Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang
seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang.
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan
pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi
Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi
standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan
Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya,
wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir
dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-
hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan
standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar
syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada
ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh
memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu
aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam
memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh perdaban
barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia.
Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan
iptek modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban
barat tanpa dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak negatif yang diakibatkanya.
Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah SWT.
Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa, dan
menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda Rasulullah SAW:
“ menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan
perempuan”. Ilmu adalah kehidupanya islam dan kehidupanya keimanan
BAB I
PENGERTIAN IPTEK DAN SENI
1. Pengertian Iptek
A. Definisi Iptek
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yg tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Ilmu adl sumber teknologi yg mampu memberikan kemungkinan munculnya
berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknoogi adl terapan atau aplikasi
dari ilmu yg dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yg lbh canggih dan dapat mendorong
manusia utk berkembang lbh maju lagi. Sebagai umat Islam kita harus menyadari
bahwa dasar-dasar filosofis utk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan
digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan
mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seperi kita ketahui, teknologi kini telah merembet dalam kehidupan kebanyakan
manusia bahkan dari kalangan atas hingga menengah kebawah sekalipun. Dimana
upaya tersebut merupakan cara atau jalan di dalam mewudkan kesejahteraan dan
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Atas dasar kreatifitas, akalnya, manusia
mengembangkan iptek dalam rangka untuk mengolah SDA yang di berikan oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Dimana dalam pengembangan iptek harus didasari terhadap moral dan
kemanusiaan yang adil dan beradab, agar semua masyarakat mengecam IPTEK secara
merata. Disatu sisi telah terjadi perkembangan yang sangat baik sekali di aspek
telekomunikasi, namun oelaksanaan pembangunan IPTEK masih belum merata.
Masih banyak masyarakat kurang mampuyang putus harapannya untuk mendapatkan
pengetahuan dan teknologi. Hal itu dikarenakan tingginy biaya pendidikan yang harus
mereka tanggung. Makadari itu pemerintah perlu menyikapi dan menanggapi masalah-
masalah tersebut, agar peranan IPTEK dapat bertujuan untuk meningkatkan SDM yang
ada. Perkrmbangan IPTEK disamping bermanfaat untukkemajuan hidup Indonesia juga
memberikan dampak negatif. Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan IPTEK
untuk menekan dampaknya seminimal mungkin antara lain:
1. Menjaga keserasian dan keseimbangan dengan lingkungan setempat.
2. Teknologi yang akan diterapkan hendaknya betul-betul dapat mencegah
timbulnya permasalahan di tempat itu.
3. Memanfaatkan seoptimal mungkin segala sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang ada.
Dengan perkembangan dan kemajuan zaman dengan sendirinya pemanfaatan dan
penguatan iptek mutlak diperlukan untuk mencapaikesejahteraan bangsa. Visi dan
Misi iptek dirumuskan sebagai paduan untuk mengoptimalkan setiap sumber daya
iptek yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.Undang-undang No.18 Tahun2002 tentang
Sistem Nasional Penelitiha, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi yang yelah berlaku sejak 29 Juli 2002, merupakan penjabaran dari visi dan
misi Iptek sebagaimana termaksud dalam UUD 1945 Amandemen pasal 31 ayat 5, agar
dapat dilaksanakan oleh pemerintah beserta seluruh rakyat dengan sebaik baiknya.
Selain itu pula perkembangan iptek di berbagai bidang di tengah perkembangan
zaman yang semakin pesat semestinya dapat meningkatkan kualitas SDM di tengah
bermunculannya dampak negatif dari adanya perkembangan iptek, sehingga
diperlukan pemikiran yang serius dan mantap dalam menghadapi permasalahan dalam
penemuan-penemuan baru tersebut.
B. Pelaksanaan Dan Pengembangan Iptek di Indonesia
Peradaban bangsa dan masyarakat dunia di masa depan sudah di pahami dan disadari
akan berhadapan dengan situasi yang serba kompleks dalam berbagai cabang ilmu
pengetahuan, sebut saja antara lain: cloning, cosmology, cryonics, cybernities,
exobiology, genetik, engineering dan nanoteknology. Cabang-cabang Iptek itu telah
memunculkan berbagai perkembangan yang sangat cepat dan implikasi yang
menguntungkan bagi manusia atau sebaliknya.
Untuk mendayagunakan Iptek diperlukan nilai-nilai luhur agar dapat
dipertanggungjawabkan. Rumusan 4 nilai luhur pembangunan Iptek nasional.
1. Accountable, penerapan Iptek harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara
moral, lingkungan, finansial bahkan dampak politis.
2. Visionary, pembangunan ipek memberikan solusi strategis dan jangka panjang,
tetapi taktis dimana kini tidak bersifat sektoral dan hanya memberi implikasi
terbatas.
3. Innovative, asal katanya adalah “innovere” yang artinya temuan baru yang
bermanfaat. Nilai luhur dari pembangunan iptek artinya dapat berorientasi pada
segala sesuatu yang baru, dan memberikan apresiasi tinggi terhadap upaya untuk
memproduksi inivasi baru dalam upaya inovatif untuk mendapatkan produktifitas.
4. Excellence, keseluruhan tahapan pembanguna iptek mulai dari fase inisiasi,
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, implikasi pada bangsa harus baik,
yang terbaik atau berusaha menuju terbaik. Pesatnya kemajuan iptek untek
memperkuat posisi daya saing Indonesia dalam kehidupan global.
C. Dampak Negatif Iptek
Bagi masyarakat sekarang iptek sudah merupakan suatu religion. Pengembangan
iptek dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara orang bahkan
memuja iptek lebagai liberator yang akan membebaskan mereka dari
kungkungan kefanaan dunia. Iptek yakina akan memberi umat manusia kesehatan,
kebahagiaan dan imortalitas. Sumbangan iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan
manusiatidak dapat dipungkiri. Namum manusia tidak bisa menipu diri akan kenyataan
bahwa iptek mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia.Dalam
peradaban modern yang muda, terlalu sering manusia terhenyak oloh disilusi dari
dampak negatif iptek terhadap kehidupan umat manusia. Kalaupun ipek mampu
mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti iptek sinonim
dengan kebenaran. Sebab iptek hanya mampu menampilkan kenyataan. Kebenaran
yang manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan objektif. Kebenaran harus
mencakup pula unsur keadilan. Tentu saja iptek tidak mengenal unsur kemanusiaan,
oleh karena itu iptek tidak pernah bisa menjadi standar kebenaran ataupun solusi dari
masalah-maslah kemanusiaan. Dari segala dampak terburuk dari perkembangan iptek
adalah dampak terhadap peri laku dari manusia penciptanya. Iptek telah membuat
sang penciptanya di hinggapi sifat over confidence dan superiotas tidak saja terhadap
alam melainkan pula terhadap sesamamya. Eksploitasi terhadap alam dan dominasi
pihak yang kuat(negara barat) terhadap negara yang lemah (negara dunia ketiga)
merupakan ciri yang melekat sejak lahirnya revolusi industri.
2. Pengertian Seni
a. Definisi Seni
Dalam bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti
berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang
indak atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti pewarnaan, yang
kemudian berkembang menjadi segala macam kekriaan yang artistik. Cilpacastra
adalah buku atau pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk didalamnya apa
yang sekarang disebut seniman. Memang dahulu belum ada perbedaan antara seniman
dan tukang. Pemahaman seni adalah yang merupakan ekspresi pribadi belum ada dan
seni adalah ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif. Yang demikian ini
ternyate tidak hanya terdapat di India dan Indonesia. Juga terdapat di Barat pada
masa lampau.
Dalam bahasa Latin pada abad pertengahan, ada terdapat istilah-istilah ars, artes,
dan artista. Ars adalah teknik atau craftsmanship, yaituketangkasan dan kemahiran
dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti kelompok orang-orang yang
memiliki ketangkasan atau kemahiran; artista adalah anggota yang ada didalam
kelompok-kelompok itu. Ars inilah yang kemudian berkembang menjadi I’arte (italia),
I’art (Perancis),Elarte (Spanyol), dan Art (Inggris), dan bersamaan dengan itu
isinyapun berkembang sedikit demi sedikit kearah pengertiaannya yang sekarang.
Tetapi di Eropa ada juga istilah-istilah yang lain, orang Jerman menyebut seni dengan
Kunst dan orang Belanda dengan Kunst, yang berasal dari kata lain walaupun dengan
pengertian yang sama. Bahasa Jerman juga menyebut dengan istilah die Art yang
berarti cara, jalan, atu modus, yang juga dapat dikembalikan pada asal mula
pengertian dan kegiatan seni, namun demikian die Kunst-lah yang di angkat untuk
istilah tersebut.
Pengertian seni menurut beberapa ahli:
1. Ki Hajar Dewantara
Seni merupakan segala perbuatan mansia yang timbul dari perasaannya dan bersifat
indah hingga dapat menggerakan jiwa perasaan manusia.
2. Prof. Drs. Suwaji Bastomi
Seni adalah aktifitas batin dengan pengalaman estetik yang dinyatakan dalam brntuk
agung yng mempunyai daya membangkitkan rasa takjub dan haru.
3. Drs. Sudarmaji
Seni adalah segala manisvestasi batin dan pengalaman estetis dengan menggunakan
media bidang, garis, warna, tekstur, volume dan gelap terang.
4. Enslikopedia Indonesia
Seni adalah penciptaa segala sesuatu hal atau benda yang karena keindahannya orang
senang melihatnya atau mendengarkan
b. Cabang Seni
1. Seni Musik atau seni suara
2. Seni tari atu seni gerak
3. Seni drama
4. Seni Rupa
c. Fungsi Seni
1. Untuk Kebutuhan Individu
a. Kebutuhan Fisik
Sejarah membuktikan bahwa perkembangan seni musik selalu seiring dengan
peradaban mausia. Sejhak dulu, benda-benda diciptakan dengan mempertimbangkan
nilai seni. Misalnya, model baju yang bernilai seni tinggi tentu harganya jauh lebih
mahal dibanding yang kurang berseni.
b. Kebutuhan Emosional
Manusia juga mempunya kebutuhan emosional yang harus dipenuhi. Saat sedang
sedih, gembira, dan sebagainya. Lewat seni inilah seseorang dapat mengungkapkan
perasaan dan daya imajinasinya atau menikmati seni tersebut untuk menghibur
hatinya. Untuk itulah orang seringkali melukis, bernyayi, membuat puisi,
mendengarkan lagu atau menonton drama.
2. Untuk Kebutuhan Sosial
a. Bidang Agama
Contoh: Dakwah melalui seni musik yaitu dengan lagu-lagu religi atau menggambarkan
kekuasaan Allah SWT melalui lukisan atau Kaligrafi.
b. Bidang Pendidikan
c. Bidang Komunikasi
d. Bidang Rekreasi
BAB II
IPTEK DAN SENI MENURUT ISLAM
1. Iptek Menurut Islam
Peran Islam dalam perkembangan iptek adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan
standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah islam)
wajib dijadikan tolok ukur dan pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya.
Iptek yang boleh dimanfaatkan adalah yang telah dihalalkan oleh syariah islam.
Sedangkan Iptek yang tidak boleh dimanfaatkan adalah yang telah diharamkan. Akhlak
yang baik muncul dari keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT sumber segala
kebaikan, Keindahan, dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT
hanya akan muncul bila diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan
pengenalan terhadap Tuhan Allah SWT dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat
(manifestasi) sifat-sifat KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.
Islam sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan,sangat mendorong
dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan
merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat
mementingkan pengembangan ilmu pengetahuandan teknologi. Berbeda dengan
pandangan Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk mementingkan
duniawi, maka Islam mementingkan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah
atau pengabdian Muslim kepada Allah SWT dan mengembang amanat Khalifatullah
(wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada manusia dan
menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Quran yang
mementingkan proses perenungan, pemikiran, dan pengamatan tehadap berbagai
gejala alam, untuk di tafakuri dan menjadi bahan dzikir kepada Allah.
Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta ilmiah,
maka kemumgkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran
agama tersebut. Bila ada ilmu pengetahuan yang menentang prinsip pokok ajaran
agama Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme
yang beradadi balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut. Karena alam semesta
yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan dan ayat-ayat suci Tuhan( Al-Quran) dan
Sunnah Rasulullah SAW yang di pelajari melalui agama adalah sama-sama ayat (tanda-
tanda dan perwujudan ) Allah SWT, maka tidak mungkin satu sama lain saling
bertentangan dan bertolak belakang, karena keduanya berasal dari satu sumber
sama, Allah Yang Maha Pencipta dan Pemelihara seluruh Alam Semesta.
a. Kewajiban Mencari Ilmu
Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah.
Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur’an dan
Al-Hadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh-
sungguh perpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang wajib dicari seorang muslim ada 3,
sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan). Ketiga ilmu tersebut
adalah ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang menghukumi), sunnatun
qoimatun (sunnah dari Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun adilah (ilmu bagi
waris atau ilmu faroidh yang adil)
Dalam sebuah hadist rasulullah bersabda, “ mencari ilmu itu wajib bagi setiap
muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan
menggantungkan permata dan emas pada babi hutan.”(HR. Ibnu Majah dan lainya)
Juga pada hadist rasulullah yang lain,”carilah ilmu walau sampai ke negeri cina”.
Dalam hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam hadist ini
rasulullah menyuruh kita mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia. Walau jauh ilmu
haru tetap dikejar.
Dalam kitab “ Ta’limul muta’alim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut trlebih
dahulu adalah ilmu haal yaitu ilmu yang dseketika itu pasti digunakan dal diamalkan
bagi setiap orang yang sudah baligh. Seperti ilmu tauhid dan ilmu fiqih. Apabila kedua
bidang ilmu itu telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu lainya, misalnya ilmu
kedokteran, fisika, matematika, dan lainya.
Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih mengutamakan
ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama. Maka anak menjadi orang yang buta agama dan
menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam hal ini orang tua perlu sekali
memberikan bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya mempelajari ilmu-ilmu umum.
Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda, “sedekah yang paling utama adalah orang
islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang lain.”(HR.
Ibnu Majah)
Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi orang yang mau menuntut ilmu kemudian
ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah yang paling utama dibanding
sedekah harta benda. Ini dikarenakan mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama,
berarti menenan amal yang muta’adi (dapat berkembang) yang manfaatnya bukan
hanya dikenyam orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi dapat dinikmati orang lain
b. Interaksi iman, ilmu dan amal
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terinteraksi ke dalam suatu
sistem yang disebut dinul Islam, didalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu
akidah, syariah, dan akhlak dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh.
Islam merupakan ajaran agama yang sempurna, karena kesempurnaannya dapat
tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Di dalam al-Qur’an dinyatakan yang artinya
“Tidaklah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik (dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh
(menghujam kebumi) dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu mengeluarkan
buahnya setiap muslim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-
perumpamaan itu untuk manusia agar mereka ingat”.
Dari penjelasan tersebut di atas menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu dan
amal atau syariah dan akhlak dengan menganalogikan dinul Islam bagaikan sebatang
pohon yang baik. Ini merupakan gambaran bahwa antara iman, ilmu dan amal
merupakan suatu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain.
Iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menupang tegaknya ajaran
Islam, ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan. Dahan dan cabang-
cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu ibarat dengan
teknologi dan seni. IPTEKS yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan
menghasilkan amal shaleh bukan kerusakan alam.
c. Keutamaan orang yang berilmu
Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan
masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan
terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi
Allah SWT dan makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai “al-Raasikhun fil Ilm” (Al Imran :
7), “Ulul al-Ilmi” (Al Imran : 18), “Ulul al-Bab” (Al Imran : 190), “al-Basir” dan “as-
Sami' “ (Hud : 24), “al-A'limun” (al-A'nkabut : 43), “al-Ulama” (Fatir : 28), “al-Ahya'
“ (Fatir : 35) dan berbagai nama baik dan gelar mulia lain.
Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman: "Allah menyatakan
bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang
menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". Dalam ayat ini ditegaskan pada
golongan orang berilmu bahwa mereka amat istimewa di sisi Allah SWT . Mereka
diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi saksi Keesaan Allah
SWT. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap kalangan yang
menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya orang-
orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-
keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia
dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua (mahluk)
yang dapat melaknati." (Al-Baqarah: 159) Rasulullah saw juga bersabda: "Barangsiapa
yang menyembunyikan ilmu, akan dikendali mulutnya oleh Allah pada hari kiamat
dengan kendali dari api neraka." (HR Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau. Juga
diriwayatkan oleh Al-Hakim. Al Hakim dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits ini
sahih) Jadi setiap orang yang berilmu harus mengamalkan ilmunya agar ilmu yang
ia peroleh dapat bermanfaat. Misalnya dengan cara mengajar atau mengamalkan
pengetahuanya untuk hal-hal yang bermanfaat.
d. Tanggung jawab ilmuwan terhadap alam
Manusia, sebagaimana makhluk lainnya, memiliki ketergantungan terhadap alam.
Namun, di sisi lain, manusia justru suka merusak alam. Bahkan tak cukup merusak,
juga menhancurkan hingga tak bersisa. Tiap sebentar kita mendengar berita
menyedihkan tentang kerusakan baru yang timbul pada sumber air, gunung atau laut.
Para ilmuwan mengumumkan ancaman meluasnya padang pasir, semakin
berkurangnya hutan, berkurangnya cadangan air minum, menipisnya sumber energi
alam, dan semakin punahnya berbagai jenis tumbuhan dan hewan.
Sayangnya, meski nyata terasa dampak akibat kerusakan tersebut, sebagian besar
manusia sulit menyadarinya. Mereka berdalih apa yang mereka lakukan adalah demi
kepentingan masa depan. Padahal yang terjadi justru sebaliknya; tragedi masa depan
itu sedang berjalan di depan kita. Dan, kitalah sesungguhnya yang menjadi biang
kerok dari tragedi masa depan tersebut. Manusia telah diperingatkan Allah SWT dan
Rasul-Nya agar jangan melakukan kerusakan di bumi. Namun, manusia mengingkari
peringatan tersebut.
Allah SWT menggambarkan situasi ini dalam Al-Qur’an: “Dan bila dikatakan kepada
mereka, ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi’, mereka menjawab,
‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (QS Al-Baqarah:11)
Allah SWT juga mengingatkan manusia: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)’. Katakanlah, ‘Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang
mempersekutukan (Allah).’’ (QS Ar-ruum: 41-42)
Pada masa sekarang pendidikan lingkungan menjadi mutlak diperlukan. Tujuannya
mengajarkan kepada masyarakat untuk menjaga jangan sampai berbagai unsur
lingkungan menjadi hancur, tercemar, atau rusak. Untuk itu manusia sebagai khalifah
di bumi dan sebagai ilmuwan harus bisa melestarikan alam. Mungkin bisa dengan cara
mengembangkan teknlogi ramah lingkungan, teknologi daur ulang, dan harus bisa
memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak..
e. Penyikapan terhadap Perkembangan IPTEK
Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah SWT berupa “alat” untuk mencapai dan
membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah :
a. indera, untuk menangkap kebenaran fisik,
b. naluri, untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan hidup manusia secara
probadi maupun sosial
c. pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu mengembangkan
kemampuan tiga jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal
juga merupakan penghantar untuk menuju kebenaran tertinggi
d. imajinasi, daya khayal yang mampu menghasilkan kreativitas dan
menyempurnakan pengetahuannya
e. hati nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat menangkap kebenaran
tingkah laku manusia sebagai makhluk yang harus bermoral.
Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEK yang
sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan norma-
norma Islam dengan perkembangan tersebut. Menurut Mehdi Ghulsyani (1995), dalam
menghadapi perkembangan IPTEK ilmuwan muslim dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok:
Ø Kelompok yang menganggap IPTEK moderen bersifat netral dan berusaha
melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Qur’an yang
sesuai;
Ø Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga mempelajari
sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen yang tidak islami,
Ø Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya.
Untuk kelompok ketiga ini memunculkan nama Al-Faruqi yang mengintrodusir istilah
“islamisasi ilmu pengetahuan”. Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak ada
pemisahan yang tegas antara ilmu agama dan ilmu non-agama. Sebab pada dasarnya
ilmu pengetahuan yang dikembangkan manusia merupakan “jalan” untuk menemukan
kebenaran Allah itu sendiri. Sehingga IPTEK menurut Islam haruslah bermakna ibadah.
Yang dikembangkan dalam budaya Islam adalah bentuk-bentuk IPTEK yang mampu
mengantarkan manusia meningkatkan derajat spiritialitas, martabat manusia secara
alamiah. Bukan IPTEK yang merusak alam semesta, bahkan membawa manusia
ketingkat yang lebih rendah martabatnya.
Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang
islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat
manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT. Kebenaran IPTEK
menurut Islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu sendiri.
IPTEK akan bermanfaat apabila:
a. Mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya
b. Dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik),
c. Dapat memberikan pedoman bagi sesama,
d. Dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat
dikatakan mengandung kebenaran apabila ia mengandung manfaat dalam arti luas.
f. Keselarasan IMTAQ dan IPTEK
“Barang siapa ingin menguasai dunia dengan ilmu, barang siapa ingin menguasai
akhirat dengan ilmu, dan barang siapa ingin menguasai kedua-duanya juga harus
dengan ilmu” (Al-Hadist). Perubahan lingkungan yang serba cepat dewasa ini sebagai
dampak globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), harus
diakui telah memberikan kemudahan terhadap berbagai aktifitas dan kebutuhan hidup
manusia. Di sisi lain, memunculkan kekhawatiran terhadap perkembangan perilaku
khususnya para pelajar dan generasi muda kita, dengan tumbuhnya budaya kehidupan
baru yang cenderung menjauh dari nilai-nilai spiritualitas. Semuanya ini menuntut
perhatian ekstra orang tua serta pendidik khususnya guru, yang kerap bersentuhan
langsung dengan siswa.
Dari sisi positif, perkembangan iptek telah memunculkan kesadaran yang kuat pada
sebagian pelajar kita akan pentingnya memiliki keahlian dan keterampilan. Utamanya
untuk menyongsong kehidupan masa depan yang lebih baik, dalam rangka mengisi era
milenium ketiga yang disebut sebagai era informasi dan era bio-teknologi. Ini
sekurang-kurangnya telah memunculkan sikap optimis, generasi pelajar kita umumya
telah memiliki kesiapan dalam menghadapi perubahan itu. Don Tapscott, dalam
bukunya Growing up Digital (1999), telah melakukan survei terhadap para remaja di
berbagai negara. Ia menyimpulkan, ada sepuluh ciri dari generasi 0 (zero), yang akan
mengisi masa tersebut. Ciri-ciri itu, para remaja umumnya memiliki pengetahuan
memadai dan akses yang tak terbatas. Bergaul sangat intensif lewat internet,
cenderung inklusif, bebas berekspresi, hidup didasarkan pada perkembangan
teknologi, sehingga inovatif, bersikap lebih dewasa, investigative arahnya pada how
use something as good as possible bukan how does it work.
Sikap optimis terhadap keadaan sebagian pelajar ini tentu harus diimbangi dengan
memberikan pemahaman, arti penting mengembangkan aspek spiritual keagamaan
dan aspek pengendalian emosional. Sehingga tercapai keselarasan pemenuhan
kebutuhan otak dan hati (kolbu). Penanaman kesadaran pentingnya nilai-nilai agama
memberi jaminan kepada siswa akan kebahagiaan dan keselamatan hidup, bukan saja
selama di dunia tapi juga kelak di akhirat. Jika hal itu dilakukan, tidak menutup
kemungkinan para siswa akan terhindar dari kemungkinan melakukan perilaku
menyimpang, yang justru akan merugikan masa depannya serta memperburuk citra
kepelajarannya. Amatilah pesta tahunan pasca ujian nasional, yang kerap
dipertontonkan secara vulgar oleh sebagian para pelajar. Itulah salah satu contoh
potret buram kondisi sebagian komunitas pelajar kita saat ini. Untuk itu, komponen
penting yang terlibat dalam pembinaan keimanan dan ketakwaan (imtak) serta akhlak
siswa di sekolah adalah guru. Kendati faktor lain ikut mempengaruhi, tapi dalam
pembinaan siswa harus diakui guru faktor paling dominan. Ia ujung tombak dan garda
terdepan, yang memberi pengaruh kuat pada pembentukan karakter siswa. Kepada
guru harapan tercapainya tujuan pendidikan nasional disandarkan. Ini sebagaimana
termaktub dalam Pasal 3 Undang-undang No. 20 tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Intinya, para pelajar kita disiapkan agar menjadi manusia
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri. Sekaligus jadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.
Tujuan pendidikan sebenarnya mengisyaratkan, proses dan hasil harus
mempertimbangkan keseimbangan dan keserasian aspek pengembangan intelektual
dan aspek spiritual (rohani), tanpa memisahkan keduanya secara dikhotomis. Namun
praktiknya, aspek spiritual seringkali hanya bertumpu pada peran guru agama. Ini
dirasakan cukup berat, sehingga pengembangan kedua aspek itu tidak berproses
secara simultan. Upaya melibatkan semua guru mata ajar agar menyisipkan unsur
keimanan dan ketakwaan (imtak) pada setiap pokok bahasan yang diajarkan,
sesungguhnya telah digagas oleh pihak Departeman Pendidikan Nasional maupun
Departemen Agama. Survei membuktikan, mengintegrasikan unsur ‘imtaq’ pada mata
ajar selain pendidikan agama adalah sesuatu yang mungkin. Namun dalam praktiknya,
target kurikulum yang menjadi beban setiap guru yang harus tuntas serta pemahaman
yang berbeda dalam menyikapi muatan-muatan imtaq yang harus disampaikan,
menyebabkan keinginan menyisipkan unsur imtak menjadi terabaikan. Memang tak
ada sanksi apapun jika seorang guru selain guru agama tidak menyisipkan unsur imtaq
pada pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Jujur saja guru umumnya takut
salah jika berbicara masalah agama, mereka mencari aman hanya mengajarkan apa
yang menjadi tanggung jawabnya.
Sesungguhnya ia bukan sekadar tanggung jawab guru agama, tapi tanggung jawab
semuanya. Dalam kacamata Islam, kewajiban menyampaikan kebenaran agama
kewajiban setiap muslim yang mengaku beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha
Kuasa.
2. Seni Menurut Islam
a. Definisi Seni Menurut Islam
Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun
dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kata seni berasal dari kata “SANI”
yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”. Namun menurut kajian
ilimu di Eropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/
atau karya dari sebuah kegiatan.
Pandangan Islam tentang seni. Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan
menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya ini. Allah
melalui kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusia memandang seluruh jagat raya
dengan segala keserasian dan keindahannya. Allah berfirman: “Maka apakah mereka
tidak melihat ke langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya
dan menghiasinya, dan tiada baginya sedikit pun retak-retak?” [QS 50: 6].
Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi saw.,
kepada para sahabatnya. Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda :
“Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terbetik sifat sombong seberat
atom.”Ada orang berkata,” Sesungguhnya seseorang senang berpakaian bagus dan
bersandal bagus.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai
keindahan. Sedangkan sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan
orang lain.”(HR. Muslim). Bahkan salah satu mukjizat Al-Qur’an adalah bahasanya
yang sangat indah, sehingga para sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya
merasa kalah berhadapan dengan keindahan sastranya, keunggulan pola redaksinya,
spesifikasi irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian mereka menyebutnya sebagai
sihir. Dalam membacanya, kita dituntut untuk menggabungkan keindahan suara dan
akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus.
Rasulullah bersabda :
“Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa’I, Ibnu Majah,
Ibnu Hibban, Darimi)
Maka manusia menyukai kesenian sebagai representasi dari fitrahnya mencintai
keindahan. Dan tak bisa dipisahkan lagi antara kesenian dengan kehidupan manusia.
Namun bagaimana dengan fenomena sekarang yang ternyata dalam kehidupan sehari-
hari nyanyian-nyanyian cinta ataupun gambar-gambar seronok yang diklaim sebagai
seni oleh sebagian orang semakin marak menjadi konsumsi orang-orang bahkan anak-
anak.Sebaiknya di kembalikan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bahwa dalam Al-
Qur’an disebutkan :
“Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak
berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan
menjadikan jalan Allah itu sebagai olok-olokan. Mereka itu memperoleh azab yang
menghinakan.” (Luqman:6)
Jikalau kata-kata dalam nyanyian itu merupakan perkataan-perkataan yang tidak
berguna bahkan menyesatkan manusia dari jalan Allah, maka HARAM nyanyian
tersebut. Nyanyian-nyanyian yang membuat manusia terlena, mengkhayalkan hal-hal
yang tidak patut maka kesenian tersebut haram hukumnya.
Pendapat tentang pengertian seni dalam Islam
. Menurut Seyyed Hossein Nasr, seni Islam merupakan hasil dari
pengejawantahan Keesaan pada bidang keanekaragaman. Artinya seni Islam sangat
terkait dengan karakteristik-karakteristik tertentu dari tempat penerimaan wahyu al-
Qur’an yang dalam hal ini adalah masyarakat Arab. Jika demikian, bisa jadi seni Islam
adalah seni yang terungkap melalui ekspresi budaya lokal yang senada dengan tujuan
Islam. Sementara itu, bila kita merujuk pada akar makna Islam yang berarti
menyelamatkan ataupun menyerahkan diri, maka bisa jadi yang namanya seni Islam
adalah ungkapan ekspresi jiwa setiap manusia yang termanifestasikan dalam segala
macam bentuknya, baik seni ruang maupun seni suara yang dapat membimbing
manusia kejalan atau pada nilai-nilai ajaran Islam.
Di sisi lain, dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa seni adalah penjelmaan
rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat
komunikasi kedalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indra pendengaran (seni
suara), penglihatan (seni lukis dan ruang), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak
(seni tari dan drama).
Dari difinisi yang kedua ini bisa jadi seni Islam adalah ekspresi jiwa kaum
muslim yang terungkap melalui bantuan alat instrumental baik berupa suara maupun
ruang. Hal ini juga bisa kita lihat dalam catatan sejarah bahwa dalam
perkembangannya baik seni suara maupun ruang termanifestasikan.

Dengan definisi demikian, maka setiap perkembangan seni baik pada masa lampau
maupun masa kini bisa dikatakan seni Islam asalkan memenuhi kerangka dasar dari
difinisi-difinisi di atas. Dengan kata lain, seni bisa kita kategorikan seni Islam bukan
terletak pada dimana dan kapan seni tersebut termanifestasikan, melainkan pada
esensi dari ajaran-ajaran Islam yang terejahwantah dalam karya seni tersebut.
b. Perkembangan seni pada masa bani umayyah
Perkembangan seni Pada masa Daulah Bani Umayyah , terutama seni bahasa, seni
suara, seni rupa, dan seni bangunan (Arsitektur).
1. Seni Bahasa
Kemajuan seni bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan bahasa.
Sedangkan kemajuan bahasa mengikuti kemajuan bangsa. Pada masa Daulah Bani
Umayyah kaum muslimin sudah mencapai kemajuan dalam berbagai bidang, yaitu
bidang politik, ekonomi, sosial, dan ilmu pengetahuan. Dengan sendirinya kosakata
bahasa menjadi bertambah dengan kata-kata dan istilah –istilah baru yang tidak
terdapat pada zaman sebelumnya.
Kota Basrah dan Kufah pada zaman itu merupakan pusat perkembangan ilmu
dan sastra (adab). Di kedua kota itu orang-orang Arab muslim bertukar pikiran dalam
diskusi-diskusi ilmiah dengan orang-orang dari bangsa yang telah mengalami kemajuan
terlebih dahulu. Di kota itu pula banyak kaum muslimin yang aktif menyusun dan
menuangkan karya mereka dalam berbagai bidang ilmu. Maka dengan demikian
berkembanglah ilmu tata bahasa (Ilmu Nahwu dan sharaf) dan Ilmu Balaghah, serta
banyak pula lahir-lahir penyair-penyair terkenal.
2. Seni Rupa
Seni rupa yang berkembang pada zaman Daulah Bani Umayyah hanyalah seni
ukir, seni pahat, sama halnya dengan zaman permulaan, seni ukir yang berkembang
pesat pada zaman itu ialah penggunaan khat arab (kaligrafi) sebagai motif ukiran.
Yang terkenal dan maju ialah seni ukir di dinding tembok. Banyak Al-Qur’an, Hadits
Nabi dan rangkuman syair yang di pahat dan diukir pada tembok dinding bangunan
masjid, istana dan gedung-gedung.
3. Seni Suara
Perkembangan seni suara pada zaman pemerintahan Daulat Bani Umayyah
yang terpenting ialah Qira’atul Qur’an, Qasidah, Musik dan lagu-lagu lainnya yang
bertema cinta kasih.
4. Seni Bangunan (Arsitektur)
Seni bangunan atau Arsitektur pada masa pemerintahan Daulah Bani
Umayyah pada umumnya masih berpusat pada seni bangunan sipil, seperti bangunan
kota Damaskus, kota Kairuwan, kota Al- Zahra. Adapun seni bangunan agama antara
lain bangunan Masjid Damaskus dan Masjid Kairuwan, begitu juga seni bangunan yang
terdapat pada benteng- benteng pertahanan masa itu.
Adapun kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, berkembangnya dilakukan
dengan jalan memberikan dorongan atau motivasi dari para khalifah. Para khalifah
selaku memberikan hadiah-hadiah cukup besar bagi para ulama, ilmuwan serta para
seniman yang berprestasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan dan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan di sediakan anggaran oleh negara, itulah sebabnya
ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya.
Pusat penyebaran ilmu pengetahuan pada masa itu terdapat di masjid-masjid.
Di masjid-masjid itulah terdapat kelompok belajar dengan masing-masing gurunya
yang mengajar ilmu pengetahuan agama dan umum ilmu pengetahuan agama yang
berkembang pada saat itu antara lain ialah, ilmu Qira’at, Tafsir, Hadits Fiqih, Nahwu,
Balaqhah dan lain-lain. Ilmu tafsir pada masa itu belum mengalami perkembangan
pesat sebagaimana yang terjadi pada masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah.
Tafsir berkembang dari lisan ke lisan sampai akhirnya tertulis. Ahli tafsir yang
pertama pada masa itu ialah Ibnu Abbas, salah seorang sahabat Nabi yang sekaligus
juga paman Nabi yang terkenal.
c. Alat Musik Islam
Musik Islam selanjutnya berkembang sejalan dengan perkembangan musik di Eropa.
Penggunaan alat musik seperti oud sangat membantu dalam memahai pelajaran musik
islam. Oud adalah alat musik berbentuk seperti buah piryang di potong setengah dan
di lengkapi senar atau sring sebanyak 12 buah.
Oud di Italia berubah nama menjadi il luto.Berbeda dengan Jerman, il luto
dikenaldengan nama laute.Terjadi perubahan bahasa penyebutan pada alat musik
yang benar-benar sama ini.Prancis menyebutnya le luth.Sementara itu, Inggris
menamainya lute.
Selain oud,ada alat musik lain yang sering dipakai dalam seni musik Islam.Sebelum
menjadi biola,alat musik berdawai dengan tabung resonansi yang lebih kecil dari gitar
ini dikenal dengan nama rebab. Alat musik rebab menyebar dari Spanyolke Eropa
dengan nama rebec. Bila rebab tersedia, rebana sudah pasti ada . Instrumen musik
Arab yang satu ini terbuat dari kayu dan perkamen. Penggunaan alat musik rebana
telah di lirik dunia barat, kemudian membawa rebana ke negaranya. Acara
kenegaraan di istana dan gedung pertemuan sering menghadirkan rebana sebagai
hiburan. Sampai sekarang rebana masih digunakan dalam bermusik di beberapa
negara seluruh dunia.
d. Hal yang perlu di perhatikan dalam Menyanyi
Maka menurut DR. Yusuf Qardhawi, hal-hal yang harus diperhatikan dalam hal
nyanyian antara lain :
1. Tidak semua nyanyian hukumnya mubah, karena isinya harus sesuai dengan
etika islami dan ajaran-ajarannya.
2. Penampilan dan gaya menyanyikannya juga perlu dilihat
3. Nyanyian tersebut tidak disertai dengan sesuatu yang haram, seperti minum
khamar, menampakkan aurat, atau pergaulan bebas laki-laki dan perempuan tanpa
batas.
4. Nyanyian –sebagaimana semua hal yang hukumnya mubah (boleh)- harus dibatasi
dengan sikap tidak berlebih-lebihan.
d. Pendapat Tentang Seni Menurut Para Ulama
1. Imām Asy-Syaukānī, dalam kitabnya NAIL-UL-AUTHĀR menyatakan sebagai
berikut:
a. Para ‘ulamā’ berselisih pendapat tentang hukum menyanyi dan alat musik.
Menurut mazhab Jumhur adalah harām, sedangkan mazhab Ahl-ul-Madīnah, Azh-
Zhāhiriyah dan jamā‘ah Sūfiyah memperbolehkannya.
b. Abū Mansyūr Al-Baghdādī (dari mazhab Asy-Syāfi‘ī) menyatakan: "‘ABDULLĀH BIN
JA‘FAR berpendapat bahwa menyanyi dan musik itu tidak menjadi masalah.
Dia sendiri pernah menciptakan sebuah lagu untuk dinyanyikan para pelayan (budak)
wanita (jawārī) dengan alat musik seperti rebab. Ini terjadi pada masa Amīr-ul-
Mu’minīn ‘Alī bin Abī Thālib r.a.
c. Imām Al-Haramain di dalam kitābnya AN-NIHĀYAH menukil dari para ahli sejarah
bahwa ‘Abdullāh bin Az-Zubair memiliki beberapa jāriyah (wanita budak) yang biasa
memainkan alat gambus. Pada suatu hari Ibnu ‘Umar datang kepadanya dan melihat
gambus tersebut berada di sampingnya. Lalu Ibnu ‘Umar bertanya: "Apa ini wahai
shahābat Rasūlullāh? " Setelah diamati sejenak, lalu ia berkata: "Oh ini barangkali
timbangan buatan negeri Syām," ejeknya. Mendengar itu Ibnu Zubair berkata:
"Digunakan untuk menimbang akal manusia."
d. Ar-Ruyānī meriwaya

Anda mungkin juga menyukai