DAN KALORI
Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ergonomi
Dosen Pengampu
Subchan Asyari , ST., MT.
Disusun Oleh :
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
1.3 Tujuan
a. Mengurangi dan mengatasi kecapean pada tubuh dan otot.
b. Meningkatkan proses dan ketahanan tubuh dan otot saat belajar menggunakan meja
belajar.
3
1.4 Landasan Teori
Ada 3 filosofi dasar untuk desain yang digunakan oleh ahli-ahli ergonomi sebagai data
antropometri untuk diaplikasikan (Niebel & Freivalds, 2002).
a. Desain untuk ekstrim, yang berarti bahwa untuk desain tempat atau lingkungan kerja
tertentu seharusnya menggunakan data antropometri individu ekstrim. Contoh: penetapan
ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.
b. Desain untuk penyesuaian, desainer seharusnya merancang dimensi peralatan atau fasilitas
tertentu yang bisa disesuaikan dengan pengguna (users). Contoh: perancangan kursi mobil
yang letaknya bisa digeser maju atau mundur, dan sudut sandarannya pun bisa diubah.
c. Desain untuk rata-rata, desainer dapat menggunakan nilai antropometri rata-rata dalam
mendesain dimensi fasilitas tertentu. Contoh: desain fasilitas umum seperti toilet umum,
kursi tunggu, dan lain- lain.
Data dimensi manusia ini sangat berguna dalam perancangan produk dengan tujuan
mencari keserasian produk dengan manusia yang memakainya. Pemakaian data antropometri
mengusahakan semua alat disesuaikan dengan kemampuan manusia, bukan manusia
disesuaikan dengan alat. Rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan manusia
4
yang memakainya sangat penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat terjadinya
kesalahan kerja akibat adanya kesalahan desain (design-induced error).
Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain
dalam hal :
a. Perancangan areal kerja (Work station, interior mobil, dan sebagainya).
b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools), dan
sebagainya.
c. Perancangan produk–produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja, dan sebagainya.
d. Perancangan lingkungan fisik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan
bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan
manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini
maka perancang produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi
terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangan tersebut. Secara umum sekurang-
kurangnya 90% - 95% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu
produk haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya. Rancangan produk yang dapat
diatur secara fleksibel jelas memberikan kemungkinan lebih besar bahwa produk tersebut akan
mampu dioperasikan oleh setiap orang meskipun ukuran tubuh mereka akan berbeda-beda.
Pada dasarnya peralatan kerja yang dibuat dengan mengambil referensi dimensi tubuh tertentu
jarang sekali bisa mengakomodasikan seluruh range tubuh dari populasi yang akan
memakainya. Kemampuan penyesuaian (adjustability) suatu produk merupakan suatu
prasyarat yang amat penting dalam proses perancangannya, terutama untuk produk–produk
yang berorientasi ekspor.
Berdasarkan kriteria untuk penerapan ergonomi, antropometri dibagi menjadi dua :
a. Antropometri Statis disebut juga pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body
dimension), di mana pengukuran dilakukan pada tubuh manusia yang berada dalam posisi
statis atau diam. Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara linier (lurus)
dan dilakukan pada permukaan tubuh. Atropometri statis ini meliputi dimensi otot rangka
atau skeletal yaitu antara pusat sendi (seperti antara siku dan pergelangan tangan) atau
dimensi kontur yaitu dimensi permukaan tubuh- kulit (seperti kedalam atau tinggi duduk).
Agar hasil pengukuran representatif, maka pengukuran harus dilakukan dengan metode
tertentu terhadap berbagai individu, dan tubuh harus dalam keadaan diam. Secara umum,
beberapa contoh pengukuran antropometri statis antara lain :
5
1) Tinggi dan berat badan.
b. Antropometri Dinamis disebut juga pengukuran dimensi fungsional tubuh (funcional body
dimensions), dimana pengukuran dilakukan pada saat tubuh sedang melakukan aktivitas
fisik. Pengukuran tersebut antara lain meliputi jangkauan, lebar jalan lalu lalang untuk orang
yang sedang berjalan, termasuk juga pengukuran kisaran gerak untuk variasi sendi dan
persendian. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional tubuh ini
adalah mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-
gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis, yaitu:
1. Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis
dari suatu aktivitas. Contoh: dalam mempelajari performa atlet.
2. Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja. Contoh: Jangkauan dari
gerakan tangan dan kaki efektif saat bekerja yang dilakukan dengan berdiri atau duduk.
3. Pengukuran variabilitas kerja. Contoh: Analisis kinematika dan kemampuan jari-jari
tangan dari seorang juru ketik atau operator komputer.
2. Pengukuran Antropometri
Kenyataan menunjukan bahwa manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal
dimensi atau ukuran tubuh antara satu dengan yang lain. Perbedaan antara satu populasi dengan
populasi yang lain dikarenakan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi variasi dimensi tubuh
manusia, diantaranya (Wieckens et al., 2004) :
a) Usia
6
Ukuran tubuh manusia (stature) akan berkembang dari saat lahir sampai kira-kira
berumur 20-25 tahun (Roche & Davila, 1972; VanCott & Kinkade, 1972) dan mulai menurun
setelah usia 35-40 tahun. Bahkan, untuk wanita kemungkinan penyusutannya lebih besar.
Sementara untuk berat dan circumference chest akan berkembang sampai usia 60 tahun.
b) Jenis Kelamin
Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada dan pinggul.
c) Suku Bangsa (Etnis) dan Ras
Ukuran tubuh dan proporsi manusia yang berbeda etnis dan ras mempunyai perbedaan
yang signifikan. Orang kulit hitam cenderung mempunyai lengan dan kaki yang lebih panjang
dibandingkan orang kulit putih.
d) Pekerjaan
Aktivitas kerja sehari-hari juga menyebabkan perbedaan ukuran tubuh manusia. Pemain
basket profesional biasanya lebih tinggi dari orang biasa. Pemain balet biasanya lebih kurus
disbanding rata-rata orang.
Selain faktor-faktor di atas, masih ada beberapa kondisi tertentu (khusus) yang dapat
mempengaruhi variabilitas ukuran dimensi tubuh manusia yang juga perlu mendapat perhatian,
seperti :
a. Cacat tubuh
Data antropometri akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orang- orang cacat.
b. Faktor iklim
Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda pula dalam bentuk
rancangan dan spesifikasi pakaian. Artinya, dimensi orang pun akan berbeda dalam satu tempat
dengan tempat yang lain.
c. Kehamilan (pregnancy)
Kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran dimensi tubuh
(untuk perempuan) dan tentu saja memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang
dirancang bagi segmentasi seperti itu.
Untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk bisa diaplikasikan dalam
berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka gambar berikut akan memberikan
informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur.
7
Gambar 1. Pengukuran Antropometri Anggota Tubuh
Keterangan:
(1) Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala).
(2) Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
(3) Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
(4) Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
(5) Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak
ditunjukan).
(6) Tinggi tubuh dalam posisi duduk (dukur dari atas tempat duduk/pantat sampai dengan
kepala).
(7) Tinggi mata dalam posisi duduk.
( 8 ) Tinggi bahu dalam posisi duduk.
(9) Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
(10) Tebal atau lebar paha.
(11) Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut.
(12) Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari lutut atau betis.
(13) Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
(14) Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha.
(15) Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk).
(16) Lebar pinggul atau pantat.
(17) Lebar dari dada dalam keadaan membusung.
8
(18) Lebar perut
(19) Panjang siku yang diukur dari siku smpai dengan ujung jari–jari dalam posisi siku tegak lurus.
(20) Lebar kepala.
(21) Panjang tangan diukur dari pergelangan tangan sampai dengan ujung jari.
(22) Lebar telapak tangan.
(23) Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar–lebar kesamping kiri–kanan (tidak
ditunjukan dalam gambar).
(24) Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak
tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal).
(25) Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya no 24 tetapi dalam
posisi duduk (tidak ditunjukan dalam gambar).
(26) Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan.
Keterangan:
(1) Panjang kepala.
(2) Lebar kepala.
(3) Diameter maksimum dari dagu.
(4) Dagu ke puncak kepala.
(5) Telinga ke puncak kepala.
(6) Telinga ke belakang kepala.
(7) Antara dua telinga.
(8) Mata ke puncak kepala.
(9) Mata ke belakang kepala.
(10) Antara dua pupil kepala.
9
(11) Hidung ke puncak kepala.
(12) Hidung ke belakang kepala.
(13) Mulut ke puncak kepala.
(14) Lebar mulut.
e) Penentuan sumber data (dimensi tubuh yang akan diambil) dan pemilihan persentil yang
akan dipakai.
g) Pengambilan data.
h) Pengolahan data
i) Visualisasi rancangan dengan memperhatikan posisi tubuh secara normal, kelonggaran
(pakaian dan ruang), variasi gerak.
Beberapa pengolahan data yang harus dilakukan pada data antropometri (Nurmianto,
1996 & Tayyari, 1997) adalah :
Untuk mengetahui apakah data hasil pengukuran dengan tingkat kepercayaan dan
tingkat ketelitian tertentu jumlahnya telah memenuhi atau tidak maka dilakukan ujji kecukupan
data. Untuk menetapkan berapa jumlah observasi yang seharusnya dibuat (N’), terlebih dahulu
10
harus ditetapkan tingkat kepercayaan (convidence level) dan derajat ketelitian (degree of
accuracy) untuk pengukuran rancangan. Berikut adalah rumus dari uji kecukupan data :
Keterangan:
k = konstanta, tergantung tingkat kepercayaan
s = derajat ketelitian
N = jumlah sampel
Apabila nilai N’ < N maka uji kecukupan data terbilang cukup
11
4) Pilih statistic: checklist descriptive, percentiles, kemudian continue.
5) Pilih plots: checklist none pada boxplots, stem dan leaf pada descriptive.
` 6) Checklist normality plots with test, kemudian continue.
a) Mean (Rata-Rata)
Mean (x) adalah nilai rata-rata yang dihitung dari sekelompok data tertentu. Rumus mean
dinyatakan sebagai berikut :
x̅ = Σxi
n
Keterangan:
Σxi = Jumlah semua nilai x ke i
n = Jumlah sampel
b) Standar Deviasi
Standar Deviasi (σ) adalah simpangan yang dibakukan dari data yang dihitung. Rumus standar
deviasi dinyatakan sebagai berikut :
Keterangan:
Σxi = Jumlah semua nilai x ke i
Σx̅ = Jumlah semua rata-rata
n = Jumlah sampel
12
c) Batas Kontrol
Dalam perhitungan uji keseragaman data, ada dua jenis batas kontrol, yaitu :
a. Batas Kontrol Atas (BKA) atau Upper Control Limit (UCL)
BKA = 𝑋̅ + K𝜎
b. Batas Kontrol Bawah (BKB) atau Lower Control Limit (LCL).
BKA = 𝑋̅ - K𝜎
Dalam hal ini, harga K (tingkat kepercayaan) berkisar antara untuk tingkat kepercayaan 99%,
harga K = 3
Batas Kontrol Atas (BKA) = X + 3(SD)
Batas Kontrol Bawah (BKB) = X - 3(SD)
d) Perhitungan Persentil
Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan prosentase tertentu dari sekelompok orang
yang dimensinya sama atau lebih rendah dari nilai tersebut. Persentil ke-95 akan menunjukan
populasi 95% populasi berada pada atau dibawah ukuran tersebut, sedangkan persentil ke-5
akan menunjukan 5% populasi berada pada atau diatas ukuran itu. Umumnya ada beberapa
nilai persentil yang sering dipergunakan, yaitu seperti terlihat pada tabel :
4. Perundang-Undangan
13
1) Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2012
Tentang jenis dan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak (Pengukuran
antropometri tenaga kerja dan rekomendasi alat dan sarana kerja).
2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 155/Menkes/Per/I/2010
Pemberlakuan standar antropometri WHO 2005 menggantikan standar antropometri
WHO-NCHS 1977, maka perlu dilakukan penyesuaian terhadap standar antropometri
yang sudah ada di Indonesia.
3) UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 9 ayat 4 yang berbunyi,
“Pengurus diwajibkan memenuhi dan menaati semua syarat-syarat dan ketentuan yang
berlaku bagi usaha dari tempat kerja yang dijalankannya”.
4) UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 yang berbunyi,
“Mengenai syarat-syarat tentang keselamatan kerja yaitu memperoleh keserasian antara
tenaga kerja, alat kerja, lingkungan kerja dan proses kerja”.
5) UU No. 14 Tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya
mengalami perubahan menjadi UU No. 12 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
6) UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86, menyatakan bahwa setiap perkerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,
moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan mertabat serta nilai-
nilai agama.
4. Metabolisme Basal
Metabolisme merupakan serangkaian reaksi kimia, terjadi secara bertahap di dalam
sel/organisme yang memungkinkan adanya kehidupan. Dalam prosesnya terjadi pengubahan
senyawa organik baik dipecah untuk dikeluarkan energinya maupun diubah untuk disimpan
atau untuk membangun struktur sel. Pada organisme tertentu (tumbuhan hijau) dapat
membangun zat organik dari zat anorganik dan air yang ada di lingkungan dengan bantuan
cahaya (Rudyatmi, 2016).
Jalur metabolisme yang membebaskan energi dengan cara memecah senyawa organik
kompleks menjadi senyawa sederhana dikenal dengan proses katabolisme. Jalur metabolisme
yang menggunakan energi untuk membentuk/membangun senyawa organik kompleks dari
senyawa sederhana atau senyawa anorganik dikenal dengan proses anabolisme. Senyawa
kompleks yang dipecah maupun dibangun oleh organisme yang perannya sebagai sumber
energi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Di dalam tubuh proses pemecahan karbohidrat,
lemak dan protein berlangsung serempak, artinya baik proses pemecahan (katabolisme)
14
maupun pembentukan (anabolisme) menjadi senyawa lain berjalan bersama-sama. Kedua
proses ini saling melengkapi dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya (Rudyatmi,
2016).
Pada manusia, karbohidrat, lemak dan protein yang terkandung dalam makanan setelah
dicerna secara mekanik dan kimiawi menjadi bentuk halus dan sederhana yang dapat diserap
oleh tubuh. Setelah diserap oleh sel epitel usus halus hasil pencernaan akan masuk ke dalam
sistem peredaran darah, dibawa ke berbagai jaringan yang akhirnya akan diserap oleh sel dan
dioksidasi untuk menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi dalam tubuh
(Rudyatmi, 2016).
Sementara itu, perhitungan kebutuhan energi tubuh dapat dilakukan dengan menghitung
Angka metabolisme basal (AMB). Angka metabolisme basal (AMB) adalah kebutuhan energi
minimal yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan proses tubuh yang vital. Kebutuhan
energi metabolisme basal termasuk jumlah energi yang diperlukan untuk pernafasan,
peredearan darah, pekerjaan ginjal, pankreas, dan lain-lain alat tubuh, serta untuk proses
metabolisme di dalam sel-sel dan untuk mengatur suhu tubuh. Kurang lebih dua pertiga energi
yang dikeluarkan seseorang sehari digunakan untuk kebutuhan aktivitas metabolisme basal.
Angka metabolisme basal (AMB) dinyatakan dalam kilokalori perkilogram berat badan
perjam. Angka ini berbeda antar orang dan mungkin pada orang yang sama bila terjadi
perubahan dalam keadaan fisik dan lingkungan (Almatsier, 2014).
15
BAB II
Hasil Penelitian dan Perhitungan
I. Antropometri
1.1 Data Antropometri
Penentukan yang sesuai, maka perlu dilakukan perhitungan antropometri, meliputi:
Jangkauan mata, jangkauan tangan, tinggi pantat ke perut.
1.2 Perhitungan Antropometri
Anthropometri Jangkauan mata, jangkauan tangan, tinggi pantat ke perut.
Data Antropometri yang diperlukan yaitu data ukuran Jangkauan mata, jangkauan
tangan, tinggi pantat ke perut.
Berikut adalah data Antropometri Jangkauan mata, jangkauan tangan, tinggi pantat
ke perut.
Tabel 1.1
Antropometri jangkauan mata, jangkauan tangan, tinggi pantat ke perut.
16
T.Pant Ke
No JM JT
Perut
X 𝑋2 X 𝑋2 X 𝑋2
1 50 2500 52 2704 39 1521
2 50 2500 54 2916 39 1521
3 52 2704 54 2916 46 2116
4 51 2601 56 3136 48 2304
5 56 3136 57 3249 48 2304
6 57 3249 61 3721 40 1600
7 59 3481 60 3600 41 1681
8 59 3481 55 3025 36 1296
9 48 2304 55 3025 36 1296
10 51 2601 49 2401 38 1444
11 49 2401 49 2401 37 1369
12 58 3364 60 3600 42 1764
13 58 3364 51 2601 43 1849
14 52 2704 51 2601 41 1681
15 53 2809 53 2809 36 1296
16 51 2601 56 3136 44 1936
17 53 2809 59 3481 42 1764
18 54 2916 57 3249 42 1764
19 54 2916 57 3249 39 1521
20 56 3136 56 3136 39 1521
∑𝑥
Tahap 1 → Rata-rata (Ẋ) = 𝑛
1071
JM Ẋ= = 53,55
20
1102
JT Ẋ= = 55,1
20
816
TP ke perut Ẋ= = 40,8
20
2
N Xi 2 Xi
2
JM n’ = K
s Xi
2
2057.577 1.071
2
n’ = 2
0.05 1.071
17
2
1.151.540 1.147.041
n’ = 40
1071
2
4499
n’ = 40
1071
n’ = 40 0,0626
2
n’= (2,504)2
n’= 6,27
2
N Xi 2 Xi
2
JT n’ = K
s Xi
2
2060.956 1102
2
n’ = 2
0.05 1102
2
1.219.120 1.214.404
n’ = 40
1102
2
4.716
n’ = 40
1102
n’ = 40 0,0623
2
n’= (2,492)2
n’= 6,21
2
N Xi 2 Xi
2
TP ke Perut n’ = K
s Xi
2
2033.548 816
2
n’ = 2
0.05 816
18
2
670.960 665.856
n’ = 40
816
2
5.104
n’ = 40
816
n’ = 40 0,0875
2
n’= (3,5)2
n’= 12,25
𝑛. (∑𝑥 2 ) − (∑𝑥)2
𝜎 =√
𝑛2
20.(57.577)−(1071)2
JM 𝜎 =√ 202
1.151.540−1.147.041
=√ 400
4.499
=√ 400 𝜎 =√11,2475 = 3,35
20.(60.956)−(1102)2
JT 𝜎 =√ 202
1.219.120−1.214.404
=√ 400
4.716
=√ 400 𝜎 =√11,79 = 3,43
20.(33.548)−(816)2
TP Ke Perut 𝜎 =√ 202
670.960−665.856
=√
400
5.104
=√ 400 𝜎 =√12,76 = 3,57
19
Tahap 4 (BKA – BKB)
BKA = Ẋ + (K) . ( 𝜎)
= 53,55 + 6,7
= 60,25
BKB = Ẋ + (K) . ( 𝜎)
= 53,55 – 6,7
= 46,85
JM : Data Terbesar = 59
Data Terkecil = 48
Rentang = 59 - 48 = 11
JT : Data Terbesar = 61
Data Terkecil = 49
Rentang = 61 - 49 = 12
20
TP KE Perut : Data Terbesar = 48
Data Terkecil = 36
Rentang = 48 - 36 =1 2
𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑅
P = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 = 𝐾
11
J.M. P = 5 =2,2
12
J.T. P = =2,4
5
12
T.P ke perut P = =2,4
5
J.M
No. Kelas Frekuensi (f) Frekuensi kumulatif Frekuensi kumulatif
Interval (F)
1. 48 – 50,2 4 4 4
× 100 = 20%
20
2. 50,2 - 52,4 5 9 25%
3. 52,4 - 54,6 4 13 20%
4. 54,6 - 56,8 2 15 10%
5. 56,8 - 59 5 20 25%
𝑖 (𝑛+1)
Letak Pi = 100
5(20+1)
P5 = = 1,05
100
50(20+1)
P50 = = 10,5
100
95 (20+1)
P95 = = 19,95
100
J.T.
No. Kelas Frekuensi (f) Frekuensi kumulatif Frekuensi kumulatif
Interval (F)
21
1. 49 – 51,4 4 4 4
× 100 = 20%
20
2. 51,4 – 53,8 2 6 10%
3. 53,8 – 56,2 7 13 35%
4. 56,2 – 58,6 3 16 15%
5. 58,6 – 61 4 20 20%
T.P ke Perut
No. Kelas Frekuensi (f) Frekuensi kumulatif Frekuensi kumulatif
Interval (F)
1. 36 – 38,4 4 4 20%
2. 38,4 – 40,8 6 10 30%
3. 40,8 – 43,2 6 16 30%
4. 43,2 – 45,6 1 17 5%
5. 45,6 – 48 3 20 15%
(𝐼×𝑛)⁄100−𝐹
Jangkauan Mata Pi = bi + P [ ]
ƒ
(1,05×20)⁄100−4
𝑃5 = 48 + 2,2 [ ]
4
21⁄96
= 48 + 2,2 [ ]
4
= 48 + 2,2 (0,054)
= 48 + 0,118 = 48,118
(10,5×20)⁄100−13
𝑃50 = 52,4 + 2,2 [ ]
4
210⁄87
= 52,4 + 2,2 [ ]
4
= 52,4 + 2,2 [0,60]
= 52,4 + 1,327
= 53,72
(19,95×20)⁄100−20
𝑃95 = 56,8 + 2,2 [ ]
5
390/80
= 56,8 + 2,2 [ ]
5
= 56,8 + 2,2 (0,975)
= 56,8 + 2,145 = 57,945
22
J.T (Jangkauan Tangan)
(1,05×20)⁄100−4
𝑃5 = 49 + 2,4 [ ]
4
21⁄96
= 49 + 2,4 [ ]
4
= 49 + 2,4 [0,054]
= 49 + 0,13
= 49,13
(10,5×20)⁄100−13
𝑃50 = 53,8 + 2,4 [ ]
7
210⁄87
= 53,8 + 2,4 [ ]
7
= 53,8 + 2,4 (0,34)
= 53,8 + 0,82 = 54,62
(19,95×20)⁄100−20
𝑃95 = 58,6 + 2,4 [ ]
4
390⁄80
= 58,6 + 2,4 [ ]
4
4,875
= 58,6 + 2,4 [ ]
4
= 58,6 + 2,4 (1,218)
= 58,6 + 2,925 = 61,525
(10,5×20)⁄100−16
𝑃50 = 40,8 + 2,4. [ ]
6
210⁄84
= 40,8 + 2,4. [ ]
6
= 40,8 + 2,4. (0,417)
= 40,8 + 1,001 = 41,801
(19,95×20)⁄100−20
𝑃95 = 45,6 + 2,4 . [ ]
3
390⁄80
= 45,6 + 2,4 . [ ]
3
= 45,6 + 2,4 . (1,625)
23
= 45,6 + 4,025 = 49,625
Pengukuran Basal
Pengukuran atau perhitungan energi basal (resting energy expenditure) merupakan
merupakan langkah utama untuk estimasi kebutuhan energy pada individu.
Table 2.1
Data Siswa
24
18 Heri 164 50 19 66,42 + (13,75x50) + (5x164) - (6,78x19) = 1702,74
19 Ahmad 163 53 20 66,42 + (13,75x53) + (5x163) - (6,78x20) = 1747,77
20 Indra 160 40 21 66,42 + (13,75x 40) + (5x160) - (6,78x21) = 1558,8
25
11 1,6 x 1780,05 = 2848,08 kcal/ hari
12 1,6 x 1707,74 = 2732,384 kcal/ hari
13 1,6 x 1702,24 = 2723,584 kcal/ hari
14 1,6 x 1849,52 = 2959,232 kcal/ hari
15 1,6 x 1884,52 = 3015,232 kcal/ hari
16 1,6 x 1703,99 = 2726,384 kcal/ hari
17 1,6 x 1753,99 = 2806,384 kcal/ hari
18 1,6 x 1702,74 = 2724,384 kcal/ hari
19 1,6 x 1747,77 = 2796,432 kcal/ hari
20 1,6 x 1558,8 = 2494,08 kcal/ hari
26
BAB III
Pembahasan
27
Keterangan :
a) Meja tersebut memiliki penyangga yang dapat di naik turunkan sesuai dengan tinggi
badan siswa.
b) Meja tersebut dapat di lipat sehingga tidak menghabiskan tempat.
c) Meja tersebut dapat di gunakan oleh siswa untuk mengerjakan tugas sehingga tidak
terjadi kelelahan pada punggung dan leher.
d) Tinggi maksimal meja yaitu 23 cm dengan tinggi siku 24 cm .Ukuran panjang dan lebar
meja yaitu 60 cm dan lebar 35 cm.
28
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
Proses belajar menggunakan meja belajar yang tidak sesuai membuat tubuh terasa
kelelahan, maka dari itu saya membuat dan merancang sebuah meja belajar khusus untuk
siswa belajar Ds.XX yang nyaman dan aman bagi tubuh dan juga ergonomi.
Tentunya dengan menggunakan meja belajar santai tubuh siswa tidak akan mudah
capek dan lelah saat belajar, dan juga dapat meningkatkan proses belajar itu sendiri.
4.2 Saran
Sebaiknya saat proses belajar, siswa menggunakan meja belajar yang sesuai ukuran
tinggi tubuh masing-masing. Agar tidak kelelahan ketika proses belajar menggunakan
meja belajar santai.
Pada produk meja dalam pemilihan material sebaiknya memilih material berupa kayu
yang memiliki beban yang tidak terlalu berat, karena beban yang terlalu berat
menimbulkan ketidaknyamanan dalam pembawaan. Selain itu biaya tinggi karena
perancang memilih material berupa kayu jati.
29
Rudyatmi, Ely, dkk. (2016). Sumber Belajar Penunjang PLPG Paket Keahlian Biologi.
Tanpa kota: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Pendidikan.
Sari, Evikurnia. 2014. Metabolisme hewan dan tumbuhan. Lampung: FMIPA UNLA.
30