Mata Kuliah Perspektif Dan Proyeksi
Mata Kuliah Perspektif Dan Proyeksi
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT., yang telah
memberikan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya. Serta sholawat dan salam semoga
senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, serta keluarga-
Nya, sahabat dan sekalian umat-Nya yang taat kepada-Nya.
Saya sadar bahwa tugas ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan tugas menggambar kami di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para penikmat seni gambar semua.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dizaman modern yang canggih seperti saat ini, kemajuan akan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan seni, sangatlah berpengaruh
terhadap segala aspek dalam kehidupan manusia. Tidak dapat dipungkiri,
keberadaan IPTEK dan seni tidak pernah lepas dengan keberadaan manusia.
Manusia sebagai subjek dari berkembangnya ilmu pengetahuan itu sendiri.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka berkembanglah pula
teknologi dan seni.
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua).
Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan.
Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma
sekuler seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa
Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi
seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai
sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi
segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah
Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya,
wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam
(yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam
kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang
digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme)
seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh
tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-
hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah
dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah
diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya,
walaupun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan
manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin
oleh perdaban barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di
berbagai penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal)
yang dihasilkan oleh perkembangan iptek modern membuat orang lalu
mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban barat tanpa dibarengi
sikap kritis trhadap segala dampak negatif yangdiakibatkanya.
Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah
kepada Allah SWT. Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT
seperti sholat, puasa, dan menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib.
Seperti sabda Rasulullah SAW: “ menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban
atas setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Ilmu adalah kehidupanya islam
dan kehidupanya keimanan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat pada pembahasan makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian IPTEK dan seni dalam pandangan Islam?
2. Bagaimana pengembangan dan pelaksanaan IPTEK dan seni dalam
kehidupan umat Islam?
3. Bagaimana Penerapan IPTEK dan seni dalam Islam?
4. Seberapa pentingnya IPTEK dan seni dalam Islam?
5. Siapa sajakah tokoh-tokoh IPTEK dan seni dalam Islam?
C. Tujuan
Mengetahui tentang IPTEK dan seni serta pengembangan dan
pelaksanaan dan penerapannya dalam islam dan kehidupan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
Allah menciptakan manusia memiliki potensi akal dan pikiran sebagai bekal untuk
hidup di dunia. Melalui akal dan pikiran tersebut, manusia dapat memahami dan
menyelidiki elemen-elemen yang terdapat di alam serta memanfaatkannya untuk
kesejahteraan mereka. Akal dan pikiran tersebut merupakan kelebihan dan
keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepada manusia sebagaimana firman
Allah dalam Q.S. Al Isra 70:
َولَقَ ْد ك ََّر ْمنَا بَنِي آ َد َم َو َح َم ْلنَا ُه ْم فِي ا ْلبَ ِر َوا ْلبَ ْح ِر
ير ِم َّم ْن ٍ ِعلَى َكث َّ َت َوف
َ ض ْلنَا ُه ْم َّ َو َر َز ْقنَا ُهم ِم َن ال
ِ ط ِيبَا
َخلَ ْقنَا تَ ْف ِضيال
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan.
Manusia juga diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di muka Bumi dengan
kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya di alam
ini. Ketika Allah dalam firman-Nya di Q.S. Ar Ra’du 2 memilih kata ”sakhkhara”
yang berarti ”menundukkan” atau ”merendahkan”, hal tersebut menunjukkan
bahwa alam dengan segala manfaat yang dapat diperoleh darinya harus tunduk
dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia.
ستَ َوى ْ ع َم ٍد تَ َر ْونَ َها ث ُ َّم ا
َ ت ِبغَ ْي ِر
ِ اوا
َ س َم َّ ّللاُ الَّذِي َرفَ َع ال
س َوا ْلقَ َم َر ُك ٌّل يَ ْج ِري ألَ َج ٍل َ س َّخ َر الش َّْمَ علَى ا ْلعَ ْر ِش َو َ
ت لَعَلَّكُم ِب ِلقَاء َر ِب ُك ْم ِ س ًّمى يُد َِب ُر األَ ْم َر يُفَ ِص ُل اآليَا
َ ُّم
َ ُتُوقِن
ون
Artinya: Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang
kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan
matahari dan bulan. masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah
mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya),
supaya kamu meyakini Pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
ِين ُحنَفَاء َ ين لَهُ الد َّ َو َما أ ُ ِم ُروا إِ ََّّل ِليَ ْعبُدُوا
َ ّللاَ ُم ْخ ِل ِص
ُ الزكَاةَ َوذَ ِلكَ د
ِين ا ْلقَ ِي َم ِة َّ ص َالةَ َويُ ْؤتُواَّ َويُ ِقي ُموا ال
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
Itulah agama yang lurus.
Memelihara Lingkungan
Krisis ingkungan ldari sudut teologis (metafisik) bukanlah hanya persoalan politik
dan ekonomi belaka. Namum ada persoalan mendasar yang berhubungan dengan
keyakinan yang menjadi dasar tindakan dan prilaku seseorang. Krisis lingkungan
yang sekarang menjadi problem serius manusia pertama kali disulut oleh
modernisasi (era Industrialisasi) Yang terjadi di Barat. Sedangkanm dunia timur
hanya mengekor jalan yang telah dilaluai Barat, meski sebenarnya jalan itu telah
bertentangan dengan pandangan filsafat mereka sendiri.
Modernisasi Barat yang membuahkan konsumerisme, individualisme, hedonisme,
adalah kelanjutan dari filsafat materialisme yang mendasari bangunan
peradabannya. Dalam filsafat materialisme barat menempatkan esensi segala
sesuatu hanyalah pada materi semata : eksistensi manusia, tujuan hidupnya tidak
lebih hanya materi saja. tidak ada tempat lagi bagi nilai dan sesuatu yang
transendental dalam bangunan pemikiran dan peradaban yang dijungjung barat.
Hidup di dunia ini adalah senyatanya, dan tidak ada kehidupan lain selain dunia
ini. Bahkan selogan “Tuhan telah mati”adalah jargon resmi barat mengawali
modernisasi peradabannya. Akibat lanjut dari filsafat materialisme di atas adalah
pandangannya tentang manusia yang sangat ekstrim. Manusia adalah penguasa
tunggal (yang bebas, merdeka) di alam ini. Manusia tidak akan
mempertanggungjawabkan pekerjaannya selain pada dirinya sendiri karena tuhan
telah mati. Bagi mereka Tuhan adalah mitos yang hanya menakut-nakuti pikiran
manusia untuk berbuat bebas di alam ini. Juga dengan pandangannya bahwa
kehidupan hanya ada di dunia ini, membuat obsesi dan cita-cita mereka hanya
sebatas menikmati kelezatan materi yang ada di dunia. Maka terjadilah peradaban
barat yang memobilisasi masa untuk berebut kenikmatan duniawi tanpa
mempedulikan nilai-nilai transendental. Gaya hidup hedonisme, konsumerisme,
individualisme adalah anak sah dari pandangan hidup seperti di atas. Dari sinilah
akar terjadinya ekploitasi alam secara besar-besaran tanpa mesti memperhatikan
keseimbangan dan keselarasannaya. Terjadi kolonialisme yang dengan pongahnya
menghabisi sumber-sumber alam Negara jajahannya merupakan bukti nyata
keserakahan manusia yang dimasuki pandangan materilaisme.
Bagi Prof Sayyed Hossen Nasr, dengan pandangan barat bahwa manusia sebagai
pengusaha tunggal (tanpa kehadiran Tuhan) telah menjadikan manusia sewenang-
wenang dalam memperlakukan alam bagi seorang pelacur yang terus dieksploitir
tanpa memberikan imbalan yang layak.keserakahan dan kerakusan Barat telah
menghancurkan keseimbangan dan keselarasan alam. Hal di atas sangat berbeda
dengan pandangan Islam tentang alam . Bagi Prof , Fazrur Rahman membicarakan
alam dalam konsep Islam tidak bisa dipisahkan dari pembahasan tentang Tuhan
dan manusia. Membahas salah satunya pasti akan menyeret tema lainnya dalam
pembicaraannya. Dalam Islam Tuhan (baca: Allah SWT) adalah pemilik tunggal
alam semesta, dimana manusia termasuk didalamnya. Namun begitu manusia
mempunyai kedudukan yang sangat unik dan khas dibandingkan makhluk-
makhluk Allah lainnya.
Manusia diberi akal pikiran dan nafsu, dimana tidak diberikan pada makhluk
lainnya. Dengan bekal akal pikiran itulah Allah memberikan mandat sebagai
khalifah di bumi agar mengurusi (mempergunakan dan memeliharanya) alam mini
sebaik baiknya,
Dengan dua peranan alam bagi manusia menurut konsep Islam inilah tindakan
eksploitasi alam secara brutal yang mengesampingkan keselarasan dan
keseimbangannya tidak bisa ditolerir ajaran Islam, dan krisis lingkungan yang
melanda dunia saat ini merupakan persoalan besar dalam memahami perannan
manusia sebagai khalifah sekaligus hamba Allah di bumi. Manusia telah
menjadikan dirinya sebagai raja yang mempunyai kekuasaan mutlak atas semesta.
Dan meniadakan pertanggungjawabannya nanti dihadapan Allah atas tindakannya
terhadap alam semesta.
Bagi seorang muslim menyelamatkan lingkungan hidup adalah merupakan
perintah agamanya, tidak hanya sekedar mencari legitimasi agama atas isu-isu
lingkungan hidup yang semakin keras dendangnya. Karena dengan lingkungan
yang sehatlah seorang muslim dapat melangsunglkan ibadah dan menjadikan alam
sebagai media mengenal dan memahami Allah, disamping kitab suci.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan dalam Al-Quran adalah proses pencapaian segala
sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra sehingga
memperoleh kejelasan. Teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai
hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan yang obyektif. Seni adalah hasil
ungkapan akal budi serta ekspresi jiwa manusia dengan segala prosesnya. Seni
identik dengan keindahan dimana keindahan yang hakiki identik dengan
kebenaran. Apabila manusia berlaku adil dengan semua makhluk hidup
dialam ini, maka disinilah letak kebenaran norma moral yang baik karena
manusia hidup tidak hanya untuk beribadah kepada Allah. Dalam pandangan
Islam, antara iman, ilmu pengetahuan, teknologi danseni terdapat hubungan
yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut
Dienul Islam.
Perkembangan iptek dan seni, adalah hasil dari segala langkah dan
pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek dan
seni. Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam
perkembangan iptek dan seni setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan
Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua,
menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek dan seni. Jadi,
syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang
seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek dan
seni.
Pengembangan IPTEKS yang lepas dari keimanan dan ketakwaan
tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat
manusiadan alam lingkungannya. Allah memberikan petunjuk berupa agama
sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan
dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu dan
amarah. Karena pada dasarnya Manusia mendapat amanah dari Allah sebagai
khalifah untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan potensinya
untuk kepentingan umat manusia. Oleh karena itu perlunya keimanan sebagai
pelengkap ilmu dalam penerapannya bukan hanya menghasilkan keuntungan
satu sisi saja.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca memahami
bagaimana sebenarnya paradigma islam itu dalam menyaikapi Ilmu
pengetahuan, Teknologi dan seni tersebut. Selain itu, para pembaca juga
diharapkan mampu memahami bagaimana integrasi Imtaq (Iman dan Taqwa)
dalam Iptek dan seni tersebut.
Karena semakin berkembangnya zaman, keberadaan Iptek dan seni
sangat berpengaruh terhadap kepribadian hidup manusia. Untuk itu diperlukan
pegangan yang berfungsi sebagai pengendali akan adanya perubahan-
perubahan tersebut.
Akan tetapi makalah kami masih jauh dari sempurna sehingga kritik
dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan guna pembuatan makalah kami
berikutnya yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://marlinara.blogspot.com/2013/04/iptek-dan-seni-dalam-islam.html
http://makalah-artikel-online.blogspot.com/
http://www.kispa.org
http://www.eramuslim.com
http://www.pk-sejahtera.org
http://www.akhwatumar.blogspot.com
http://fadjaer-dodolanol.blogspot.com/2011/11/dodolan-pulsa-ol.html
http://ariefsmartguy.blogspot.com/2011/01/tanggung-jawab-ilmuwan-terhadap-alam.html
http://hamdaniearham.blogspot.com/2012/05/keutamaan-orang-yang-berilmu.html