Solid
Flammable Solid merupakan padatan yang mudah terbakar.

Tindakan : Hindari panas atau bahan mudah terbakar dan reduktor, serta hindari kontak dengan air
apabila bereaksi dengan air dan menimbulkan panas serta api.

Contoh : Sulfur, Picric acid, Magnesium.

Flammble Liquid

Flammable Liquid meupakan cairan yang mudah terbakar.

Tindakan : Hindari kontak dengan benda yang berpotensi mengeluarkan panas atau api.

Contoh : Petrol, Acetone, Benzene.

3. Tabung (silinder) gas :

Gas bertekanan ini merupakan gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan maupun gas
cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan. Gas-gas tersebut dapat disimpan dalam
silinder dalam bentuk gas tekan seperti udara,cair dan terlarut.

Syarat penyimpanan:

a. Disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat


b. Ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari
c. Jauh dari api dan panas
d. Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub
e. Gedung penyimpanan harus tahan api dan harus ada tindakan preventif. agar silinder tetap sejuk
bila terjadi kebakaran. Misalnya dengan memasang sprinkler
f. Letakkan silinder gas dalam keadaan berdiri (vertikal) dan diikat pada alasnya, atau ditidurkan
dengan diberi ganjal agar tidak tergulir.
g. Kembalikan klep silinder yang bocor pada agen/penjualnya.
h. Pasanglah regulator pada klepnya untuk mengatur tekanan gas keluar dari silinder.
i. Selalu periksa saluran gas karena beresiko tinggi keracunan dan kebakaran ketika bocor.
j. Tandai masing-masing silinder dengan berbagai isi yang berbeda (elpiji, Hidrogen, Oksigen,
Nitrogen, Karbon dioksida, Klor,dan Astilen).

5. Bahaya Mekanik

Bahaya mekanik adalah bahaya atau kecelakaan yang berasal dari benda bergerak seperti mesin-mesin,
seperti: mesin-mesin. Bagian mesin yang bergerak atau berputar dapat menimbulkan bahaya jika tidak
diantisipasi. Bahaya mekanik yang mungkin sekali ada disekolah menengah umum adalah generator, van
de Graff, kipas listrik, bor listrik, dan mesin bubut. Bahaya yang mungkin perlu diantipasi adalah:
a. Terluka karena tersentuh benda berputar seperti lengan-lengan pemusing yang berputar pada
kecepatan tinggi
b. Pakaian yang longgar, atau rambut yang panjang tidak diikat rapi maka dapat terlilit berda berputar.

6. Bahaya Listrik

Listrik yang sangat berbahaya adalah listrik yang bertegangan tinggi, batas terendah tegangan yang tidak
berbahaya masih belum diketahui dengan pasti. Terkena sengatan listrik atau kesetrum sangat berbahaya
dan dapat menyebabkan kematian seketika. Arus listrik yang melewati tubuh akan merusakkan jaringan
tubuh seperti saraf, otot, serta dapat mengacaukan kerja jantung. Pada korban tersengat (kesetrum) listrik
korban sering kali jatuh pingsan, mengalami henti napas, denyut jantung tak teratur atau biasa jadi malah
berhenti sama sekali, dan mengalami luka bakar yang luas.
Sesungguhnya yang menetukan tingkat bahayanya adalah besarnya arus (kuat arus) yang mengalir
melalui badan atau bagian badan, bukan semata-mata tegangannya. Meskipun tegangan sumber sangat
tinggi, tetapi arus yang dapat dialirkannya hanya pada tingkat mikro ampere (10-6 A atau µA), tegangan
sumber tidak membahayakan. Inilah yang terjadi pada generator Van De Graff kecil yang biasa
digunakan disekolah.
Arus terendah (terkecil) yang masih dapat dirasakan oleh badan adalah arus yang besarnya sekitar 1 mA
pada arus bolak-balik(AC) dengan frekuensi 50Hz, atau disekitar 5 mA pada tegangan searah (DC).
Arus yang lebih besar daripada 20 mA pada arus AC dengan frekuensi 50Hz atau 80mA arus DC dapat
berakibat mematikan atau luka bakar yang serius.
Kuat arus menurut Ohm, pada suatu tegangan tertentu, bergantung pada hambatan penghantar
tempattegangan itu diadakan. Jika hambatan besar, maka arusnya kecil dan sebaliknya. Basah atau
keringnya kulit mempengaruhi hambatan badan. Jika badan dalam keadaan basah menyebabkan
hambatan kecil, maka dari itu jangan menyentuh alat-alat yang dialiri listrik.
Untuk menghindari bahaya istrik perhatikan saran berikut ini :
a. Sebelum digunakan, semua peralatan listrik yang baru diterima perlu diperiksa untuk memastikan
bahwa barang (casis) alat tidak “hidup” (tidak memiliki tegangan terhadap tanah), untuk
mengetahui hidup atau tidak hidupnya suatu bagian alat listrik, colokkan steker alat ke sumber
tegangan yang sesuai, lalu sentuh bagian badan alat dengan pena uji (test pena) sementara kaki atau
bagian badan yang lain menyentuh tanah. Jika pena menyala, bagian alat itu hidup, maka jangan
disentuh.keadaan alat seperti itu biasanya terjadi kesalahan pada waktu alat tersebut dibuat.
b. Peralatan listrik secara periodik harus diperiksa untuk mengetahui hidup atau tidak hidupnya bagian
alat tersebut.
c. Kapisator (kondensator) yang berkapitas besar, misalnya di atas 10.000µF, dapat menyimpan energi
listrik yang cukup besar, meskupin sudah pernah dinetralkan. Kapisator dapat memperoleh kembali
disekitar 10% muatannya setelah dikosongkan, sehingga dapat menimbulkan cedera listrik. Oleh
karenan itu, setiap kapasitor yang berukuran besar harus disimpan dalam keadaan elektroda-
elektrodanya dihubungkan singkatnya menggunakan kabel penghubung.

Berikut ini yang harus dilakukan untuk menangani korban yang tersengat listrik adalah :
1. Lihat keadaan sekitar dan kondisi korban
Perhatikan terlebih dahulu kondisi sikorban dan sekitarnya. Lihat apakah korban masih terhubung
dengan aliran listrik atau tidak. Jangan terburu-buru langsung menyentuh atau memegangsi korban.
Jika korban masih terhubung dengan listrik, biasa jadi kita akan ikut kesetrum, walhasil kita jadi
ikut menjadi korban.
2. Matikan sumber listrik
Cari sumber listriknya dan matikan. Jika tidak bisa, singkirkan sumber listrik dari tubuh korban
menggunakan benda yang tidak mengantarkan listrik, semisal kayu, plastik, atau karet.
3. Pindahkan korban
Jika lokasi kejadian tidak aman, pindahkan korban ketempat lain, lalu segera bawa korban kepusat
layanan medis terdekat. Bisa juga dengan menghubungi nomor darurat agar sikorban dijemput.
4. Lakukan perawatan
Sambil menuju atau menunggu bantuan medis datang, baringkan korban dalam posisi telentang.
Posisi kaki diatur agar lebih tinggi dari kepala untuk mencegah terjadinya shock. Periksa pula
pernapasan dan denyut jantungnya. Jika jantung atau napas korban terhenti, Anda biasa melakukan
tindakan cardio pulmonal resuscitation (CPR), dengan catatan anda menguasai teknik ini.

7. Bahaya Hayati (Biologis)

Bekerja di laboratorium biologi dapat berhubungan dengan masalah keamanan dalam menangani
mikroorganisme, masalah pemeliharaan dan penggunaan makhluk hidup dalam percobaan, masalah yang
berkaitan dengan pengorganisasian kerja lapangan (field trip), dan masalah-masalah biologis yang dapat
menimbulkan dampak berbeda-beda pada siswa. Ada kemungkinan laboratorium sekolah melengkapi
dengan teratium, akuarium, kebun sekolah, dan juga melakukan kultur (pembiakan) mikroba. Semua
makhluk tersebut, sedikit atau banyak, dapat membawa mikroba yang dapat menimbulkan penyakit pada
manusia. Mikroba ini dapat berkembang-biak dengan cepat dan dapat menyebabkan berjangkitnya suatu
penyakit, memungkinkan ini perlu diwaspadai dan di antisipasi, sambil berupaya agar dampak negatif
yang dapat ditimbulkan tidak ada, atau kecil-kecilnya.Tidak disarankan sekolah mengadakan percobaan-
percobaan menggunakan mikroba patogenik, karena membahayakan jika tidak dalam pengawasan orang
yang benar-benar ahli dalam masalah ini.

Jika sekolah akan mengadakan percobaan-percobaan yang berkaitan dengan mikroorganisme,


terutama jika bekerja dengan mikroorganisme patogenik, saran-saran berikut ini perlu diperhatikan
dan dijalankan:
a. Ketika melakukan kegiatan (percobaan) yang berkaitan dengan mikroba patogenik, pintu dan
jendela laboratorium sebaiknya ditutup untuk menghindari menyebarnya mikroba ke luar
laboratorium.
b. Setelah selesai melakukan percobaan, jas laboratorium yang di gunakan harus dilepas dan
digantungkan kedalam laboratorium.
c. Sebelum meninggalkan laboratorium, tangan harus dicuci dengan menggunakan zat antibakteri,
misalnya sabun antiseptk, lalu dibasuh dengan air yang banyak.
d. Kultur (biakan) harus diberi label yang jelas mengenai jenis mikroba, media yang digunakan dan
tanggal pengkulturan dilakukan.
e. Kultur hendaknya tidak terlalu lama disimpan di atas meja, tetapi harus secepatnya dipindahkan
ke tempat yang khusus, misalnya kelemari es atau lemari penyimpan. (Lemari es yang
digunakan untuk menyimpan biakan seperti ini tidak boleh digunakan untuk menyimpan bahan
makanan.
f. Cawan-cawan perlu berisi kultur mikroba harus ditutup dan disegel rapat (sealed) dengan selotip
untuk menghindari menyebarnya spora.
g. Sampah yang kemungkinan tertular mikroba harus di otoklaf atau dibakar sebelum dibuang.
h. Setiap bahan atau sampah yang berkemungkinan menularkan penyakit, yang diambil dan dalam
laboratorium, harus dibawa dipindahkan di dalam wadah luar yang tidak dapat pecah dan
tertutup rapat.
i. Langkah-langkah (procedures) yang melibatkan bahan-bahan yang dapat menularkan penyakit
yang menghasilkan acrosol (suspensi partikel di dalamlemari aliran laminar (laminar flow
cabinet) atau didalam wadah yang kedapn acrosol.
j. Ketika bekerja dengan bahan yang berkemungkinan mengandung penyakit menular, semua
meja kerja harus disapu dengan disinfektan yang sesuai sebelum dan sesudah bekerja.
k. Semua zat yang tertetes/tertumpah harus seketika dibersihkan dengan menggunakan larutan
disinfektan (misalnya natrium hipoklorida atau alkohol 70%). Tertumpahnya zat yang dapat
menular penyakit harus segera dilaporkan ke pengelola laboratorium, dan kejadian itu harus
dicatat di dalam buku catatan harian yang harus ada di dalam laboratorium.
l. Cairan biologis yang akan dibuat harus distelisasi, yang dapat digunakan dengan menambahi
natrium klorit 2% pada cairan tersebut membiarkannya selama 24 jam.

Perlu diperhatikan bahwa bahan yang dibasahi natrium hipoklorit, tidak boleh diotoklaf karena
menghasilkan uap beracun.
Hewan untuk Laboratorium Sekolah
Laboratorium biologis umumnya memerlukan obyek pengamatan berupa makhluk hidup seperti
hewan, tumbuhan, dan mikroba dalam keadaan hidup, termasuk bagian-bagiannya dalam keadaan
segar seperti organ, jaringan sel, maupun produk-produk yang dihasilkannya seperti cairan tubuh,
darah, serum, hormon, enzim, susu, dan telur. Informasi mengenai asal, proses dan kemurniannya
sedapat mungkin diketahui dengan baik untuk menjamin tidak terkontaminasi dengan organisme
patogen termasuk virus. Semua materi biologis harus diwaspadai bahayanya, ditanggani dengan
seaman mungkin, dan dibuang dengan cara yang aman.
Lebih dari status penyakit hewan diketahui dapat menular ketubuh manusia. Oleh karena itu,
memelihara hewan tumbuhan mikroba hidup di laboratorium sekolah mengandung bahaya
menjangkitnya penyakit, lebih-lebih jika sedang ada endemik atau epidemik suatu jenis penyakit
hewan, misalnya flu burung atau antraks (anthras). Di samping itu, ada kesukaran dalam
pemeliharaan dan penjagaan kebersihannya. Misalnya, siapa yang akan memelihara hewan-hewan
itu pada sekolah sedang libur.
Jika akan memelihara hewan juga, kebersihan tempat hewan itu dipelihara (kandang) selalu harus
dijaga. Demikian juga kesehatannya. Jangan sampai hewan yang dipelihara menjadi sumber penyakit
bagi siswa atau guru. Diperlukan dokter hewan untuk memeriksa keadaan kesehatan hewan yang di
pelihara. Harus dipastikan bahwa hewan yang didapat ada dalam keadaan sehat dan tidak membawa
mikroba patogenik. Janganlah memelihara hewan yang didapat dari sembarang tempat.

Pembedahan Hewan
Jika akan dilakukan pembedahan terhadap hewan, perlu diperhatikan siswa yang secara psikologis
tidak tahan melihat darah, atau melihat darah keluar dari luka makhluk hidup. Kenalilah keberadaan
siswa seperti ini sebelum diadakan kegiatan pembedahan. Siswa seperti ini tidak boleh dipaksa
menyaksikannya.
a. Hati-hati dengan hewan percobaan karena bisa menyebabkan infeksi (salmonellosis, cacing
gelang, dll). Infeksi bisa lewat gigitan, cakaran, atau dari pisau bedah yang digunakan.
b. Bawalah hewan percobaan yang sehat.
c. Hati-hati dengan bulu atau debu kulit hewan yang bisa menyebabkan orang alergi.
9. A p i.
Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan kimia dalam berbagai variasi penggunaan
termasuk proses pembuatan, pemformulaan atau analisis. Cairan mudah terbakar yang sering digunakan
dalam laboratorium atau industri adalah hidrokarbon. Bahan mudah terbakar yang lain misalnya pelarut
organik seperti aseton, benzen, butanol, etanol, dietil eter, karbon disulfida, toluena, heksana, dan lain-
lain. Para pekerja harus berusaha untuk akrab dan mengerti dengan informasi yang terdapat dalam
Material Safety Data Sheets (MSDS). Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang tingkat bahaya
dari setiap bahan kimia, termasuk di dalamnya tentang kuantitas bahan yang diperkenankan untuk
disimpan secara aman.
Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak atau tidak stabil. Banyak senyawa
kimia yang mudah meledak sendiri atau mudah meledak jika bereaksi dengan senyawa lain. Senyawa
yang tidak stabil harus diberi label pada penyimpanannya. Gas bertekanan juga merupakan sumber
kecelakaan kerja akibat terbentuknya atmosfer dari gas yang mudah terbakar.
Berdasarkan klasifikasi oleh NFPA (National Fire Protection Agency), api dapat diklasifikasikan
menjadi:
1. Kelas A, yaitu jenis api biasa yang berasal dari kertas, kayu, atau plastic yang terbakar
2. Kelas B, yaitu jenis api yang ditimbulkan oleh zat mudah terbakar dan mudah menyala seperti
bensin, kerosin, pelarut organic umum yang digunakan di laboratorium.
3. Kelas C, yaitu jenis api yang timbul dari peralatan listrik
4. Kelas D, yaitu jenis api yang timbul dari logam mudah menyala seperti magnesium, titanium,
kalium, dan natrium.
Jenis pemadam kebakaran
Jika terjadi kebakaran, alat pemadam kebakaran (fire extinguisher) yang digunakan harus
disesuaikan dengan penyebab timbulnya api.

1. Air (water extinguisher)


Sangat cocok untuk api kelas A, tetapi tidak cocok untuk api kelas B, C, dan D.
2. Uap air (watermist extinguisher)
Sangat cocok untuk api kelas A dan C
3. Bahan kimia kering (dry chemical extinguisher)
Sangat berguna untuk api kelas A, B, dan C dan merupakan pilihan terbaik untuk semua jenis
kebakaran. Jenis dray chemical extinguisher yang digunakan adalah:
a. Untuk api kelas B dan C
Bahan kimia yang digunakan mengandung natrium atau kalium karbonat
b. Untuk api kelas A, B, dan C
Bahan kimia yang digunakan mengandung ammonium fosfat
4. Karbondioksida (CO2 extinguisher)
Dipergunakan bagi api kelas B dan C pemadaman kebakaran dari karbondioksida lebih baik
dari dry chemichhal karena tidak meninggalkan zat berbahaya sesudahnya. Paling baik
digunakan untuk api yang berasal dari listrik.
5. Personal Protective Equipment (PPE)
Perlengkapan pelindung individu (personal protective equipment) yang umumnya harus
digunakan adalah jas laboratorium, sarung tangan, masker, sepatu pengaman, dan pelindung
mata.

https://www.academia.edu/34303485/BAHAN_BAHAN_KIMIA_BERBAHAYA_DI_LABORATORI
UM_BAHAN_-BAHAN_KIMIA_BERBAHAYA_DI_LABORATORIUM

https://www.academia.edu/36452075/Penanganan_Bahan_Kimia_Berbahaya_dan_Peralatan_Kimia_Ser
ta_Macam-macam_Alat_Keselamatan_Laboratorium.doc

http://deriosw.blogspot.com/2015/11/jenis-jenis-kecelakaan-yang-dapat.html

https://arsyadriyadi.blogspot.com/2015/03/keselamatan-kerja-di-laboratorium.html

http://3an-master.blogspot.com/2016/01/bahaya-dan-resiko-di-laboratorium.html

Anda mungkin juga menyukai