Anda di halaman 1dari 2

TUGAS MATA KULIAH GL2021 PENGANTAR GEOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN

Fathan Sadida / 15418071

TEORI TEKTONIK LEMPENG (PLATE TECTONICS)

Secara bahasa, lempeng atau plate dapat diartikan sebagai bongkahan atau lempengan batu
yang besar dan kaku. Sedangkan tektonik atau tectonics berasal dari bahasa yunani yang artinya
membangun. Dapat disimpulkan bahwa tektonik lempeng ialah bagaimana permukaan bumi
dibangun oleh lempengan.

Menurut Robert I. Tilling, teori tektonik lempeng menyatakan bahwa lapisan terluar bumi
terbagi menjadi beberapa lempengan kecil yang bergerak relatif satu sama lain dan dibawah
lempeng tersebut terdapat material yang lebih panas dan lebih mudah bergerak. Lapisan terluar
ini disebut litosfer, sedangkan lapisan di bawah litosfer disebut astenosfer. Teori ini
menyatakan bahwa 225-200 juta tahun yang lalu, hanya terdapat satu benua yang disebut
Pangea, kemudian lama kelamaan benua ini terpecah hingga membentuk benua-benua yang
kita kenali sekarang.

Pada tahun 1596, seorang pembuat peta dari Belanda bernama Abraham Ortelius menyatakan
bahwa benua amerika “terlepas” dari benua eropa dan benua afrika. Kemudian gagasan tentang
benua yang bergerak diangkat kembali pada tahun 1912 dengan the theory of continental drift
atau teori pergeseran benua oleh Alfred Lothar Wegener, seorang meteorologist asal jerman.
Dialah yang mengemukakan bahwa 200 juta tahun lalu, benua Pangea mulai terpecah.
Alexander Du Toit kemudian menyatakan bahwa Pangea terpecah menjadi 2 benua besar, yaitu
Laurasia dan Gondwanaland. Kedua benua ini terus terpecah hingga membentuk benua-benua
yang ada sekarang.

Teori Pergeseran Benua berdasar pada kecocokan antara amerika selatan dan benua afrika.
Selain itu terdapat kesamaan struktur geologis dan kesamaan fossil flora dan fauna yang
ditemukan di sepanjang pesisir amerika selatan dan afrika, yang sekarang terpisah oleh
samudera atlantik. Dia mengemukakan bahwa secara fisik tidak mungkin hewan dan tumbuhan
ini untuk dapat berpindah menyeberangi samudera atlantik. Menurut Wegener, hal inilah yang
menjadi bukti bahwa dua benua tersebut sebelumnya bersatu. Namun banyak ilmuwan yang
tidak setuju dengan Wegener. Kelemahan fatal dari Teori Pergeseran benua ialah ia tidak bisa
menjelaskan secara pasti apa gaya yang cukup kuat untuk menggerakkan lempengan benua
yang besar dengan jarak yang jauh. Wegener hanya menjelaskan bahwa lempengan tersebut
mengarungi samudera. Harold Jeffreys, seorang geofisis dari inggris menyatakan bahwa tidak
mungkin lempengan benua dapat bergerak mengarungi samudera.

Kemudian pada tahun 1956, terdapat penemuan tentang perbedaan umur batuan yang terdapat
di tengah samudera atlantik yang disebut sebagai ridges. Pada tahun 1961, ilmuwan mulai
berpikir bahwa perbedaan umur batuan ini disebabkan karena naiknya magma dari ridges
tersebut yang kemudian membentuk kerak samudera. Proses ini kemudian disebut dengan
seafloor spreading. Teori ini dapat menjelaskan pergeseran benua karena membesarnya bumi
TUGAS MATA KULIAH GL2021 PENGANTAR GEOLOGI DAN TATA LINGKUNGAN
Fathan Sadida / 15418071

akibat naiknya magma tersebut. Namun para ilmuwan tidak bisa membuktikan mekanisme
pembesaran bumi tersebut. Banyak geolog yang percaya bahwa selama 4.6 miliar tahun umur
bumi, hanya mengalami sedikit sekali perubahan ukuran.

Harry H. Hess dan Robert S. Dietz merupakan sekelompok kecil orang yang memahami secara
mendalam tentang teori seafloor spreading. Hess menyatakan bahwa jika kerak bumi
berkembang, maka di tempat lain kerak bumi tersebut menyusut. Ia berspekulasi bahwa kerak
ini terus bergerak dan akhirnya kembali kedalam trench, sebuah tebing yang sangat dalam
dibawah laut di samudera pasifik. Menurut Hess, Samudera atlantik terus berkembang
sedangkan samudera pasifik menyusut. Hal ini pun menjawab pertanyaan mengapa bumi tidak
mengalami perubahan ukuran. Setelah itu muncul observasi geologis dengan teknik
pencitraaan seismik yang semakin mengukuhkan teori tektonik lempeng ini.

Mahasiswa Perencanaan Wilayah Kota (PWK) perlu mempelajari ilmu ini. Teori Tektonik
Lempeng ini menjelaskan berbagai fenomena geologis yang cukup berkaitan dengan
perencanaan, seperti penyebab munculnya gunung berapi, dan perkiraan titik-titik terjadinya
gempa. Dengan mempelajari hal tersebut, kita jadi mengetahui dasar bagaimana proses
terjadinya gempa bumi, gunung meletus, tsunami, dan lain-lain. Kita kemudian dapat membuat
perencanaan yang juga mempertimbangkan aspek kebencanaan dari yang sudah kita dapat
selama ini.

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, G., Kahar, S., Awaluddin, M., & Meilano, I. (2012). Kajian Regangan Selat Bali
Berdasarkan Data Gnss Kontinu Tahun 2009-2011. Jurnal Geodesi Undip, 1(1), 1–12.

Kious WJ, Tilling RI. "Historical perspective". This Dynamic Earth: the Story of Plate
Tectonics (edisi ke-Online edition). U.S. Geological Survey. ISBN 0160482208. Diakses
tanggal 2019-08-27.
Tektonika lempeng. (2018, Agustus 27). Di Wikipedia, Ensiklopedia Bebas. Diakses pada
Agustus 27, 2018, dari
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tektonika_lempeng&oldid=13969024

Anda mungkin juga menyukai