Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia

Darah dan Epitel


Disusun oleh : Indah Permata Sari (20180311012)

Sesi : 01

Kelompok : 02

Ketua Kelompok : Alvianto Gautama (20180311013)

Nama Anggota :

 Indah Permata Sari (20180311012)


 Mila Enderwati (20180311010)
 Artha Permata Hati Malau (20180311014)
 Alvianto Gautama (20180311013)
 Dewi Anggraini (20180311027)

Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan

Program Studi Farmasi

Universitas Esa Unggul

Tahun Ajaran 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puij dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dalam laporan ini, saya membahas mengenai mengenai darah dan
epitel pipi.

Penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan laporan ini.
Menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
sangat dibutuhkan untuk memperbaiki kedepannya.

Semoga penyusunan laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi yang
membaca,terima kasih.

Jakarta, 10 Juni 2019


Daftar Isi

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Topik

1.2 Tujuan

1.2 Dasar Teori

BAB II : PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Pelaksanaan Praktikum

2.2 Kegiatan Praktikum

BAB III : HASIL PRAKTIKUM DAN KESIMPULAN

3.1 Hasil Pengamatan

3.2 Pembahasan

3.3 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Topik

Darah dan Epitel

1.2. Tujuan

Agar mahasiswa dapat :

- mengetahui gambaran berbagai jenis sel darah

- mengetahui cara pembuatan sediaan ulas epitel rongga pipi

- mengetahui gambaran berbagai jenis epitel rongga pipi

1.3. Dasar Teori

Epitel Pipi

Jaringan epitel terdiri dari kumpulan sel-sel yang sangat rapat susunannya sehingga
membentuk suatu lembaran, maka disebut sebagai membran epitel atau disingkat sebagai
epitel saja untuk membedakan dengan epitel kelenjar. Adhesi diantara sel-sel ini sangat kuat,
membentuk lembaran sel yang menutupi permukaan tubuh dan membatasi atau melapisi
rongga-rongga tubuh. Jaringan epitel tidak memiliki substansi interseluler dan cairannya
sangat sedikit.
Istilah epithelium berasal dari kata epi yang berarti upon atau di atas dan thele yang berarti
nipple atau punting. Penggunaan istilah epitel meluas untuk semua bentuk lapisan yang terdiri
atas lembaran sel-sel (cellular membrane) baik yang bersifat tembus cahaya ataupun yang
tidak. Dengan berkembangnya pemakaian mikroskop, maka istilah epitel tidak terbatas pada
kumpulan sel yang membentuk membran yang menutupi, tetapi juga digunakan untuk
kelenjar. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian embriologis yang menyimpulkan
bahwa sel-sel epitel pada permukaan tumbuh ke dalam jaringan pengikat di bawahnya dan
berkembang menjadi kelenjar.
Epitel tidak mempunyai pembuluh darah, namun semua epitel tumbuh pada jaringan ikat
yang mempunyai pembuluh darah. Epitel dipidahkan dengan jaringan ikat melalui membrane
basalis. Jaringan epitelium (epithelial tissue) terdapat dalam wujud lapisan-lapisan sel yang
terkemas dengan rapat. Pada banyak epitelium, sel-sel tersebut dipatri menjadi satu oleh tight
junction (persambungan ketat). Permukaan bebas pada epitelium itu terpapar ke udara atau
cairan, sementara sel-sel yang berada di bagian dasar rintangan itu melekat ke suatu membran
basal (Campbell, 2004).
Epitel yang berbentuk membrane dan berasal dari mesoderm ada 2, yaitu:
1. endothelium, merupakan susunan sel-sel yang membatasi permukaan dalam pembuluh
darah, jantung, dan pembuluh limfa.
2. mesothelium, merupakan susunan sel-sel yang membatasi rongga tubuh yang bersifat
besar yang juga menutupi beberapa organ tertentu seperti misalnya melapisi peritoneum,
pleura, dan pericaridium.

Jaringan epitel menjalankan berbagai fungsi, antara lain:

1. Perlindungan terhadap dehidrasi, trauma, iritasi mekanik, dan zat toksik.


2. Absorpsi gas atau nutrient, seperti dalam paru-paru atau saluran pencernaan
3. Transpor cairan, mucus, nutrient, atau zat partikulat lain
4. Sekresi produk-produk yang telah disintesis, seperti hormone, enzim dan perspirasi yang
dihasilkan dari epithelium glandular.
5. Ekskresi sisa metabolisme seperti urin melalui filtrasi
6. Penerimaan sensorik oleh sel-sel epitel khusus pada ujung pengecap, hidung, dan telinga
(Sloane, 2003).

Jaringan epithelium mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut :

1. Pembelahan sel pada epithelium terjadi secara terus menerus untuk menggantikan sel yang
rusak.

2. Jaringannya bersifat avoskular atau tanpa pembuluh darah.

3. Epithelium hanya terdiri atas sel-sel yang saling berdekatan yang berbentuk pipih. Hanya ada
sedikit material antar sel.
4. Permukaan atas epithelium bebas atau terbuka bagi bagian luar tubuh/rongga tubuh bagian
dalam. Permukaan basal berada pada jaringan ikat.

Darah

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dansel darah.
Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume darah secara
keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter.Sekitar 55% adalah
plasma darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel darah. ( EvelynC. Pearce, 2006 ).Fungsi utama
darah dalam sirkulasi adalah sebagai media transportasi,pengaturan suhu, pemeliharaan
keseimbangan cairan, serta keseimbangan basa eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam
tubuh. Sel darah merah mampu mengangkut secara efektif tanpa meninggalkan fungsinya di
dalam jaringan, sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja. Darah berwarna
merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan
oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory
protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme,yang merupakan tempat terikatnya
molekul-molekul oksigen. Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti
darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh
jantungmenuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida
danmenyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke
jantungmelalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh
saluranpembuluh darah aorta.Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui
saluranhalus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke
jantungmelalui pembuluh darah vena cavasuperior dan vena cava inferior. Darah juga
mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hatiuntuk
diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni. ( Evelyn C. Pearce, 2006 )

1. Sel Darah Merah (Eritrosit)

Sel darah merah yang matang sangat mudah dikenali disebabkan oleh morfologinya yang
unik. Pada keadaan normal, bentuk sel darah merah adalah bentuk cakram bulat bikonkaf
dengan diameter 7,2 mikrometer. Ia tidak mempunyai nukleus atau mitokondria, dan33%
daripada kandungannya terdiri daripada protein tunggal yaitu hemoglobin. Tanpa nukleus
dan jalur metabolik protein, sel ini mempunyai masa hidup yang singkat yaitu selama
100-120 hari. Tetapi, struktur sel darah merah matang yang unik ini memberikan daya
lenturan yang maksimal saat sel ini melewati pembuluh darah yang sempit (Hillman, Ault
dan Rinder, 2005). Lebih dari separuh komposisi eritrosit terdiri dari 60% airdan sisanya
bebentuk substansi koloidal padat.

Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa berkisar antara 4.500.000 – 6.000.000 sel per
mm3(pada laki-laki) dan 4.000.000 – 5.500.000 sel per mm3 (pada perempuan). Polisitemia
(polycythemia) adalah suatu kondisi jumlah eritrosit meningkat sangat nyata di dalam
sirkulasi. Anemia adalah kondisi berkurangnya jumlah SDM atau Hb.

2. Sel darah putih (leukosit )

Sel darah putih atau leukosit (leukocyte) berasal dari myeloblast (stem cell). Pembentukan
SDP di dalam sumsum tulang, kecuali limfosit yakni di kelenjar thymus dan bursa
equivalen. Jumlah leukosit pada orang dewasa normal berkisar antara 5000 - 9000 per mm3.
Jenis-jenis SDP berdasarkan bentuk intinya dapat dibedakan menjadi granulosit dan
agranulosit. Granulosit karena memiliki granula di dalam sitoplasmanya. Granulosit dapat
dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:

1)Neutrofil: granula kecil-kecil berwarna merah muda dan meningkat jumlahnya pada
infeksi karena bakteri

2)Eosinofil: granula berwarna kemerahan dan jumlahnya meningkat pada infeksi parasit.

3)Basofil: granula berwarna ungu dan biru, jumlahnya meningkat pada reaksi alergi.

Agranulosit karena tidak memiliki granula di dalam sitoplasmanya. Agranulosit dapat


dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:

1)Monosit: nukleus tunggal, besar, motil, tercat biru, berfungsi sebagai pagositik.

2)Limfosit: nukleus tunggal, besar, nonmotil, bulat, tercat biru, berfungsi memproduksi antibodi.

3. Trombosit (keping darah)

Berbentuk keeping-keping sitoplasma lengkap dengan membrane yang mengelilinginya.


Trombosit terdapat khusus pada sel darah mamalia.
BAB II

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Pelaksanaan

Hari/tanggal : Selasa, 7 Mei 2019

Waktu : 13.50 – 16.20

Tempat : Laboratorium Farmakologi Universitas Esa Unggul

2.2. Kegiatan Praktikum

Kegiatan praktikum 1 : sediaan ulas epitel rongga mulut/

A. Alat dan bahan

 Object glass
 Cover glass
 Pipet
 Tusuk gigi
 Mikroskop

B. Cara Kerja

1. Menorehkan/mengeruk secara perlahan bagian dalam rongga mulut dengan menggunakan


ujung tumpul tusuk gigi hungga diperoleh lapisan sendinya.
2. Meneteskan sedikit air dengan pipet tetes diatas object glass lalu menyebarkan lendir
pada ujung tusuk gigi tersebut dan mengaduk dengan tetesan air tadi agar sel tidak
mengelompok.
3. Menutup dengan cover glass agar tidak berbentuk gelembung udara di bawah cover glass.
4. Mengisap air yang berlebihan dengan kertas isap melalui tepi cover glass.
5. Meneteskan methylene blue dengan hati-hati pada pinggir cover glass dan menempelkan
kertas isap pada pinggir cover glass yang berlawanan agar methylene blue cepat merata.
6. Amati objek di bawah mikroskop dengan perbesaran objektif 10x. Sel mukosa rongga
mulut sangat transparan. Pilihlah salah satu sel yang paling baik untuk diamati, kemudian
perbesar dengan objektif 40x
7. Gambar sel mukosa mulut dan sebutkan bagian-bagiannya.
Kegiatan Praktikum II : Mengetahui sel darah hipotonis, isotonis, hipertonis

A. Alat dan bahan

 Blood lancet
 Object glass
 Cover glass
 Pipet
 Mikroskop
 Kapas dan tissue

B. Cara Kerja

1. Disediakan kaca objek dan bersihkan dengan alkohol 70% masing-masing 2 kaca objek
per praktikan.
2. Dibersihkan jari yang akan ditusuk dengan kapas yang sudah dibasahi dengan alkohol.
3. Dengan menggunakan blood lancet, ditusuk jari hingga mngeluarkan darah.
4. Diletakkan tetesan darah tadi di atas objek glass dan ratakan.
5. Ditetesi dengan NaCl 0.1, 0.3, 0.6, 0.9, dan 2% pada objek glass yaitu di atas sel darah
merah. Masing-masing praktikan mengerjakan satu konsentrasi.
6. Ditutup dengan kaca penutup
7. Preparat kering dianginkan kemudian amati di bawah mikroskop
8. Foto dan gambar
BAB III

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

3.1. Hasil pengamatan:

Kegiatan praktikum I : Jaringan epitel


Kegiatan praktikum II : Darah
3.2. Pembahasan

Kegiatan Praktikum I : Epitel pipi

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis epithelium mukosa mulut termasuk dalam epithelium
skuamosa simpel atau epitel pipih selapis karena terdiri dari satu lapis sel tunggal" pipih" nucleus
sentral dan bulat

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis epithelium mukosa mulut termasuk dalam epitel
pipih selapis karenaterdiri dari satu lapis sel tunggal" pipih" nucleus sentral dan bulat
menyerupai telur goring

Dalam sitoplasma sel-sel yang menyusun epitel terdapat organel yang berfungsi sebagai rangka
penyokong diantaranya sebagai anyaman yang dinamakan “cell web” yang termasuk dalam
struktur kerangka sel. Bentuk khusus pada sisi sel epitel dibedakan menjadi tiga yaitu Macula
merupakan daerah kecil berupa bercak" sedangkan Zonula dimaksudkan apabila daerah tersebut
melingkarisel sebagai gelang. Apabila daerahnya luas dinamakan fascia

Kegiatan Praktikum II : Darah

Struktur eritrosit pada manusia adalah bentuknya bulat, bikonkaf, dan tidak mempunyai inti.
Apabila larutan NaCl 0,3% dan 0,6% diteteskan pada darah maka darah akan mengalami
keadaan hipotonis. Hipotonis adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah
(tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke dalam sel atau biasa
disebut larutan encer. Pada larutan hipotonis sel darah mengembung dan lisis disebabkan oleh
penyerapan air. Pada larutan hipotonis, sel darah akan membengkak, yang di sebabkan oleh
turunnya tekanan osmotik plasma darah yang menyebabkan pecahnya dinding eritrosit, hal ini
mnyebabkan amsuknya air secara osmosis melalui dinding yang semipermiabel sehingga sel
darah membengkak.

Larutan isotonis adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sama
(tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain, sehingga tidak ada pergerakan air,
larutannya seimbang. Larutan NaCl 0,9% adalah larutan fisiologis yang ada diseluruh tubuh,
karena alasan ini tidak ada reaksi hipersensitivitas dari natrium klorida. Konsentrasi 0,9% adalah
konsentrasi yang normal. Pada larutan isotonis NaCl 0,9%, darah akan tetap stabil dan bentuk
yang sama seperti biasa karna larutan isotonis mempunyai komposisi yang sama dengan cairan
tubuh.

Larutan hipertonis adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (tekanan
osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke luar sel atau biasa
disebut larunan pekat. Pada larutan hipertonis 2%, sel darah akan mengkerut. Kerutan yang
terjadi pada darah ini dikarenakan NaCl dengan konsentrasi 2% tergolong pekat. Tergolong
pekat jika dibanding dengan cairan isi sel darah merah, sehingga menyebabkan air yang ada
didalam sel.

3.3. Kesimpulan

Preparat supravital epithelium mukosa mulut dibuat dengan pewarna methylene blue. Hasil
analisis menunjukkan bagian-bagian sel dapat terlihat jelas. Adapun bagian-bagiannya yaitu
nucleus dan sitoplasma

Sel darah merah Manusia bentuknya bukat, bikonkaf dan tidak ada inti. Waktu lisis darah akan
terjadi lambat jika konsentrasi NaCl semakin tinggi. Larutan yang mempunyai tekanan osmotic
sama dengan isi sel disebut larutan isotonis, larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih
tinggi dari plasma darah dikatakan sebagai larutan hipertonik.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2012. Biologi. Jakarta: Erlangga

Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC

Martini, F.H. 2006. Fundamental of Anatomy & Phisiology. Seventh Edition. San Francisco:
Pearson.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai