Anda di halaman 1dari 13

RELASI DAN FUNGSI

A. RELASI
1. Pengertian Relasi
Antara elemen-elemen dari dua buah himpunan seringkali terdapat suatu
relasi atau hubungan tertentu. Misalnya :
A = { 2, 3, 5 }
B = { 1, 4, 7, 10, 14 }
Akan kita tinjau relasi “ adalah faktor dari “ antara elemen-elemen
himpunan A dengan elemen-elemen himpunan B. Tampaklah bahwa :
2 adalah faktor dari 4
2 adalah faktor dari 10
2 adalah faktor dari 14
5 adalah faktor dari 10
Sedangkan 3 A tidak berrelasi dengan suatu elemenpun dari himpunan B.
Relasi tersebut dapat digambarkan dengan diagram panah. Gambarlah
Diagram Panah tersebut! Relasi itu dikatakan sebagai suatu relasi dari himpunan
A ke himpunan B. Perhatikan bahwa suatu relasi mempunyai arah tertentu. Dalam
diagram diatas arah itu dinyatakan dengan anak panah. Relasi tersebut juga dapat
dinyatakan sebagai himpunan pasangan terurut. Elemen dari himpunan A yang
berrelasi dengan elemen dari himpunan B di susun menjadi suatu pasangan
terurut, diman elemen dari A pada urutan pertama dan elemen dari B pada urutan
yang kedua. Jadi kalau relasi “ adalah faktor dari “ tersebut diberi nama R, maka :
R = { (2, 4), (2, 10), (2, 14), (5, 10) }
Jelaslah bahwa R  A x B
Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu relasi dari himpunan A ke
himpunan B merupakan himpunan bagian dari AXB (produk Cartesius A dan B).
sehingga dapat didefinisikan:

R adalah suatu relasi dari himpunan A ke himpunan B bhb. R  A x B

A disebut daerah asal (domain) dan B disebut daerah kawan (kodomain)


dari relasi R tersebut.

Relasi dan Fungsi Page 1


Jika (x,y)  R, maka dikatakan bahwa ”x berelasi dengan y” (ditulis
1
”xRy”). Jika R adalah suatu relasi dari B ke A dengan R = {(y, x) (x,y)  R},

maka jelaslah bahwa R


1  B x A. Contoh :

A = { -3, 3, 4, 7, 10 }
B = { 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 }
Relasi “berselisih 2 dengan” antara elemen-elemen himpunan A dengan
elemen-elemen himpunan B dapat disajikan sebagai himpunan bagian dari A x B,
yaitu :
x y
R = { ( x,y ) x A, y B, =2}
= { (3,5), (4,2), (4,6),(7,5),(10,8) }  A X B
( 4,6 )  R,
maka dikatakan bahwa “ 4 berelasi dengan 6 “ ( 4 berselisih 2 dengan 6 )
atau 4R6.
1
R = { (5,3),(2,4),(6,4),(5,7),(8,10)}

2. Relasi-relasi Khusus

Jika A = B maka relasinya disebut sebagai relasi pada himpunan A.


a) Suatu relasi R pada himpunan A disebut relasi refleksif bhb setiap elemen
dari A berrelasi R dengan dirinya sendiri.

R refleksif pada A bhb. (  xA). (x,x)  R


(  xA). x R x

Contoh :
A adalah suatu keluarga himpunan. R adalah relasi ”himpunan bagian”

yaitu: R ={ (x,y) xA, yA, x  y }

R adalah relasi refleksif pada A karena untuk setiap xA berlakulah


bahwa x  x, yaitu (xA). (x,x) R

Relasi dan Fungsi Page 2


Suatu relasi R pada himpunan A disebut relasi non- refleksif bhb. ada
elemen dari A yang tidak berrelasi R dengan dirinya sendiri.
R non-refleksif pada A bhb. (  x  A).( x,x)  R
(  xA). x R x
Suatu relasi R pada himpunan A disebut relasi irrefleksif bhb. setiap
elemen dari A tidak berelasi R dengan dirinya sendiri.
R irrefleksif pada A bhb. (  xA).( x,x)  R

(  xA). x R x
Perhatikan bahwa suatu relasi yang irrefleksif dengan sendirinya
adalah non-refleksif, tetapi sebaliknya belum tentu.
Contoh :
A = himpunan semua bilangan nyata.
Relasi “ > “ adalah suatu relasi yang irrefleksif (jadi juga non- refleksif )
pada A karena setiap bilangan nyata tidak lebih besar dari pada dirinya
sendiri.
A = himpunan semua manusia
Relasi “ dapat menguasai” adalah relasi yang non – refleksif pada A (
karena ada orang yang tidak dapat menguasai dirinya sendiri), tetapi bukan
relasi yang irrefleksif ( karena tidak semua orang tidak dapat menguasai
dirinya sendiri)

b) Suatu relasi R pada himpunan A disebut relasi simetris bhb. Untuk setiap dua
elemen x dan y dalam A, jika x berrelasi R dengan y, maka y berrelasi R dengan x.
R simetris pada A bhb. (  x,yA) (x,y)  R  (y,x)  R
(  x,yA) (x,y)  R  (x,y)  R 1
(  x,yA) xRy  yRx
Contoh :
A = himpunan semua garis lurus pada bidang datar.
Relasi “ sejajar” adalah relasi yang simetris pada A, karena untuk setiap dua garis
lurus x dan y, di mana x//y, maka pastilah y//x

Relasi dan Fungsi Page 3


Suatu relasi R pada himpunan A disebut relasi non – simetris bhb. Ada sepasang
elemen x dan y  A dimana x berrelasi R dengan y tetapi y tidak berrelasi R
dengan x.

R non- simetris pada A bhb. (  x,yA). (x,y) R  ( y,x ) R


1
(  x,yA). (x,y) R  ( y,x ) R

(  x,yA). xRy  y R x
Suatu relasi R pada himpunan A disebut relasi asimetris bhb. Untuk setiap
pasangan elemen x dan yA di mana x berrelasi R dengan y, maka y tidak berrelasi
R dengan x.
R asimetris pada A bhb. (  x,yA). (x,y) R  ( y,x ) R

(  x,yA). (x,y) R  ( y,x ) R 1

(  x,yA). xRy  y R x

Jelas bahwa suatu relasi yang asimetris pada himpunan A pasti juga non-simetris
pada A, tetapi sebaliknya belum tentu.
Contoh:
A = Keluarga himpunan.
Relasi “ himpunan bagian sejati” adalah suatu relasi yang asimetris pada A (jadi
juga non-simetris ) karena untuk setiap dua himpunan x dan yA dimana x  y,
maka pastilah bahwa y  x
A = himpunan semua manusia.
Relasi “mencintai” adalah relasi yang non simetris pada A, tetapi bukan relasi yang
asimetris pada A.
Suatu relasi R pada himpunan A disebut relasi anti-simetris bhb. Untuk setiap
pasang elemen x dan y  A, jika x berrelasi R dengan y dan y berrelasi R dengan x,
maka x = y.
R antisimetris pada A bhb.
(  x,yA). (x,y)  R  ( y,x ) R  x = y

(  x,yA). (x,y)  R  ( y,x ) R  x = y


1

(  x,yA). xRy  y R x  x = y
Contoh:

Relasi dan Fungsi Page 4


A = keluarga himpunan.
Relasi “ himpunan bagian” adalah relasi yang antisimetris pada A, karena untuk
setiap dua himpunan x dan y, jika x  y dan y  x, maka x = y.
c) Suatu relasi R pada himpunan A disebut transitif bhb. Untuk setiap tiga elemen x,y
dan z  A, jika x berrelasi R dengan y dan y berrelasi R dengan z , maka x berrelasi
R dengan z. R transitif pada A bhb.
(  x,yzA). (x,y) R  ( y,z ) R  (x,z) R
(  x,yzA). xRy  yR z  x Rz
Contoh:
A = himpunan semua bilangan nyata.
Relasi “adalah faktor dari” adalah relasi yang transitif pada A.
Suatu relasi R pada himpunan A disebut relasi non-transitif bhb. Ada tiga elemen
x,y dan z A dimana x berrelasi R dengan y dan y berrelasi z, tetapi x tidak
berrelasi R dengan z.
R non-trasitif pada A bhb :
(  x,yzA). (x,y) R  ( y,z ) R  (x,z) R
(  x,yzA). xRy  yR z  x R z
Jelaslah bahwa relasi yang intransitif pada himpunan A pasti juga non-transitif
pada A.
Contoh:
A = himpunan semua garis lurus pada bidang datar.
Relasi “ tegaklurus” adalah relasi yang intransitif pada A (jadi juga non-transitif)
karena untuk setiajp tiga garis x,y dan z, jika x tegak lurus y dan y tegaklurus z
maka pastilah bahwa x tidak tegak lurus z.
A = himpunan semua manusia.
Relasi “ mengenal” adalah relasi yang non – transitif tetapi bukan relasi yang
intransitif pada himpunan A tersebut.

d) Suatu relasi R pada himpunan A yang sekaligus bersifat refleksif,simetris dan


transitif disebut relasi ekuivalensi pada A.

Relasi dan Fungsi Page 5


Contoh:
A = himpunan semua segitiga.
Relasi “sebangun” adalah relasi ekuvalensi pada A sebab relasi tersebut sekaligus
bersifat refleksif, simetris dan transitif pada A
A = himpunan semua bilangan bulat

Relasi “kongruen” (lambangnya “  ”) dalam suatu modulo m (m = bilangan asli )


yang didefinisikan sbb :

x  y ( mod.m ) bhb. x – y = k. m, dimana k adalah suatu bilangan bulat, adalah


suatu relasi ekuivalensi pada A, karena:
1) Untuk setiap bilangan bulat x :
x – x = 0.m, sehingga x  x ( mod.m )
Jadi relasi kongruensi bersifat refleksif.
2) Untuk setiap pasang bilangan bulat x dan y dimana

x  y ( mod.m ), maka :
x – y = k.m(k = bilangan bulat)
Sehingga y – x = - (k.m) = (-k).m
Dimana –k adalah bilangan bulat sebab k adalah bilangan bulat.

Jadi : x  x ( mod.m ).

Maka : (  x,yA). x  y  y  x
Jadi relasi kongruensi bersifat simetris.
Untuk setiap tiga bilangan bulat x,y dan z diman x  y ( mod.m ) dan y

z ( mod.m ) maka : x – y = k 1 .m (k 1 = bilangan bulat).

y – z= k 2 .m (k 2 = bilangan bulat).

( x – y ) + ( y – z ) = k 1 .m + k 2 .m

x– z = (k 1 + k 2 ).m

x– z = k 3 .m

dimana k 3 = k 1 + k 2 = bilangan bulat sebab k 1 dan k 2 masing-masing adalah

bilangan bulat. Jadi x  z ( mod.m ).

Maka (  x,yz  A). x  y  y  z  x  z

Relasi dan Fungsi Page 6


Jadi relasi kongruensi bersifat transitif.
Karena relasi kongruensi sekaligus bersifat refleksif, simetris dan transitif,
maka relasi tersebut adalah relasi ekuivalensi.

B. Fungsi
1. Pengertian Fungsi
Antara anggota-anggota dari suatu himpunan dapat terjadi suatu relasi
dengan anggota-anggota dari himpunan yang lain. Misalnya antara anggota-
anggota himpunan semua pria dengan anggota-anggota semua wanita dapat
diadakan relasi “ suami “.
Secara matematis suatu relasi R antara anggota-anggota himpunan A
dengan anggota-anggota himpunan B dapat dipandang sebagai himpunan bagian
dari produk Cartesius kedua himpunan itu.

R  A x B.

Misalnya : A = { 1, 3, 5 } dan B = { 2, 0, 4 }, maka relasi ”lebih kecil”


antara anggota-anggota himpunan A dengan anggota-anggota himpunan B dapat
disajikan dengan: R = { (1, 2), (1, 4), (3, 4) }  A x B.
Fungsi atau pemetaan adalah suatu relasi khusus antara anggota-anggota
dua buah himpunan. Sehingga fungsi dapat didefinisikan sebagai berikut.

Suatu relasi antara anggota-anggota himpunan A dengan anggota-anggota himpunan


B disebut Fungsi (pemetaan) bhb relasi itu mengkaitkan setiap anggota A dengan
tepat satu anggota B.

Suatu fungsi biasanya disajikan dengan lambang f. Jika fungsi f


mengkaitkan anggota-anggota himpunan A, maka dikatakan bahwa f adalah
fungsi dari A ke B dan disajikan dengan lambang:
f:A  B

Relasi dan Fungsi Page 7


A disebut daerah asal (daerah sumber, domain ) dari fungsi f, sedangkan B
disebut daerah kawan. (daerah jajahan , kodomain) dari fungsi f. Jika xA oleh
fungsi f dikaitkan (dikawankan) dengan suatu anggota dari B, maka anggota dari
B itu disebut ”bayangan dari x” dan disajikan dengan lambang ”f(x)”. f(x)
seringkali juga disebut ”nilai fungsi” untuk x.
Secara simbolis matematis, definisi fungsi f dapat disajikan sbb.

f : A  B bhb. (  xA).(  ! yB) . y = f (x)

Perhatikan bahwa suatu fungsi f dari A ke B adalah suatu relasi yang


mempunyai dua sifat khusus, yaitu:
a. Setiap anggota himpunan A (daerah asal) dikawankan dengan anggota
himpunan B (Seringkali dikatakan bahwa ”daerah asal dihabiskan”
b. Kawan dari anggota-anggota himpunan A (daerah asal) adalah tunggal.
Sifat ini dapat dinyatakan secara simbolis:
(  x 1 , xA). x 1 = x 2  f (x 1 ) = f (x 2 )
Pada umumnya, untuk suatu fungsi f : A  B, anggota-anggota dari
himpunan B (daerah kawan ) tidak perlu mempunyai kawan anggota himpunan A
(daerah kawan tidak perlu di habiska), dan jika anggota himpunan B mempunyai
kawan anggota himpunan A, kawannya diA itu tidak harus tunggal.
Suatu fungsi f dari A ke B dapat diilustrasikan dengan diagram panah
sebagai berikut.

x y

A B

Relasi dan Fungsi Page 8


Himpunan semua anggota himpunan B yang merupakan bayangan dari
suatu anggota himpunan A disebut daerah hasil (range) dari fungsi f dan disajikan

dengan R f . Jadi:

R f = { yB (  xA). y = f (x) }

Misalnya untuk fungsi f : A  B yang disajikan dengan diagram panah


sebagai berikut.

1
6
2 7
3 8
4 9
5  10
 11

A
B

f (1) = f (2) = 7 ; f (3) = 9 ; F (4) = f (5) = 10


R f = { 7, 9, 10 }

Seperti telah diuraikan di atas, jika suatu anggota dari daerah kawan
mempunyai kawan anggota dari daerah asal, maka kawannya itu tidak harus
tunggal. Himpunan semua anggota dari daerah asal yang merupakan kawan dari
suatu anggota daerah kawan disebut bayangan invers dari y dan disajikan dengan
1
lambang f (y). Jadi:

f 1 (y) = {xA y = f (x) }

Pada contoh fungsi : f : A  B di atas:


f 1 ( 7 ) = { 1, 2 };

Relasi dan Fungsi Page 9


f 1 ( 9 ) ={ 3 } ;
f 1 ( 10 ) ={ 4, 5 };
f 1 ( 6 ) = f 1 ( 8 ) = f 1 ( 11 ) =  .
Jika f : A  B adalah suatu fungsi dari A ke B, maka yang dimaksud
1
dengan invers dari fungsi f, disajikan dengan f , adalah relasi yang mengkaitkan
anggota-anggota himpunan B dengan anggota-anggota himpunan A. Jelaslah
bahwa pada umumnya invers dari suatu fungsi tidak merupakan fungsi (dari B ke
A) melainkan hanyalah merupakan suatu relasi biasa.

2. Cara menyajikan fungsi


Ada dua macam cara untuk menyajikan suatu fungsi , yaitu :
a. Cara aturan : fungsi itu disajikan dengan cara menyatakan aturan yang
menentukan relasi antara angggota – anggota daerah asal dengan anggota –
anggota daerah kawannya.
Contoh :
f: R  R dimana f (x) = x 2
R = himpunan semua bilangan nyata.
b. Cara himpunan : Seperti halnya relasi, maka fungsi f dari A ke B dapat
dipandang sebagai himpunan bagian ( khusus ) dari A x B.
Maka fungsi f : R  R dimana f ( x ) = x 2 dapat juga disajikan sebagai
suatu himpunan, yaitu himpunan bagian dari R x R :
f = { (x,y) x R, y  R y = x 2 }

Fungsi f : A  B yang digambarkan dengan diagram panah pada contoh


diatas dapat juga disajikan sebagai :
f = { (1,7),(2,7),(3,9),(4,10),(5,10)}
Perhatikan bahwa dalam penyajian fungsi dengan cara himpunan, setiap
anggota dari daerah asalnya muncul tepat satu kali sebagai komponen yang
pertama dari anggota – anggota himpunan itu.

Relasi dan Fungsi Page 10


3. Kesamaan dua buah fungsi.
Dua buah fungsi f : A  B dan g : A  B dikatakan sama jika kedua
fungsi itu mengkaitkan anggota-anggota dari daerah asalnya dengan anggota-
anggota yang sama di daerah kawannya.

f = g bhb (  xA). f(x) = g (x)

Contoh :
f : R  R dengan f (x) = 2(x+1) (x-2), dan g : R  R dengan g(x) = 2 x 2 -2x-4
Karena f (x) = 2(x+1) (x-2) = 2( x 2 -x-2) = 2 x 2 -2x-4 = g (x), maka f = g

4. Fungsi – fungsi Khusus.


Beberapa fungsi khusus yang diberi sebutan karena sifat-sifat/
karakteristiknya adalah sebagai berikut.
a. Suatu fungsi f : A  B disebut fungsi surjektif dari A kepada (onto) B jika
setiap anggota B merupakan bayangan dari suatu anggota A. Jadi pada
fungsi yang surjektif, daerah hasilnya berimpit dengan daerah kawan (atau
daerah kawannya dihabiskan ).
f : A  B adalah fungsi surjektif bhb.
(  yB) (  xA). y = f (x) bhb R f = B bhb (  yB) f 1
(y)  

Contoh :
A = {x x = bilangan bulat }

B = {x x = bilangan cacah}

f : A  B dimana f(x) = x

b. Suatu fungsi f : A  B disebut fungsi injektif bila anggota – anggota dari


B yang merupakan bayangan dari A, merupakan bayangan dari tepat satu
anggota A. Dengan perkataan lain f : A  B adalah fungsi injektif bhb.(

 x 1 , x 2 A ). x 1  x 2  f(x 1 )  f (x 2 ) bhb. (  x 1 , x 2 A ). f(x 1 ) = f

(x 2 )  x 1 = x 2
Contoh:

Relasi dan Fungsi Page 11


A = {x x = bilangan asli}

B = {x x = bilangan nyata}

Fungsi f ini adalah fungsi yang injektif, karena jika f (x 1 ) = f (x 2 ),

maka x1 -1 = x2 -1 sehingga x 1 = x 2 .
Fungsi f ini tidak surjektif karena ada anggota B yang tidak merupakan
bayangan dari suatu anggota A, misalnya ½ B.
c. Suatu fungsi f : A  B yang sekaligus surjektif dan injektif disebut daerah
kawannya merupakan bayangan dari tepat suatu anggota dari daerah
asalnya. Dengan demikian jika f adalah fungsi bijektif maka setiap anggota
dari daerah asal mempunyai satu kawan di daerah kawan dan sebaliknya
setiap anggota dari daerah kawan mempunyai satu kawan di daerah asal.
Karena itu fungsi bijektif seringkali disebut juga korespondensi satu-satu.
Contoh :
A = {x x = bilangan positif}

B = {x x = bilangan nyata}

f : A  B di mana f (x) = log x


Fungsi f surjektif karena setiap yB merupakan bayangan suatu xA,
yaitu x = 10 y .
Fungsi f ini injektif karena jika f (x 1 ) = f (x 2 ), maka log x 1 = log x 2 ,
sehingga
10 log x1 = 10 log x2
x1 = x 2 .
Dengan demikian f adalah fungsi bijektif. Mudah dibuktikan bahwa f
adalah fungsi bijektif bhb. f 1 merupakan fungsi.
Invers dari suatu fungsi bijektif disebut fungsi invers.
Jadi jika f : A  B adalah fungsi bijektif, maka fungsi inversnya adalah
f 1 : B  A.
Pada contoh diatas fungsi invers dari fungsi bijektif f : A  B di mana
f (x) = log x ialah f 1 : B  A dimana f 1 ( y )= 10 y .

Relasi dan Fungsi Page 12


d. Suatu fungsi f : A  B disebut fungsi konstan jika bayangan semua
anggota A adalah satu anggota yang sama dari B.
f : A  B adalah fungsi konstan bhb (  !cB) (  xA) . f ( x ) = c
e. Suatu fungsi f : A  B disebut fungsi indentitas jika bayangan dari setiap
anggota dari A ialah dirinya sendiri. ( Daerah asal dan saerah kawan dari
suatu fungsi identits adalah himpunan yang sama ).
f : A  A adalah fungsi indentitas bhb.(  xA). f ( x ) = x
Jelaslah bahwa suatu fungsi identitas adalah fungsi yang bijektif.

Relasi dan Fungsi Page 13

Anda mungkin juga menyukai