A. Latar Belakang
Kondisi bangsa Arab sebelum kedatangan Islam, terutama di sekitar Mekah masih diwarnai
dengan penyembahan berhala sebagai Tuhan, yang dikenal dengan istilah paganisme. Selain
menyembah berhala, di kalangan bangsa Arab ada pula yang menyembah agama Masehi
(Nasrani), agama ini dipeluk oleh penduduk Yaman, Najran, dan Syam. Di samping itu
agama Yahudi yang dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran di Yaman dan Madinah, serta
agama Majusi (Mazdaisme), yaitu agama orang-orang Persia.
Demikianlah keadaan bangsa Arab menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW. yang
membawa Islam di tengah-tengah bangsa Arab. Masa itu biasa disebut dengan zaman
Jahiliah, masa kegelapan dan kebodohan dalam hal agama, bukan dalam hal lain seperti
ekonomi dan sastra karena dalam dua hal yang terakhir ini bangsa Arab mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Di lingkungan inilah Nabi Muhammad SAW. dilahirkan,
disinilah beliau memulai untuk menegakkan tonggak ajaran agama Islam, di tengah-tengah
lingkungan yang sudah bobrok dan penuh kemaksiatan. Meskipun diwarnai dengan berbagai
rintangan yang terus mendera. Namun, beliau tetap teguh dalam menyebarkan agama baru,
yakni agama Islam kepada masyarakat Arab ketika itu.
Fase kenabian Nabi Muhammad SAW. dimulai ketika beliau bertahanus atau menyepi di gua
hira, sebagai imbas dari keprihatinan beliau melihat keadaan bangsa Arab yang menyembah
berhala. Di tempat inilah beliau menerima wahyu yang pertama kali, yaitu Al-‘Alaq ayat 1-5,
maka Nabi Muhammad SAW. telah di angkat menjadi Nabi, utusan Allah. Pada saat itu, Nabi
Muhammad SAW. belum diperintahkan untuk menyeru kepada umatnya, namun setelah
turun wahyu yang kedua, yaitu surah Al-Muddatstsir ayat 1-7, Nabi Muhammad SAW. di
angkat menjadi Rasul yang harus berdakwah. Dalam hal ini dakwah Nabi Muhammad SAW.
dibagi menjadi dua periode, yaitu:
Periode Mekah, ciri pokok dari periode ini, adalah pembinaan dan pendidikan tauhid (dalam
arti luas),
Periode Madinah, ciri pokok dari periode ini adalah pendidikan sosial dan politik (dalam arti
luas).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari hijrah serta apa yang menjadi tujuan Rasulullah SAW beserta umat
Islam berhijrah?
2. Bagaimana dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah?
3. Bagaimana strategi dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW pada periode
Madinah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hijrah dan Tujuan Rasulullah SAW Beserta Umat Islam Berhijrah
Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat Islam. Pertama hijrah
berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah SWT. untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang diperintahkan Allah SWT dan diridhai-Nya.
Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam), karena di negeri itu
umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan kekerasan, sehingga tidak memiliki
kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu
berpindah ke negeri Islam agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan
beribadah.
Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat Islam, yakni
berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah,
bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M.
Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah ke Yastrib adalah:
Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan kaum kafir
Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan rumahnya di Mekah untuk
berhijrah ke Yastrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum Quraisy dengan
maksud untuk membunuhnya.
Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah, sehingga
dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah SWT, untuk menegakkan
dan meninggikan agama-Nya (Islam).
Rencana hijrah Rasulullah diawali karena adanya perjanjian antara Nabi Muhammad SAW.
dengan orang-orang Yatsrib yaitu suku Aus dan Khazraj saat di Mekkah yang terdengar
sampai ke kaum Quraisy hingga Kaum Quraisy pun merencanakan untuk membunuh Nabi
Muhammad SAW.
Pembunuhan itu direncanakan melibatkan semua suku. Setiap suku diwakili oleh seorang
pemudanya yang terkuat. Rencana pembunuhan itu terdengar oleh Nabi SAW., sehingga Ia
merencanakan hijrah bersama sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar diminta mempersiapkan
segala hal yang diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2 ekor unta. Sementara Ali bin Abi
Thalib diminta untuk menggantikan Nabi SAW. menempati tempat tidurnya agar kaum
Quraisy mengira bahwa Nabi SAW masih tidur.
Pada malam hari yang direncanakan, di tengah malam buta Nabi SAW. keluar dari rumahnya
tanpa diketahui oleh para pengepung dari kalangan kaum Quraisy. Nabi SAW. menemui Abu
Bakar yang telah siap menunggu. Mereka berdua keluar dari Mekah menuju sebuah Gua
Tsur, kira-kira 3 mil sebelah selatan Kota Mekah. Mereka bersembunyi di gua itu selama 3
hari 3 malam menunggu keadaan aman.
Pada malam ke-4, setelah usaha orang Quraisy mulai menurun karena mengira Nabi SAW
sudah sampai di Yatsrib, keluarlah Nabi SAW dan Abu Bakar dari persembunyiannya. Pada
waktu itu Abdullah bin Uraiqit yang diperintahkan oleh Abu Bakar pun tiba dengan
membawa 2 ekor unta yang memang telah dipersiapkan sebelumnya. Berangkatlah Nabi
SAW. bersama Abu Bakar menuju Yatsrib menyusuri pantai Laut Merah, suatu jalan yang
tidak pernah ditempuh orang.
Setelah 7 hari perjalanan, Nabi SAW dan Abu Bakar tiba di Quba, sebuah desa yang jaraknya
5 km dari Yatsrib. Di desa ini mereka beristirahat selama beberapa hari. Mereka menginap di
rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi SAW membangun sebuah masjid
yang kemudian terkenal sebagai Masjid Quba. Inilah masjid pertama yang dibangun Nabi
SAW sebagai pusat peribadatan.
Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi SAW. Sementara itu penduduk
Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Menurut perhitungan mereka, berdasarkan
perhitungan yang lazim ditempuh orang, seharusnya Nabi SAW sudah tiba di Yatsrib. Oleh
sebab itu mereka pergi ke tempat-tempat yang tinggi, memandang ke arah Quba, menantikan
dan menyongsong kedatangan Nabi SAW dan rombongan.
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan perasaan bahagia, mereka mengelu-
elukan kedatangan Nabi SAW. Mereka berbaris di sepanjang jalan dan menyanyikan lagu
Thala’ al-Badru, yang isinya:
“Telah tiba bulan purnama, dari Saniyyah al-Wadâ’i (celah-celah bukit). Kami wajib
bersyukur, selama ada orang yang menyeru kepada Ilahi, Wahai orang yang diutus kepada
kami, engkau telah membawa sesuatu yang harus kami taati. Setiap orang ingin agar Nabi
SAW. singgah dan menginap di rumahnya.”
Tetapi Nabi SAW hanya berkata,
“Aku akan menginap dimana untaku berhenti. Biarkanlah dia berjalan sekehendak hatinya.”
Ternyata unta itu berhenti di tanah milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di depan
rumah milik Abu Ayyub al-Anshari. Dengan demikian Nabi SAW memilih rumah Abu
Ayyub sebagai tempat menginap sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi SAW tinggal di
rumah Abu Ayyub, sementara kaum Muslimin bergotong-royong membangun rumah
untuknya.
Sejak saat itu nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinatun Nabi (kota nabi). Orang sering
pula menyebutnya Madinatul al-Munawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sanalah
sinar Islam memancar ke seluruh dunia.
A. Kesimpulan
Dari penjelasan makalah di atas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa dakwah Rasulullah SAW
periode Madinah itu merupakan dakwah lanjutan yang dilakukan Rasulullah SAW pada saat beliau
hijrah dari kota Mekah ke kota Madinah. Dimana dalam periode Madinah ini, pengembangan Islam
lebih ditekankan pada dasar-dasar pendidikan masyarakat Islam dan pendidikan sosial
kemasyarakatan.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna perbaikan
makalah kami dimasa yang akan datang.