Anda di halaman 1dari 35

SKENARIO

GONDOK
Ny. S, berusia 36 tahun, mengeluh terdapat benjolan di leher depan yang semakin membesar
sejak 6 bulan yang lalu. Tidak ada keluhan nyeri menelan, perubahan suara, ataupun gangguan
pernafasan. Pasien juga tidak mengeluh berdebar-debar, banyak berkeringat dan perubahan
berat badan. Pada leher depan sebelah kanan teraba nodul berukuran 5×4 cm, berbatas tegas,
tidak nyeri tekan dan turut bergerak saat menelan, Dokter menyarankan untuk dilakukan
pemeriksaan laboratorium fungsi tiroid, USG tiroid, Sidik tiroid (Thyroid scintigraphy) dan
pemeriksaan aspirasi jarum halus.

Hasil sitologi yang diperoleh menunjukkan tidak didapatnya sel ganas, sehingga pasien
diberikan terapi hormon tiroksin sambil dimonitor fungsi tiroidnya. Pasien juga diingatkan
bahwa bila nodul nya makin membesar maka perlu dilakukan operasi tiroidektomi. Mendengar
penjelasan dokter, pasien yang merupakan seorang muslimah merasa cemas menghadapi
kemungkinan akan dilakukannya tindakan operasi.

1
KATA SULIT

1. Sidik tiroid : Scanning dengan zat Iodium radioaktif


2. Tiroksin : Hormon utama yang dihasilkan oleh organ tiroid dalam bentuk akhir T3 dan
T4
3. Tiroidektomi : Eksisi pengambilan kelenjar tiroid
4. Sitologi : Ilmu yang mempelajari tentang sel
5. Aspirasi jarum halus : Penyedotan cairan atau jaringan tumor atau massa yang terdapat
pada tempat yang mudah di Palpasi
6. Nodul : Benjolan pada kelenjar tiroid di leher

BRAINSTORMING

1. Mengapa pasien tidak merasakan nyeri menelan ?


Mungkin pembesaran belum terlalu menekan saluran pernafasan, sistem saraf dan
saluran pencernaan.
2. Mengapa pasien diberi terapi hormon tiroksin ?
Karena untuk mengurangi sintesis hormon tiroksin
3. Mengapa pasien tidak mengeluh berdebar-debar, banyak keringat dan perubahan berat
badan ?
Karena pada pasien metabolisme masih belum terlalu membutuhkan energi sehingga
masih tersedia cadangan T3 dan T4 pada tubuh maka tidak terlalu menimbulkan gejala.
4. Apa yang diperiksa pada fungsi tiroid ?
Free T4, Free T3, TSH, T3 dan T4
5. Bagaimana sintesis hormon tiroid ?

Hipotalamus Hipofisis Anterior Tiroid


(TRH) (TSH) (T3 dan T4)

6. Apa yang menyebabkan gondok ?


Karena defisiensi iodium, infeksi kelenjar tiroid, pengaruh suhu dan waktu pemasakan
iodium.
7. Faktor apa yang menyebabkan nodul membesar ?
Tiroid tidak bisa mengeluarkan hormon kemudian terjadi penumpukan akhirnya terjadi
pembesaran nodul.
8. Apa yang terjadi jika nodul dibiarkan membesar ?
Kematian, karena adanya penyempitan saluran nafas, penyempitan saluran cerna dan
adanya gangguan metabolisme pada tubuh.
9. Kapan dokter harus melakukan tiroidektomi ?
Jika terdapat adanya keganasan, penyempitan saluran cerna dan pernafasan, dan
gangguan metabolisme yang cukup parah.
10. Mengapa benjolan terdapat pada sebelah kanan ?
Karena adanya nodus lymfaticus berada di sub mandibula dextra.

2
11. Apa pengaruh hormon tiroksin ?
Untuk mengatasi efektifitas obat dalam sintesis hormon pada penyakit tiroid
12. Apa saja manifestasi klinik penyakit gondok ?
Hipotiroid : penurunan metabolisme, bradikardi, hashimoto’s disease
Hipertiroid : peningkatan metabolisme, takikardi, Graves Syndrome
13. Bagaimana cara mengatasi rasa cemas saat operasi menurut pandangan Islam ?
Memperbanyak istighfar, membaca Al-Qur’an, dukungan orang tua dan oarng-orang
sekelilingnya.
14. Bagaimana hukum tiroidektomi menurut pandangan Islam ?
Boleh, selama tujuan pengobatan dan manfaatnya lebih banyak.
15. Bagaimana cara pencegahan gondok ?
Mengonsumsi iodium sesuai kebutuhan, cara memasak iodium yang benar, tidak
merokok, makanan yang bersih, dan
olahraga.
16. Apa saja efek samping dan faktor resiko tiroidektomi ?
Efek samping : hipotiroidisme, cidera pembuluh darah, hipokalsemia.
Faktor resiko : hipetiroidisme, hipotiroidisme, karsinoma, infesi tiroid.

3
HIPOTESIS

Gondok adalah penyakit yang disebabkan karena defisiensi yodium, infeksi kelenjar tiroid,
gangguan sintesis hormon tiroid, yang ditandai dengan pembesaran kelenjar tiroid akibat
penumpukan hormon pada organ. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara USG tiroid dan
aspirasi jarum halus. Penanganan yang dapat dilakukan yaitu pemberian terapi hormon tiroksin,
jika terjadi komplikasi akibat penyempitan saluran nafas dan gangguan metabolisme pada
tubuh harus dilakukan tiroidektomi. Menurut pandangan Islam cara mengatasi rasa cemas
dengan memperbanyak istighfar membaca al-Qur’an dan dukungan keluarga, upaya
pencegahan yang harus dilakukan mengkonsumsi iodium sesuai kebutuhan, cara memasak
iodium yang benar, tidak merokok, makan makanan yang bersih, dan olahraga yang cukup.

4
SASARAN BELAJAR
LI. Mempelajari dan Memahami Anatomi Kelenjar Tiroid
LO.1.1 Menjelaskan Makroskopik Kelenjar Tiroid

(Gambar : Atlas Anatomi Sobbota Jilid 3)


 Kelenjar tiroid terletak di leher manusia, di regio colli yang melekat pada trachea,
dibawah larynx.
 Terdiri dari : lobus dexter dan sinister → dihubungkan oleh isthmus.
 Kadang terdapat lobus pyramidalis.
 Fungsinya : mengeluarkan hormon tiroid. Terdiri dari thyroxine (T4) dan
triiodothyronine (T3) → untuk metabolisme manusia.
 Pada posterior setiap lobus kelenjar terdapat glandula parathyroid → menghasilkan
hormon paratiroid (PTH).

(Gambar : Atlas Anatomi Sobbota Jilid 3)


 Berbentuk bulat sebesar kacang kedelai, warnanya lebih gelap dibanding glandula
thyroidea.

5
 Terdiri dari : glandula parathyroidea superior dan inferior. Berjumlah 4 buah dan
berpasangan yang menghasilkan hormon tiroksin.

(Gambar : Atlas Anatomi Sobbota Jilid 3)


 Fungsi : mengatur kadar kalsium darah dan metabolisme fosfor di dalam tubuh.
 Arteri : diperdarahi A. Thyroidea superior (dengan Rr. Glandulares anterior dan
posterior) → cabang A. Carotis externa. Dan A. Tyroidea inferior → cabang truncus
thyrocervicalis. Kadang-kadang A. Thyroidea ima kecil → cabang truncus
brachiocephalicus atau arcus aortae. Pembuluh darah yang juga menyuplai badan epitel.
 Vena : Vv. Thyroidea superior dan media → muara ke V. Jugularis interna. Dan V.
Brachiocephalica kiri.
(Diktat Anatomi Endokrin FK Yarsi 2019)

 Persarafan : Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis media dan inferior.

6
Parasimpatis, yaitu N. laryngea superior dan N. laryngea recurrens (cabang N.vagus).
N. laryngea superior dan inferior sering cedera waktu operasi, akibatnya pita suara
terganggu (stridor/serak).
 Aliran Limfe :
1. Ascending Lymphatic
a. Media, mengalir ke prelaryngeal lymph node yang terletak pada membrane
Cricothyroidea
b. Lateral, mengalir ke Jugulo-digastric grup dari deep cervical lymph node.
2. Descending Lymphatic
a. Medial, mengalir ke pretracheal grup di trachea lateral, mengalir ke Gl.
Recurrent chain pada N. Laryngeus recurrent.

LO.1.2 Menjelaskan Mikroskopik Kelenjar Tiroid


Tiroid adalah satu-satunya kelenjar
endokrin yang menyimpan sebagian
besar produk sekresinya. Terdapat
cukup hormon pada folikel untuk
memasok tubuh hingga lebih dari 3
bulan tanpa perlu sintesis tambahan,
koloid tiroid mengandung glikoprotein
besar tiroglobulin yaitu prekursor bagi
hormon tiroid aktif.

Kelenjar tiroid terutama terdiri atas


folikel bulat-bulat terdiri atas selapis
epitel tirosit yang mengelilingi lumen
dengan tiroglobulin.
(Gambar : Atlas Histologi DiFiore)

Tiroglobulin adalah glikoprotein besar


yang mengandung residu tirosin yang
diberi yodium sebagai prekursor
hormon tiroksin dan triiodotironin yang dibebaskan ketika prekursornya didegradasi.
Folikel tiroid juga mengandung beberapa sel yang lebih kecil dan pucat disebut
parafollicular atau sel C yang menghasilkan hormon polipeptida kalsitonin.

Kelenjar tiroid dibungkus kapsul fibrosa, tempat serta meluas ke dalam parenkim,
membaginya dalam lobus yang membawa pembuluh darah, saraf, limfatik, dan dipisahkan
satu sama lain oleh sedikit jaringan ikat retikuler. Sel-sel folikel atau tirosit mempunyai
bentuk dari gepeng hingga silindris rendah, ukuran dan ciri lainnya bervariasi tergantung
aktivitasnya yang dikendalikan oleh hormon perangsang tiroid atau TSH (thyroid-
stimulating hormone) dari hipofisis anterior. Kelenjar aktif mempunyai lebih banyak folikel
dengan epitel silindris rendah, sedangkan kelenjar hypoactive mempunyai kelenjar yang
sebagian besar selnya gepeng (Histologi Dasar Junqueira, Ed. 14, 2018).

7
(Gambar : Atlas Histologi DiFiore)

Kelenjar ini mensintesis hormon tiroid yaitu tiroksin atau T4/tetraiodotironin dan
triiodotironin/T3 yang membantu mengendalikan laju metabolisme basal pada sel-sel di
seluruh tubuh, serta hormon polipeptida kalsitonin. Parenkim kelenjar tiroid terdiri atas
jutaan folikel tiroid epithelial bulat dengan diameter bervariasi, masing-masing dengan
selapis epitel dan lumen Central yang berisikan koloid asidofilik yang berupa gel.

Jenis sel endokrin lainnya sel parafolikuler atau sel C, juga terdapat di bagian dalam lamina
basal epitel folikel atau sebagai kelompok terpisah diantara folikel. Sel parafolikuler
biasanya sedikit lebih besar dari sel folikel dan terpulas lebih pucat. Sekresi kalsitonin dipicu
oleh peningkatan kadar kalsium darah dan menghambat aktivitas osteoklas,tetapi fungsi ini
pada manusia kurang penting dibanding peran hormon paratiroid dan vitamin D pada
pengaturan homeostasis kalsium normal.

Sel-sel memiliki organel yang menunjukkan sintesis dan sekresi protein yang aktif, selain
fagositosis dan pencernaan. Intinya biasanya bulat dan ditengah. Bagian basal sel banyak
mengandung retikulum endoplasma kasar dan bagian apikal yang menghadap lumen folikel
mengandung kompleks golgi, granul sekresi, banyak fagosom dan lisosom, dan mikrovili.
(Histologi Dasar Junqueira, Ed. 14, 2018).

8
LI.2 Mempelajari dan Memahami Fisiologi Kelenjar Tiroid
LO.2.1 Menjelaskan Regulasi Sekresi Kelenjar Tiroid
1. Kadar T3 dan T4 darah rendah
atau laju metabolik basal rendah,
menstimulasi pelepasan TRH/
thyrotropin releasing hormone.
2. TRH/Thyrotropin releasing
hormone dibawa oleh vena portal
hipofisis serial ke hipofisis anterior,
merangsang pelepasan TSH/ thyroid
stimulating hormon oleh tirotropin.
3. TSH/ thyroid stimulating
hormone dilepaskan ke aliran darah
merangsang sel-sel folikuler tiroid.
4. T3 dan T4 dilepaskan ke aliran
darah oleh sel folikel tiroid.
5. Pelepasan T3 yang menghambat
pelepasan dan TSH (feedback negatif).

TSH/ thyroid stimulating hormone,


hormon tropik tiroid dari hipofisis
anterior, adalah regulator fisiologik
terpenting sekresi hormon tiroid. TSH
bekerja dengan meningkatkan di
tirotrop. Selain itu, TSH juga mempertahankan integritas struktural kelenjar tiroid. Tanpa
adanya TSH tiroid mengalami atrofi (ukurannya berkurang) dan mengeluarkan hormon
tiroid dalam jumlah sangat rendah. Sebaliknya, kelenjar mengalami hipertrofi (peningkatan
ukuran setiap sel folikel) dan hiperplasia (peningkatan jumlah sel folikel) sebagai respon
terhadap TSH yang berlebihan.

TRH/ Thyrotropin releasing hormone, hipotalamus melalui efek tropiknya “menyalakan”


sekresi TSH oleh hipofisis anterior, sementara hormon tiroid melalui mekanisme umpan
balik negatif “memadamkan” sekresi TSH dengan menghambat hipofisis anterior dan
hipotalamus.

Umpan balik negatif antara tiroid dan hipofisis anterior melaksanakan regulasi kadar
hormon tiroid bebas sehari-hari, sementara hipothalamus memerantarai penyesuaian jangka
panjang. Sekresi hormon tiroid yang relatif tetap sesuai dengan respon lambat dan
berkepanjangan yang diinduksi oleh hormon ini peningkatan atau penurunan mendadak
kadar hormon tiroid plasma tidak memiliki manfaat.

(Fisiologi Manusia: dari sel ke system. Ed 11, 2016)

9
Feedback Negative
Jika konsentrasi T3 dan T4 yang disekresikan meningkat dari biasanya, maka akan terjadi
feedback negatif kepada hipofisis anterior atau hipothalamus untuk mengurangi sekresi
hormonnya yang akan menyebabkan pengurangan rangsangan terhadap kelenjar tiroid oleh
TSH yang dihasilkan hipofisis anterior, sehingga produksi T3 dan T4 kembali normal.

Feedback Positif
Jika konsentrasi T3 dan T4 yang disekresikan menurun dari biasanya, maka akan terjadi
feedback positif kepada hipofisis anterior atau hipothalamus untuk mengurangi sekresi
hormonnya yang akan menyebabkan pengurangan rangsangan terhadap kelenjar tiroid oleh
TSH yang dihasilkan hipofisis anterior, sehingga produksi T3 dan T4 kembali normal.

LO.2.2 Menjelaskan Sintesis dan Sekresi Kelenjar Tiroid


Sintesis

(Gambar : Fisiologi Manusia: dari sel ke system)

6. Syntesis of Tiroglobulin. Tiroglobulin merupakan glikoprotein yang besar, yang


mengandung tirosin yang dihasilkan di dalam sel folikel tiroid oleh kompleks golgi dan
retikulum endoplasma kemudian dikemas kedalam vesikel sekretorik kemudian
diangkut ke dalam koloid melalui eksositosis.
7. Iodide Trapping. Iodida dibawa oleh transpor aktif sekunder dari darah ke dalam
koloid oleh simporter di membran basolateral sel folikel.
8. Oxidation of Iodide. Di dalam sel folikel iodida di oksidasi ke bentuk aktif oleh
tiroperoksidase/TPO ke membran luminal. Karena iodida bermuatan negativ tidak
dapat berikatan dengan tirosin, sampai mengalami penghilangan elektron.
9. Iodida aktif/ Iodine I2 keluar sel melalui saluran luminal untuk memasuki koloid.

10
10. Iodination of Thyrosine. A. dengan dikatalisis oleh tiroperoksidase/TPO perlekatan
satu iodida ke tiroksin dalam molekul tiroglobulin menghasilkan monoiodotirosin/MIT.
5. B. perlekatan dua iodida ke tirosin menghasilkan diiodotirosin/DIT.

6. Coupling T1 and T2. Tahap terakhir sintesis hormon tiroid, A. penggabungan satu
monoiontirosin dan satu diiodotirosin menghasilkan triiodotironin/T3.
6. B. penggabungan dua diiodotirosin menghasilkan tetraiodotironin/T4.
7. Pinocytosis of Colloid. Pada perangsangan yang sesuai, sel folikel tiroid menelan
sebagian koloid yang mengandung tiroglobulin/Tg melalui proses fagositosis.

8. Digestive enzymesin the Lisosom. lisosom menyerang vesikel yang ditelan tersebut
dan memisahkan produk-produk beriodium dari tiroglobulin

9. Secretion of Thyroid hormones. A. Triiodotironin/T3 dan tetraiodotironin/T4


berdifusi ke dalam darah (sekresi).

9. B. Monoiodotirosin/MIT dan diiodotirosin/DIT mengalami deiodinase dan iodida yang


bebas di daur ulang untuk membentuk hormon baru.

10. Transport in the Blood. Lebih dari 99% T3 dan T4 bergabung dengan protein transpor
(Thyroxine binding globulin) dalam darah.

(Fisiologi Manusia: dari sel ke system. Ed 11, 2016)


Sekresi
Hampir semua dari kedua hormon tiroid yang diangkut darah terikat erat pada globulin
pengikat tiroksin atau albumin. T4 adalah senyawa lebih banyak, merupakan 90% dari
hormon tiroid yang beredar. Kedua molekul terikat pada reseptor intraseluler sel target yang
sama, tetapi T3 2 hingga 10 kali lebih aktif dibandingkan T4. Waktu paruh T3 adalah 1,5
hari dibanding seminggu untuk T4.

(Histologi Dasar Junqueira, Ed. 14, 2018)


Sebagian besar T4 yang disekresikan diubah menjadi T3, atau diaktifkan dengan
ditinggalkannya satu iodida di luar kelenjar tiroid terutama di hati dan ginjal. Sekitar 80%
T3 dalam darah berasal dari tempat yang telah mengalami proses “penanggalan” di perifer.
Karena itu T3 adalah bentuk hormon tiroid utama yang aktif secara biologis di tingkat sel,
meskipun kelenjar terutama mengeluarkan T4.

(Fisiologi Manusia: dari sel ke system. Ed 11, 2016)


Kedua hormon tiroid meningkatkan jumlah dan ukuran mitokondria, serta merangsang
sintesis protein mitokondria, membantu meningkatkan aktivitas metabolik. Pengatur utama
keadaan anatomis dan fungsional folikel tiroid adalah TSH dari hipofisis anterior. Dengan
banyaknya reseptor TSH pada membran sel basal tirosit, hormon tropic ini penambah tinggi
sel epitel folikel dan merangsang semua tahap produksi serta pelepasan hormon tiroid
hormon tiroid menghambat pelepasan TSH, mempertahankan kadar T3 dan T4 yang beredar

11
dalam batas normal. TSH pada hipofisis juga meningkat oleh paparan tubuh terhadap dingin
dan menurun oleh panas dan rangsangan stres.

(Histologi Dasar Junqueira, Ed. 14, 2018)


Setelah dikeluarkan ke dalam darah, hormon tiroid yang sangat lipofilik secara cepat
berikatan dengan beberapa protein plasma. Kurang dari 1% T3 dan kurang dari 0,1% T4
tetap berada dalam bentuk tidak terikat (bebas). Keadaan ini memang luar biasa mengingat
bahwa hanya hormon bebas dari keseluruhan hormon tiroid memiliki akses ke sel sasaran
dan mampu menimbulkan suatu efek.
Terdapat 3 protein plasma yang penting dalam pengikatan hormon tiroid:

1. TBG (Thyroxine-Binding Globulin) yang secara selektif mengikat 55% T4 dan 65% T3
yang ada di dalam darah.
2. Albumin yang secara nonselektif mengikat banyak hormone lipofilik, termasuk 10%
dari T4 dan 35% dari T3.
3. TBPA (Thyroxine-Binding Prealbumin) yang mengikat sisa 35% T4.

LO.2.3 Menjelaskan Biokimia dan Struktur Hormon Tiroid

(Gambar : http://3.bp.blogspot.com/-xf8J743Jw6g/UXqX7c7RnNI/AAAAAAAAGII/c9eb4en9dzk/s320/3.jpg)

Iodination of Thyrosine.
A. dengan dikatalisis oleh tiroperoksidase/TPO perlekatan satu iodida ke tiroksin dalam
molekul tiroglobulin menghasilkan monoiodotirosin/MIT.
B. perlekatan dua iodida ke tirosin menghasilkan diiodotirosin/DIT.
Coupling T1 and T2. Tahap terakhir sintesis hormon tiroid,

12
A. penggabungan satu monoiontirosin dan satu diiodotirosin menghasilkan
triiodotironin/T3.
B. penggabungan dua diiodotirosin menghasilkan tetraiodotironin/T4.

(Fisiologi Manusia: dari sel ke system. Ed 11, 2016)

LO.2.4 Menjelaskan Fungsi Kelenjar Tiroid


Dibandingkan dengan hormone lain, kerja hormone tiroid relatif “lamban”. Respons
terhadap peningkatan hormon tiroid baru terdeteksi setelah beberapa jam, dan respons
maksimal belum terlihat dalam beberapa hari. Durasi respons juga cukup lama, sebagian
karena hormone tiroid tidak cepat terurai tetapi juga karena respons terhadap peningkatan
sekresi terus terjadi selama beberapa hari atau bahkan minggu setelah konsentrasi hormon
tiroid plasma kembali ke normal.

Hampir semua jaringan di tubuh terpengaruh langsung atau tak langsung oleh hormone
tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori yang saling timpah-
tindih.

1. Efek pada Laju Metabolisme dan Produksi Panas


Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme basal keseluruhan tubuh, atau “laju
langsam”. Hormon ini adalah regulator terpenting laju konsumsi O2 dan pengeluaran
energi tubuh pada keadaan istirahat.
Efek metabolik hormon tiroid berkaitan erat dengan efek kalorinergik (penghasil
panas). Peningkatan aktivitas metabolik menyebabkan peningkatan produksi panas.

2. Efek pada Metabolisme Antara


Selain meningkatkan laju metabolic secara keseluruhan, hormone tiroid juga
memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik yang berperan dalam metabolisme bahan
bakar. Efek hormone tiroid pada bahan bakar metabolik memiliki banyak aspek ;
hormone ini tidak saja dapat mempengaruhi pembentukan dan penguraian karbohidrat,
lemak, dan protein tetapi hormone dalam jumlah sedikit atau banyak dapat
menimbulkan efek yang sebaliknya. Sebagai contoh menjadi glikogen, bentuk
simpanan glukosa, dipermudah oleh hormon tiroid dalam jumlah kecil, tetapi
kebalikannya pemecahan glikogen menjadi glukosa terjadi pada jumlah hormone yang
tinggi. Demikian juga, hormon tiroid dalam jumlah adekuat penting untuk sintesis
protein yang dibutuhkan bagi pertumbuhan normal tubuh namun pada dosis tinggi,
misalnya pada hipersekresi tiroid, hormone tiroid cenderung menyebabkan penguraian
protein.

3. Efek Simpatomimetik
Setiap efek yang serupa degan yang ditimbulkan oleh sistem saraf simpatis dikenal
sebagai efek simpatomimetik (menyerupai simpatis). Hormon tiroid meningkatkan
responsivitas sel sasaran terhadap katekolamin (epinefrin dan norepinefrin), pembawa

13
pesan kimiawi yang digunakan oleh sistem saraf simpatis dan medulla adrenal.
Hormone tiroid melaksanakan efek permisif ini dengan menyebabkan proloferasi
reseptor sel sasaran spesifik katekolamin. Karena pengaruh ini, banyak dari efek yang
diamati ketika sekresi hormon tiroid meningkat adalah serupa dengan yang menyertai
pengaktifan sistem saraf simpatis.

4. Efek pada Sistem Kardiovaskular


Melalui efek meningkatkan kepekaan jantung terhadap katekolamin dalam darah,
hormon tiroid meningkatkan kecepatan jantung dan kekuatan kontraksi sehingga curah
jantung meningkat. Selain itu, sebagai respons terhadap beban panas yang dihasilkan
oleh efek kalorinergik hormon tiroid, terjadi vasodilatasi perifer untuk membawa
kelebihan panas ke permukaan tubuh untuk dikeluarkan ke lingkungan.

5. Efek pada Pertumbuhan dan Sistem Saraf


Hormone tiroid penting bagi pertumbuhan normal karena efeknya pada hormone
pertumbuhan (GH) dan IGF-1. Hormone tiroid tidak saha merangsang sekresi GH dan
meningkatkan produksi IGF-1 oleh hat teapi juga mendorong efek GH dan IGF-1 pada
sintesis protein struktural baru dan pada pertumbuhan tulang. Anak dengan defisiensi
tiroid mengalami hambatan pertumbuhan yang dapat dipulihkan dengan terapi sulih
tiroid. Namun, tidak seperti kelebihan GH, kelebihan hormone tiroid tidak
menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan.
Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf, khususnya
SSP, suatu efek yang terganggu pada anak dengan defisiensi tiroid sejak lahir. Hormon
tiroid juga esensial untuk aktivitas normal pada orang dewasa.

(Fisiologi Manusia: dari sel ke system. Ed 11, 2016)


LO.2.5 Menjelaskan Fungsi Iodium
Penyerapan Iodida dari darah oleh simporter Na/I (NIS) pada membran sel basal lateral dari
tirosit yang memungkinkan 30 kali pemekakan iodida makanan pada jaringan tiroid relatif
terhadap plasma. Penurunan kadar iodida yang beredar memicu sintesis NIS meningkatkan
penyerapan iodida, dan menggantikan konsentrasi plasma yang rendah. Suatu transporter
iodida/klorida apikal (juga disebut pendrin) memompa I- dari tirosit ke dalam koloid.

(Histologi Dasar Junqueira, Ed. 14, 2018)


Campuran baku untuk sintesis hormon tiroid adalah tirosin dan iodium, keduanya harus
diserap dari darah oleh sel folikel. Tirosin, suatu asam amino dibentuk dalam jumlah
memadai oleh tubuh sehingga bukan suatu zat esensial dalam makanan. Sebaiknya, iodium
yang dibutuhkan untuk sintesis hormon tiroid harus diperoleh dari makanan. Iodium (I)
dalam makanan harus direduksi menjadi iodida (I-) sebelum diserap oleh usus halus.

(Fisiologi Manusia: dari sel ke system. Ed 11, 2016)

14
LI.3 Mempelajari dan Memahami Gondok
LO.3.1 Menjelaskan Definisi Gondok
Goiter atau gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Goiter tejadi ketika TSH atau TSI
merangsang secara berlebihan kelenjar tiroid, dapat diketahui bahwa gondok dapat
menyertai hipotiroidisme adau hipertiroidisme tetapi keadaan ini tidak harus ada pada
kedua penyakit tersebut.
(Fisiologi Manusia: dari sel ke system. Ed 11, 2016)
Gondok didefinisikan sebagai pembesaran kelenjar tiroid sebesar 4 - 5 kali dari kelenjar
normal pada prakteknya lobus tiroid lebih besar dari palang terminal terakhir ibu jari
penderita.
Gondok endemik adalah pembesaran kelenjar tiroid yang diakibatkan oleh berbagai
macam penyebab terjadi di suatu daerah dengan prevalensi tertentu, biasanya dikaitkan
dengan lingkungan yang mengalami kekurangan yodium baik air minum atau tanah, jenis
mineral dalam nutrisi, atau zat yang goitrogenik dalam makanan. namun saat ini istilah
gondok endemik diubah menjadi gangguan akibat kekurangan yodium/ GAKI.
(Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi VI, 2014)
LO.3.2 Menjelaskan Etiologi Gondok
Faktor resiko penyakit gangguan tiroid:
 Umur: > 60 tahun beresiko hipotiroid/hipertiroid.
 Jenis kelamin: perempuan lebih beresiko terjadi gangguan tiroid.
 Genetik: faktor pencetus utama.
 Merokok: sebabkan kekurangan oksigen di otak dan nikotin di dalam rokok
memicu peningkatan reaksi inflamasi.
 Stres: berhubungan dengan antibodi terhadap antibodi TSH reseptor.
 Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan autoimun: faktor resiko
hipotiroidisme tiroiditis autoimun.
 Zat kontras yang mengandung iodium: memicu terjadinya hipertiroidisme.
 Obat-obatan: amiodaron, lithium karbonat, amonoglutethimide, interferon alfa,
thalidomide, betaroxine, stavudine.
 Lingkungan: kdar iodium kurang dalam air.
(Situasi dan analisis penyakit tiroid. Kemenkes 2015)

Disfungsi Tiroid Penyebab Konsentrasi Ada Goiter ?


Plasma Relevan
Hipotiroidisme Kegagalan primer kelenjar ↓ T3 dan T4, ↑ TSH Ya
tiroid
Sekunder karena ↓ T3 dan T4, ↓ TRH Tidak
kegagalan hipotlamus/ dan/atau ↓ TSH
hipofisis anterior
Kurangnya iodium dalam ↓ T3 dan T4, ↑ TSH Ya
makanan
Hipertiroidisme/ Adanya thyroid- ↑ T3 dan T4, ↓ TSH Ya
Tirotoksikosis stimulating

15
immunoglobulin (TSI)
(Penyakit Graves)
Sekunder karena sekresi ↑ T3 dan T4, ↑ TRH Ya
berlebihan hipotalamus dan/atau ↑ TSH
atau hipofisis anterior
Tumor tiroid dengan ↑ T3 dan T4, ↓ TSH Tidak
hipersekresi
(Fisiologi Manusia: dari sel ke system. Ed 11, 2016)

(Buku Ajar Patologi. 9th ed, 2013)


LO.3.3 Menjelaskan Kalsifikasi Gondok

A. Hipotiroidisme
Hipotiroid merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya sintesis hormon
yang rendah di dalam tubuh sehingga tubuh kekurangan hormon tiroid. Hormon
tiroid sangat diperlukan untuk kegiatan metabolisme sehingga kekurangan hormon
ini dapat menimbulkan tanda dan gejala sebagai akibat menurunnya kegiatan
metabolisme dalam tubuh.
(Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi VI, 2014)
Hipotiroidisme disebabkan oleh setiap gangguan struktur atau fungsi yang
mengganggu produksi hormon tiroid yang adekuat. Seperti pda kasus
hipertiroidisme, kelainan ini dibagi menjadi kelompok primer dan sekunder,
tergantung pada apakah hipotiroidisme muncul dari suatu normalitas intrinsik pada
tiroid ataukah dari penyakit hipotalamus atau hipofisis. Penyebab tersering
hipotiroidisme adalah defisiensi yodium dalam makanan dan autoimun. Defek
genetik yang mengganggu perkembangan tiroid itu sendiri (tiroid disgenesis) atau
sintesis hormon tiroid (struma dishormonogenetik) relatif jarang.
(Buku Ajar Patologi. 9th ed, 2013)
B. Hipertiroidisme
Tirotoksikosis adalah suatu keadaan hipermetabolik yang disebabkan oleh
meningkatnya kadar T3 dan T4 bebas yang beredar dalam sirkulasi. Oleh karena
keadaan ini paling sering disebabkan oleh hiperfungsi kelenjar tiroid, tirotoksikosis

16
sering disebut sebagai hipertiroidisme. Akan tetapi pada keadaan tertentu, jumlah
hormon tiroid yang berlebihan ini dapat berikatan dengan pelepasan hormon tiroid
pre-formed yang berlebihan (contoh, pada tiroiditis) atau berasal dari suatu sumber
ekstratiroid, bukan karena kelenjar yang hiperfungsi. Jadi, dapat dikatakan dengan
tegas bahwa hipertiroidisme hanya salah satu kelompok walaupun merupakan yang
paling sering dari tirotoksikosis. Ttelah jelas perbedaan keduanya, namun
pembahasan selanjutnya akan menggunakan istilah tirotoksikosis dan hipertiroidisme
secara bersamaan sesuai dengan pemahaman umum.
(Buku Ajar Patologi. 9th ed, 2013)
C. Tiroiditis
Tiroiditis atau radang kelenjar tiroid, meliputi suatu kelompok kelainan yang
beragam, ditandai oleh beberapa bentuk radang tiroid. Termasuk di dalamnya adalah
keadaan yang mengakibatkan radang mendadak dengan nyeri tiroid yang berat
(contoh tiroiditis, infeksiosa, tiroiditis granulomatosa [de Quervain], dan kelainan
lain dengan inflamasi yang relatif ringan dan gejala nya terutama disebabkan oleh
disfungsi tiroid (tiroiditis limfositik subakut [“tidak nyeri”] dan tiroiditis fibrosa
[Reidel]. Bagian ini akan membicarakan jenis tiroiditis yang lebih sering ditemukan
dan bermakna secara klinis :
1. Tiroiditis Hashimoto (atau Tiroiditis Limfositik Kronik) : Penyebab hipotiroidisme
yang paling sering ditemukan di tempat yang kadar yodium nya cukup. Penyakit ini
ditandai oleh kegagalan tiroid yang terjadi perlahan-lahan, sekunder terhadap
kerusakan kelenjar tiroid oleh reaksi autoimun. Penyakit ini ditemukan pada usia
antara 45 - 65 tahun dan lebih sering ditemukan pada wanita dibanding pria.
2. Tiroiditis Granulomatosa Subakut (de Quervain) : Dikenal sebagai tiroiditis [de
Quervain] lebih jarang ditemukan di bandingkan dengan penyakit tiroiditis
hashimoto. Tiroiditis ditemukan pada usia antara 30 dan 50 tahun lebih sering terkena
pada wanita dibanding pria. Tiroiditis subakut diyakini disebabkan oleh infeksi virus
atau oleh suatu proses inflamasi yang dipicu oleh infeksi virus.Sebagian besar pasien
memiliki riwayat infeksi pernafasan persis sebelum terjadinya tiroiditis.
3. Tiroiditis Limfositik Subakut : Juga dikenal sebagai tiroiditis tenang (silent) dan
tanpa nyeri pada sekelompok pasien. Onset penyakit timbul setelah kehamilan
(tiroiditis postparum). Penyakit ini sangat mungkin memiliki etiologi autoimun oleh
karena ditemukannya antibodi antitiroid di dalam darah. Sebagian besar pasien
penyakit ini sering mengenai wanita usia menengah yang menunjukkan masa tak
nyeri di leher atau dengan gejala kelebihan hormon tiroid. Keadaan ini dapat berlanjut
menjadi hipotiroidisme terkadang dapat ditemukan suatu pembesaran ringan yang
simetris.
4. Tiroiditis Fibrosa Atau Tiroiditis Riedel : Merupakan suatu kelainan yang jarang
dan tidak diketahui etiologinya, ditandai oleh fibrosis luas meliputi tiroid dan struktur
leher di sekitarnya. Pemeriksaan klinis menunjukkan massa tiroid yang keras dan
terfiksir. Adanya antibodi antitiroid yang beredar pada sebagian besar pasien
mengesankan suatu etiologi autoimun.
(Buku Ajar Patologi. 9th ed, 2013)

17
D. Penyakit Graves
Penyakit graves merupakan penyebab tersering hipertiroidisme endogen yang ditandai
oleh Trias : Tirotoksikosis, Oftalmopati, dan Dermopati. Penyakit graves merupakan
suatu kelainan autoimun yang disebabkan oleh autoantibodi terhadap reseptor TSH
yang bekerja menyerupai TSH dan mengaktifkan reseptor TSH pada sel epitelial
tiroid. Penyakit ini ditandai oleh hiperplasia dan hipertrofi folikel difus dan infiltrasi
limfosit, deposit glukosaminoglikan dan infiltrat limfoid merupakan penyebab
terjadinya Oftalmopati dan Dermopati.
(Buku Ajar Patologi. 9th ed, 2013)

LO.3.4 Menjelaskan Epidemiologi Gondok


Negara berkembang seperti Indonesia, gondok endemik masih merupakan masalah
kesehatan di masyarakat. Beberapa daerah di Jawa Tengah seperti Wonogiri,
Temanggung, Wonosobo akhir-akhir ini diberitakan oleh media massa sebagai kantong
endemis GAKI. Kasus pasien dengan gondok endemik dan Kretin endemik di desa
Lemahbang Wonogiri yang merupakan daerah kekurangan yodium. Banyak kasus
gondok endemik di berbagai daerah di Indonesia dan dunia terutama di daerah
pegunungan, kasus gondok endemik perlu untuk dibahas walaupun beberapa daerah atau
negara dinyatakan sebagai bebas kekurangan yodium.

Semenjak kekurangan yodium diketahui merupakan penyebab utama dari gondok


endemik, epidemiologi gondok endemik cukup banyak tergantung asupan yodium pada
populasi di tempat tersebut. Populasi setempat yang tergantung dengan produksi
makanan setempat, kadar iodium pada makanan akan rendah bila kekurangan yodium
dalam tanah dan air di lingkungan tersebut rendah juga. Sehingga timbul banyak gondok
endemik akibat kekurangan yodium, dengan perkecualian masyarakat yang cukup makan
hasil laut seafood yang kaya kandungan yodium.
Tanah yang sedikit kandungan yodium pada daerah pegunungan yang jauh dari laut dan
juga beresiko terjadinya erosi terutama yang berdekatan dengan sungai. Yodium terdapat
pada permukaan tanah yang merupakan endapan air hujan dari penguapan air laut yang
banyak mengandung yodium. Berjuta tahun yang lalu kikisan es pada zaman es akan
mengikis timbunan ini. Sehingga, di beberapa tempat bahan yodium berkurang akibatnya
tumbuhan dan air yang berasal dari daerah tersebut juga miskin yodium contohnya
pegunungan Andes, Alpen dan Irian Jaya karena pegunungan yang tinggi dan kemiringan
tanah yang curam, curah hujan yang tinggi akan membuat erosi tanah yang mengandung
yodium.

Kini banyak hal yang membuat erosi lapisan tanah yang mengandung yodium seperti
penggundulan hutan, terkikisnya tanah di daerah aliran sungai DAS, daerah pegunungan
kapu,r di mana tanahnya porous padahal yodium larut dalam air pada umumnya
prevalensi gondok endemik secara palpasi meningkat pada saat pubertas dan menurun
pada saat dewasa.

(Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi VI, 2014)

18
LO.3.5 Menjelaskan Patofisiologi Gondok

A. Patogenesis Gondok
Bahan pokok pembuat hormon tiroid adalah yodium yang terdapat di alam terutama
dari bahan makanan yang dari laut seperti rumput laut, ganggang laut, ikan laut, dan
sebagainya. Yodium sedikit dalam buah-buahan manusia memerlukan sedikit sekali
yodium dalam sehari-hari, tetapi harus dipenuhi secara teratur dan cukup. Hormon
tiroid amat vital bagi perkembangan dan pertumbuhan serta penyelenggaraan faal
normal sel dan jaringan tubuh.

Bagi orang yang kelenjar tiroid nya kurang efisien kebutuhan yodium agak lebih
banyak dari orang normal. Seandainya yodium tidak tersedia secara cukup maka
produksi hormon tiroid tidak mencukupi kebutuhan tubuh secara memadai. Sesuai
prinsip sistem umpan balik hipofisis-tiroid maka hipofisis akan mengetahui
kekurangan hormon tiroid sehingga hipofisis terangsang untuk mengeluarkan TSH
ke dalam aliran darah. Sebagai akibatnya kelenjar tiroid akan terpacu mengeluarkan
hormon tiroid untuk memenuhi kekurangan ini, pacuan yang lama akan membuat
kelenjar tiroid membesar dan terbentuklah gondok.

(Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi VI, 2014)


B. Patofisiologi
Dengan mengetahui aksis hipotalamus hipofisis tiroid dan kontrol umpan balik kita dapat
memperkirakan tipe disfungsi tiroid apa yang akan menyebabkan goiter :

A. Hipotiroidisme

Hipotiroidisme akibat kegagalan hipotalamus atau hipofisis anterior tidak akan


disertai oleh gondok karena kelenjar tiroid tidak dirangsang secara adekuat, apalagi
dirangsang secara berlebihan.

19
Pada hipotiroidisme yang disebabkan oleh kegagalan kelenjar tiroid atau kekurangan
iodium goiter, goiter terjadi karena kadar hormon tiroid dalam darah sedemikian
rendah sehingga tidak terjadi inhibisi umpan balik negatif di hipofisis anterior dan
hipotalamus dan karenanya sekresi TSH meningkat. TSH bekerja pada tiroid untuk
meningkatkan ukuran dan jumlah sel folikel dan untuk meningkatkan laju sekresi
mereka. Jika sel tiroid tidak dapat mengeluarkan hormon karena kurangnya enzim
esensial dan iodium berapapun jumlah TSH tidak akan mampu menginduksi sel-sel
ini untuk mengeluarkan T3 dan T4. Namun, tetap dapat menyebabkan hipertrofi dan
hiperplasia tiroid, dengan konsekuensi terjadinya pembesaran paradoks kelenjar yaitu
goiter meskipun produksi kelenjar tetap kurang.
B. Hipertiroidisme
Hipotalamus Hipofisis Tiroid
(menerima
TRH/TIH)

Kurang Lebih Pengeluaran TIH ReseptorTSH/TIH


(tiroid inhibiting merangsang kelenjar
hormon) tiroid

Kadar hormon Sekresi hormone Pengeluaran Pengeluaran


tiroid di tubuh tiroid ke pembuluh hormon hormon
darah dan jaringan tiroid tiroid
dihentikan (T3& T4)

Keterangan:
Panah hitam : umpan balik positif
Panah merah : umpan balik negative

Sekresi TSH berlebihan yang terjadi akibat defek hipotalamus atau hipofisis anterior
akan jelas disertai oleh goiter dan sekresi berlebihan T3 dan T4 akibat stimulasi
pertumbuhan tiroid yang berlebihan.
Pada penyakit graves terjadi goiter dengan hipersekresi karena TSI mendorong
pertumbuhan tiroid sekaligus meningkatkan sekresi hormon tiroid. Karena kadar T3
dan T4 yang tinggi menghambat hipofisis anterior, sekresi TSH itu sendiri menjadi
rendah.

20
Hipertiroidisme yang terjadi akibat aktivitas berlebihan tiroid tanpa adanya
overstimulasi, misalnya karena tumor tiroid yang tak terkendali, tidak disertai oleh
goiter. Sekresi spontan T3 dan T4 dalam jumlah berlebihan menekan TSH sehingga
tidak ada lagi Sinyal simulatorik yang mendorong pertumbuhan tiroid. (Meskipun
tidak terjadi goiter suatu tumor dapat menyebabkan pembesaran tiroid bergantung
pada sifat dan ukuran tumor.)
(Fisiologi Manusia: dari sel ke system. Ed 11, 2016)

LO.3.6 Menjelaskan Manifestasi Klinis Gondok

(Situasi dan analisis penyakit tiroid. Kemenkes 2015)

1. Gondok Endemik
Grade 0 : Tidak terlihat atau teraba gondok
Grade 1 : Gondok teraba tetapi tidak terlihat apabila leher dalam posisi normal.
Apabila ada nodul tetap masuk dalam grup ini meskipun secara keseluruhan tidak
membesar.
Grade 2 : Pembekakan di leher yang terlihat jelas dalam posisi normal. Dalam
palpasi tiroid memang membesar (membesar bila ukurannya lebih dari volume
falang terminal terakhir ibu jari yang diperiksa).

2. Hipotiroidisme
Gejala hipotiroidisme umumnya disebabkan oleh penurunan aktivitas metabolik
secara keseluruhan seorang pasien hipotiroidisme :
a. Mengalami penurunan laju metabolik basaL.
b. Memperlihatkan penurunan toleransi terhadap dingin (kurangnya efek kalorigenik).
c. Memiliki kecenderungan mengalami pertambahan berat badan berlebih
(pembakaran bahan bakar berlangsung lambat).
d. Mudah lelah produksi energi menurun.
e. Memiliki nadi yang lambat dan lemah akibat berkurangnya kecepatan dan kekuatan
kontraksi jantung dan berkurangnya curah jantung.

21
f. Memperlihatkan perlambatan refleks dan responsivitas metal karena efek pada
sistem saraf efek mental ditandai oleh berkurangnya kesigapan, berbicara perlahan,
dan penurunan daya ingat.
g. Kondisi yang mudah dikenali adalah edematosa akibat infiltrasi kulit oleh molekul-
molekul karbohidrat kompleks penahan air (glikosaminoglikan) yang produksinya
oleh sel jaringan penyambung biasanya ditekan oleh hormon tiroid
h. Gambaran sembab yang terjadi terutama di wajah, tangan, dan kaki dikenal sebagai
miksedema.
i. Pada orang yang hipotiroidisme sejak lahir timbul suatu keadaan yang dikenal
sebagai kretinisme karena kadar hormon tiroid yang memadai esensial untuk
pertumbuhan normal dan perkembangan sistem saraf pusat, kretinisme di ditandai
oleh tubuh dwarfisme dan retardasi mental serta gejala-gejala umum lain defisiensi
tiroid.

3. Hipertiroidisme
Gejala hipertiroidisme umumnya mengalami :
a. Peningkatan laju metabolisme basal.
b. Peningkatan produksi panas yang terjadi menyebabkan keringat berlebihan dan
intoleransi panas .
c. Berat badan tubuh biasanya turun karena tubuh menggunakan bahan bakar dengan
kecepatan abnormal cepat.
d. Terjadi penguraian neto simpanan karbohidrat lemak dan protein.
e. Berkurangnya protein otot yang terjadi menyebabkan kelemahan berbagai
kardiovaskuler berkaitan dengan hipotiroidisme baik oleh efek langsung hormon
tiroid maupun oleh interaksinya dengan ketokolamin.
f. Kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi dapat meningkat sedemikian besar
sehingga individu mengalami palpitasi (jantung berdebar-debar).
g. Efek pada sistem saraf pusat ditandai oleh peningkatan berlebihan kewaspadaan
mental sehingga ketika ketika pasien mudah tersinggung, tegang, cema,s dan sangat
emosional.

4. Penyakit Graves
Gambaran mencolok pada penyakit graves tetapi tidak dijumpai pada
hipertiroidisme jenis lain adalah Eksoftalmos (mata menonjol). Inflamasi dan
pembengkakan otot mata dan lemak di belakang mata di dalam orbita (rongga mata
di tulang tengkorak) mendorong bola mata ke depan sehingga mereka menonjol dari
tulang orbita, terkadang hingga ke titik ketika kelopak mata tidak dapat menutup
sempurna.
(Fisiologi Manusia: dari sel ke system. Ed 11, 2016)

22
LO.3.7 Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding

A. Diagnosis
Anamnesis
Penegakan diagnosis Hipotiroidisme dilakukan dengan melakukan beberapa pendekatan,
seperti :
 Melakukan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang timbul → gejala hipotiroid
timbul perlahan dan ga spesifik yang sebabkan kesulitan deteksi dini. Beberapa
keadaan atau penyakit lain bisa memberikan gejala yang sama dengan hipotiroid,
hanya hipotiroid berat gejala yang timbul lebih mudah dikenali.
 Riwayat penyakit dan keluarga →riwayat pengobatan kelenjar tiroid dengan obat,
tindakan bedah, ablasi I131, radiasi daerah leher atau mengkonsumsi obat seperti
amiodaron, interferon alfa, interleukin, dan lithium membantu meneggakkan
diagnosis hipotiroidisme serta riwayat keluarga yang punya kelainan tiroid.

Penegakan diagnosis Hipertiroidisme dilakukan dengan melakukan beberapa


pendekatan, seperti :
 Gambaran utama: tiroidal dan ekstratiroidal yang keduanya dapat juga tidak tampak.
Tiroidal dapat berupa goiter karena hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme
→ akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan.
 Gejala: hipermetabolisme dan aktivitas simpatis yang meningkat seperti pasien
mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat berlebih, berat badan menurun
sementara nafsu makan meningkat, palpitasi, takikardi, diare, dan kelemahan atau
atrofi otot. Manifestasi ekstratiroidal dapat ditemukan seperti oftalmopati dan
infiltrasi kulit lokal yang terbatas pada tungkai bawah biasanya.
 Pada anamnesis riwayat keluarga dan penyakit turunan, pada hipertiroid perlu juga
mengonfirmasi apakah ada riwayat keluarga yang memiliki penyakit yang sama atau
memiliki penyakit yang berhubungan dengan autoimun.

Pemeriksaan Fisik
Hipotiroid :

 Pembesaran kelenjar, kulit kering, edema pitting, menurunnya reflek tendon,


bradikardi, dan gejala lain bisa membantu meneggakan diagnosis hipotiroid. Hanya
pada keadaan awal hipotiroid dan hipotiroid ringan tanda-tanda fisik tidak
ditemukan.

Hipertiroid :

 Didapat: oftalmopati yang ditemukan pada 50-80% pasien yang ditandai dengan
mata melotot, fissura paplebra melebar, kedipan berkurang, lid lag (keterlambatan
kelopak mata dalam mengikuti gerakan mata) dan kegagalan konvergensi.
 Pada manifestasi tiroidal ditemukan : goiter difus, eksoftalmus, palpitasi, suhu badan
meningkat, dan tremor.

23
Pemeriksaan Penunjang
1) Pengukuran Kadar T4 dan TSHs

(Situasi dan analisis penyakit tiroid. Kemenkes 2015)


Pemeriksaan penunjang Hipotiroidisme :

Hipotiroid :
 Pemeriksaan penunjang lanjutan berupa laboratorium TSHs sangat rendah, T4/FT4/T3
tinggi, anemia normositik normokrom, limfositosis, hiperglikemia, enzim transaminase
hati meningkat, azotemia prerenal.
 EKG sinus takikardi atau fibrilasi atrial dengan respon ventricular cepat.
(Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi VI, 2014)
Hipertiroid :
 Pemeriksaan penunjang: membantu penegakkan diagnosis adalah pemeriksaan kadar
T4 dan T3, kadar T4 bebas atau FT41 (free thyroxine index), pemeriksaan antibodi
tiroid yang meliputi anti tiroglobulin dan antimikrosom, penguruan kadar TSH serum,
test penampungan yodium radiokatif (radioactive iodine uptake) dan pemeriksaan
sidikan tiroid (thyroid scanning).
 Gold Standard Diagnosis: pemeriksaan serum TSH dan FT4.

24
2) Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH)
 Langkah diagnostik awal pengelolaan nodul tiroid.
 Ketepatan diagnostik BAJAH berkisar 70-80%, dengan hasil negatif palsu keganasan
1-6%.
 Ketepatan diagnostik BAJAH meningkat jika sebelum biopsi dilakukan penyidikan
isotopik atau USG.
 Sidik tiroid perlu untuk menyingkirkan nodul tiroid otonom dan nodul fungsional
hiperplastik. Sedangkan, USG perlu untuk membedakan nodul kistik dari padat dan
menentukan ukuran nodul, serta menuntun biopsi.
 Teknik BAJAH aman, murah, dapat dipercaya, dapat dilakukan pada pasien rawat jalan
dengan resiko sangat kecil.
 Dengan BAJAH bisa kurangin tindakan bedah sampai 50% kasus nodul tiroid, dan
meningkatkan ketepatan kasus keganasan pada tiroidektomi.
 Hasil sitologi BAJAH dikelompokkan menjadi: jinak (negatif), curiga (indeterminate),
atau ganas (positif).

3) USG
 Memberikan informasi morfologi
kelenjar tiroid dan menentukan ukuran serta
volume kelenjar tiroid. Juga bisa membedakan
apakah nodul tersebut bersifat kistik, padat atau
campuran kistik-padat.
 USG juga sebagai penuntun biopsi.
 Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis
dengan USG: kista, adenoma, dan kemungkinan
karsinoma.

4) Sidik Tiroid
 Pencitraan isotopik memberikan gambaran morfologi fungsional → hasilnya refleksi
fungsi jaringan tiroid.
 Berdasarkan distribusi radioaktivitas dapat dilihat:
 Distribusi difus-rata di kedua lobi (normal).
 Distribusi kurang/tidak menangkap radioaktivitas pada suatu area/nodul → nodul
dingin (cold nodule).
 Penangkapan radioaktivitas pada suatu area/nodul lebih tinggi dari jaringan sekitarnya
→ nodul panas (hot nodule).
 Penangkapan radioaktivitas pada suatu daerah/nodul sedikit meninggi/hampir sama
dengan daerah sekitarnya → nodul hangat (warm nodule/area). Disebabkan oleh
hiperplasia jaringan tiroid fungsional di daerah tersebut.
 Sidik tiroid dilakukan: untuk mengetahui apakah suatu nodul tiroid menangkap
radioaktivitas atau ga, mendeteksi tiroid aberan (misalnya tiroid lingual atau
substernal), mendeteksi jaringan tiroid sisa pasca tiroidektomi atau metastase
fungsional dari karsinoma tiroid berdiferensiasi.

25
5) MRI atau CT scan
untuk mengetahui posisi anatomi dari nodul atau jaringan tiroid terhadap organ sekitar
seperti diagnosis struma sub-sternal dan kompresi trakea karna nodul.
(Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi VI, 2014)

B. Diagnosis Banding
 Hipotiroid

Mongolisme, dimana terdapat epikantus, makroglosi, retardasi motorik dan mental,


”Kariotyping”, trisomi 21, dan tanpa miksedema.

 Hipertiroid

Ansietas neurosis, gangguan jantung, anemia, penyakit saluran pencernaan,


tuberculosis, myasthenia, kelainan muscular, sindroma menopause, pheocromositoma,
primary ophthalmophaty sangatlah sulit dibadakan dengan penyakit hipertiroid, apalagi
pada pasien dengan pembesaran kelenjar tiroid yang minimal, pasien dapat merasakan
nyeri pada saat tiroid melepaskan hormon tiroid. Pada kondisi ini dapat sembuh dengan
sendirinya atau dengan obat anti tiroid, pengobatan dengan tindakan bedah dan radio
aktif iodine tidaklah diperlukan.
Ansietas neurosis → gejala yang sulit dibedakan dengan hipertiroid. Pada ansietas
biasanya fatique tidak hilang pada istirahat, telapak tangan berkeringat, denyut jantung
pada waktu tidur normal, dan tes lab fungsi tiroid normal.
Jika pada penderita hipertiroid fatique dapat hilang pada saat istirahat, telapak tangan
hangat dan berkeringat, takikardia pada waktu tidur, dan tes fungsi tiroid abnormal.
Penyakit organic nontiroid juga sulit dibedakan dengan hipertiroidism, harus dibedakan
secara garis besar dari kejadian-kejadian yang spesifik pada system organ yang terlibat,
dan juga dengan tes fungsi tiroid.
Gejala-gejala seperti exophthalmus atau ophthalmoplegia harus diperiksa oleh
ophthalmologic, USG, CT scan, MRI scan, dan pemeriksaan neurologis.
 Struma
Tumor lain di mediastinum anterior seperti timoma, limfoma, tumor dermoid dan
keganasan paru.

26
LO.3.8 Menjelaskan Tatalaksana Gondok

A. Farmako
1) Terapi supresi dengan I-tiroksin

Terapi supresi dengan hormone thyroid (levotiroksin) merupakan pilihan yang paling
sering dan mudah dilakukan.terapi supresi dapat menghambat pertumbuhan nodul serta
mungkin bermamfaat pada nodul yang kecil. Tetapi tidak semua ahli setuju melakukan
terapi supresi secara rutin, karena hanya sekitar 20% nodul yang reponsif. Bila kadar TSH
sudah dalam keadaan tersupresi, terapi supresi dengan I-tiroksin tidak diberikan. Terapi
supresi dilakukan dengan memberikan I-tiroksin dalam dosis supresi dengan sasaran kadar
TSH sekitar 0,1-0,3 mlu/ml. Biasanya diberikan selama 6-12 bulan, dan bila dalam waktu
tersebut nodul tidak mengecil atau bertambah besar perlu dilakukan biopsy ulang atau
disarankan operasi. Bila setelah satu tahun nodul mengecil, terapi supresi dapat
dilanjutkan, pada pasien tertentu terapi supresi hormonal dapat diberikan seumur hidup,
walaupun belum diketahui pasti mamfaat terapi supresi jangka panjang tersebut.
Yang perlu di waspadai adalah terapi supresi hormonal jangka panjang yang dapat
menimbulkan keadaan hiperthyroidisme subklinik dengan efek samping berupa osteopeni
atau gangguan pada jantung. Terapi supresi hormonal tidak akan menimbulkan osteopeni
pada pria atau wanita yang masih dalam usia produktif namun dapat memicu terjadinya
osteoporosis pada wanita pasca-monopause walaupun ternyata tidak selalu disertai
peningkatan kejadian fraktur.

2) Suntikan etanol perkutan

Penyuntikan etanol pada jaringan thyroid akan menyebabkan dehidrasi seluler,


denaturasi protein, dan nekrosis pada jaringan thyroid dan infark hemoragik akibat
trombosis vascular, akan terjadi juga penurunan aktivitas enzim pada sel-sel yang masih
viable yang mengelilingi jaringan nekrotik. Nodul akan dikelilingi oleh reaksi
granulomatosa dengan multinucleated giant cell, dan kemudian secara bertahap jaringan
thyroid diganti dengan jaringan parut granulomatosa.
Terapi sklerosing dengan etanol dilakukan pada nodul jinak padat atau kistik dengan
menyuntikkan larutan etanol (alcohol) tidak banyak senter yang melakukan hal ini secar
rutin karena tingkat keberhasilannya tidak begitu tinggi, dalam 6 bulan ukuran nodul bisa
berkurang sebesar 45%. Di samping itudapat terjadi efek samping yang serius terutama
bila dilakukan oleh operator yang tidak berpengalaman. Efek samping yang mungkin
terjadi adalah rasa nyeri yang hebat, renbesan (leakage) alcohol kejaringan ekstrathyroid,
juga ada resiko tirotoksikosis dan poralisi pita suara.

3) Terapi iodium radioaktif

Terapi dengan iodium radioaktif (I-131) dilakukan pada nodulthyroid autonom atau
nodul panas (fungsional) baik dalam keadaan eutiroid maupun hyperthyroid. Tetapi
iodium radioaktif juga dapat diberikan pada struma multinodosa non-toksik terutama bagi
pasien yang tidak bersedia di operasi atau mempunyai resiko tinggi untuk operasi. Iodium
radioaktif dapat mengurangi volume modul thyroid dan memperbaiki keluhan dan gejala
penekanan pada sebagian besar pasien. Yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan
terjadinya thyroiditis radiasi (jarang) dan disfungsi thyroid pasca-radiasi seperti
hiperthyroidisme selintas dan hipothyroidisme.

27
4) Terapi laser interstisial denagn tuntunan ultrasonografi.

Nodul thyroid dengan laser masih dalam tahap eksperimantal. Dengan menggunakan
“low power laser energy”, energi termik yang diberikan dapat mengakibatkan nekrosis
nodul tanpa atau sedikit sekali kerusakna pada jaringan sekitarnya. Suatu studi tentang
terapi laser yang dilakukan oleh Dossing dkk (2005) pada 30 pasien dengan nodul padat-
dingin soliter jinak (benign solitary solid-cold nodule) mendapatkan hasil sebagai berikut:
pengecilan volumenodul sebesar 44% (median) yang berkorelasi denganpenurunan gejala
penekanandan keluhan kosmetik, sedangkan pada kelompok control ditemukan
peningkatan volume nodul yang tidak signifikan sebesar 7% (median) setelah 6 bulan.
Tidak ditemukan efek samping yang berati. Tidak ada korelasi antara deposit energi termal
dengan penguirangan volume nodul serta tidak ada perubahan pada fungsi thyroid.

5) Obat Anti Tiroid

Obat antitiroid
Indikasi :
 Merupakan lini pertama terapi hipertiroid
 Memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada pasien
muda dengan hipertiroid.
 Mengontrol tirotoksikosis sebelum pengobatan, atau sesudah pengobatan pada
pasien yang mendapat yodium radioaktif.
 Persiapan tiroidektomi
 Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
 Pasien dengan krisis tiroid : hipermetabolik berlebihan, flushing, gg. GIT, gagal
jantung, panas, takikardia

Obat antitiroid yang sering digunakan:


Obat Dosis awal(mg/hari) Pemeliharaan(mg/hari)
Karbimazol 30-60 5-20
Metimazol 30-60 5-20
Propiltiourasil 30-60 5-20
a. Propiltiourasil (PTU)
Mekanisme kerja: menghambat iodinasi tiroglobulin menjadi T3 dan T4
serta menghambat konversi T4 menjadi T3 di jaringan perifer. Masa kerja
pendek sehingga diminum tiap 8 jam
b. Metimazol
Mekanisme kerja: menghambat iodinasi tiroglobulin menjadi T3 dan T4
sehingga diharapkan kadar hormon tiroid dalam plasma akan turun. Masa
kerja panjang karena itu diminum 1-2x sehari.

Lama terapi dengan obat-obat antitiroid pada penyakit Graves cukup bervariasi dan
dapat berkisar dari 6 bulan sampai 20 tahun. Remisi yang dipertahankan dapat
diramalkan pada 80% pasien-pasien yang diterapi dengan karakteristik:
 kelenjar tiroid kembali normal ukurannya
 pasien dapat dikontrol dengan obat antitiroid dosis kecil
 TSH R Ab tidak terdeteksi dalam serum
 jika kelenjar tiroid kembali secara normal bisa disupresi liotironin

28
Monitoring T3 dilakukan selama terapi.Sering ditemui kondisi Relaps yaitu pasien
yang sudah berhenti minum antitiroid kemudian dalam 1 tahun kembali hipertiroid lagi.
Biasanya pasien ini akan diterapi antitiroid lagi atau iodium radioaktif dengan
antitiroid.
Efek samping: rash (beri antihistamin), agranulositosis, ikterus kolestastik, edema
angioneurotik, hepatotoksik dan artralgia akut (hentikan terapi, ganti terapi lain seperti
terapi radioaktif atau bedah

B. Operasi Pembedahan
Melalui tindakan bedah dapat dilakukan dekompresi terhadap jaringan vital disekitar
nodul disamping dapat diperoleh specimen untuk pemeriksaan patologi.
Hemithyroidektomi dapat dilakukan pada nodul jinak, sedanmgkan berapa luas
thyroidektomi yang akan dilakukan pada nodul ganas tergantung pada jenis histology
dan tingkat resiko prognostic. Hal yang perlu diperhatiakn adalah pengulit seperti
perdarahan pasca-pembedahan, obstruksi trachea pasca-pembedahan, gangguan pada
nervus rekurens laringeus, hipoparathyroiidi, hypothyroid atau nodul kambuh.untuk
menekan kejadian penyulit tersebut, pembedahan hendaknya dilakukan oleh ahli bedah
yang berpengalamn dalam bidangnya.

Untuk menghapus kelenjar tiroid,


sayatan dibuat di bagian depan
leher (A). Otot dan jaringan
penghubung, atau fasia, dibagi
(B). Pembuluh darah dan arteri
atas dan di bawah tiroid adalah
putus (C), dan kelenjar akan
dihapus dalam dua bagian
(D). Jaringan dan otot diperbaiki
sebelum irisan kulit ditutup (E).

Indikasi:
1. Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat
antitiroid.
2. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis
besar
3. Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif
4. Adenoma toksik atau struma multinodular toksik
5. Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
6. Multinodular
Komplikasi Tiroidektomi
a. Perdarahan.
b. Masalah terbukanya vena besar dan menyebabkan embolisme udara.
c. Trauma pada nervus laryngeus recurrens.

29
d. Memaksa sekresi glandula ini dalam jumlah abnormal ke dalam sirkulasi dengan
tekanan.
e. Sepsis yang meluas ke mediastinum.
f. Hipotiroidisme pasca bedah akibat terangkatnya kelenjar para tiroid.
g. Trakeumalasia (melunaknya trakea).
Trakea mempunyai rangka tulang rawan. Bila tiroid demikian besar dan menekan
trakea, tulang-tulang rawan akan melunak dan tiroid tersebut menjadi kerangka bagian
trakea.

LO.3.9 Menjelaskan Komplikasi Gondok


Hipotiroid
1. Koma miksedema
 Koma miksedema adalah stadium akhir dari hipotiroidisme yang tidak diobati.
 Ditandai oleh kelemahan progresif, stupor, hipotermia, hipoventilasi, hipoglisemia,
hiponatremia, intoksikasi air, syok dan meninggal.
 Dihubungkan dengan peningkatan penggunaan radioiodin untuk terapi penyakit
Graves, dengan akibat hipotiroidisme permanen
 Pemeriksaan menunjukkan bradikardi dari hipotermia berat dengan suhu tubuh
mencapai 24° C (75° F).
 Pasien biasanya wanita tua gemuk dengan kulit kekuning-kuningan, suara parau,
lidah besar, rambut tipis, mata membengkak, ileus dan refleks-refleks melambat.
 Mungkin ada tanda-tanda penyakit-penyakit lain seperti pneumonia infark miokard,
trombosis serebral atau perdarahan gastrointestinal.
 Petunjuk laboratorium dari diagnosis koma miksedema, termasuk serum
"lactescent", karotin serum yang tinggi, kolesterol serum yang meningkat, dan
protein cairan erebrospinalis yang meningkat. Efusi pleural, perikardial atau
abdominal dengan kandungan protein tinggi bisa juga didapatkan.
 Tes serum akan menunjukkan FT4 yang rendah dan biasanya TSH yang sangat
meningkat.
 Asupan iodin radioaktif tiroid adalah rendah dan antibodi antitiroid biasanya positif
kuat, menunjukkan dasar tiroiditis EKG menunjukkan sinus bradikardi dan
tegangan rendah.
 Patofisiologi koma miksedema menyangkut 3 aspek utama :
a. Retensi CO2 dan hipoksia
b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
c. Hipotermia.

2. Miksedema dan Penyakit Jantung


Dahulu, terapi pasien dengan miksedema dan penyakit jantung, khususnya penyakit
arteri koronaria, sangat sukar karena penggantian levotiroksin seringkali dihubungkan
dengan eksaserbasi angina, gagal jantung, infark miokard. Namun karena sudah ada
angioplasti koronaria dan bypass arteri koronaria, pasien dengan miksedema dan
penyakit arteri koronaria dapat diterapi secara operatif dan terapi penggantian tiroksin
yang lebih cepat dapat ditolerir.

3. Hipotiroidisme dan Penyakit Neuropsikiatrik :


Hipotiroidisme sering disertai depresi, yang mungkin cukup parah. Lebih jarang lagi,
pasien dapat mengalami kebingungan, paranoid, atau bahkan maniak ("myxedema

30
madness"). Pasien memberikan respons terhadap terapi tunggal levotrioksin atau
dikombinasi dengan obat-obat psikofarmakologik. Efektivitas terapi pada pasien
hipotiroid yang terganggu meningkatkan hipotesis bahwa penambahan T3 atau T4 pada
regimen psikoterapeutik untuk pasien depresi, mungkin membantu pasien tanpa
memperlihatkan penyakit tiroid. Penelitian lebih jauh harus dilakukan untuk
menegakkan konsep ini sebagai terapi standar.

Hipertiroid
1. Penyakit jantung tiroid (PJT) .
Diagnosis ditegakkan bila terdapat tanda-tanda dekompensasi jantung (sesak, edem
dll), hipertiroid dan pada pemeriksaan EKG maupun fisik didapatkan adanya atrium
fibrilasi.
2. Krisis Tiroid (Thyroid Storm).
Merupakan suatu keadaan akut berat yang dialami oleh penderita tiritoksikosis (life-
threatening severity). Biasanya dipicu oleh faktor stress (infeksi berat, operasi dll).
Gejala klinik yang khas adalah hiperpireksia, mengamuk dan tanda tanda-tanda
hipertiroid berat yang terjadi secara tiba-tiba (adanya panas badan, delirium, takikardi,
dehidrasi berat dan dapat dicetuskan oleh antara lain : infeksi dan tindakan
pembedahan). Prinsip pengelolaan hampir sama, yakni mengendalikan tirotoksikosis
dan mengatasi komplikasi yang terjadi.
3. Periodic paralysis thyrotocsicosis ( PPT).
Terjadinya kelumpuhan secara tiba-tiba pada penderita hipertiroid dan biasanya hanya
bersifat sementara. Dasar terjadinya komplikasi ini adalah adanya hipokalemi akibat
kalium terlalu anyak masuk kedalam sel otot. Itulah sebabnya keluhan PPT umumnya
terjadi setelah penderita makan (karbohidrat), oleh karena glukosa akan dimasukkan
kedalam selh oleh insulin bersama-sama dengan kalium (K channel ATP-ase).
LO.3.10 Menjelaskan Pencegahan Gondok
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari
berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya struma adalah:
a. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku
makan dan memasyarakatkan pemakaian garam yodium
b. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut
c. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah
dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk
menghindari hilangnya yodium dari makanan
d. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini
memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena
dapat terjangkau daerah luas dan terpencil.Iodisasi dilakukan dengan yodida
diberikan dalam saluran air dalam pipa, yodida yang diberikan dalam air
yang mengalir, dan penambahan yodida dalam sediaan air minum.
e. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di daerah
endemik berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya adalah semua
pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan

31
menyusui yang tinggal di daerah endemis berat dan endemis sedang.Dosis
pemberiannya bervariasi sesuai umur dan kelamin.
f. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3
tahun sekali dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc
dan untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.
2. Pencegahan Sekunder adalah upaya mendeteksi secara dini suatu penyakit,
mengupayakan orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit
3. Pencegahan tersier bertujuan untuk mengembalikan fungsi mental, fisik dan sosial
penderita setelah proses penyakitnya dihentikan. Upaya yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Setelah pengobatan diperlukan kontrol teratur/berkala untuk memastikan dan
mendeteksi adanya kekambuhan atau penyebaran.
b. Menekan munculnya komplikasi dan kecacatan
c. Melakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya diri, fisik segar
dan bugar serta keluarga dan masyarakat dapat menerima kehadirannya melalui
melakukan fisioterapi yaitu dengan rehabilitasi fisik, psikoterapi yaitu dengan
rehabilitasi kejiwaan, sosial terapi yaitu dengan rehabilitasi sosial dan
rehabilitasi aesthesis yaitu yang berhubungan dengan kecantikan.

LO.3.11 Menjelaskan Prognosis Gondok


Prognosis kekurangan yodium yang belum timbul GAKI adalah baik bila dilakukan
eradikasi secara cepat dan tepat. Bila sudah timbul banyak gondok endemik dan kretin
endemik maka prognosis kurang baik. Usaha yang paling tepat adalah pencegahan
GAKI dengan eradikasi.
(Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi VI, 2014)
HIPOTIROID
Perjalanan miksedema yang tidak diobati menyebabkan penurunan keadaan secara
lambat yang akhirnya menjadi koma miksedema dan kematian. Namun, denganterapi
sesuai, prognosis jangka panjang sangat menggembirakan. Karena waktu paruh tiroksin
yang panjang (7 hari), diperlukan waktu untuk mencapai keseimbangan pada suatu dosis
yang tetap. Jadi, perlu untuk memantau FT4 atau FT4I dan kadar TSH setiap 4-6 minggu
sampai suatu keseimbangan normal tercapai. Setelah itu, FT4 dan TSH dapat dipantau
sekali setahun. Dosis T4 harus ditingkatkan kira-kira 25% selama kehamilan dan laktasi.
Pasien lebih tua memetabolisir T4 lebih lambat, dan dosis akan diturunkan sesuai dengan
umur.
Pada suatu waktu angka mortalitas koma miksedema mencapai kira-kira80%. Prognosis
telah sangat membaik dengan diketahuinya pentingnya respirasi yang dibantu secara
mekanis dan penggunaan levotiroksin intravena. Pada saat ini, hasilnya mungkin
tergantung pada seberapa baiknya masalah penyakit dasar dapat dikelola.

HIPERTIROID
Secara umum, perjalanan penyakit Graves ditandai oleh remisi dan eksaserbasi jangka
lama kecuali bila kelenjar dirusak melalui pembedahan atau iodin radioaktif. Walaupun
beberapa pasien bisa tetap eutiroid untuk jangka waktu lama setelah terapi, banyak yang
akhirnya menjadi hipotiroidisme. Jadi, follow-up seumur hidup merupakan indikasi
untuk semua pasien dengan penyakit Graves.

32
LI.4 Mempelajari dan Memahami Cara Mengatasi Kecemasan saat Operasi Menurut
Pandangan Islam
Kecemasan seringkali merampas kenikmatan dan kenyamanan hidupnya, serta membuat
mereka selalu gelisah dan tidak bisa tidur lelap sepanjang malam. Ada beberapa hal yang
selalu menyebabkan situasi tersebut terjadi di antaranya :

1. Lemahnya keimanan dan kepercayaan terhadap Allah SWT.


2. Kurangnya tawakkal mereka terhadap Allah SWT.
3. Terlalu sering memikirkan kejayaan masa depannya dan apa yang akan terjadi kelak
dengan pola pikir dan cara pandang yang negative terhadap dunia dan seisinya.
4. Rendahnya permohonan mereka tentang tujuan dari penciptaan mereka.
5. Selalu tergantung pada diri sendiri dan sesama manusia lain dalam urusan di dunia,
sehingga lupa menggantungkan hidupnya kepada Allah SWT.
6. Mudah dipengaruhi oleh hawa nafsu ketamakan, keserakahan, ambisi, keegoisan yang
berlebihan.
7. Meyakini bahwa keberhasilan berada di tangan manusia sendiri atau ditentukan oleh
usahanya sendiri.

Akan tetapi, sesungguhnya manusia tidak dilahirkan dengan penuh ketakutan ataupun
kecemasan. Pada dasarnya ketakutan dan kecemasan hadir karena adanya luapan emosi
yang berlebihan. Selain itu, keduanya hadir karena adanya faktor lingkungan yang
menyertainya, misalnya sekolah, keluarga, dan sosial (pekerjaan dan budaya masyarakat).
Surah Al-Baqarah, Ayat 112 :

“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan wajahnya kepada Allah, sedang
ia muhsin, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut menimpa
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.

5. Tawakal Kepada Allah


Terlepas ada yang bisa dilakukan atau tidak, tawakal akan mengurangi kecemasan. Kita
yakin, bahwa apa yang akan terjadi adalah ketentuan Allah dan Allah pasti memberikan
yang terbaik bagi kita. Untuk itu, serahkan semuanya kepada Allah, mintalah bantuan,
pertolongam, dan bimbingan Allah agar kita menemukan solusi, mampu menghadapi
yang kita cemaskan, dan lebih baik lagi jika terhindar dari apa yang kita cemaskan.
6. Tadabbur Al-Qur’an
7. Berdzikir
8. Selalu berpikir bahwa apa yang terjadi, adalah yang terbaik bagi kita.

Qur’an Surah Al Baqarah, Ayat 216 :


33
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu
tidak Mengetahui.”

Bisa jadi, kita memang tidak suka dengan rasanya, padahal itu yang terbaik bagi kita.
Sebagai contoh kehilangan uang memang pahit, apalagi dalam jumlah yang besar. Kita tidak
suka, padahal bisa jadi Allah sudah punya rencana yang lebih baik dibalik kehilangan uang
tersebut. Kita hanya tidak mengetahui dan tidak menyadarinya. Kadang, kesadaran akan
manfaatnya kita ketahui belakangan.
Masalahnya banyak orang yang menolak ini. Mereka lebih memilih mendapatkan
keinginan dia (hawa nafsu) ketimbang pilihan Allah yang pastinya jauh lebih baik. Ini
tentang keimanan, apakah anda yakin Allah memberikan yang terbaik atau tidak. Jika yakin,
maka insya Allah, kecemasan itu akan hilang.
Cari pilihan ikhtiar yang optimal saat merasa panik karena kecemasan berlebihan,
sering kali pikiran menjadi buntu. Kita tidak bisa memikirkan apa yang harus kita lakukan.
Paling gawat saat kita memilih solusi jalan pintas yang akan disesali bahkan tidak sesuai
dengan ajaran agama. Dengan dua sikap diatas, yaitu yakin bahwa Allah akan memberikan
terbaik dan kita menyerahkan sepenuhnya kepada Allah, insya Allah kita akan lebih tenang
dan bisa berpikir lebih jernih.

34
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Rudijanto. 2014. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I1 edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.

Dimas. P, dkk. 2018. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi IV. Jakarta : Media Aesculapius.

Dorland, 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta:EGC.


Dr. H. Achmad Sofwan, Mkes, PA dan Dr. Aryenti, MSc. Diktat anatomi endokrin. Jakarta FK
YARSI 2019.
Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi DiFiore. Ed 11. Jakarta : EGC
Jurnal infodatin. Situasi dan analisis penyakit tiroid. Kemenkes 2015.
Kumar, V., S. Cotran, R. and L. Robbins, S. (2013). Buku Ajar Patologi. 9th ed. EGC.
Mescher, L. 2018. Histologi Dasar Junqueira. Edisi 14. Jakarta : ECG.
Paulsen. F, J. Waschke. 2010. “Atlas anatomi manusia Sobotta Jilid 3 Edisi 23”. EGC. Jakarta.

35

Anda mungkin juga menyukai