Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM MENGUKUR ANTROPOMETRI , METABOLISME BASA

DAN KALORI

Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ergonomi

Dosen Pengampu
Subchan Asyari , ST., MT.

Disusun Oleh :

Cecep Suhartoko 201769030025

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN
2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Landasan Teori

BAB II HASIL PENELITIAN DAN PERHITUNGAN

2.1 Hasil Penelitian

2.2 Perhitungan dan Hasil Penelitian

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Perancangan Model Meja Belajar

3.2 Model dan Perancangan Meja Belajar

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

4.3 Daftar Pustaka


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tingkat kelelahan pada tubuh dan otot sangat mempengaruhi dalam bekerja dan
beaktifitas sehari – hari. Seperti halnya kasus pada proses belajar di kelompok les belajar warga
di Ds.XX . Para Siswa / Peserta belajar sering mengeluhkan ketika belajar dengan
menggunakan meja belajar santai yang terlalu pendek.
Itulah yang menyebabkan tingkat kelelahan pada otot dan tubuh sangat berpengaruh
pada saat belajar dan juga mempengaruhi proses belajar siswa. Terkadang jika banyak tugas
para siswa hanya bisa beristirahat sejenak untuk menegakkan punggung dan leher.
Keluhan kecapean dan nyeri di punggung para siswa sering terjadi, mulai dari tangan
punggung dan leher. Semua dirasakan sekaligus setiap selesai belajar. Maka dari itu disini saya
membuat sebuah inovasi dan ide yang mungkin dapat membantu dan meringankan
permasalahan kecapean dan kelelahan otot dari siswa Kelompok Belajar di Ds.XX.
Disini saya membuat atau merancang sebuah meja belajar lipat yang tentunya nyaman
dan ergonomi, kelihatannya memang seperti meja belajar pada umumnya. Tapi disini saya
membuat atau merancang meja belajar itu senyaman mungkin dan tentunya juga dengan
perhitungan ergonomic serta berinovasi.
Dimana dengan perhitungan ergonomi ini saya mampu membuat dan merancang
sebuah meja belajar yang tentunya nyaman aman bagi tubuh dan tentunya sangat ergonomi.
Penelitian ini saya lakukan di Kelompok les belajar Ds.XX , dengan mengambil sekitar 20
Siswa sebagai sampel.

1.2 Rumusan Masalah


a. Kelelahan dan kecapean pada tubuh dan otot.
b. Terlalu lama membungkuk membuat punggung dan leher menjadi nyeri.

1.3 Tujuan
a. Mengurangi dan mengatasi kecapean pada tubuh dan otot.
b. Meningkatkan proses dan ketahanan tubuh dan otot saat belajar menggunakan meja
belajar.
3
1.4 Landasan Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka


1. Antropometri
Antropometri berasal dari kata latin yaitu anthtopos yang berarti manusia dan metron
yang berarti pengukuran, dengan demikian antropometri mempunyai arti sebagai pengukuran
tubuh manusia (Bridger, 1995). Berikut adalah beberapa definisi antropometri dari berbagai
sumber :
a) Antropometri adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan
karakteristik tubuh manusia seperti ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari
data tersebut untuk penanganan masalah desain (Nurmianto, 1996).
b) Antropometri terutama berkaitan dengan dimensi stasiun kerja dan pengaturan alat,
peralatan, serta material (Pulat, 1997).
c) Antropometri tidak hanya fokus pada kesesuaian ketinggian tempat kerja, tetapi juga
bagaimana operator dapat dengan mudah mengakses kontrol dan perangkat input
(Helander, 2006).
d) Antropometri merupakan studi dan pengukuran dimensi tubuh manusia (Wickens et al.,
1998).

Ada 3 filosofi dasar untuk desain yang digunakan oleh ahli-ahli ergonomi sebagai data
antropometri untuk diaplikasikan (Niebel & Freivalds, 2002).
a. Desain untuk ekstrim, yang berarti bahwa untuk desain tempat atau lingkungan kerja
tertentu seharusnya menggunakan data antropometri individu ekstrim. Contoh: penetapan
ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.
b. Desain untuk penyesuaian, desainer seharusnya merancang dimensi peralatan atau fasilitas
tertentu yang bisa disesuaikan dengan pengguna (users). Contoh: perancangan kursi mobil
yang letaknya bisa digeser maju atau mundur, dan sudut sandarannya pun bisa diubah.
c. Desain untuk rata-rata, desainer dapat menggunakan nilai antropometri rata-rata dalam
mendesain dimensi fasilitas tertentu. Contoh: desain fasilitas umum seperti toilet umum,
kursi tunggu, dan lain- lain.
Data dimensi manusia ini sangat berguna dalam perancangan produk dengan tujuan
mencari keserasian produk dengan manusia yang memakainya. Pemakaian data antropometri
mengusahakan semua alat disesuaikan dengan kemampuan manusia, bukan manusia
disesuaikan dengan alat. Rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan manusia

4
yang memakainya sangat penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat terjadinya
kesalahan kerja akibat adanya kesalahan desain (design-induced error).
Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain
dalam hal :
a. Perancangan areal kerja (Work station, interior mobil, dan sebagainya).
b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools), dan
sebagainya.
c. Perancangan produk–produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja, dan sebagainya.
d. Perancangan lingkungan fisik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan
bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan
manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini
maka perancang produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi
terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangan tersebut. Secara umum sekurang-
kurangnya 90% - 95% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu
produk haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya. Rancangan produk yang dapat
diatur secara fleksibel jelas memberikan kemungkinan lebih besar bahwa produk tersebut akan
mampu dioperasikan oleh setiap orang meskipun ukuran tubuh mereka akan berbeda-beda.
Pada dasarnya peralatan kerja yang dibuat dengan mengambil referensi dimensi tubuh tertentu
jarang sekali bisa mengakomodasikan seluruh range tubuh dari populasi yang akan
memakainya. Kemampuan penyesuaian (adjustability) suatu produk merupakan suatu
prasyarat yang amat penting dalam proses perancangannya, terutama untuk produk–produk
yang berorientasi ekspor.
Berdasarkan kriteria untuk penerapan ergonomi, antropometri dibagi menjadi dua :
a. Antropometri Statis disebut juga pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body
dimension), di mana pengukuran dilakukan pada tubuh manusia yang berada dalam posisi
statis atau diam. Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara linier (lurus)
dan dilakukan pada permukaan tubuh. Atropometri statis ini meliputi dimensi otot rangka
atau skeletal yaitu antara pusat sendi (seperti antara siku dan pergelangan tangan) atau
dimensi kontur yaitu dimensi permukaan tubuh- kulit (seperti kedalam atau tinggi duduk).
Agar hasil pengukuran representatif, maka pengukuran harus dilakukan dengan metode
tertentu terhadap berbagai individu, dan tubuh harus dalam keadaan diam. Secara umum,
beberapa contoh pengukuran antropometri statis antara lain :

5
1) Tinggi dan berat badan.

2) Tinggi siku duduk yang diukur dari tempat duduk.

3) Ukuran : panjang, lebar, tebal anggota tubuh tertentu.

4) Jarak antara sendi-sendi segmen tubuh.


5) Tinggi dan berat badan.
6) Tinggi siku duduk yang diukur dari tempat duduk.
7) Ukuran : panjang, lebar, tebal anggota tubuh tertentu.
8) Jarak antara sendi-sendi segmen tubuh.

b. Antropometri Dinamis disebut juga pengukuran dimensi fungsional tubuh (funcional body
dimensions), dimana pengukuran dilakukan pada saat tubuh sedang melakukan aktivitas
fisik. Pengukuran tersebut antara lain meliputi jangkauan, lebar jalan lalu lalang untuk orang
yang sedang berjalan, termasuk juga pengukuran kisaran gerak untuk variasi sendi dan
persendian. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional tubuh ini
adalah mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-
gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis, yaitu:
1. Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis
dari suatu aktivitas. Contoh: dalam mempelajari performa atlet.
2. Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja. Contoh: Jangkauan dari
gerakan tangan dan kaki efektif saat bekerja yang dilakukan dengan berdiri atau duduk.
3. Pengukuran variabilitas kerja. Contoh: Analisis kinematika dan kemampuan jari-jari
tangan dari seorang juru ketik atau operator komputer.

2. Pengukuran Antropometri

Kenyataan menunjukan bahwa manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal
dimensi atau ukuran tubuh antara satu dengan yang lain. Perbedaan antara satu populasi dengan
populasi yang lain dikarenakan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi variasi dimensi tubuh
manusia, diantaranya (Wieckens et al., 2004) :

a) Usia

6
Ukuran tubuh manusia (stature) akan berkembang dari saat lahir sampai kira-kira
berumur 20-25 tahun (Roche & Davila, 1972; VanCott & Kinkade, 1972) dan mulai menurun
setelah usia 35-40 tahun. Bahkan, untuk wanita kemungkinan penyusutannya lebih besar.
Sementara untuk berat dan circumference chest akan berkembang sampai usia 60 tahun.
b) Jenis Kelamin
Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada dan pinggul.
c) Suku Bangsa (Etnis) dan Ras
Ukuran tubuh dan proporsi manusia yang berbeda etnis dan ras mempunyai perbedaan
yang signifikan. Orang kulit hitam cenderung mempunyai lengan dan kaki yang lebih panjang
dibandingkan orang kulit putih.
d) Pekerjaan
Aktivitas kerja sehari-hari juga menyebabkan perbedaan ukuran tubuh manusia. Pemain
basket profesional biasanya lebih tinggi dari orang biasa. Pemain balet biasanya lebih kurus
disbanding rata-rata orang.
Selain faktor-faktor di atas, masih ada beberapa kondisi tertentu (khusus) yang dapat
mempengaruhi variabilitas ukuran dimensi tubuh manusia yang juga perlu mendapat perhatian,
seperti :
a. Cacat tubuh
Data antropometri akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orang- orang cacat.
b. Faktor iklim
Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda pula dalam bentuk
rancangan dan spesifikasi pakaian. Artinya, dimensi orang pun akan berbeda dalam satu tempat
dengan tempat yang lain.
c. Kehamilan (pregnancy)
Kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran dimensi tubuh
(untuk perempuan) dan tentu saja memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang
dirancang bagi segmentasi seperti itu.
Untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk bisa diaplikasikan dalam
berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka gambar berikut akan memberikan
informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur.

7
Gambar 1. Pengukuran Antropometri Anggota Tubuh
Keterangan:
(1) Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala).
(2) Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
(3) Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
(4) Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
(5) Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak
ditunjukan).
(6) Tinggi tubuh dalam posisi duduk (dukur dari atas tempat duduk/pantat sampai dengan
kepala).
(7) Tinggi mata dalam posisi duduk.
( 8 ) Tinggi bahu dalam posisi duduk.
(9) Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
(10) Tebal atau lebar paha.
(11) Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut.
(12) Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari lutut atau betis.
(13) Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
(14) Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha.
(15) Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk).
(16) Lebar pinggul atau pantat.
(17) Lebar dari dada dalam keadaan membusung.

8
(18) Lebar perut
(19) Panjang siku yang diukur dari siku smpai dengan ujung jari–jari dalam posisi siku tegak lurus.
(20) Lebar kepala.
(21) Panjang tangan diukur dari pergelangan tangan sampai dengan ujung jari.
(22) Lebar telapak tangan.
(23) Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar–lebar kesamping kiri–kanan (tidak
ditunjukan dalam gambar).
(24) Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak
tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal).
(25) Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya no 24 tetapi dalam
posisi duduk (tidak ditunjukan dalam gambar).
(26) Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan.

Gambar 2. Pengukuran Antropometri Kepala dan Muka

Keterangan:
(1) Panjang kepala.
(2) Lebar kepala.
(3) Diameter maksimum dari dagu.
(4) Dagu ke puncak kepala.
(5) Telinga ke puncak kepala.
(6) Telinga ke belakang kepala.
(7) Antara dua telinga.
(8) Mata ke puncak kepala.
(9) Mata ke belakang kepala.
(10) Antara dua pupil kepala.

9
(11) Hidung ke puncak kepala.
(12) Hidung ke belakang kepala.
(13) Mulut ke puncak kepala.
(14) Lebar mulut.

3. Tahapan Perancangan Antropometri


Tahapan perancangan stasiun kerja menyangkut work space design dengan
memperhatikan faktor antropometri secara umum adalah (Roebuck, 1995):
a) Menentukan kebutuhan perancangan dan establish requirement.

b) Mendefinisikan dan mendeskripsikan populasi pemakai.

c) Pemilihan sampel yang akan diambil datanya.

d) Penentuan kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil).

e) Penentuan sumber data (dimensi tubuh yang akan diambil) dan pemilihan persentil yang
akan dipakai.

f) Penyiapan alat ukur yang akan dipakai.

g) Pengambilan data.

h) Pengolahan data
i) Visualisasi rancangan dengan memperhatikan posisi tubuh secara normal, kelonggaran
(pakaian dan ruang), variasi gerak.

j) Analisis hasil rancangan.

Beberapa pengolahan data yang harus dilakukan pada data antropometri (Nurmianto,
1996 & Tayyari, 1997) adalah :

(1) Kecukupan Data

Untuk mengetahui apakah data hasil pengukuran dengan tingkat kepercayaan dan
tingkat ketelitian tertentu jumlahnya telah memenuhi atau tidak maka dilakukan ujji kecukupan
data. Untuk menetapkan berapa jumlah observasi yang seharusnya dibuat (N’), terlebih dahulu

10
harus ditetapkan tingkat kepercayaan (convidence level) dan derajat ketelitian (degree of
accuracy) untuk pengukuran rancangan. Berikut adalah rumus dari uji kecukupan data :

Keterangan:
k = konstanta, tergantung tingkat kepercayaan
s = derajat ketelitian
N = jumlah sampel
Apabila nilai N’ < N maka uji kecukupan data terbilang cukup

Tabel 1. Tingkat Kepercayaan dan Nilai k


Tingkat Kepercayaan Nilai K
99 % 2,58 = 3
95 % 1,96 = 2
67 % 1

(2) Uji Normalitas Data


Untuk mengetahui apakah data hasil pengukuran berdistribusi normal atau tidak maka
dilakukan uji normalitas data, sehingga nantinya memudahkan dalam pengolahan datanya. Uji
normalitas data menggunakan analisis SPSS.

Gambar 3. Distribusi Normal dengan Data Antropometri Persentil 95

Pengolahan Data Normalitas dan Percentile dengan SPSS:


a) Input data nilai dimensi pada data view.
b) Masuk ke tampilan variable view, kemudian kolom name diganti dengan nama dimensi.
c) Pengolahan data :
1) Klik analyze, pilih descriptive statistics, kemudian explore.
2) Masukkan semua variabel sebagai dependent variables.
3) Checklist both pada toolbox display.

11
4) Pilih statistic: checklist descriptive, percentiles, kemudian continue.
5) Pilih plots: checklist none pada boxplots, stem dan leaf pada descriptive.
` 6) Checklist normality plots with test, kemudian continue.

7) Pilih options: checklist exclude cases listwise, kemudian continue.

8) Klik continue. Hasil pengolahan data ditampilkan pada output

(3) Keseragaman Data


Untuk mengetahui apakah data hasil pengukuran memiliki homogenitas data dengan
tingkat keyakinan tertentu sehingga data tersebut diharapkan berada dalam batas kontrol maka
dilakukan uji keseragaman data. Data yang terlalu ekstrim sewajarnya dibuang dan tidak
dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya. Untuk menghitung uji keseragaman data, maka
diperlukan beberapa perhitungan statistika berikut :

a) Mean (Rata-Rata)
Mean (x) adalah nilai rata-rata yang dihitung dari sekelompok data tertentu. Rumus mean
dinyatakan sebagai berikut :
x̅ = Σxi
n
Keterangan:
Σxi = Jumlah semua nilai x ke i
n = Jumlah sampel

b) Standar Deviasi
Standar Deviasi (σ) adalah simpangan yang dibakukan dari data yang dihitung. Rumus standar
deviasi dinyatakan sebagai berikut :

Keterangan:
Σxi = Jumlah semua nilai x ke i
Σx̅ = Jumlah semua rata-rata
n = Jumlah sampel

12
c) Batas Kontrol
Dalam perhitungan uji keseragaman data, ada dua jenis batas kontrol, yaitu :
a. Batas Kontrol Atas (BKA) atau Upper Control Limit (UCL)
BKA = 𝑋̅ + K𝜎
b. Batas Kontrol Bawah (BKB) atau Lower Control Limit (LCL).
BKA = 𝑋̅ - K𝜎

Dalam hal ini, harga K (tingkat kepercayaan) berkisar antara untuk tingkat kepercayaan 99%,
harga K = 3
Batas Kontrol Atas (BKA) = X + 3(SD)
Batas Kontrol Bawah (BKB) = X - 3(SD)

d) Perhitungan Persentil
Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan prosentase tertentu dari sekelompok orang
yang dimensinya sama atau lebih rendah dari nilai tersebut. Persentil ke-95 akan menunjukan
populasi 95% populasi berada pada atau dibawah ukuran tersebut, sedangkan persentil ke-5
akan menunjukan 5% populasi berada pada atau diatas ukuran itu. Umumnya ada beberapa
nilai persentil yang sering dipergunakan, yaitu seperti terlihat pada tabel :

Tabel 2. Daftar Pesentil

4. Perundang-Undangan

13
1) Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2012
Tentang jenis dan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak (Pengukuran
antropometri tenaga kerja dan rekomendasi alat dan sarana kerja).
2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 155/Menkes/Per/I/2010
Pemberlakuan standar antropometri WHO 2005 menggantikan standar antropometri
WHO-NCHS 1977, maka perlu dilakukan penyesuaian terhadap standar antropometri
yang sudah ada di Indonesia.
3) UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 9 ayat 4 yang berbunyi,
“Pengurus diwajibkan memenuhi dan menaati semua syarat-syarat dan ketentuan yang
berlaku bagi usaha dari tempat kerja yang dijalankannya”.
4) UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 yang berbunyi,
“Mengenai syarat-syarat tentang keselamatan kerja yaitu memperoleh keserasian antara
tenaga kerja, alat kerja, lingkungan kerja dan proses kerja”.
5) UU No. 14 Tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya
mengalami perubahan menjadi UU No. 12 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
6) UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86, menyatakan bahwa setiap perkerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,
moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan mertabat serta nilai-
nilai agama.

4. Metabolisme Basal
Metabolisme merupakan serangkaian reaksi kimia, terjadi secara bertahap di dalam
sel/organisme yang memungkinkan adanya kehidupan. Dalam prosesnya terjadi pengubahan
senyawa organik baik dipecah untuk dikeluarkan energinya maupun diubah untuk disimpan
atau untuk membangun struktur sel. Pada organisme tertentu (tumbuhan hijau) dapat
membangun zat organik dari zat anorganik dan air yang ada di lingkungan dengan bantuan
cahaya (Rudyatmi, 2016).
Jalur metabolisme yang membebaskan energi dengan cara memecah senyawa organik
kompleks menjadi senyawa sederhana dikenal dengan proses katabolisme. Jalur metabolisme
yang menggunakan energi untuk membentuk/membangun senyawa organik kompleks dari
senyawa sederhana atau senyawa anorganik dikenal dengan proses anabolisme. Senyawa
kompleks yang dipecah maupun dibangun oleh organisme yang perannya sebagai sumber
energi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Di dalam tubuh proses pemecahan karbohidrat,
lemak dan protein berlangsung serempak, artinya baik proses pemecahan (katabolisme)
14
maupun pembentukan (anabolisme) menjadi senyawa lain berjalan bersama-sama. Kedua
proses ini saling melengkapi dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya (Rudyatmi,
2016).
Pada manusia, karbohidrat, lemak dan protein yang terkandung dalam makanan setelah
dicerna secara mekanik dan kimiawi menjadi bentuk halus dan sederhana yang dapat diserap
oleh tubuh. Setelah diserap oleh sel epitel usus halus hasil pencernaan akan masuk ke dalam
sistem peredaran darah, dibawa ke berbagai jaringan yang akhirnya akan diserap oleh sel dan
dioksidasi untuk menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi dalam tubuh
(Rudyatmi, 2016).
Sementara itu, perhitungan kebutuhan energi tubuh dapat dilakukan dengan menghitung
Angka metabolisme basal (AMB). Angka metabolisme basal (AMB) adalah kebutuhan energi
minimal yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan proses tubuh yang vital. Kebutuhan
energi metabolisme basal termasuk jumlah energi yang diperlukan untuk pernafasan,
peredearan darah, pekerjaan ginjal, pankreas, dan lain-lain alat tubuh, serta untuk proses
metabolisme di dalam sel-sel dan untuk mengatur suhu tubuh. Kurang lebih dua pertiga energi
yang dikeluarkan seseorang sehari digunakan untuk kebutuhan aktivitas metabolisme basal.
Angka metabolisme basal (AMB) dinyatakan dalam kilokalori perkilogram berat badan
perjam. Angka ini berbeda antar orang dan mungkin pada orang yang sama bila terjadi
perubahan dalam keadaan fisik dan lingkungan (Almatsier, 2014).

15
BAB II
Hasil Penelitian dan Perhitungan

2.1 Hasil Penelitian


Hasil penelitian dan data yang saya peroleh dilapangan menunjukan persamaan yang
begitu dominan diantaranya, kelelahan pada tubuh leher, punggung, tangan dan juga pada otot
– otot tubuh. Dari hasil data yang saya peroleh sekitar 20 data atau 20 siswa menunjukan data
sebagai mana yang sudah saya dapat dipenelitian ini.
Hasil penelitian memiliki beberapa dimensi, diantaranya jangkauan tangan, tinggi
pantat ke perut dan jangkauan mata. Semua data tersebut dikumpulkan dan dihitung kemudian
diperoleh hasil dan perhitungan untuk membuat sebuah rancangan meja belajar yang akan saya
buat.

2.2 Perhitungan Dari Hasil Data Penelitian

ANTROPOMETRI POSISI DUDUK KETIKA BELAJAR MENGGUNAKAN MEJA


SANTAI DI KELOMPOK BELAJAR DESA XX

I. Antropometri
1.1 Data Antropometri
Penentukan yang sesuai, maka perlu dilakukan perhitungan antropometri, meliputi:
Jangkauan mata, jangkauan tangan, tinggi pantat ke perut.
1.2 Perhitungan Antropometri
Anthropometri Jangkauan mata, jangkauan tangan, tinggi pantat ke perut.
Data Antropometri yang diperlukan yaitu data ukuran Jangkauan mata, jangkauan
tangan, tinggi pantat ke perut.
Berikut adalah data Antropometri Jangkauan mata, jangkauan tangan, tinggi pantat
ke perut.

Tabel 1.1
Antropometri jangkauan mata, jangkauan tangan, tinggi pantat ke perut.

16
T.Pant Ke
No JM JT
Perut
X 𝑋2 X 𝑋2 X 𝑋2
1 50 2500 52 2704 39 1521
2 50 2500 54 2916 39 1521
3 52 2704 54 2916 46 2116
4 51 2601 56 3136 48 2304
5 56 3136 57 3249 48 2304
6 57 3249 61 3721 40 1600
7 59 3481 60 3600 41 1681
8 59 3481 55 3025 36 1296
9 48 2304 55 3025 36 1296
10 51 2601 49 2401 38 1444
11 49 2401 49 2401 37 1369
12 58 3364 60 3600 42 1764
13 58 3364 51 2601 43 1849
14 52 2704 51 2601 41 1681
15 53 2809 53 2809 36 1296
16 51 2601 56 3136 44 1936
17 53 2809 59 3481 42 1764
18 54 2916 57 3249 42 1764
19 54 2916 57 3249 39 1521
20 56 3136 56 3136 39 1521

∑ 1071 57.577 1102 60.956 816 33.548

∑𝑥
 Tahap 1 → Rata-rata (Ẋ) = 𝑛
1071
 JM Ẋ= = 53,55
20
1102
 JT Ẋ= = 55,1
20
816
 TP ke perut Ẋ= = 40,8
20

 Tahap 2 (uji kecukupan data) → n’˂ n , maka data di anggap cukup

 
2
 N Xi 2  Xi  
2

 JM n’ =  K 
 s Xi 

2
 2057.577   1.071
2 
n’ =  2 
 0.05 1.071 

17
2
 1.151.540  1.147.041 
n’ = 40 
 1071 
2
 4499 
n’ = 40 
 1071 

n’ = 40  0,0626
2

n’= (2,504)2

n’= 6,27

n’= 6 ˂ n = 20 Data Valid

 
2
 N Xi 2  Xi  
2

 JT n’ =  K 
 s Xi 

2
 2060.956  1102
2 
n’ =  2 
 0.05 1102 

2
 1.219.120  1.214.404 
n’ = 40 
 1102 
2
 4.716 
n’ = 40 
 1102 

n’ = 40  0,0623
2

n’= (2,492)2

n’= 6,21

n’= 6 ˂ n= 20 Data Valid

 
2
 N Xi 2  Xi  
2

 TP ke Perut n’ =  K 
 s Xi 

2
 2033.548  816
2 
n’ =  2 
 0.05 816 
 

18
2
 670.960  665.856 
n’ = 40 
 816 
2
 5.104 
n’ = 40 
 816 

n’ = 40  0,0875
2

n’= (3,5)2

n’= 12,25

n’= 12 ˂ n = 20 Data Valid

 Tahap 3 (Uji Keseragaman Data)

𝑛. (∑𝑥 2 ) − (∑𝑥)2
𝜎 =√
𝑛2

20.(57.577)−(1071)2
 JM 𝜎 =√ 202

1.151.540−1.147.041
=√ 400

4.499
=√ 400 𝜎 =√11,2475 = 3,35

20.(60.956)−(1102)2
 JT 𝜎 =√ 202

1.219.120−1.214.404
=√ 400

4.716
=√ 400 𝜎 =√11,79 = 3,43

20.(33.548)−(816)2
 TP Ke Perut 𝜎 =√ 202

670.960−665.856
=√
400

5.104
=√ 400 𝜎 =√12,76 = 3,57

19
 Tahap 4 (BKA – BKB)

BKA = Ẋ + (K) . ( 𝜎)

 JM BKA = 53,55 +2 (3,35)

= 53,55 + 6,7

= 60,25

 JT BKA = 55,1 + 2 (3,43 )


= 55,1 + 6,86
= 61,96

 TP ke Perut BKA = 40,8 + 2 (3,57 )


= 40,8 + 7,14
= 47,94

BKB = Ẋ + (K) . ( 𝜎)

 JM BKB = 53,55 – 2 . (3,35)

= 53,55 – 6,7

= 46,85

 JT BKB = 55,1 - 2 . (3,43 )


= 55,1 – 6,86
= 48,24

 TP ke Perut BKB = 40,8 - 2 . (3,57)


= 40,8 – 7,14
= 33,66

 Tahap 5 grafik excel

 Tahap 6 = Data Persentil → Data Terbesar , Data Terkecil , Rentang

 JM : Data Terbesar = 59
Data Terkecil = 48
Rentang = 59 - 48 = 11

 JT : Data Terbesar = 61
Data Terkecil = 49
Rentang = 61 - 49 = 12

20
 TP KE Perut : Data Terbesar = 48
Data Terkecil = 36
Rentang = 48 - 36 =1 2

 Tahap 7 Banyak kelas Interval


K = 1 + 3.3 log n
K = 1 + 3,3 log 20
K = 5,29 ≈ 5

 Tahap 8 Panjang kelas Interval

𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑅
P = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 = 𝐾

11
 J.M. P = 5 =2,2
12
 J.T. P = =2,4
5
12
 T.P ke perut P = =2,4
5

 Tahap 9 Distribusi frekuensi

 J.M
No. Kelas Frekuensi (f) Frekuensi kumulatif Frekuensi kumulatif
Interval (F)
1. 48 – 50,2 4 4 4
× 100 = 20%
20
2. 50,2 - 52,4 5 9 25%
3. 52,4 - 54,6 4 13 20%
4. 54,6 - 56,8 2 15 10%
5. 56,8 - 59 5 20 25%

𝑖 (𝑛+1)
 Letak Pi = 100

5(20+1)
 P5 = = 1,05
100
50(20+1)
 P50 = = 10,5
100
95 (20+1)
 P95 = = 19,95
100

 J.T.
No. Kelas Frekuensi (f) Frekuensi kumulatif Frekuensi kumulatif
Interval (F)

21
1. 49 – 51,4 4 4 4
× 100 = 20%
20
2. 51,4 – 53,8 2 6 10%
3. 53,8 – 56,2 7 13 35%
4. 56,2 – 58,6 3 16 15%
5. 58,6 – 61 4 20 20%

 T.P ke Perut
No. Kelas Frekuensi (f) Frekuensi kumulatif Frekuensi kumulatif
Interval (F)
1. 36 – 38,4 4 4 20%
2. 38,4 – 40,8 6 10 30%
3. 40,8 – 43,2 6 16 30%
4. 43,2 – 45,6 1 17 5%
5. 45,6 – 48 3 20 15%

 Tahap 10 Perhitungan Persentil

(𝐼×𝑛)⁄100−𝐹
 Jangkauan Mata Pi = bi + P [ ]
ƒ
(1,05×20)⁄100−4
 𝑃5 = 48 + 2,2 [ ]
4
21⁄96
= 48 + 2,2 [ ]
4
= 48 + 2,2 (0,054)
= 48 + 0,118 = 48,118

(10,5×20)⁄100−13
 𝑃50 = 52,4 + 2,2 [ ]
4
210⁄87
= 52,4 + 2,2 [ ]
4
= 52,4 + 2,2 [0,60]
= 52,4 + 1,327
= 53,72

(19,95×20)⁄100−20
 𝑃95 = 56,8 + 2,2 [ ]
5
390/80
= 56,8 + 2,2 [ ]
5
= 56,8 + 2,2 (0,975)
= 56,8 + 2,145 = 57,945

22
 J.T (Jangkauan Tangan)
(1,05×20)⁄100−4
 𝑃5 = 49 + 2,4 [ ]
4
21⁄96
= 49 + 2,4 [ ]
4
= 49 + 2,4 [0,054]
= 49 + 0,13
= 49,13

(10,5×20)⁄100−13
 𝑃50 = 53,8 + 2,4 [ ]
7
210⁄87
= 53,8 + 2,4 [ ]
7
= 53,8 + 2,4 (0,34)
= 53,8 + 0,82 = 54,62

(19,95×20)⁄100−20
 𝑃95 = 58,6 + 2,4 [ ]
4
390⁄80
= 58,6 + 2,4 [ ]
4
4,875
= 58,6 + 2,4 [ ]
4
= 58,6 + 2,4 (1,218)
= 58,6 + 2,925 = 61,525

 Tingki pantat ke perut


(1,05×20)⁄100−5
 𝑃5 = 36 + 2,4. [ ]
4
(21)⁄95
= 36 + 2,4 [ ]
4
= 36 + 2,4. [0,055]
= 35 + 0,132
= 36,132

(10,5×20)⁄100−16
 𝑃50 = 40,8 + 2,4. [ ]
6
210⁄84
= 40,8 + 2,4. [ ]
6
= 40,8 + 2,4. (0,417)
= 40,8 + 1,001 = 41,801

(19,95×20)⁄100−20
 𝑃95 = 45,6 + 2,4 . [ ]
3
390⁄80
= 45,6 + 2,4 . [ ]
3
= 45,6 + 2,4 . (1,625)

23
= 45,6 + 4,025 = 49,625

Pengukuran Basal
Pengukuran atau perhitungan energi basal (resting energy expenditure) merupakan
merupakan langkah utama untuk estimasi kebutuhan energy pada individu.

2.1 Data Siswa

Kelompok belajar XX berlokasi di Purwosari, tepatnya di Jl. Masjid kemantren


Martopuro, Seluruh siswa atau peserta belajar ± 60 Siswa dan jenis pekerjaan ini termasuk
kategori pekerjaan ringan, adapun datanya sebagai berikut :

Table 2.1
Data Siswa

NO NAMA TB BB UMUR METABOLISME BASAL


1 Amir 162 55 20 66,42 + (13,75x55) + (5x162)- (6,78x20) = 1768,27
2 Didik 165 47 20 66,42 + (13,75x47) + (5x165) - (6,78x20) =1673,27
3 Hasan 172 55 19 66,42 + (13,75x55) + (5x172) - (6,78x19) = 1811,49
4 Bowo 168 55 22 66,42 + (13,75x55) + (5x168) - (6,78x22) =1811,83
5 Yusuf 165 55 19 66,42 + (13,75x55) + (5x165) - (6,78x19) = 1776,24
6 Anton 165 43 21 66,42 + (13,75x43) + (5x165) - (6,78x21) =1625,05
7 Choirul 166 45 20 66,42+ (13,75x45) + (5x166) - (6,78x20) = 1650,77
8 Jayadi 163 43 19 66,42 + (13,75x43) + (5x163) - (6,78x19) = 1601,49
9 Burhan 162 45 20 66,42+ (13,75x45) + (5x162) - (6,78x20) = 1630,77
10 Ali 160 45 20 66,42+ (13,75x45) + (5x160) - (6,78x20) = 1620,77
11 Haidar 163 55 21 66,42 + (13,75x55) + (5x163) - (6,78x21) = 1780,05
12 Khamid 165 50 19 66,42 + (13,75x50) + (5x165) - (6,78x19) =1707,74
13 Eko 164 50 19 66,42 + (13,75x50) + (5x164) - (6,78x19) = 1702,74
14 Aris 170 58 20 66,42 + (13,75x58) + (5x170) - (6,78x20) = 1849,52
15 Supadi 177 58 20 66,42 + (13,75x58) + (5x177) - (6,78x20) = 1884,52
16 Agus 156 53 19 66,42 + (13,75x53) + (5x156) - (6,78x19) = 1703,99
17 Efendi 155 57 19 66,42 + (13,75x57) + (5x155) - (6,78x19) = 1753,99

24
18 Heri 164 50 19 66,42 + (13,75x50) + (5x164) - (6,78x19) = 1702,74
19 Ahmad 163 53 20 66,42 + (13,75x53) + (5x163) - (6,78x20) = 1747,77
20 Indra 160 40 21 66,42 + (13,75x 40) + (5x160) - (6,78x21) = 1558,8

2.2 Penentuan Kebutuhan Kalori


Penentuan kebutuhan kalori buruh angkut mengunakan rumus kebutuhan kalori
berdasarkan koefisien tingkat pekerjaan yang dapat dituliskan sebagai berikut :
 Kegiatan Ringan = 1,6 x Metabolisme Basal
 Kegiatan Sedang = 2,5 x Metabolisme Basal
 Kegiatan Berat = 3,0 x Metabolisme Basal
Metabolisme Basal (MB) Laki-laki = 66,42 + (13,75 x BB) + (5 x TB) – (6,78 x U),
dimana BB adalah berat badan dalam satuan kilogram, TB adalah tinggi badan dalam satuan
centimeter, dan U adalah usia dalam satuan tahun.

1 1,6 x 1768,27 = 2829,232 kcal/ hari


2 1,6 x 1673,27 = 2677,232 kcal/ hari
3 1,6 x 1811,49 = 2898,348 kcal/ hari
4 1,6 x 1811,83 = 2898,928 kcal/ hari
5 1,6 x 1776,24 = 2841,984 kcal/ hari
6 1,6 x 1625,05 = 2600,08 kcal/ hari
7 1,6 x 1650,77 = 2641,232 kcal/ hari
8 1,6 x 1601,49 = 2562,384 kcal/ hari
9 1,6 x 1630,77 = 2609,232 kcal/ hari
10 1,6 x 1620,77 = 2593,232 kcal/ hari

25
11 1,6 x 1780,05 = 2848,08 kcal/ hari
12 1,6 x 1707,74 = 2732,384 kcal/ hari
13 1,6 x 1702,24 = 2723,584 kcal/ hari
14 1,6 x 1849,52 = 2959,232 kcal/ hari
15 1,6 x 1884,52 = 3015,232 kcal/ hari
16 1,6 x 1703,99 = 2726,384 kcal/ hari
17 1,6 x 1753,99 = 2806,384 kcal/ hari
18 1,6 x 1702,74 = 2724,384 kcal/ hari
19 1,6 x 1747,77 = 2796,432 kcal/ hari
20 1,6 x 1558,8 = 2494,08 kcal/ hari

26
BAB III
Pembahasan

3.1 Perancangan Model Meja Belajar Santai


Data yang saya peroleh dapat saya jadikan acuan untuk membuat dan merancang
sebuah model meja belajar santai yang nyaman, aman, dan tentunya ergonomi. Disini saya
membuat sebuah meja belajar yang dikhususkan untuk siswa di kelompok belajar Ds.XX yang
belajarnya dengan duduk yang dapat membuat tubuh punggung dan leher lelah dan sakit pada
otot tubuh.
Meja belajar tersebut saya rancang dengan sebaik mungkin dan seefektif mungkin jika
digunakan dalam bekerja. Tanpa harus menggangu jalannya aktifitas saat belajar dan juga tidak
menggangu proses belajar siswa.

3.2 Model dan Rancangan Meja Belajar Santai


Model dan rancangan dari Meja Belajar santai itu sendiri seperti pada gambar dibawah
ini.

27
Keterangan :

a) Meja tersebut memiliki penyangga yang dapat di naik turunkan sesuai dengan tinggi
badan siswa.
b) Meja tersebut dapat di lipat sehingga tidak menghabiskan tempat.
c) Meja tersebut dapat di gunakan oleh siswa untuk mengerjakan tugas sehingga tidak
terjadi kelelahan pada punggung dan leher.
d) Tinggi maksimal meja yaitu 23 cm dengan tinggi siku 24 cm .Ukuran panjang dan lebar
meja yaitu 60 cm dan lebar 35 cm.

28
BAB IV

Penutup

4.1 Kesimpulan

Proses belajar menggunakan meja belajar yang tidak sesuai membuat tubuh terasa
kelelahan, maka dari itu saya membuat dan merancang sebuah meja belajar khusus untuk
siswa belajar Ds.XX yang nyaman dan aman bagi tubuh dan juga ergonomi.

Tentunya dengan menggunakan meja belajar santai tubuh siswa tidak akan mudah
capek dan lelah saat belajar, dan juga dapat meningkatkan proses belajar itu sendiri.

4.2 Saran

 Sebaiknya saat proses belajar, siswa menggunakan meja belajar yang sesuai ukuran
tinggi tubuh masing-masing. Agar tidak kelelahan ketika proses belajar menggunakan
meja belajar santai.
 Pada produk meja dalam pemilihan material sebaiknya memilih material berupa kayu
yang memiliki beban yang tidak terlalu berat, karena beban yang terlalu berat
menimbulkan ketidaknyamanan dalam pembawaan. Selain itu biaya tinggi karena
perancang memilih material berupa kayu jati.

4.3 Daftar Pustaka

 Ariani Dorothea Wahyu, 1999. Manajemen Kualitas, Universitas Atmajaya, Yogyakarta


 Goetsch dan Davis, 2002. Pengantar Manajemen Menu Versi Bahasa Indonesia, Jilid 2,
PT. Prehalindo, Jakarta.
 Sutalaksana. 1979.Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Teknik Industri ITB.
 Ulrich dan Epingers, 2001. Perancangan dan Pengembangan Produk, Diterjemahkan Nora
Azmi dan Iveline Ane Marie, Salemba Teknik, Jakarta.
 Widodo, Imam Djati. 2003. Perencanaan dan Pengembangan Produk. UII Press Indonesia:
Yogyakarta
 Almatsier, Sunita. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

29
 Rudyatmi, Ely, dkk. (2016). Sumber Belajar Penunjang PLPG Paket Keahlian Biologi.
Tanpa kota: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Pendidikan.
 Sari, Evikurnia. 2014. Metabolisme hewan dan tumbuhan. Lampung: FMIPA UNLA.

30

Anda mungkin juga menyukai