Anda di halaman 1dari 12

REKAYASA IDE

Dosen Pengampu: Putri Sari M J Silaban, S.E, M.Si., DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

SILVYA WARDANI 7171141022

AZZAHRA NURUL INDAYA 7171141003

ERVIANORA DAMANIK 7173341018

SAOR MARULI HASIBUAN 7121141018

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN, 2019
BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Dalam ilmu ekonomi, inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai
termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.[1]Dengan kata lain, inflasi
juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari
suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap
tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat
perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus
dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan
adalah CPI dan GDP Deflator.

Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat,
dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10%
setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan
hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100%
setahun.

I.2 Rumusan Masalah

a. Langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi inflasi?

b. Kebijakan apa saja yang dapat diambil pemerintah untuk mengatasi inflasi?

c. Bagaimana sikap masyarakat terhadap inflasi?

I.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi laju inflasi


BAB II

PEMBAHASAN

A. INFLASI

Inflasi adalah suatu proses naiknya harga secara umum dan terus-menerus (continue)
dalam jangka waktu yang lama. Dari pengertian tersebut dapat diartikan kalau Inflasi adalah
sebuah proses dan bukanlah tinggi-rendahnya harga. Maksudnya tingkat harga yang tinggi itu
belum tentu Inflasi. Inflasi dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu Inflasi ringan,
sedang, berat dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah
angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%-30% setahun; berat antara 30%-100%
setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di
atas 100% setahun.

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang terjadinya Inflasi, yaitu :

1. Teori Kuantitas Teori ini menyoroti hal-hal yang berperan dalam proses inflasi, yaitu
jumlah uang yang beredar dan anggapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga. Inti
dari teori kuantitas adalah sebagai berikut : Inflasi hanya bisa terjadi apabila ada penambahan
volume uang yang beredar. Tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar, gagal panen
misalnya hanya akan menaikan harga-harga untuk sementara waktu saja. Penambahan jumlah
uang ibarat” bahan bakar” bagi api inflasi. Apabila jumlah uang bertambah, inflasi akan
berhenti dengan sendirinnya. Laju inflasi disebabkan oleh laju pertambahan jumlah uang
beredar dan anggapan masyarakat mengenai harga-harga.

Teori kuantitas ini di kemukankan oleh Irving Fisher. Di setiap transaksi, jumlah yang
dibayarkan oleh pembeli sama dengan jumlah uang yang diterima penjual. Hal ini berlaku
untuk seluruh perekonomian. Dalam periode tertentu nilai barang dan jasa yang dibeli harus
sama dengan nilai barang dan jasa yang dijual. Nilai barang yang dijual sama dengan volume
transaksi di kalikan harga rata-rata barang tersebut.

2. Teori Keynes Menurut John Maynard Keynes, Inflasi terjadi karena suatu
masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya sehingga menyebabkan
permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan agregat) 3 melebihi
jumlah barang-barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary
gap atau celah inflasi. Celah inflasi ini timbul karena golongan-golongan masyarakat berhasil
menerjemahkan aspirasi mereka menjadi permintaan yng efektif terhadap barang.
Golongan-golongan masyarakat yang dimaksud yaitu pemerintah, pengusaha, dan
serikat buruh. Pemerintah berusaha memperoleh bagian lebih besar dari output masyarakat
dengan cara mencetak uang baru. Pengusaha melakukan investasi dengan modal yang
diperoleh dari kredit bank, serikat buruh atau pekerja memperoleh kenaikan harga. Hal ini
terjadi karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia, maka harga-harga akan
naik. Adanya kenaikan harga-harga ini menunjukan sebagian dari rencana-rencana pembelian
barang dari golongan-golongan tersebut bisa dipenuhi. Proses inflasi akan terus berlangsung
selama jumlah pemintaan efektif dari semua golongan masyarakat melebihi jumlah output
yang dihasilkan. Namun apabila permintaan efektif total tidak melebihi harg-harga yang
berlaku dari jumlah output yang tersedia, maka inflasi akan berhenti.

3. Teori Struktural Teori ini didasarkan pada hasil dari studi yang dilakukan terhadap
negara berkembang. Hasilnya menunjukkan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan
fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push inflation. Hal
ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara berkembang yang pada umumnya
masih bercorak agraris. Sehingga, goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri,
misalnya gagal panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana
alam, dan sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri,
misalnya memburuknya term of trade; utang luar negeri; dan kurs valuta asing, dapat
menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik.

Fenomena struktural yang disebabkan oleh kesenjangan atau kendala struktural dalam
perekonomian di negara berkembang, sering disebut dengan structural bottlenecks.
Strucktural bottleneck terutama terjadi dalam tiga hal, yaitu :

a. Supply dari sektor pertanian (pangan) tidak elastis Hal ini dikarenakan pengelolaan
dan pengerjaan sektor pertanian yang masih menggunakan metode dan teknologi yang
sederhana, 4 sehingga seringkali terjadi supply dari sector pertanian domestik tidak mampu
mengimbangi pertumbuhan permintaannya.

b. Cadangan valuta asing yang terbatas (kecil) akibat dari pendapatan ekspor yang lebih
kecil daripada pembiayaan impor Keterbatasan cadangan valuta asing ini menyebabkan
kemampuan untuk mengimpor barangbarang baik bahan baku; input antara; maupun barang
modal yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan sektor industri menjadi terbatas pula.
Belum lagi ditambah dengan adanya demonstration effect yang dapat menyebabkan
perubahan pola konsumsi masyarakat. Akibat dari lambatnya laju pembangunan sektor
industri, seringkali menyebabkan laju pertumbuhan supply barang tidak dapat mengimbangi
laju pertumbuhan permintaan.

c. Pengeluaran pemerintah terbatas Hal ini disebabkan oleh sektor penerimaan rutin
yang terbatas, yang tidak cukup untuk membiayai pembangunan, akibatnya timbul defisit
anggaran belanja, sehingga seringkali menyebabkan dibutuhkannya pinjaman dari luar negeri
ataupun mungkin pada umumnya dibiayai dengan pencetakan uang (printing of money).
Dengan adanya structural bottlenecks ini, dapat memperparah inflasi di Negara berkembang
dalam jangka panjang, oleh karenanya fenomena inflasi di negaranegara yang sedang
berkembang kadangkala menjadi suatu fenomena jangka panjang, yang tidak dapat
diselesaikan dalam jangka waktu yang pendek. Berbeda dengan kaum monetaris yang
memandang inflasi sebagai fenomena moneter, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
dalam sektor moneter akibat dari ekspansi jumlah uang beredar, kaum neo-structuralist
menekankan pada struktur sektor keuangan.

Dasar pemikiran kaum neo-structuralist ini adalah pengaruh uang terhadap


perekonomian terutama ditransmisikan dari supply side atau roduksi. Menurut pemikiran
kaum neo-structuralist, uang merupakan salah satu factor penentu investasi dan produksi.
Bila jumlah uang yang tersedia untuk investasi melimpah, menyebabkan harga uang (suku
bunga) akan murah, maka volume investasi akan meningkat. Dengan meningkatnya volume
investasi, volume produksi juga akan meningkat. Sehingga, penawaran barang meningkat,
yang pada gilirannya akan menekan tingkat inflasi. Dengan dasar pemikiran yang seperti ini,
timbul pendapat bahwa deregulasi di sektor finansial dan peningkatan 5 jumlah uang beredar
akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi seraya menekan inflasi.

Kaum strukturalis berpendapat, bahwa selain harga komoditi pangan, penyebab utama
terjadinya inflasi di negara-negara berkembang adalah akibat inflasi dari luar negeri
(imported inflation). Hal ini disebabkan antara lain oleh harga barangbarang impor yang
meningkat di daerah asalnya, atau terjadinya devaluasi atau depresiasi mata uang di negara
pengimpor. Menurut kesimpulan dari penelitian M.N. Dalal dan G. Schachter (1988), bila
kontribusi impor terhadap pembentukan output domestik sangat besar, yang artinya sifat
barang impor tersebut sangat penting terhadap price behaviour di negara importir, maka
kenaikan harga barang impor akan menyebabkan tekanan inflasi di dalam negeri yang cukup
besar. Selain itu, semakin rendah derajat kompetisi yang dimiliki oleh barang impor (price
inelastic) terhadap produk dalam negeri, akan semakin besar pula dampak perubahan harga
barang impor tersebut terhadap inflasi domestik.
4. Mark-up Model Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua
komponen, yaitu cost of production dan profit margin. Relasi antara perubahan kedua
komponen ini dengan perubahan harga dapat dirumuskan sebagai berikut : Price = Cost +
Profit Margin Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan sebagai suatu
prosentase tertentu dari jumlah cost of production, maka rumus tersebut dapat dijabarkan
menjadi : Price = Cost + ( a% x Cost ) Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada
komponen-komponen yang menyusun cost of production dan atau penaikan pada profit
margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual komoditi di pasar.

B. PENYEBAB TERJADINYA INFLASI

Inflasi dapat disebabkan oleh 3 hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan


likuiditas/uang/alat tukar), desakan (tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya
produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi), dan yang terakhir
naiknya harga-harga barang yang diimpor.

1. Inflasi Tarikan Permintaan Inflasi tarikan permintaan terjadi akibat adanya


permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di
pasar sehingga 6 terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga.
Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap
barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi
tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan
harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam
permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment
dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang
berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang
utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan
suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri
keuangan.

2. Inflasi Desakan Biaya Inflasi desakan biaya terjadi akibat adanya kelangkaan
produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara
umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran
distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal
dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau
juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat
pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat
berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll),
bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi
spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di
pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor
infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting. Meningkatnya biaya produksi dapat
disebabkan 2 hal, yaitu : kenaikan harga, misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji,
misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga
barang-barang.

3. Inflasi Diimpor Inflasi ini terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami
kenaikan harga mempunyai peranan penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-
perusahaan. Contohnya yaitu, efek kenaikan minyak dalam tahun 1970an kepada
perekonomian negara-negara barat dan pengimpor minyak lain.

C. DAMPAK TERJADINYA INFLASI

Inflasi dengan demikian dapat memberikan dampak yang buruk bagi kegiatan
ekonomi. Selain itu, inflasi juga memberikan dampak kepada kemakmuran individu dan
masyarakat.

1. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan
menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan
kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka
menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain yaitu membeli harta-harta tetap
seperti tanah, rumah dan bangunan oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan
investasi yang bersifat seperti ini, maka investasi produktif akan berkurang dan tingkat
kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan tercipta.
Kenaikan harga-harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas perdagangan. Kenaikan
harga menyebabkan barang-barang negara itu tidak dapat bersaing di pasaran internasional.
Maka ekspor akan menurun. Sebaliknya, hargaharga produksi dalam negeri yang semakin
tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang-barang impor relatif lebih murah. Maka
lebih banyak impor akan dilakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti pula oleh impor yang
bertambah menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing. Kedudukan
neraca pembayaran akan memburuk.
2. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat Di samping menimbulkan efek buruk ke atas
kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek berikut kepada individu
dan masyarakat :

a. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap. Pada
umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan
menurunkan upah riil individuindividu yang berpendapatan tetap.

b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan
masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai dan simpanan
dalam institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan
menurun apabila inflasi berlaku.

c. Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan


tetap akan menjadi kemerosotan dalam nilai riil 8 kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta-
harta tetap dapat mempertahankan atau menambah nilai riil kekayaannya. Juga sebagian
penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi
menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan berpendapatan tetap dengan pemilik-
pemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata.

D. CARA MENGATASI INFLASI

Mewujudkan inflasi nol persen atau “zero inflation” secara terus menerus dalam
perekonomian yang berkembang adalah sukar dicapai. Oleh sebab itu dalam jangka panjang
yang perlu diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi berada pada tingkat yang sangat
rendah. Usaha untuk mencapai tujuan ini merupakan salah satu tugas utama dari bank sentral.
Langkah-langkah pemerintah yang dapat digolongkan sebagai kebijakan “diskresioner”
barulah dilaksanakan apabila inflasi yang berlaku adalah lebih serius dari inflasi merayap.

Pemerintah dapat menggunakan 2 cara untuk mengatasi inflasi, yaitu :

1. Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal yang akan dilaksanakan adalah dalam bentuk
mengurangi pengeluaran pemerintah. Langkah ini menimbulkan efek cepat dalam
mengurangi pengeluaran dalam perekonomian.

2. Kebijakan Moneter Apabila menjalankan kebijakan ini maka yang akan dilakukan
pemerintah adalah menurunkan penawaran uang. Perubahan ini akan menaikkan suku bunga.
Sebagai akibatnya, pertama-tama langkah ini akan menyebabkan perusahaan-perusahaan dan
penanam modalbaru mengurangi kegiatan investasinya. Yang kedua, kenaikan suku bunga
akan mengurangi keinginan rumah tangga untuk membeli rumah baru. Seterusnya efek yang
ketiga, rumah lama masih bisa diangsur, harus membayar bayaran bulanan yang lebih tinggi.
Berkurangnya keinginan menanam modal dan membeli rumah baru akan mengurangi
investasi perusahaan. Disamping itu pembayaran angsuran rumah yang lebih tinggi akan
mengurangi pengeluaran konsumen. Berbagai efek tersebut akan menurunkan agregat
permintaan. Dengan demikian kesempatan kerja penuh tercapaidan tingkat inflasi dapat
dikendalikan. Kedua kebijakan pemerintah tersebut harus dijalankan secara bersama dan
langkahlangkah yang dijalankan haruslah saling memperkuat. Keduanya dijalankan oleh
pihak yang 9 berbeda. Kebijakan fiskal dilaksanakan oleh Kementrian Keuangan dan
kebijakan moneter dijalankan oleh Bank Sentral.

1. Kebijakan Fiskal

· Kebijakan oprasi pasar

Oprasi pasar merupakan salah satu kebijakan yang digunakan oleh pemerintah untuk
menstabilkan harga-harga kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan cukup tinggi. Ini
dilakukan pemerintah agar inflasi yang terjadi bisa terkendali dan pada akhirnya ketika harga-
harga stabil daya beli masyarakat bisa pulih kembali.

· Transfer payment

Pemberian bantuan secara langsung berupa uang digunakan pemerintah sebagai kompensasi
atas suatu kebijakan yang menyebabkan kenaikan harga barang secara umum (inflasi) seperti
akibat kenaikan harga BBM kemarin. Pemerintah memberikan bantuan dalam bentuk uang
tunai (BLSM) kepada masayarakat dengan tujuan uang tersebut bisa digunakan untuk
membeli kebutuhan hidup dan lebih-lebih digunakan untuk kegiatan yang produktif.

· Melakukan Impor

Kebijakan impor dilakukan pemerintah apabila harga barang didalam negeri sudah terlalu
tinggi dan ketidak mampuan produsen (pemerintah & swasta) memproduksi ataupun
mencukupi permintaan dalam negeri. Sehingga ditempuh cara impor untuk menstabilkan
harga barang tersebut. Penulis ambil contoh ketika harga kedelai dan daging sapi di daklam
negeri naik akibat permintaan terlalu tinggi dan ketidak mampuan produsen menyediakannya
maka pemerintah membuka kran impor untuk mestabilkan harga kedelai dan daging sapi.
Kebijakan ini dinilai paling cepat untuk mengendalikan inflasi yang terlampau tinggi.
· Pemberian insentif pajak

Pemberian insentif pajak diberikan pemerintah kepada para produsen agar harga barang yang
mereka jual ke pasar bisa ditekan seminimal mungkin, karena pajak merupakan salah satu
biaya produksi di suatu perusahaan. Apabila pajak diturunkan atau dihapuskan untuk suatu
perusahaan maka akan menurunkan biaya produksi di pabrik tersebut, yang pada akhirnya
akan menurunkan harga barang yang dijual produsen. Sehingga inflasi bisa dikendalikan.

2. Kebijakan Moneter

· Menaikkan suku bunga

Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mengendalikan inflasi adalah melalui kebijkan
moneter, salah satunya adalah melalui pengaturan tingkat suku bunga (bunga kredit dan
deposito). Tujuan menaikkan suku bunga pinjaman dan deposito adalah mengurangi jumlah
uang beredar di masyarkat, karena semakin banyak orang memegang uang tunai maka
semakin banyak uang yang dibelanjakan sehingga menyebabkan demand pull inflation.

Sehingga dengan dinaikkannya tingkat suku bunga kredit dan deposito maka jumlah
uang yang beredar bisa ditekan, karena orang akan memilih menempatkan uang mereka di
bank untuk memperoleh margin yang tinggi dari bunga tabungan dan deposito daripada
memegang uang tunai. Dan orang akan berfikir dua kali untuk meminjam uang ke bank
karena bunga kredit yang terlalu tinggi.

Akibat dari bunga kredit yang terlalu tinggi bisa menurunkan iklim investasi di
Indonesia, karena tingkat suku bunga merupakan faktor yang menentukan investasiI I = f(r)
sehingga ketika tingkat bunga pinjaman naik menyebabkan proyeksi pertumbuhan ekonomi
pada tahun tersebut turun. Karena investasi merupakan salah satu faktor pertumbuhan
sekonomi Y = C + G + I + (X-M) dan ketika investasi (I) turun maka akan menyebabkan
pertumbuhan ekonomi (Y) ikut trun juga. pertumbuhan tingkat bunga merupakan faktor yang
memppengaruhi investasi I = f (r)

· Meningkatkan simpanan perbankkan di BI

Menetapkan tingkat simpanan perbankkan di BI juga langkah yang ditembuh bank


indonesia selaku otoritas moneter di Indonesia untuk mengerem pertumbuhan kredit dan
mengatur JUB di masyarakat. Bagaimana bisa simpanan bank di Bi bisa mempengaruhi
jumlah kredit yang bisa disalurkan perbankkan, itu dikarenakan uang yang seharusnya
digunakan bank untuk dipinjamkan ke investor harus disimpan di bank indonesia sehingga
menurunkan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankkan.

· Menjual SBN

Menjual Surat Berharga Negara merupakan salah satu instrumen kebijakan untuk
mengontrol JUB dimasyarakat. Mekanismenya adalah pemerintah menjual surat utang / SBN
ke masyarakat dengan tujuan memperoleh dana segar dari masyarakat dan mengurangi
jumlah uang yang beredar dimasyarakat. Selain untuk mengatur JUB di masyarakat dana
segar yang diperoleh pemerintah bisa digunakan untuk membiayai APBN pada tahun tersebut
dan bisa dialokasikan kesektor-sektor produktif ataupun digunakan untuk mengendalikan
inflasi seperti yang di jelaskan dalam bagian kebijakan fiskal.
BAB III

PENUTUP DAN KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(continue). Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi tingkat harga. Artinya,
tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi
jika proses kenaikan harga belangsung secara terus-menerus dan saling mempengaruhi.
Inflasi disebabkan oleh adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh
membanjirnya likuiditas di pasar, adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk
adanya kelangkaan distribusi dan adanya kenaikan harga pada barang-barang impor yang
mempunyai peranan penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaanperusahaan. Dampaknya
Inflasi cukup luas dan umumnya selalu buruk yaitu : Inflasi akan menurunkan pendapatan riil
orang-orang yang berpendapatan tetap; Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang
berbentuk uang dan memperburuk pembagian kekayaan. Selain itu inflasi juga menyebabkan
naiknya harga barang dan menurunnya kegiatan ekonomi produktif. Cara mengatasi inflasi
tersebut, pemerintah dapat menggunakan 2 cara yaitu memberlakukan kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter. Dengan kerjasama dari Bank Sentral dan Kementrian Keuangan.

B. Saran

Mengingat dampak buruk dari Inflasi tersebut, maka penulis menyarankan adanya
koordinasi antara dinas terkait yang ada di pemerintahan. Masyarakat juga harus turut
membantu dalam setiap kebijakan pemerintah untuk menanggulangi inflasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai