Anda di halaman 1dari 20

I.

Tujuan
Untuk menguji atau mengidentifikasi senyawa-senyawa karbohidrat secara
kualitatif dengan Uji Molisch.

II. Dasar Teori


Analisis terhadap bahan makanan bertujuan untuk menguraikan komponen-
komponen suatu bahan makanan, menentukan jenis atau jumlahnya sehingga dapat
disusun komposisi keseluruhan bahan tersebut, menentukan adanya suatu komponen
bahan makanan kemudian memastikan berapa kadarnya sehingga kualitas dari bahan
makanan tersebut dapat ditentukan, serta untuk mendeteksi adanya bahan metabolit
yang beracun. Salah satu komponen dalam bahan makanan yang sering diuji adalah
kandungan karbohidratnya.
Karbohidrat berasal dari kata karbon dan hidrat sehingga disebut hidrat dari
karbon. Karbohidrat memiliki rumus umum Cn(H2O)m yang pada umumnya harga n
sama dengan harga m. Karbohidrat merupakan kelompok besar senyawa
polihidroksialde-hida dan polihidroksiketon atau senyawa-senyawa yang dapat
dihidrolisis menjadi polihidroksialdehida atau polihidroksiketon. Karbohidrat memiliki
rumus struktur dari Fisher dan Haworth. Struktur Fisher merupakan struktur rantai
terbuka sedangkan struktur Haworth merupakan struktur tertutup (siklik). Karbohidrat
dikelompokkan menjadi empat kelompok penting yaitu monosakarida, disakarida,
oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida merupakan karbohidrat yang tidak
dapat dihidrolisis dan tidak kehilangan sifat gulanya. Contoh dari monosakarida adalah
ribosa, arabinosa, fruktosa, glukosa, dan lainnya. Golongan monosakarida ini biasanya
dikelompokkan dalam triosa, tetrafosfat, pentosaheksosa, dan heptosa. Disakarida
merupakan karbohidrat yang bila dihidrolisis menghasilkan dua monosakarida yang
sama atau berbeda. Contohnya adalah sukrosa yang jika dihidrolisis akan menghasilkan
glukosa dan fruktosa. Oligosakarida merupakan karbohidrat yang bila dihidrolisis
menghasilkan tiga hingga sepuluh monosakarida. Contohnya adalah raffinosa yang
dihidrolisis menghasilkan glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Kelompok karbohidrat yang
terakhir adalah polisakarida yang merupakan polimer monosakarida yang memiliki
bobot molekul yang tinggi. Bila dihidrolisis akan menghasilkan lebih dari sepuluh
monosakarida. Contohnya adalah amilum, dekstrin, glikogen, selulosa dan lainnya
(Purba, 2009).
Identifikasi karbohidrat dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa uji
kualitatif salah satunya Uji Molisch. Dasar uji ini adalah heksosa atau pentosa
mengalami dehidrasi oleh pengaruh asam sulfat pekat menjadi hidroksimetilfurfural
atau furfural dan kondensasi aldehida yang terbentuk ini dengan α-naftol membentuk
senyawa berwarna khusus untuk polisakarida dan disakarida. Warna violet yang
terbentuk menunjukkan adanya karbohidrat. Reaksi ini terdiri dari tiga tahapan,yaitu
hidrolisis polisakarida dan disakarida menjadi heksosa atau pentosa, dan diikuti oleh
proses dehidrasi dan kondensasi (Purba, 2009).
Reagen Molisch Merupakan uji umum untuk karbohidrat, hampir semua
karbohidrat bereaksi positif dengan reagen molisch. Hasil negatif merupakan pertanda
jelas tidak adanya karbohidrat dalam sampel tersebut. Prinsip reaksi ini adalah
dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat. Dehidrasi heksosa menjadi
hidroksimetil furfuran dan dehidrasi pentosa menjadi furfural.
KH (pentose) + H2SO4 pekat → furfural → + α-naftol → warna ungu
KH (heksosa) + H2SO4 pekat → HM-furfural → + α-naftol → warna ungu
Kedua macam reaksi diatas berlaku umum, baik untuk aldosa (-CHO)
maupun karbohidrat kelompok ketosa (C=O). Reaksi positif bila muncul cincin merah-
ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan
alfa-naftol dalam pereaksi molisch (Purba, 2009). Reaksi yang terjadi, yaitu:
III. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu tabung reaksi, rak tabung
reaksi, penjepit tabung, gelas beaker, gelas ukur, pipet tetes, batang pengaduk, neraca
analitik, spatula, dan kaca arloji.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu Reagen Molisch (dilarutkan
10 g alfa-naftol dalam 100 ml etilalkohol 95%), asam sulfat pekat, larutan karbohidrat
1% glukosa; fruktosa; galaktosa; maltosa; laktosa; sukrosa, amilum dan aquades.

IV. Prosedur Kerja


Langkah awal yaitu disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Selanjutnya
dibuat reagen Molisch dengan car diambil 1 gram padatan alfa-naftol, kemudian
dimasukkan ke dalam gelas beaker dan ditambahkan 10 mL etanol 96%, diaduk hingga
homogen. Selanjutnya dibuat beberapa larutan karbohidrat dengan cara diambil dan
ditimbang tepung kanji sebanyak 0,5 gram lalu ditimbang kembali fruktosa dan glukosa
sebanyak 0,5 gram. Ketiga padatan tersebut dimasukkan ke dalam gelas beaker yang
berbeda kemudian ditambahkan aquades panas pada masing-masing gelas beaker dan
diaduk menggunakan batang pengaduk. Ketiga larutan tersebut dimasukkan ke dalam
labu ukur 50 mL yang berbeda lalu ditambahkan aquades hingga tanda batas kemudian
di homogenkan dan dieri label.
Selanjutnya diambil 4 tabung reaksi dan diberi label pada masing-masing
tabung. Pada tabung 1 diberi label blanko, tabung 2 diberi label amilum, tabung 3
diberi label fruktosa dan tabung 4 diberi label glukosa. Setelah itu, masing-masing
tabung dimasukkan dengan larutan karbohidrat sesuai dengan label yang telah
diberikan. Kemudian masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2 tetes reagen Molisch
lalu di goyangkan perlahan, selanjutnya ditambahkan masing-masing tabung
ditambahkan 5 mL asam sulfat melalui dindig tabung reaksi secara perlahan. Kemudian
diamati perubahan warna dan pembentukan cincin di dalam tabung reaksi,
V. Data Pengamatan
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh data yaitu:
Tabel 1. Data Pengamatan
KARBOHIDRAT
NO. PERLAKUAN HASIL UJI MOLISCH
(+/-)
1. Blanko Larutan bening, terdapat cincin hijau. -
 Larutan amilum berupa larutan yang
berwarna putih.
Amilum 1% + 2  Diteteskan asam sulfat pekat dan
tetes reagen terbentuk 3 lapisan, yaitu bagian atas
2. -
Molisch + 5 mL berupa larutan bening, lapisan bagian
H2SO4 pekat. tengah berupa berupa cincin hijau
kebiruan bening dan lapisan bagian
bawah berupa larutan bening.
 Larutan fruktosa berupa larutan yang
berwarna putih.
Fruktosa 1%+ 2  Diteteskan asam sulfat pekat dan
tetes reagen terbentuk 3 lapisan, yaitu bagian atas
3. +
Molisch + 5 mL berupa larutan berwarna putih keruh,
H2SO4 pekat. lapisan bagian tengah berupa berupa
cincin coklat keunguan dan lapisan
bagian bawah berwarna coklat bening.
 Larutan glukosa berupa larutan yang
berwarna putih.
Glukosa 1%+ 2  Diteteskan asam sulfat pekat dan
tetes reagen terbentuk 3 lapisan, yaitu bagian atas
4. +
Molisch + 5 mL berupa larutan berwarna putih keruh,
H2SO4 pekat. lapisan bagian tengah berupa berupa
cincin coklat keunguan dan lapisan
bagian bawah berwarna coklat bening.
VI. Pembahasan
Karbohidrat terdiri dari 4 jenis yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida,
dan polisakarida. Oleh karena untuk mengidentifikasi adanya kandungan karbohidrat
dan gula pereduksi dalam suatu bahan atau zat dapat dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Secara kuantitaif dapat menggunakan alat polarimeter, sedangkan secara
kualitatif antara lain dengan uji benedict, uji seliwanoff, pembentukan osazon, uji iod,
uji fehling dan uji molisch.
Karbohidrat merupakan senyawa makromolekul polihidroksi aldehid atau
polihidroksi keton. Karbohidrat terdapat dalam jaringan tumbuhan, hewan dan
mikroorganisme dalam berbagai bentuk dan aras. Karbohidrat memiliki rumus empiris
(CH2O)n dan biasa disebut dengan “hidrat” dari sebuah karbon. Dalam bahan makanan,
Karbohidrat terdapat dalam beberapa bentuk. Monosakarida biasa disebut sebagai gula
sederhana yang memiliki satu gugus aldehid atau keton. Monosakarida paling
berlimpah biasanya dalam bentuk D-Glukosa yang beratom karbon enam. Sedangkan
Oligosakarida memiliki dua sampai sepuluh gabungan monosakarida yang berikatan
dengan ikatan glikosidik. Polisakarida memiliki monosakarida dalam jumlah banyak
yang tergabung dalam suatu rantai lurus maupun bercabang.
Monosakarida tidak memiliki warna, berbentuk kristal dan larut dalam air
tetapi tak larut dalam pelarut nonpolar. Memiliki rumus empiris(CH2O)n dimana n = 3
atau angka yang lebih besar. Rangka atom karbon pada golongan ini tidak bercabang
dan setiap karbon kecuali nomor satu memiliki sebuah ikatan hidroksil (Lehninger,
1970). Monosakarida tak dapat diuraikan lebih lanjut dengan hidrolisis. Monosakarida
paling sederhana umum ialah Glukosa. Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering
disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah
kanan.

Gambar 1 Strukur D-
Glukosa
Disakarida memiliki dua monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan
glikosidik. Disakarida yang paling umum ialah maltose, laktosa dan sukrosa. Maltosa
terbentuk dari dua molekul D-glukosa. Ikatan yang terjadi ialah antara atom karbon 1
dan 4. Maltose mudah larut dalam air.
Sukrosa atau gula tebu adalah disakarida yang tersusun dari glukosa dan
fruktosa [O-β-D-fructofuranosyl-(2→1)-α-D-glucopyranoside]. Banyak terkandung
dalam tanaman dan dikenal sebagai gula dapur. Tidak seperti kebanyakan disakarida
dan oligosakarida, sukrosa tak memiliki gugus anomer bebas karena kedua gugus
anomerik dari kedua heksosa saling berikatan satu sama lain. Karena ini lah sukrosa
tidak ber-mutarotasi, tidak bereaksi dengan phenilhydrazine membentuk osazon dan tak
bersifat reduktor. Hidrolisa dari sukrosa menjadi D-Glukosa dan D-Fruktosa sering
disebut inversi. Pembentukan glukosa dan fruktosa diiringi dengan perubahan muatan
dalam rotasi optis dari dekstro ke levo. Gula ini sering disebut gula invert. Untuk
mengetahui adanya karbohidrat secara umum maka uji Molisch dapat digunakan. Uji
Molisch (α-naftol) adalah uji kualitatif untuk mengetahui keberadaan karbohidrat
dalam suatu bahan pangan/bahan uji.
Pada perlakuan pertama, yang dilakukan adalah disiapkan 4 tabung rekasi, pada
tabung 1 yaitu larutan blanko ketika ditambahkan reagen Molisch dan asam sulfat pekat
menghasilkan larutan bening dan terdapat cincin hijau (gambar 1). Hal ini tidak
mengindikasikan adanya karbohidrat karena tidak terdapat cincin ungu pada larutan.
Pada perlakuan kedua, yaitu tabung 2  larutan amilum (larutan amilum berupa
larutan yang berwarna putih) ditambahkan reagen Molisch dan asam sulfat pekat
menghasilkan 3 lapisan dengan warna yang berbeda dalam satu tabung (gambar 2).
Larutan amilum berupa larutan yang berwarna putih dan larutan-naftol berupa larutan
yang berwarna coklat. Setelah larutan amilum ditambahkan 2 tetes larutan -naftol maka
larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian asam sulfat pekat diteteskan secara
perlahan-lahan melalui dinding tabung dan terbentuk 3 lapisan yaitu, pada bagian atas
berupa larutan bening, lapisan bagian tengah berupa berupa cincin hijau kebiruan
bening dan lapisan bagian bawah berupa larutan bening (gambar 2). Pada larutan
amilum ini tidak mengindikasikan adanya karbohidrat karena tidak terdapat cincin
ungu pada larutan. Hal ini disebabkan karena kesalahan praktikan dalam melakukan
praktikum. Secara teori, seharusnya pada amilum terdapat cincin ungu, dikarenakan
pada amilum terdapat kandungan karbohidrat. Teori tersebut, dapat dilihat melalui
reaksi :

Pada perlakuan ketiga, yaitu tabung 3 larutan fruktosa (larutan fruktosa berupa
larutan yang berwarna putih) ditambahkan reagen Molisch dan asam sulfat pekat
menghasilkan 3 lapisan dengan warna yang berbeda dalam 1 tabung (gambar 3). Pada
bagian atas berupa larutan berwarna putih keruh, lapisan bagian tengah berupa berupa
cincin coklat keunguan dan lapisan bagian bawah berwarna coklat bening (gambar 3).
Hal ini mengindikasikan bahwa fruktosa mengandung karbohidrat. Hal ini sesuai
dengan teori, yang dapat dilihat melalui reaksi:
Pada perlakuan keempat, yaitu tabung 4 larutan glukosa (Larutan glukosa berupa
larutan yang berwarna putih) ditambahkan reagen Molisch dan asam sulfat pekat
menghasilkan 3 lapisan dengan warna yang berbeda dalam 1 tabung (gambar 4). Pada
bagian atas berupa larutan berwarna putih keruh, lapisan bagian tengah berupa berupa
cincin coklat keunguan dan lapisan bagian bawah berwarna coklat bening (gambar 4).
Hal ini mengindikasikan bahwa glukosa mengandung karbohidrat. Hal ini sesuai
dengan teori, yang dapat dilihat melalui reaksi:
Bahan uji yang bereaksi positif terhadap uji Molisch akan memberikan cincin
yang berwarna ungu ketika direksikan dengan α-naftol dan asam sulfat pekat.
Diperkirakan, konsentrasi asam sulfat pekat bertindak sebagai agen dehidrasi yang
bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang kemudian
dikombinasikan dengan α-naftol untuk membentuk produk berwarna. Senyawa furfural
dengan pereaksi α-naftol menghasilkan persenyawaan berwarna (warna merah-ungu).
Prinsip dari uji molisch ini adalah reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat dan alfa
naftol yang akan membentuk senyawa kompleks berwarna merah-ungu. Asam sulfat
berfungsi sebagai pembentukan senyawa furfural dan sebagai agen kondensasi. Uji
molisch ini sendiri adalah untuk menguji kandungan karbohidrat pada suatu sampel,
jadi semua sampel yang mengandung karbohidrat hasil ujinya positif. Uji Molisch
adalah uji untuk membuktikan adanya karbohidrat. Reaksi yang negatif (hijau)
merupakan suatu bukti bahwa dalam sampel yang diuji tidak mengandung karbohidrat.
Penambahan larutan H2SO4 pekat akan menghidrolisis ikatan glikosidik (ikatan antara
monosakarida satu dengan monosakarida lainnya), menghasilkan monosakarida
selanjutnya yang didehidrasi menjadi furfural dan turunan karbohidrat dalam uji
Molisch. Sedangkan, penambahan H2SO4 melalui tepi dinding karena larutan tersebut
bersifat eksotermis sehingga panas dari larutan tersebut dapat melubangi dasar tabung
reaksi. Penambahan asam sulfat pekat tidak boleh dilakukan lebih dahulu dengan
penambahan larutan α-naftol, karena asam sulfat pekat merupakan agen dehidrasi.
Agen dehidrasi adalah agen atau bahan yang dapat menyerap kandungan air (atom H
dan O) dalam suatu bahan yang mengandung karbohidrat, sehingga penambahan asam
sulfat pekat berlebih akan menyebabkan karbohidrat terdehidrasi (kehilangan air atau
kehilangan unsure H dan O). Karena karbohidrat tersusun dari tiga buah unsure saja (C,
H, dan O), maka apabila karbohidrat terdehidrasi, maka satu-satunya unsure yang
tersisa adalah unsure karbon (C) saja. Apabila yang tersisa hanyalah unsure karbonnya
saja, maka warna yang terbentuk adalah hitam. Untuk menghindari kelebihan asam
sulfat pekat, maka penambahan α-naftol harus dilakukan terlebih dahulu, agar
penambahan asam sulfat pekat selanjutnya tidak berlebih, karena α-naftol dalam reaksi
ini berfungsi seperti larutan indicator. Pada uji Molisch, cincin ungu yang sudah
terbentuk harus dihindari dari guncangan karena bila terkena guncangan maka partikel
alcohol yang melindungi karbohidrat akan terurai dan asam pekat akan masuk lalu
merusak karbohidrat yang ada. Pemanasan tidak dilakukan karena asam pekat sudah
bersifat panas (eksoterm) sehingga apabila dilakukan pemanasan, reaksi kondensasi
cincin ungu akan terlalu cepat sehingga tak dapat terlihat dan karbohidrat akan rusak
terlebih dahulu.
Setelah ditambahkan larutan α-naftol ke dalam larutan, maka penambahan
asam sulfat pekat dalam jumlah/konsentrasi yang tepat akan mengakibatkan
terbentuknya cincin berwarna ungu yang menandai bahwa dalam karbohidrat biji
jagung mengandung polisakarida yaitu amilum atau pati. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut.
CHO

H COH

H COH
+ + H2SO4
H COH CH2
O
H COH HO
OH
CH2OH
heksosa 5-hidroksimetil

H
+ H2
C C O
H2COH O H2COH O
O
OH
(5-hidroksimetilfurf ural) naf tol)

SO3H OH
kompleks naftol dengan 5-hidroksimetilf ul
cincing ungu
VII. Pertanyaan
1. Apa warna cincin yang terbentuk?
Jawab:
Warna cincin yang terbentuk pada praktikum yang telah dilakukan yaitu pada
fruktosa dan galaktosa terbentuk cincin coklat keunguan yang
mengindikasikan kandungan kerbohidrat. Sedangkan pada amilum terbentuk
cincin hijau kebiruan yang tidak mengindikasikan kandungan karbohidrat.
2. Gugus apa dari karbohidrat yang memberikan uji Molisch yang positif?
Jawab:
Gugus dari karbohidrat yang memberikan uji molish positif adalah
hidroksimetil furfural yang terdehidrasi dengan asam sulfat pekat kemudian
bereaksi dengan alfa naftol sehingga terbentuk cincin ungu.
3. Mengapa banyak protein juga memberikan uji Molisch yang positif?
Jawab :
Karena protein juga mengandung unsure C, H, dan O yang merupakan
senyawa penyusun karbohidrat sehingga dapat dihidrasi oleh asam pekat
menjadi senyawa furtural atau senyawa furtural yang tersubsitusi seperti
hidroksimetil furtural.

VIII. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah dipaparkan,
maka dapat ditarik kesimpulan yaitu untuk menguji kandungan karbohidrat dapat
dilakukan uji kualitatif, salah satunya uji Molisch. Uji Molisch menunjukan
adanya cincin ungu jika ada karbohidrat dalam bahan pangan. Sampel yang
mengindikasikan adanya kandungan karbohidrat yaitu fruktosa dan glukosa yang
ditandai dengan adanya cincin coklat keunguan. Pada sampel amilum terdapat
cincin hijau kebiruan yang mengindikasikan tidak terdapat kandungan karbohidrat.
IX. Daftar Pustaka
Frieda Nurlita dan I Wayan Suja. 2004. Buku Ajar Praktikum Kimia Organik.
Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Lehninger, A.L. 1982. Principles of Biochemistry (Dasar-dasar Biokimia Jilid 1,
Diterjemahkan oleh M. Thenawijaya). Jakarta: Erlangga.
Purba, Elida. 2009. “Hidrolisis Pati Ubi Kayu (Manihot Esculenta) dan Pati Ubi Jalar
(Impomonea batatas) menjadi Glukosa secara Cold Process dengan Acid Fungal
Amilase dan Glukoamilase”. Universitas Lampung: Lampung.
Panjita, Hardjasasmita. 2003. Ikhtisar Biokimia Dasar B. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Lehninger, Albert L..1984.Dasar-dasar Biokimia Jilid 1.Penerjemah: Maggy
Thenawijaya.Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
LAMPIRAN
Gambar 2. Amilum
Gambar 1. Blanko
Gambar 3. Fruktosa
Gambar 4. Glukosa
LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS KARBOHIDRAT DENGAN
UJI MOLISCH

OLEH:
KOMANG SRI WIDIASTUTI
1703051008

PROGRAM STUDI ANALIS KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2019

Anda mungkin juga menyukai