BAB I
PENDAHULUAN
1.2.2.2 Diketahuinya analisa data, menegakkan diagnosa dan prioritas masalah pada
klien dengan fraktur humerus
1.2.2.3 Diketahuinya pelaksanaan rencana keperawatan pada klien fraktur humerus
1.2.2.4 Diketahuinya tindakan keperawatan pada klien fraktur humerus
1.2.2.5 Diketahuinya evaluasi asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien
fraktur humerus
1.2.2.6 Diketahuinya pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien fraktur
humerus.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.3 ETIOLOGI
2.3.1 Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan.Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melintang atau miring.
2.3.2 Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan.Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
2.3.3 Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan
penarikan (Oswari E, 1993)
2.4 Patofisiologi
Apabila tulang hidup normal mendapat tekanan yang berlebihan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan tersebut
mengakibatkan jaringan tidak mampu menahan kekuatan yang mengenainya. Maka
tulang menjadi patah sehingga tulang yang mengalami fraktur akan terjadi perubahan
posisi tulang, kerusakan hebat pada struktur jaringan lunak dan jaringan disekitarnya
yaitu ligament, otot, tendon, pembuluh darah dan persyarafan yang mengelilinginya
(Long, B.C, 1996). Periosteum akan terkelupas dari tulang dan robek dari sisi yang
berlawanan pada tempat terjadinya trauma. Ruptur pembuluh darah didalam fraktur,
maka akan timbul nyeri. Tulang pada permukaan fraktur yang tidak mendapat
persediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua millimeter.
7
FRAKTUR HUMERUS
Nyeri dipersepsikan
Nyeri
9
2. Bengkak/edema
3. Echimosis (Memar)
4. Spasme otot
5. Nyeri
6. Kurang/hilang sensasi
7. Krepitasi
8. Pergerakan abnormal
9. Rontgen abnormal
2.6 Komplikasi
Menurut Long (2000), komplikasi fraktur dibagi menjadi :
2.6.1 Immediate complication yaitu komplikasi awal dengan gejala
Syok neurogenik
Kerusakan organ syaraf
2.6.2 Early complication
Kerusakan arteri
Infeksi
Sindrom kompartemen
Nekrosa vaskuler
Syok hipovolemik
2.6.3 Late complication
a. Mal union adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh
dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut atau miring.
Komplikasi dapat dicegah dengan melakukan analisa yang cermat sewaktu
10
2.8 Pengkajian
Pengkajian adalah pemeriksaan dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan keperawatan klien baik fisik,
mental, social, dan lingkungan (Effendy, 1995).
1. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register,
tanggal MRS, diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien.Ini bisa
berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan
kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.Selain itu, dengan
mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan
yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).Untuk memperoleh pengkajian yang
lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
a. Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
b. Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c. Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
13
8. Pemeriksaan Fisik
16
5) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi
atau nyeri tekan.
17
6) Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
7) Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat.
8) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
9) Paru
a) Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
b) Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
c) Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara tambahan lainnya.
d) Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi.
10) Jantung
a) Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
b) Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
c) Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
11) Abdomen
a) Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
b) Palpasi
18
9. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien fraktur
adalah sebagai berikut:
a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan
tulang
20
8. Lakukan kompres dingin selama Menurunkan edema dan mengurangi rasa nyeri.
fase akut (24-48 jam pertama)
sesuai keperluan.
c. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera vaskuler,
edema, pembentukan trombus)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 X 24 jam
disfungsi neurovaskuler perifer tidak terjadi dengan kriteria: klien tidak
mengeluh kesemutan, CRT kurang dari 2 detik.klien dapat melakukan
ROM
3. Hindarkan restriksi sirkulasi akibat Mencegah stasis vena dan sebagai petunjuk
tekanan bebat/spalk yang terlalu perlunya penyesuaian keketatan bebat/spalk.
ketat.
d. Risiko infeksi b/d ketidak adekuatan buffer pertahanan tubuh (kerusakan kulit,
taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakkan asuhan keperawatan selama 5 X 24 jam
infeksi tidak terjadi dengan kriteria; Suhu 36 -37 ° C, tidak adanya pus
pada luka, leukosit 6.000 – 10.000 mm3
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Kaji tanda-tanda vital Peningkatan suhu tubuh, HR, menunjukan
tanda infeksi
2. Lakukan perawatan luka sesuai Luka merupakan port the entry, Mencegah
protocol infeksi sekunder dan mempercepat
penyembuhan luka.
3. Kolaborasi pemberian antibiotika Antibiotika spektrum luas atau spesifik dapat
digunakan secara profilaksis, mencegah atau
mengatasi infeksi.
4. Anjurkan klien untuk makan TKTP Konsumsi protein bahan dasar pembentukan
antibodi serta mempercepat penyembuhan
luka
5. Analisa hasil pemeriksaan Leukositosis biasanya terjadi pada proses
laboratorium (Hitung darah lengkap, infeksi, anemia dan peningkatan LED dapat
LED, Kultur dan sensitivitas terjadi pada osteomielitis. Kultur untuk
24
BAB III
TINJAUAN KASUS
25
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Anggota TNI
Status Marital : Kawin
Agama : Islam
Tanggal masuk : 05 Oktober 2016
Tanggal Pengkajian : 06 Oktober 2016
Ruang : Sakura
Diagnosa medis : Fraktur Humerus dextra 1/3 distal terbuka.
2. Keluhan Utama:
Klien mengeluh nyeri di daerah lengan kanan atas
kanan terus-menerus, rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk benda tajam, bertambah nyeri
pada saat tangan digerakan, nyeri terasa hanya di sekitar luka dengan skala nyeri 8
(skala 0 – 10), Pasien masih berunding dengan keluarga terkait rencana tindakan
operasi.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan belum pernah mengalami sakit seperti sekarang
5. Riwayat Keshatan Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit
keturunan seperti DM. Hypertensi, dan riwayat penyakit menular seperti TBC
6. Kebutuhan Dasar
a. Rasa nyaman dan Kebersihan
DS : Klien mengeluh nyeri pada daerah lengan atas tangan kanan, klien bisa
melakukan personal hygine walaupun dibantu
DO: Klien tampak kesakitan dengan memegang darah yang sakit, dan personal
hygine cukup.
b. Oksigenisasi
DS: Klien tidak mengeluh sesak napas, tidak ada nyeri dada, tidak ada
sumbatan jalan napas.
DO: RR 16 X/menit, Tidak ada otot-otot napas tambahan
c. Cairan dan Nutrisi
DS: Klien tidak mengeluh mual ataupun muntah,
DO: Makan 3/4 porsi habis, turgor kulit baik
d. Aktivitas dan Istirahat
No Aktivitas Di rumah/ sebelum sakit Di rumah sakit/ sesudah sakit
1. Pola Nutrisi: Pagi jam 08.00 WIB: bubur, Klien makan 3x/ hari : bubur,
Pola makan daging I porsi ayam, sayur habis
Siang jam 14.00 WIB: Nasi,
lauk pauk, sayur-sayuran
Malam jam 19.30 WIB:
Nasi, lauk pauk:1/2-1 piring
2. Pola
Eliminasi
BAB Frekuensi 1x/ hari, Frekuensi 1x/ hari,
konsistensi lembek, tidak konsistensi lembek, tidak
nyeri saat BAB nyeri saat BAB
4. Personal
Mandi 2x/ har pakai sabun Mandi di lap 1x/hari pakai
Hygiene
Gosok gigi 2x/ hari pakai sabun
pasta gigi dapat dilakukan Gosok gigi dibantu oleh
sendiri keluarga.
Keselamatan dan Keamanan
Data subjektif: klien mengeluh cemas akan penyakitnya bertambah parah.
Data objektif: Klien tampak cemas dan bingung, serta selalu bertanya tentang
penyakitnya.
f. Peran seksual
Klien sudah menikah dan mempunyai dua anak perempuan, berperan sebagai
keluarga.
g. Psikososial
Dalam keluarga klien mampu mengungkapkan atau mengekspresikan perasaan
diantara anggota keluarga dan apabila ada waktu luang atau acara tertentu
28
R: 16x/ menit
S: 36,8ºC
N: 80x/menit
BB: 50 Kg
TB 160 Kg
c. Mata
Posisi simetris, sudut mata sejajar dengan spina, konjungtiva bulbar bening dan
bersih, konjungtiva palpebra ananemis, sclera anicterik, lensa mata bening.
Fungsi penglihatan baik (bisa membaca koran).
d. Telinga
Eksterna: ukuran dan bentuk simetris tidak ada nodul dan tidak ada nyeri
palpasi.
Interna: Mukosa warna pink, ada serumen warna coklat konsistensi coklat.
Fungsi pendengaran baik dibuktikan dengan tes bisik, mampu menjawab sesuai
dengan pertanyaan yang diajukan.
29
e. Hidung
Eksterna: ukuran dan bentuk simetris, kokoh, tidak ada massa dan tidak ada
nyeri palpasi.
Interna: Mukosa hidung warna pink, lembab, tidak ada secret tidak ada nodul
dan tidak ada massa.
g. Dada
Dada simetris, tidak ada retraksi interkosta dada, tidak ada lesi, respirasi tidak
menggunakan otot-otot asesoris pernafasan. Taktil premitus kanan dan kiri
teraba sama, tidak ada lesi.
j. Ginjal
Tidak ada nyeri ketok, tidak ada pembesaran ginjal dan BAK tidak ada
kelainan.
k. Ekstremitas
30
Atas: Tangan kiri : bahu bisa elevasi, depresi, siku bisa fleksi dan ekstensi
lengan bawah bisa supinasi dan pronasi, pergelangan tangan bisa ekstensi,
fleksi, hiperekstensi, radial fleksi, ulnar fleksi, jari bisa fleksi dan
ekstensi, kekuatan tonus otot +5, tidak nyeri akral hangat, caffilery reffil
< 2 detik, tidak tampak sianosis, tidak ada oedema pada lengan kiri,
turgor kulit baik(< 2 detik).
Tangan kanan : bahu tidak bisa elevasi, depresi, siku tidak bisa fleksi dan
ekstensi, lengan bawah tidak bisa supinasi dan pronasi, pergelangan
tangan bisa ekstensi, fleksi, hiperekstensi, radial fleksi, ulnar fleksi, jari
bisa fleksi dan ekstensi, kekuatan otot +2, akral hangat, caffilery reffil < 2
detik, tidak tampak sianosis, oedema pada lengan kanan atas, turgor kulit
baik(< 2 detik).
Bawah: Pangkal paha bisa abduksi, adduksi, rotasi dalam dan luar, lutut bisa
fleksi dan ekstensi, kekuatan otot +5, tidak ada nyeri akral hangat, tidak
tampak sianosis, caffilery reffil < 2 detik, tidak tampak oedema, turgor
kulit baik (< 2 detik).
l. Punggung
Bentuk simetris, tidak ada dekubitus, tidak ada kelainan tulang belakang, dan
tidak ada nyeri tekan.
m. Genitalia
Tidak ada nyeri tekan pada blass, pola berkemih teratur, kebersihan genetalia
cukup.
8. Rektum
Tidak ada hemoroid, tidak ada masa, tidak ada nyeri saat BAB.
10. Pemeriksaan Penunjang
NO. TANGGAL JENIS HASIL NILAI NORMAL
PEMERIKSAAN
31
1. 05-10-2016 Laboratorium :
Hb
14,1 % 14-18 gr %
Leukosit
Hematokrit 8000 /mm3 4000-10000/mm3
Trombosit
43 % 40-48 %
254000 150.000-390.000/mm3
2. 05-10-2016 Radiologi :
Fraktur communitive inter condelais os. Humerus dextra.
11. Penatalaksanaan
a. Cefotaxim 2 x 1 gram
b. Ketorolac 2 x 1 amp
c. Ranitidin 1 x 1 amp
meringis kesakitan,
Spinal cord
lengan kanan atas
tampak bengkak, Hipotalamus
TD: 130/90 mmHG
Cortex cerebri
R: 16x/ menit
S: 36,8ºC Persepsi nyeri
N: 80x/menit
Nyeri
32
tentang penyakitny
No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ulang tanda-tanda Pada klien dengan fraktur dapat
nyaman ; nyeri b/d asuhan keperawatan selama 3 vital terjadi kerusakan vaskuler,
terputusnya X 24 jam nyeri berkurang perdarahan. Penurunan TD tanda dari
kontinuitas jaringan dengan kriteria: skala nyeri 2, pre syok, peningkatan PR, terjadi
tulang Ditandai klien tidak mengeluh nyeri, kerusakan jaringan/cidera sel, nyeri
dengan: klien tampak rileks. yang hebat dapat menyebabkan syok
DS : Klien mengeluh TD: 110/70 mmHG neuogenic, data dasar pemberian
nyeri pada lengan R: 16x/ menit intervensi
kanan atas dengan S: 36-37ºC 2. Kaji tingkat nyeri
skala 8. N: 80x/menit Pada klien fraktur terjadi kerusakan
DO : Klien tampak jaringan/cidera sel, nyeri yang hebat
meringis kesakitan, dapat menyebabkan syok neurogenic,
lengan kanan atas membantu menentukan intervensi,
tampak bengkak, memberikan dasar atau perbandingan
TD: 130/90 mmHG 3. Pertahankan imobilasasi evaluasi terhadap terafi.
R: 16x/ menit bagian yang sakit dengan Mengurangi nyeri dan mencegah
S: 36,8ºC tirah baring, gips, bebat malformasi.
N: 80x/menit dan atau traksi
35
3. Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakkan 1. Kaji tanda-tanda vital Peningkatan suhu tubuh, HR,
terhadap infeksi asuhan keperawatan selama 5 menunjukan tanda infeksi
2. Lakukan perawatan luka
berhubungan X 24 jam infeksi tidak terjadi Luka merupakan port the entry,
sesuai protocol
dengan ketidak dengan kriteria; Suhu 36 -37 ° Mencegah infeksi sekunderdan
adekuatan buffer C, tidak adanya pus pada luka, mempercepat penyembuhan luka.
pertahanan tubuh leukosit 6.000 – 10.000 mm3 3. Anjurkan makan TKTP
(kerusakan kulit, sesuai kebutuhan Konsumsi protein bahan dasar
trauma jaringan pembentukan antibodi serta
lunak, prosedur mempercepat penyembuhan luka
invasif/traksi 4. Kolaborasi pemberian
tulang) ditandai antibiotika Antibiotika spektrum luas atau spesifik
dengan: dapat digunakan secara profilaksis,
DS: Klien 5. Analisa hasil pemeriksaan mencegah atau mengatasi infeksi.
mengatakan setelah laboratorium (Hitung Leukositosis biasanya terjadi pada
kecelakaan adanya darah lengkap, LED, proses infeksi, anemia dan peningkatan
patah tulang dan luka Kultur dan sensitivitas LED dapat terjadi pada osteomielitis.
DO: adanya patah luka/serum/tulang) Kultur untuk mengidentifikasi
tulang terbuka organisme penyebab infeksi
38
15. Implementasi
No Tanggal DP Implementasi Paraf
2.
43
44
BAB IV
PEMBAHASAN
5.4 Implementasi
Pada tahap ini semua tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
46
DAFTAR PUSTAKA
Long, B.C, 2000. Perawatan Medikal Bedah. Edisi VII. Yayasan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran. Bandung
McCloskey, Joanne & Gloria M Bulechek, 2000, Nursing Outcome Classificatian (NOC),
Second Ed, New York, Mosby.
_________, 2005, Nursing Intervention Classificatian (NIC), Second Ed, New York,
Mosby.
Apley, A. Graham ,Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya Medika, Jakarta,
1995.
Black, J.M, et al, Luckman and Sorensen’s Medikal Nursing : A Nursing ProcessApproach,
4 th Edition, W.B. Saunder Company, 1995.
Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta,
1999.
Dudley, Hugh AF, Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi II, FKUGM, 1986.
Henderson, M.A, Ilmu Bedah untuk Perawat, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta, 1992.
Mansjoer, Arif, et al, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika Aesculapius FKUI,
Jakarta, 2000.