Tujuan
Untuk menguji atau mengidentifikasi senyawa-senyawa karbohidrat secara
kualitatif dengan Uji Molisch.
Gambar 1 Strukur D-
Glukosa
Disakarida memiliki dua monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan
glikosidik. Disakarida yang paling umum ialah maltose, laktosa dan sukrosa. Maltosa
terbentuk dari dua molekul D-glukosa. Ikatan yang terjadi ialah antara atom karbon 1
dan 4. Maltose mudah larut dalam air.
Sukrosa atau gula tebu adalah disakarida yang tersusun dari glukosa dan
fruktosa [O-β-D-fructofuranosyl-(2→1)-α-D-glucopyranoside]. Banyak terkandung
dalam tanaman dan dikenal sebagai gula dapur. Tidak seperti kebanyakan disakarida
dan oligosakarida, sukrosa tak memiliki gugus anomer bebas karena kedua gugus
anomerik dari kedua heksosa saling berikatan satu sama lain. Karena ini lah sukrosa
tidak ber-mutarotasi, tidak bereaksi dengan phenilhydrazine membentuk osazon dan tak
bersifat reduktor. Hidrolisa dari sukrosa menjadi D-Glukosa dan D-Fruktosa sering
disebut inversi. Pembentukan glukosa dan fruktosa diiringi dengan perubahan muatan
dalam rotasi optis dari dekstro ke levo. Gula ini sering disebut gula invert. Untuk
mengetahui adanya karbohidrat secara umum maka uji Molisch dapat digunakan. Uji
Molisch (α-naftol) adalah uji kualitatif untuk mengetahui keberadaan karbohidrat
dalam suatu bahan pangan/bahan uji.
Pada perlakuan pertama, yang dilakukan adalah disiapkan 4 tabung rekasi, pada
tabung 1 yaitu larutan blanko ketika ditambahkan reagen Molisch dan asam sulfat pekat
menghasilkan larutan bening dan terdapat cincin hijau (gambar 1). Hal ini tidak
mengindikasikan adanya karbohidrat karena tidak terdapat cincin ungu pada larutan.
Pada perlakuan kedua, yaitu tabung 2 larutan amilum (larutan amilum berupa
larutan yang berwarna putih) ditambahkan reagen Molisch dan asam sulfat pekat
menghasilkan 3 lapisan dengan warna yang berbeda dalam satu tabung (gambar 2).
Larutan amilum berupa larutan yang berwarna putih dan larutan-naftol berupa larutan
yang berwarna coklat. Setelah larutan amilum ditambahkan 2 tetes larutan -naftol maka
larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian asam sulfat pekat diteteskan secara
perlahan-lahan melalui dinding tabung dan terbentuk 3 lapisan yaitu, pada bagian atas
berupa larutan bening, lapisan bagian tengah berupa berupa cincin hijau kebiruan
bening dan lapisan bagian bawah berupa larutan bening (gambar 2). Pada larutan
amilum ini tidak mengindikasikan adanya karbohidrat karena tidak terdapat cincin
ungu pada larutan. Hal ini disebabkan karena kesalahan praktikan dalam melakukan
praktikum. Secara teori, seharusnya pada amilum terdapat cincin ungu, dikarenakan
pada amilum terdapat kandungan karbohidrat. Teori tersebut, dapat dilihat melalui
reaksi :
Pada perlakuan ketiga, yaitu tabung 3 larutan fruktosa (larutan fruktosa berupa
larutan yang berwarna putih) ditambahkan reagen Molisch dan asam sulfat pekat
menghasilkan 3 lapisan dengan warna yang berbeda dalam 1 tabung (gambar 3). Pada
bagian atas berupa larutan berwarna putih keruh, lapisan bagian tengah berupa berupa
cincin coklat keunguan dan lapisan bagian bawah berwarna coklat bening (gambar 3).
Hal ini mengindikasikan bahwa fruktosa mengandung karbohidrat. Hal ini sesuai
dengan teori, yang dapat dilihat melalui reaksi:
Pada perlakuan keempat, yaitu tabung 4 larutan glukosa (Larutan glukosa berupa
larutan yang berwarna putih) ditambahkan reagen Molisch dan asam sulfat pekat
menghasilkan 3 lapisan dengan warna yang berbeda dalam 1 tabung (gambar 4). Pada
bagian atas berupa larutan berwarna putih keruh, lapisan bagian tengah berupa berupa
cincin coklat keunguan dan lapisan bagian bawah berwarna coklat bening (gambar 4).
Hal ini mengindikasikan bahwa glukosa mengandung karbohidrat. Hal ini sesuai
dengan teori, yang dapat dilihat melalui reaksi:
Bahan uji yang bereaksi positif terhadap uji Molisch akan memberikan cincin
yang berwarna ungu ketika direksikan dengan α-naftol dan asam sulfat pekat.
Diperkirakan, konsentrasi asam sulfat pekat bertindak sebagai agen dehidrasi yang
bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang kemudian
dikombinasikan dengan α-naftol untuk membentuk produk berwarna. Senyawa furfural
dengan pereaksi α-naftol menghasilkan persenyawaan berwarna (warna merah-ungu).
Prinsip dari uji molisch ini adalah reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat dan alfa
naftol yang akan membentuk senyawa kompleks berwarna merah-ungu. Asam sulfat
berfungsi sebagai pembentukan senyawa furfural dan sebagai agen kondensasi. Uji
molisch ini sendiri adalah untuk menguji kandungan karbohidrat pada suatu sampel,
jadi semua sampel yang mengandung karbohidrat hasil ujinya positif. Uji Molisch
adalah uji untuk membuktikan adanya karbohidrat. Reaksi yang negatif (hijau)
merupakan suatu bukti bahwa dalam sampel yang diuji tidak mengandung karbohidrat.
Penambahan larutan H2SO4 pekat akan menghidrolisis ikatan glikosidik (ikatan antara
monosakarida satu dengan monosakarida lainnya), menghasilkan monosakarida
selanjutnya yang didehidrasi menjadi furfural dan turunan karbohidrat dalam uji
Molisch. Sedangkan, penambahan H2SO4 melalui tepi dinding karena larutan tersebut
bersifat eksotermis sehingga panas dari larutan tersebut dapat melubangi dasar tabung
reaksi. Penambahan asam sulfat pekat tidak boleh dilakukan lebih dahulu dengan
penambahan larutan α-naftol, karena asam sulfat pekat merupakan agen dehidrasi.
Agen dehidrasi adalah agen atau bahan yang dapat menyerap kandungan air (atom H
dan O) dalam suatu bahan yang mengandung karbohidrat, sehingga penambahan asam
sulfat pekat berlebih akan menyebabkan karbohidrat terdehidrasi (kehilangan air atau
kehilangan unsure H dan O). Karena karbohidrat tersusun dari tiga buah unsure saja (C,
H, dan O), maka apabila karbohidrat terdehidrasi, maka satu-satunya unsure yang
tersisa adalah unsure karbon (C) saja. Apabila yang tersisa hanyalah unsure karbonnya
saja, maka warna yang terbentuk adalah hitam. Untuk menghindari kelebihan asam
sulfat pekat, maka penambahan α-naftol harus dilakukan terlebih dahulu, agar
penambahan asam sulfat pekat selanjutnya tidak berlebih, karena α-naftol dalam reaksi
ini berfungsi seperti larutan indicator. Pada uji Molisch, cincin ungu yang sudah
terbentuk harus dihindari dari guncangan karena bila terkena guncangan maka partikel
alcohol yang melindungi karbohidrat akan terurai dan asam pekat akan masuk lalu
merusak karbohidrat yang ada. Pemanasan tidak dilakukan karena asam pekat sudah
bersifat panas (eksoterm) sehingga apabila dilakukan pemanasan, reaksi kondensasi
cincin ungu akan terlalu cepat sehingga tak dapat terlihat dan karbohidrat akan rusak
terlebih dahulu.
Setelah ditambahkan larutan α-naftol ke dalam larutan, maka penambahan
asam sulfat pekat dalam jumlah/konsentrasi yang tepat akan mengakibatkan
terbentuknya cincin berwarna ungu yang menandai bahwa dalam karbohidrat biji
jagung mengandung polisakarida yaitu amilum atau pati. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut.
CHO
H COH
H COH
+ + H2SO4
H COH CH2
O
H COH HO
OH
CH2OH
heksosa 5-hidroksimetil
H
+ H2
C C O
H2COH O H2COH O
O
OH
(5-hidroksimetilfurf ural) naf tol)
SO3H OH
kompleks naftol dengan 5-hidroksimetilf ul
cincing ungu
VII. Pertanyaan
1. Apa warna cincin yang terbentuk?
Jawab:
Warna cincin yang terbentuk pada praktikum yang telah dilakukan yaitu pada
fruktosa dan galaktosa terbentuk cincin coklat keunguan yang
mengindikasikan kandungan kerbohidrat. Sedangkan pada amilum terbentuk
cincin hijau kebiruan yang tidak mengindikasikan kandungan karbohidrat.
2. Gugus apa dari karbohidrat yang memberikan uji Molisch yang positif?
Jawab:
Gugus dari karbohidrat yang memberikan uji molish positif adalah
hidroksimetil furfural yang terdehidrasi dengan asam sulfat pekat kemudian
bereaksi dengan alfa naftol sehingga terbentuk cincin ungu.
3. Mengapa banyak protein juga memberikan uji Molisch yang positif?
Jawab :
Karena protein juga mengandung unsure C, H, dan O yang merupakan
senyawa penyusun karbohidrat sehingga dapat dihidrasi oleh asam pekat
menjadi senyawa furtural atau senyawa furtural yang tersubsitusi seperti
hidroksimetil furtural.
VIII. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah dipaparkan,
maka dapat ditarik kesimpulan yaitu untuk menguji kandungan karbohidrat dapat
dilakukan uji kualitatif, salah satunya uji Molisch. Uji Molisch menunjukan
adanya cincin ungu jika ada karbohidrat dalam bahan pangan. Sampel yang
mengindikasikan adanya kandungan karbohidrat yaitu fruktosa dan glukosa yang
ditandai dengan adanya cincin coklat keunguan. Pada sampel amilum terdapat
cincin hijau kebiruan yang mengindikasikan tidak terdapat kandungan karbohidrat.
IX. Daftar Pustaka
Frieda Nurlita dan I Wayan Suja. 2004. Buku Ajar Praktikum Kimia Organik.
Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Lehninger, A.L. 1982. Principles of Biochemistry (Dasar-dasar Biokimia Jilid 1,
Diterjemahkan oleh M. Thenawijaya). Jakarta: Erlangga.
Purba, Elida. 2009. “Hidrolisis Pati Ubi Kayu (Manihot Esculenta) dan Pati Ubi Jalar
(Impomonea batatas) menjadi Glukosa secara Cold Process dengan Acid Fungal
Amilase dan Glukoamilase”. Universitas Lampung: Lampung.
Panjita, Hardjasasmita. 2003. Ikhtisar Biokimia Dasar B. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Lehninger, Albert L..1984.Dasar-dasar Biokimia Jilid 1.Penerjemah: Maggy
Thenawijaya.Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
LAMPIRAN
Gambar 2. Amilum
Gambar 1. Blanko
Gambar 3. Fruktosa
Gambar 4. Glukosa
LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS KARBOHIDRAT DENGAN
UJI MOLISCH
OLEH:
KOMANG SRI WIDIASTUTI
1703051008