REVIEW
MK. FISIKA MODERN
PRODI S1 DIKFIS
FMIPA
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas “CRITICAL
JOURNAL REVIEW”. Tugas ini dibuat utnuk memenuhi salah satu mata kuliah saya yaitu
“FISIKA MODERN”. Saya sangat berharap makalah critical journal review ini dapat
berguna bagi saya pribadi maupun orang lain.
Saya menyadari bahwa tugas critical journal review ini masih jauh dari
kesempurnaan. Saya mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dari makalah ini.
Semoga makalah critical journal review sederhana ini dapat di pahami bagi siapa pun yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan saya mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Tahun : 2008
Penulis : Festayed
Jurnal Kedua
Judul : Percobaan Efek Fotolistrik Berbasis Mikrokontroller dengan
LED RGB Sebagai Sumber Cahaya
Jurnal : Jurnal Inovasi Fisika Indonesia (IFI)
Volume dan Hal. : Vol. 06, No. 3, Hal. 90-96
Tahun : 2017
Penulis : Bibi Maria Umma dan Imam Sucahyo
ISSN : 2302-4313
Jurnal Ketiga
Judul : Radiasi Benda Hitam dan Efek Fotolistrik Sebagai Konsep
Kunci Revolusi Saintifik dalam Perkembangan Teori Kuantum
Cahaya
Jurnal : Jurnal Ilmiah Multi Sciences
Volume dan Hal. : Vol. 09, No. 2, Hal. 51-58
Tahun : 2017
Penulis : Sutarno, Erwin, dan Muhammad Syaipul Hayat
ISSN : 2581-1452
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pada tahun 1879, J.Stefan dan L.Boltzmann menemukan hubungan bahwa jumlah
energi yang dipancarkan suatu benda hitam sebanding dengan pangkat empat temperaturnya.
Hukum Stefan Boltzmann dapat dituliskan sebagai :
E = σ T4 ...................................................... (3)
Tetapan σ merupakan tetapan Stefan Boltzmann yang besarnya sama dengan 5,67 x
10-8 W/m2K4. Rumus Stefan Boltzmann menyatakan besarnya energi radiasi total yang
dipancarkan oleh benda persatuan luas persatuan waktu. Dari rumusan Stefan Boltzmann
terlihat bahwa daya yang dipancarkan persatuan luas hanya bergantung pada suhu dan
ditentukan oleh sifat-sifat lain dari benda.
Spektrum yang teramati dari radiasi benda hitam ini tidak dapat dijelaskan dengan
teori elektromagnetik dan mekanika statistik klasik. Wien seorang ahli fisika telah melakukan
percobaan dan menunjukkan bahwa rapat energi haruslah dalam bentuk persamaan (4).
Persamaan ini kemudian dikenal dengan hukum Wien :
E(λ, T) = λ−5 f(λT)……………………………(4)
Dalam bentuk fungsi frekuensi, maka persamaan di atas menjadi:
v
E(v, T) = v 3 g (T)………………………………(5)
Pada tahun 1900, Max Planck menemukan rumus dengan cara interpolasi (fitting)
antara rumus Wien dengan rumus Rayleigh Jeans. Rumus ini adalah
8πh v3
E(v, T) = ……………………..(6)
c3 ehv/kT −1
dengan h adalah tetapan Planck (parameter) yang besarnya 6,63 x 10-34J.s. Rumusan Planck
di atas cocok dengan data eksperimen, yaitu mulai dari frekuensi rendah sampai frekuensi
tinggi. Planck berhasil menemukan suatu persamaan matematika untuk radiasi benda hitam
yang benar-benar sesuai dengan data percobaan yang diperolehnya. Persamaan tersebut
disebut Hukum Radiasi Benda Hitam Planck, yang menyatakan bahwa intensitas cahaya yang
dipancarkan dari suatu benda hitam berbeda-beda sesuai dengan panjang gelombangnya.
Teori Planck ini dikenal juga sebagai "teori kuantum".
Teori kuantum dari Planck diakui kebenarannya karena dapat dipakai untuk
menjelaskan berbagai fenomena fisika yang saat itu tidak bisa diterangkan dengan teori
klasik. Masalah teoretis ini dipecahkan oleh Max Planck, yang menganggap bahwa radiasi
elektromagnetik dapat merambat hanya dalam bentuk paket-paket, atau kuanta.
Perkembangan teoretis ini akhirnya menyebabkan digantikannya teori elektromagnetik klasik
dengan mekanika kuantum. Dimana paket-paket tersebut disebut foton.
4
Planck mendapatkan suatu persamaan: E = hv , yang menyatakan bahwa energi
sebuah foton (E) setara dengan nilai tetapan tertentu yang dikenal sebagai tetapan Planck (h),
dikalikan dengan frekuensi (v ). Hipotesa Planck yang bertentangan dengan teori klasik
tentang gelombang elektromagnetik ini merupakan titik awal dari lahirnya teori
kuantum yang menandai terjadinya revolusi dalam bidang fisika.
Besarnya efisiensi energi radiasi benda hitam merupakan perbandingan energi yang
diserap oleh suatu benda hitam dalam panjang gelombang cahaya tampak, yang memiliki
panjang gelombang 0,39 μm sampai 0,77 μm dengan total energi yang diserap dalam semua
panjang gelombang.
Dalam proses menghitung besarnya energy radiasi, perhitungan yang dilakukan cukup
rumit. Untuk mengatasinya, cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan metode
numerik dengan pemrogram komputer menggunakan Borlan Delphi 7. Metode numerik
adalah teknik yang digunakan untuk memformulasikan persoalan matematik sehingga dapat
dipecahkan dengan operasi perhitungan.
Dari hasil penelitian program perhitungan yang dirancang dapat menghitung efesiensi
radiasi benda hitam dengan mudah dan cepat dengan kesalahan yang sangat kecil yaitu 0.219
%. Namun penelitian ini belum dapat mengolah data dari hasil pengukuran yang diinput dari
luar melalui sistem interface, disarankan penelitian lanjutan dikembangkan agar bisa
mengambil data dari luar atau dari file yang berbeda.
5
Arduino Uno dan software arduino sebagai pengendali intensitas cahaya oleh sumber dan
juga pembaca nilai tegangan output dari sensor.
LED RGB yang akan digunakan sebagai sumber cahaya merupakan LED yang dapat
memancarkan 3 warna cahaya dalam satu unit LED. Sensor yang digunakan adalah sensor
fotodioda dikarenakan fotodioda mampu untuk menjelaskan efek fotolistrik. Fotodioda
merupakan bahan semikonduktor dimana terdapat sambungan p-n didalamnya. Elektron-
elektron yang dekat ke bidang sambungan akan cenderung berdifusi menyeberang bidang
sambungan. Terdapat arus yang mengalir dari sisi tipe-p (anoda) menuju sisi tipe-n (katoda),
akan tetapi tidak dapat mengalir sebaliknya.
Pada efek fotolistrik, pengaruh cahaya terhadap sifat kelistrikan bukan hanya
disebabkan oleh sifat cahaya sebagai gelombang elektromagnetik tetapi juga sifat cahaya
sebagai pembawa energi. Pada efek fotolistrik, permukaan sebuah logam disinari dengan
seberkas cahaya dan sejumlah elektron terpancar dari. Dalam eksperimen efek fotolistrik
dilakukan pengukuran bagaimana laju dan energi kinetik elektron yang terpancar bergantung
pada intensitas dan panjang gelombang sumber cahaya. Dimana intensitas cahaya hanya
memengaruhi nilai besar arus yang melewati rangkaian.
6
𝐸𝐾𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑒𝑉𝑠 (1)
e adalah muatan elektron yang bernilai 1,6 x 10-19 C sedangkan Vs adalah tegangan
penghalang (stopping potential) dalam volt. Selanjutnya untuk menentukan nilai dari energi
kinetik maksimum dan hubunannya dengan frekuensi adalah :
Energi cahaya = energi ambang + energi kinetik maksimum elektron
𝐸 = 𝑊0 + 𝐸𝑘𝑚 (2)
ℎ𝑣 = ℎ𝑣0 + 𝐸𝑘𝑚 (3)
𝐸𝑘𝑚 = ℎ𝑣 − ℎ𝑣0 (4)
persamaan-persamaan diatas disebut persamaan efek fotolistrik Eisnten. Dimana Wo adalah
energi ambang logam atau fungsi kerja logam, vo adalah frekuensi ambang logam dan v
adalah frekuensi cahaya yang digunakan kemudian Ekm adalah energi kinetik maksimum
elektron yang terlepas dari logam dan bergerak ke plat logam yang lain. Sehingga untuk
menentukan nilai dari konstanta planck melalui suatu eksperimen adalah :
ℎ𝑣 = 𝐸𝑘𝑚 (5)
dengan nilai frekuensi yang didapat dari perhitungan :
𝑐 = 𝜆 .𝑣 (6)
Dapat diketahui pula hubungan antara panjang gelombang dengan energi kinetik
maksimum dari foto elektron yaitu :
ℎ𝑣 = 𝐸𝑘𝑚 (8)
𝑐
ℎ 𝜆 = 𝐸𝑘𝑚 (9)
dari perumusan tersebut dapat dikatakan bahwa semakin besar nilai panjang gelombang suatu
cahaya maka energi kinetik yang hasilkan akan semakin kecil karena nilai energi kinetik
berbanding terbalik dengan panjang gelombang.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui nilai dari konstanta planck dan
pengaruh intensitas cahaya yang diberikan ke fotodioda terhadap tegangan keluaran serta
tegangan penghenti. Adapun hasil penelitiannya yang pertama, tegangan yang diberikan pada
kaki fotodioda (katoda) dapat menghentikan arus lektron sehingga arus listrik tidak dapat
mengalir pada tegangan tertentu. Tegangan yang diberikan yaitu tegangan penghenti dimana
nilainya berbeda untuk setiap panjang gelombang dari cahaya tampak. Kedua, nilai frekuensi
cahaya tampak memengaruhi energi kinetik yang dibutuhkan elektron untuk berpindah.
Semakin tinggi nilai frekuensi suatu cahaya maka dibutuhkan energi kinetik yang besar.
7
2.3 Ringkasan Jurnal Ketiga
Periode fisika modern dimulai dari tahun 1900 hingga saat ini. Lahirnya fisika
modern terutama ditandai dengan ditemukan beberapa fenomena yang tidak dapat dijelaskan
menggunakan teori fisika klasik, yaitu fenomena radiasi benda hitam dan efek fotolistrik.
Fenomena radiasi benda hitam dan efek fotolistrik dapat dipandang sebagai konsep kunci
lahirnya revolusi sains dalam perkembangan fisika modern.
Revolusi sains merupakan episode perkembangan non-kumulatif, dimana paradigma
lama diganti sebagian atau seluruhnya oleh paradigma baru yang ber-tentangan. Menurut
Kuhn (1989), sains berkembang melalui pergeseran paradigma, yakni perubahan fundamental
dalam asumsi, teori, dan metode dalam bingkai paradigma lama ke asumsi, teori dan metode
dalam bingkai paradigm baru. Kuhn menyatakan bahwa ilmu pengetahuan berkembang
secara revolusioner dari satu paradigma ke paradigma lainnya melalui beberapa fase
perkembangan, yaitu fase Pra-Paradigma, Persaingan Paradigma, Fase Sains Normal, Fase
Anomali dan Krisis, dan Fase Munculnya Paradigma Baru.
8
Pada tahun 1900, Planck membuat suatu gagasan baru tentang sifat dasar dari getaran
molekul-molekul pada dinding rongga benda hitam. Gagasan tersebut sangat radikal dan
bertentangan dengan teori fisika klasik, yaitu: (1) radiasi yang dipancarkan oleh getaran
molekul tidaklah kontinu tetapi dalam paket-paket energi diskret yang disebut kuanta (foton).
Besar energi setiap foton ditentukan oleh frekuensi getaran, 𝐸=ℎ𝑣, (2) Molekul-molekul
memancarkan atau menyerap energi foton apabila “melompat” dari satu tingkat energi ke
tingkat energi lainnya. Jika molekul tetap tinggal dalam satu tingkat energi tertentu, maka
tidak ada energi yang diserap atau dipancarkan molekul.
Melalui kedua asumsi yang fenomenal ini, Planck dapat memformulasikan spektrum
radiasi benda hitam yang cocok untuk semua panjang gelombang, yaitu:
8π𝑣 3 hv
E(v) =
c 3 ehv/kT − 1
dengan h adalah tetapan Planck, c adalah cepat rambat cahaya, k adalah tetapan Boltzman,
dan T adalah suhu mutlak benda hitam. Gagasan Planck ini merupakan cikal bakal bagi
lahirnya teori kuantum cahaya yang dikemukakan oleh Einstein pada beberapa tahun
kemudian
9
elektron jika frekuensi cahaya yang digunakan lebih kecil dari suatu frekuensi tertentu.
Fenomena yang teramati oleh Lenard sangat bertentangan dengan teori fisika klasik.
Teori kuantisasi energi yang dikemukakan oleh Planck, kemudian diartikan lebih fisis
oleh Einstein. Pada tahun 1905 Einstein mulai memperkenalkan teori kuantum cahaya.
Menurut Einstein, pancaran cahaya berfrekuensi 𝑣 berisi paket-paket gelombang atau paket-
paket energi. Energi yang dibawa setiap paket gelombang adalah sebesar ℎ𝑣.
Menurut postulat Planck, foton-foton yang sampai pada katoda akan diserap sebagai
kuantum energi. Besar energi kinetik elektron foto diungkapan dalam persamaan E K = hf-Wo,
disebut persamaan fotolistrik Einstein. Kesahihan penafsiran Einstein mengenai fotolistrik
diperkuat dengan ditemukannya emisi termionik menjelang abad ke-19, yaitu terjadinya
emisi elektron dari benda panas.
Tinjauan Revolusi Saintifik pada Fenomena Radiasi Benda Hitam dan Efek Fotolistrik
Kegagalan fisika klasik dalam menjelaskan fenomena bencana ultraviolet dan efek
fotolistrik merupakan sebuah “tamparan” besar bagi para ilmuwan saat itu. Formulasi yang
diberikan oleh Wien, Stefan-Boltzman, Reyleigh-Jeans dengan tetap berpijak pada teori fisika
klasik untuk menjelaskan anomali spektrum radiasi benda hitam, dan eksperimen panjang
yang dilakukan Milikan yang menyanggah teori kuantum cahaya Einstein, merupakan bukti
kuat bahwa ilmuwan saat itu tidak mau begitu saja menerima teori yang sama sekali baru
bagi mereka. Kenyataannya, pemikiran revolusioner Plank dan Einstein telah menimbulkan
ketakutan dan keraguan dalam diri banyak orang (misalnya pada diri Reyleigh-Jeans dan
Milikan), namun berdampak amat penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini
bersesuaian dengan apa yang dikatakan oleh Kuhn, bahwa kritik-kritik revolusioner acapkali
memberikan dampak emosional yang amat besar pada komunitas sains. Perjalanan penemuan
dan perkembangan teori kuantum cahaya sangat bersesuaian dengan fase revolusi saintifik
yang dikemukakan oleh Kuhn.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari tiga jurnal yang telah penulis review, dapat disimpulkan bahwa
Benda hitam (black body) didefinisikan sebagai benda yang menyerap semua radiasi
yang datang padanya. Benda hitam ideal dimodelkan dengan sebuah rongga hitam
dengan lubang kecil. Bila berkas cahaya memasuki rongga melalui lubang tersebut,
berkas cahaya akan dipantulkan berkali-kali pada dinding rongga tanpa sempat keluar
lagi melalui lubang. Energi cahaya akan diserap oleh dinding rongga setiap kali
terjadi pemantulan.
Efek fotolistrik adalah suatu gejala terlepasnya elektron karena frekuensi foton lebih
dari frekuensi logam yang dikenai cahaya. Hal ini menyebabkan munculnya arus
listrik akibat permukaan suatu bahan logam disinari. Arus listrik yang muncul
merupakan arus elektron bermuatan negatif.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah critical journal review ini, penulis menyadari masih
terdapat kekurangan bagi dari segi penulisan, ringkasan, dan konsep materi yang penulis
paparkan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis meminta saran untuk perbaikan
kedepannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Festayed. (2008). Program Perhitungan Efisiensi Energi Radiasi Benda Hitam Melalui
Metode Simpson dengan Borland Delphi 7. SAINSTEK. 9(1) : 1-5
Sutarno, dkk. (2017). Radiasi Benda Hitam dan Efek Fotolistrik Sebagai Konsep Kunci
Revolusi Saintifik dalam Perkembangan Teori Kuantum Cahaya. Jurnal Ilmiah Multi
Sciences. 9(2) : 51-58
Umma Bibi Maria dan Imam Sucahyo. (2017). Percobaan Efek Fotolistrik Berbasis
Mikrokontroller dengan LED RGB Sebagai Sumber Cahaya. Jurnal Inovasi Fisika
Indonesia (IFI). 6(3) : 90-96