Anda di halaman 1dari 39

MAR

27

kebijakan pemerintah dalam ekonomi indonesia

Berbagai Kebijakan Pemerintah dalam Perekonomian Indonesia

jika kita berbicara tentang perekonomian Indonesia, yang akan terpikir di benak kita adalah tentang
kondisi dan keadaan ekonomi di Indonesia. Kondisi perekonomian Indonesia dapat diukur dengan
menggunakan beberapa indikator, misalnya pendapatan nasional dan Produk Domestik Bruto (PDB).
pendapatan nasional dan PDB yang tinggi menandakan kondisi perekonomian suatu negara sedang
bergairah.

pemerintah mempunyai berbagai kebijakan untuk menjaga atau memperbaiki kualitas perekonomian
Indonesia.

yang pertama adalah kebijakan fiskal. kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang berkaitan dengan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

kebijakan fiskal mempunyai berbagai bentuk. salah satu bentuk kebijakan fiskal yang sedang marak
adalah BLT. banyak orang melihat BLT hanya bantuan kepada orang yang kurang mampu. sebenarnya di
balik itu ada tujuan khusus dari pemerintah. BLT diharapkan mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat. dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, daya beli masyarakat juga meningkat.
dengan demikian permintaan dari masyarakat juga meningkat. meningkatnya permintaan dari
masyarakat akan mendorong produksi yang pada akhirnya akan memperbaiki kondisi perekonomian
Indonesia.

contoh lain dari kebijakan fiskal adalah proyek-proyek yang diadakan oleh pemerintah. katakanlah
pemerintah mengadakan proyek membangun jalan raya. dalam proyek ini pemerintah membutuhkan
buruh dan pekerja lain untuk menyelesaikannya. dengan kata lain proyek ini menyerap SDM sebagai
tenaga kerja. hal ini membuat pendapatan orang yang bekerja di situ bertambah. dengan bertambahnya
pendapatan mereka akan terjadi efek yang sama dengan BLT tadi.

kebijakan fiskal juga dapat berupa kostumisasi APBN oleh pemerintah. misalnya dengan deficit financing.
defcit financing adalah anggaran dengan menetapkan pengeluaran > penerimaan. deficit financing dapat
dilakukan dengan berbagai cara. dahulu pemerintahan Bung Karno pernah menerapkannya dengan cara
memperbanyak utang dengan meminjam dari Bank Indonesia. yang terjadi kemudian adalah inflasi
besar-besaran (hyper inflation) karena uang yang beredar di masyarakat sangat banyak. untuk menutup
anggaran yang defisit dipinjamlah uang dari rakyat. sayangnya, rakyat tidak mempunyai cukup uang
untuk memberi pinjaman pada pemerintah. akhirnya, pemerintah terpaksa meminjam uang dari luar
negeri.

tidak hanya Indonesia, tetapi Amerika Serikat juga pernah menerapkan deficit financing dengan
mengadakan suatu proyek. proyek tersebut adalah normalisasi sungan Mississipi dengan nama Tenesse
Valley Project. proyek ini dimaksudkan agar tidak terjadi banjir. proyek ini adalah contoh proyek yang
menerapkan prinsip padat karya. dengan adanya proyek ini pengeluaran pemerintah memang
bertambah, tetapi pendapatan masyarakat juga naik. pada akhirnya hal ini akan mendorong kegiatan
ekonomi agar menjadi bergairah.

mari kita mengingat sedikit kejadian pada akhir tahun 1997 saat terjadi krisis moneter di Indonesia. pada
saat itu nasabah berduyun-duyun mengambil uang di bank (fenomena bank rush) karena takut bank
tidak mempunyai dana yang cukup untuk mengembalikan tabungan mereka. untuk mengatasi masalah
ini bank-bank umum diberi pinjaman dari Bank Indonesia yang disebut Bantuan Langsung Bank
Indonesia (BLBI).

pada saat itu memang seluruh tabungan dijamin oleh pemerintah, maka dari itu pemerintah juga harus
mengambil tindakan saat terjadi fenomena tadi.

seharusnya saat suatu perusahaan (termasuk bank umum) kekurangan modal pemilik harus menambah
modalnya pada perusahaan tersebut. ini berlaku pada umum dan pemerintah. jika pemerintah
kekurangan dana, pemerintah bisa menambah dana dengan menjual saham yang dimiliki pemerintah.
perlu diingat, ada beberapa perusahaan yang sahamnya dimiliki pemerintah.

kebijakan yang kedua adalah kebijakan moneter. kebijakan moneter adalah kebijakan dengan sasaran
mempengaruhi jumlah uang yang beredar. jumlah uang yang beredar dapat dipengaruhi oleh Bank
Indonesia. selain dengan langsung menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar, mengatur
jumlah uang yang beredar juga bisa menggunakan BI Rate. BI rate adalah instrumen dari pemerintah
untuk acuan seberapa besar bunga simpanan jangka pendek, misalnya Surat Berharga Indonesia.
biasanya bank-bank umum akan menaikkan atau menurunkan suku bunganya seiring dengan naik atau
turunnya BI Rate. maka dari itu, saat BI Rate diturunkan, suku bunga kredit juga turun, sehingga biaya
investasi ikut turun. dari sini, diharapkan investasi meningkat.

(kapitalis banget…)

kebijakan moneter juga mengatur tentang giro wajib minimum, yaitu jumlah simpanan bank umum di
Bank Indonesia yang merupakan sebagian dari titipan pihak ketiga. saat ini giro wajib minimum sebesar 8
% dari titipan pihak ketiga.

kebijakan moneter juga berpengaruh dalam perdagangan internasional dengan mengendalikan tarif
ekspor impor. jika tarif impor naik, dorongan untuk impor berkurang. jika tarif impor turun, dorongan
untuk ipmpor bertambah dan harga barang-barang impor menjadi lebih murah.

sedikit tambahan, sekitar 95 % kapas yang digunakan sebagai produksi di Indonesia adalah hasil impor.
dalam kasus ini industri katun sebagai hasil olahan kapas dalam negeri akan turun jika tarif impor naik.
satu lagi kebijakan yang dimiliki pemerintah Indonesia adalah kebijakan sektoral. kebijakan ini
menitikberatkan pada satu dari sembilan sektor perekonomian di Indonesia. misalnya, di sektor
pertanian pemerintah memberikan subsidi pupuk. subsidi ini diberikan agar harga pupuk murah. dengan
demikian pupuk akan terdorong untuk dipakai. contoh lainnya adalah kebijakan di sektor industri. di
sektor ini pemerintah membuat kebijakan kawasan ekonomi khusus. kawasan ekonomi khusus adalah
kawasan yang khusus digunakan untuk pendirian industri. misalnya, kawasan industri Cilacap. kawasan
ini mempunyai hak khusus, misalnya di Batam impor bahan mentah tidak terkena pajak, sehingga hal ini
akan mendorong produksi di sana.

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita menjumpai istilah-istilah yang berhubungan dengan keuangan,
baik melalui berita, komunikasi sehari-hari ataupun melalui farum-forum diskusi. Istilah-istilah tersebut
seperti deflasi, defresiasi, apresiasi, inflasi terbuka, sanering, revaluasi, inflasi dan masih banyak lagi.

Nilai tukar: Direspons secara cermat

Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat sebenarnya bisa lebih kuat dari nilai yang berlaku saat
ini. Tapi kelihatannya Bank Indonesia menghindari hal itu. Bank Indonesia tetap melakukan intervensi
terhadap nilai mata uang rupiah dengan melakukan pembelian dollar di pasar. Dengan demikian nilai
tukar rupiah tidak mencapai nilai terkuatnya.

Namun apakah Bank Indonesia mampu terus melakukan kebijakan seperti ini jika mata uang dollar terus
jatuh dalam jangka panjang. Kecenderungan itu ada karena nilai tukar dollar jatuh terhadap semua mata
uang dunia bukan hanya pada rupiah saja. Kekuatan Bank Sentral ini juga perlu dipertanyakan dalam
melakukan pembelian atas dollar secara terus menerus. Demikian juga jika pembelian dollar terus
dilakukan saat ini sementara prediksi mata uang dollar akan terus tertekan apakah Bank Indonesia tidak
melakukan pembelian dollar lebih mahal jika dibandingkan dengan masa nantinya.

Memang pelik mengurus masalah moneter apalagi dikaitkan dengan faktor eksternal seperti saat ini.
Sepertinya serba salah, lakukan pembelian salah tidak juga demikian. Di sinilah kepiawaian para pelaku
bank sentral dituntut untuk dapat melihat ke depan. Memprediksi masa depan berdasarkan
kecenderungan yang terjadi merupakan suatu tuntutan sebelum diambil suatu kebijakan. Para ekonom
yang duduk di bank sentral harus berpikir ekstra keras agar nilai tukar rupiah dapat terjaga dan
mempunyai daya saing. Tentu ini tidak mudah dan berspekulasi juga tidak boleh.

Namun semuanya akan dapat terjaga jika tidak ada gangguan pemerintah dan adanya konsistensi
kebijakan ekonomi pemerintah yang teruji. Kampanye Kementerian Perdagangan untuk mempergunakan
produksi dalam negeri hendaknya tidak saja merupakan konsumsi masyarakat banyak tapi juga
dilaksanakan oleh pihak pemerintah. Studi banding dan perjalanan ke luar negeri yang kurang penting
bisa ditangguhkan. Disamping penghematan lainnya yang bisa dilakukan oleh lembaga legislatif maupun
eksekutif serta merealisasi komitmen membangun infrastruktur secara nasional.

Setidaknya infrastruktur dibangun di daerah dimana pusat produksi berada bagi mendorong tumbuhnya
sektor riil. Ini menjadi penting karena kemampuan Bank Indonesia menjaga stabilitas moneter juga ada
batasnya. Tanpa tumbuhnya sektor riil tidak akan bisa sektor moneter berjalan kokoh. Bank Indonesia
dan pemerintah memang dua badan yang berdiri sendiri. Tapi dalam kebijakan yang berjalan sangat
diperlukan sinkronisai kebijakan. Sinkronisasi dimaksudkan sebagai kebijakan yang saling mendukung
bagi pencapaian tujuan kedua lembaga.

Namun dapat diduga kebijakan devaluasi terselubung yang dijalankan Bank Indonesia sudah dalam acara
sinkronisasi itu. Memperlambat penguatan nilai tukar mata uang rupiah (mempertahankan nilai tukar
rupiah melemah) dilakukan agar pendapatan eksportir dalam negeri tidak terpukul secara drastis.
Indonesia saat ini masih negara eksportir khusus untuk barang sumberdaya alam dan hasil hasilnya.
Ekspor barang sumberdaya alam merupakan pendapatan utama bagi cadangan devisa Indonesia.
Indonesia masih jauh tertinggal dari pendapatan ekspor jasa dan barang hasil industri manufaktur. Jadi
inipun perlu dijaga tidak karena masalah devisa saja tapi juga karena menyangkut pada peluang kerja
dalam negeri. Kegiatan ekspor adalah kegiatan yang mampu menciptakan peluang kerja sekaligus devisa.

Demikian pula halnya dengan impor. Nilai mata uang rupiah yang cepat menguat akan mengundang laju
pertumbuhan impor cepat naik. Jika kebetulan yang diimpor adalah barang modal atau bahan baku
mungkin itu hal positif bagi petumbuhan ekonomi ke depan. Itu pun dilihat juga apakah barang modal
dan bahan baku yang diimpor dapat memperbanyak pasokan barang dalam negeri yang menyangkut
pada kebutuhan rakyat banyak atau tidak. Jika yang diimpor itu adalah barang modal dan bahan baku
bagi memenuhi kebutuhan segelintir masyarakat yang berpendapatan tinggi (bahan baku perumahan
mewah dan gedung mewah, peralatan produksi untuk menghasilkan barang mewah) maka persoalannya
menjadi lain. Yang terjadi justru demonstration effect. Di sini diperlukan kebijakan pemerintah untuk
mengawal penggunaan devisa secara efektif.

Biasanya jika suatu mata uang nilainya menguat yang pertama dipengaruhinya adalah kebutuhan
masyarakat yang berpendapatan tinggi. Masyarakat inilah yang pertama mendapatkan manfaat dari nilai
mata uang yang menguat itu karena merekalah yang mempuyai daya beli. Jadi pengkaitan nilai tukar
mata uang yang menguat dengan impor barang mewah bagi kebutuhan masyarakat yang berpendapatan
tinggi tidak dapat dibantah. Ini harus menjadi perhatian pemerintah. Jika tidak maka kesenjangan
konsumsi dalam masyarakat akan terjadi. Ini harus dihindari walau sudah terjadi di Indonesia. Harga
selembar tiket satu juta rupiah (perorang) untuk menyaksikan hiburan artis asing di Indonesia menjadi
rebutan bagi sebagian orang. Pesta di hotel yang berbiaya lima ratus ribu sampai satu juta rupiah
perkepala (undangan) merupakan hal yang biasa bagi segelintir masyarakat. Pelajar SD dan SMP yang
berdarmawisata keluar negeri semasa liburan juga hal yang terjadi di Indonesia. Dan sebagainya.

Di pihak lain banyak murid yang putus sekolah karena ketiadaan biaya. Banyak masyarakat yang tidak ke
rumah sakit karena ketiadaan ongkos (perjalanan dan pengobatan). Sementara itu pemerintah sendiri
masih sibuk dengan urusan masyarakat miskin. Belum lagi kita membicarakan perumahan dan
lingkungan kumuh yang merupakan tumpuan hidup masyarakat miskin. Terjadi kesenjangan konsumsi
ditengah masyarakat yang sangat dalam. Oleh sebab itu penguatan nilai tukar mata uang rupiah harus di
respons secara hati hati seperti yang dikatakan pada awal tulisan ini. Menguat salah melemah juga
begitu. Namun semuanya harus disesuaikan dengan kebutuhan yang berjalan.

Demikian juga jika dikaitkan dengan pertumbuhan industri dalam negeri tanpa melihat skala industri
dimaksud. Pada dasarnya perusahaan industri di dalam negeri berjalan kurang effisien dan belum
optimal. Ini bisa terjadi karena faktor keterampilan kerja/disiplin SDM nya masih rendah atau
menyangkut pada kualitas teknologi yang dipergunakan ataupun infrastruktur yang tidak baik ataupun
biaya sosial yang tinggi (premanisme di tengah perjalanan, layanan birokrasi yang lambat, tingkat
kepastian waktu). Dengan hal seperti ini pasti perusahaan industri dalam negeri memiliki daya saing yang
lemah jika dibandingkan dengan perusahaan industri luar negeri terutama dalam harga.

Penguatan nilai tukar mata uang rupiah justru akan memperkuat daya saing barang impor karena
harganya semakin murah. Dan hal ini akan memukul kelanjutan usaha industri dalam negeri. Jika begitu
halnya bagaimana pula dengan nasib para pekerja pada perusahaan industri dalam negeri itu. Memang
tidak semudah seperti yang dipikirkan banyak orang. Bank Indonesia (selaku bank sentral) dan
pemerintah harus dapat melihat kecenderungan masa depan didalam memutus kebijakan yang
dijalankan. Tentunya kebijakan itu disesuaikan pula dengan kebutuhan saat ini. Kebutuhan saat ini dan
kecenderungan perkembangan masa depan merupakan dua hal yang harus dipikirkan dalam penetapan
kebijakan.

KEBIJAKAN PEMERINTAH SUKU BUNGA TINJAUAN TEORITIS DAN BUKTI EMPIRIS

Di banyak negara yang sedang berkembang dahulu pemerintahnya melakukan kebijakan suku bunga
dengan cara membatasi suku bunga berlaku di pasar uang baik untuk suku bunga kredit maupun suku
bunga deposito. demikian halnya dengan pemerintah Indonesia sebelum 1 Juni 1983 juga melakukan
Kebijakan suku bunga dengan membatasi suku bunga yang berlaku di Indonesia. Pembatasan suku bunga
ini jika dihadapkan pada laju inflasi terjadi di negara yang sedang berkembang ring menghasilkan suku
bunga riil yang igatip. Hal ini disebabkan karena suku bunga nominal yang ditetapkan oleh pemerintah
lebih daripada laju inflasi, sehingga suku bunga yang merupakan selisih antara suku bunga mininal
dengan laju inflasi akan negatip. Di samping itu, pembatasan suku bunga juga cenderung menghasilkan
distorsi dalam alokasi sumber-sumber produktip, baik melalui kurangnya akumulasi kapital serta
kesalahan kasi kapital tersebut pada tingkat tabungan berapapun. Banyak pakar ekonomi,
sebagaimana Shaw (1973) dan McKinnon (1973), yang telah mengemukakan pendapatnya bahwa
distorsi yang disebabkan oleh "represi keuangan" negara yang sedang berkembang bahkan lebih penting
daripada distorsi yang disebabkan oleh kebijakan lainnya seperti misalnya pembatasan perdagangan.

Kedua pakar di atas juga mengatakan bahwa elemen yang penting di dalam pembangunan ekonomi
adalah liberalisasi pasar keuangan. Sebab dengan adanya liberalisasi di bidang keuangan ini akan
menghilangkan distorsi yang terjadi di pasar uang, sebagaimana yang dijalankan pemerintah Indonesia
pada 1 Juni 1983 dengan deregulasi di bidang perbankan khususnya.yaitu dengan cara menghi-langkan
pagu kredit dan memberi kebebasan pada bank-bank umum untuk menentukan suku bunganya sendiri
tanpa campur tangan pemerintah. Kebijakan deregulasi ini dimaksudkan sebagai tindakan pemerintah
dengan cara mengurangi dan atau melonggarkan aturan - aturan yang dianggap menyebabkan terjadinya
distorsi. Kata deregulasi tersebut digunakan untuk menggantikan kata liberalisasi.Tin'dakan pemerintah
tersebut bertujuan untuk meningkatkan suku bunga dan atau mengurangi laju inflasi. Meskipun banyak
ahli/ekonom yang setuju atas program reformasi keuangan tersebut akan menguntungkan bagi negara-
negara yang sedang berkembang, di mana elemen kuncinya adalah suku bunga, akan tetapi banyak juga
ekonom yang menyangsikan keberhasilan tersebut Vogel (1979), Galbis (1981), McKinnon (1981&82),
dan ekonom lainnya telah melakukan pengujian terhadap masalah yang akan muncul seandainya
program tersebut dilakukan bagi suatu negara yang sedang berkembang. Karena masing-masing negara
berkembang mempunyai karakteristik sendiri-sendiri, sehingga program tersebut tidak dapat
disamaratakan antara negara yang satu dengan negara lainnya. Menurut Galbis (1981), keberhasilan
program reformasi keuangan tersebut, apapun namanya baik deregulasi maupun liberalisasi, akan
tergantung pada berbagai persyaratan sebagai berikut:
pemerintah harus menganut prinsip dasar perekonomian pasar artinya campur tangan pemerintah
dihilangkan.

struktur dan ukuran pasar keuangan tersebut cukup/memadai untuk terjadinya persaingan yang
efektip,artinya agen/ pemain yang ada dipasar keuangan tersebut cukup besar/banyak, dan

kebebasan untuk keluar masuk pasar dimungkinkan terjadi, ini berarti bahwa hambatan untuk memasuki
dunia usaha tersebut tidak dimungkinkan terjadi.

Dengan demikian jika ketiga kondisi di atas, salah satu atau semuanya, tidak terpenuhi maka
pembebasan suku bunga akan berpotensi menyebabkan terjadinya ketidakstabilan pasar uang tersebut.
meningkatnya kekuatan oligopoli dipasar uang tersebut, dan merangsang adanya situasi pasar yang
cenderung mendukung adanya suku bunga deposito yang lebih rendah.

Dalam hal ini suku bunga merupakan pokok bahasan (variabel kunci) karena sebagaimana yang
dikemukakan oleh Gonzales-Vega (1982), dimana suku bunga merupakan harga relatip terpenting yang
ada diperekonomian pasar; suku bunga merupakan penentu dan pengawas terjadi harga barang-barang
lainnya dipasar; dan suku bunga telah dikenal secara umum sebagai penyebab terjadinya distorsi pasar
secara umum.

Untuk itu penelitian ini dimaksudkan untuk melihat masalah yang mungkin terjadi dengan adanya
deregulasi perbankan di Indonesia ditahun 1983. Dan masalah tersebut mungkin lebih berat jika
dibandingkan dengan tidak adanya reformasi keuangan, dalam artian bahwa pembatasan suku bunga
yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia masih lebih baik. Hal ini diperkirakan karena persyaratan
untuk keberhasilan reformasi keuangan tersebut diragukan adanya. Dan bahkan ada yang menyarankan
adanya urutan dalam reformasi tersebut, manakah yang lebih didahulukan apakah di bidang keuangan,
pasar modal, maupun di bidang lainnya.

Menurut Iwan Jaya Azis (1996) urutan tahapan yang dipilih oleh pemerintah Indonesia memang bukan
urutan yang terbaik, bahkan bertentangan dengan hipotesis yang umumnya muncul dalam buku teks
yaitu bahwa stabilisaaj harus mendahului program penyesuaianl struktural, reformasi perdagangan
harua mendahului reformasi keuangan dan baru setelah semuanya diterapkan neraca modal dapat
dibuka (sistem devisa bebas). Sedangka yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah sebagai
berikut:

Sistem devisa bebas sudah dianut sejak tahun 1971, jadi bukan tahap akhir dari seluruh episode, dan

Reformasi keuangan dilaksanakan mulai Juni 1983, jadi lebih dahulu jika dibandingkan dengan

Liberalisasi perdagangan yang baru dilakukan sekitar tahun 1986.

Akan tetapi hasil yang dicapai berdasarkan indikator makro menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
ekonomi dapat lebih tinggi dari pada yang sesungguhnya terjadi. Namun dengan memperhitungkan
faktor distribusi pendapatan antar- kelompok masyarakat dengan tingkat pendapatan berbeda, hasil
tahapan reformasi yang dilakukan Indonesia ternyata lebih buruk. Artinya walaupun laju pertumbuhan
ekonomi lebih lambat, namun tingkat pemerataan relatif masih lebih baik. (Iwan Jaya Azis, 1996 dan Azis,
1996)

Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Ekonomi

· Reply

Pengertian iLmu Ekonomi

Istilah ‘ekonomi’ berasal dari bahasa Yunani oikonomia, yaitu gabungan kata oikos-nomos. Oikos berarti
rumah tangga, sedangkan nomos berarti aturan. Oikonomia mengandung arti aturan yang berlaku untuk
memenuhi kebutuhan hidup dalam suatu rumah tangga.

Secara istilah, ilmu ekonomi yaitu ilmu yang mempelajari berbagai tindakan manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas.

Berdasarkan ruang lingkupnya, ilmu ekonomi terbagi dalam kedua kajian yakni Ekonomi Mikro dan
Ekonomi Makro. Adapun pengertiannya yaitu sebagai berikut :

ü Ekonomi Mikro

Ekonomi Mikro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisa bagian-bagian kecil dari keseluruhan
kegiatan perekonomian (dalam lingkup kecil) seperti harga, biaya produksi, perilaku produsen, perilaku
konsumen, permintaan, penawaran, teori produksi, elastisitas, dan lain-lain.

Ekonomi mikro mempelajari bagaimana rumah tangga individual atau perusahaan pengambil keputusan
dan melakukuan interaksi di pasar tertentu. Contohnya seperti bagaimana harga suatu barang
terbentuk? Bagaimana menentukan harga? Bagaimana memproduksi untuk mencapai tingkat paling
efisien? Bagaimana perusahaan memperoleh laba maksimum? Bagaimana konsumen memperoleh
kepuasan maksimum?

ü Ekonomi Makro

Ekonomi Makro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisis kegiatan perekonomian secara
keseluruhan (dalam lingkup luas) seperti inflasi, pendapatan nasional, kesempatan kerja, pengangguran,
kebijakan fiskal, kebijakan moneter, neraca pembayaran, investasi, dan lain-lain.

Ekonomi Makro mengkaji fenomena perekonomian secara menyeluruh atau luas. Contoh : inflasi,
pengangguran, pendapatan nasional, kesempatan kerja, pengangguran, kebijakan fiskal, kebijakan
moneter, neraca, pembayaran, investasi, dan pertumbuhan ekonomi.

Kedua kajian tersebut pada dasarnya adalah menjelaskan mekanisme dari kegiatan ekonomi.
Adapun jenis-jenis analisis ilmu ekonomi yaitu sebagai berikut :

ü Teori Ekonomi (Analysa Economic), yakni ilmu yang menerangkan hubungan peristiwa-peristiwa
ekonomi kemudian merumuskan hubungan-hubungan itu dalam suatu hokum ekonomi. Contoh : Hukum
Permintaan (Jika harga suatu barang naik maka jumlah barang yang diminta akan berkurang. Jika harga
barang turun maka jumlah barang yang diminta akan bertambah), Hukum Penawaran (Jika harga barang
naik maka jumlah yang ditawarkan akan bertambah. Jika harga barang turun maka jumlah yang
ditawarkan akan berkurang), Teori Produksi, dan lain-lain.

ü Ekonomi Deskriptif (Descriptive Economics), yakni ilmu yang menggambarkan keadaan yang
sebenarnya dari wujud dalam perekonomian. Contohnya seperti keadaan petani di Jawa Tengah, inflasi
yang meningkat pada tahun 1998, dan lain-lain.

ü Ekonomi terapan (Aplied Economics), yakni ilmu ekonomi yang mengkaji tentang kebijakan-kebijakan
yang perlu dilaksanakan dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi. Contoh : Ekonomi Moneter,
Ekonomi Koperasi, Ekonomi Perusahaan, dan lain-lain.

Pada intinya, ilmu ekonomi adalah ilmu yang mengakui realitas kelangkaan lalu memikirkan cara
mengorganisasikan masyarakat dalam suatu acara yang menghasilkan pemanfaatan sumber daya
ekonomi yang paling efisien. Disinilah ilmu ekonomi memberikan kontribusinya (sumbangan) yang unik.
Pengkajian ilmu ekonomi dilakukan dalam dua tingkatan. Pertama, pengkajian berdasarkan keputusan
rumah tangga individual dan perusahaan. Dapat dikaji interaksi rumah tangga individual dan perusahaan
di pasar untuk barang dan jasa tertentu. Kedua, dapat dikaji operasi perekonomian secara menyeluruh
yang merupakan kumpulan dari semua pengambil keputusan di semua pasar.

Perbedaan Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro

Adapun perbedaan antara Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro dapat dibedakan dari tiga aspek yaitu
sebagai berikut :

Aspek

Ekonomi Mikro

Ekonomi Makro

Harga

Harga adalah nilai dari suatu komoditas (barang tertentu saja)

Harga adalah nilai dari komoditas secara agregat (keseluruhan)

Unit Analisis

Pembahasan tentang kegiatan ekonomi secara individual. Contoh : permintaan dan penawaran, perilaku
produsen, perilaku konsumen, pasar, penerimaan, biaya, laba atau rugi perusahaan.
Pembahasan tentang kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Contoh : pendapatan nasional,
pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran, investasi, dan kebijakan ekonomi.

Tujuan Analisis

Lebih menitik beratkan pada analisa tentang cara mengalokasikan sumber daya supaya dapat dicapai
kombinasi yang tepat.

Lebih menitik beratkan pada analisa tentang pengaruh kegiatan ekonomi terhadap perekonomian secara
menyeluruh.

Contoh Penerapan Konsep Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro

Ekonomi Mikro

- Interaksi antara produsen dan konsumen di pasar untuk mencapai kesepakatan harga.

- Kenaikan harga minyak di pasar

- Penurunan jumlah produksi padi.

- Penentuan harga jual beras.

- Penetapan harga keseimbangan

Ekonomi Makro

- Kenaikan defisit anggaran pemerintah.

- Pengangguran yang terus meningkat.

- Tingkat kemiskinan tinggi.

- Ketidakmerataan pembangunan di setiap daerah.

- Ketidakmerataan distribusi pendapatan masyarakat.

Peran dan Fungsi Pemerintah di Bidang Ekonomi

Dalam upaya peningkatan kehidupan ekonomi, individu, dan anggota masyarakat tidak hanya tergantung
pada peranan pasar melalui sektor swasta. Peran pemerintah dan mekanisme pasar (interaksi
permintaan dan penawaran pasar) merupakan hal yang bersifat komplementer (bukan substitusi)
dengan pelaku ekonomi lainnya.

Pemerintah sebagai salah satu pelaku ekonomi (rumah tangga pemerintah), memiliki fungsi penting
dalam perekonomian yaitu berfungsi sebagai stabilisasi, alokasi, dan distribusi. Adapun penjelasannya
sebagai berikut :
§ Fungsi Stabilisasi, yakni fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan ekonomi, sosial politik,
hokum, pertahanan, dan keamanan.

§ Fungsi Alokasi, yakni fungsi pemerintah sebagai penyedia barang dan jasa publik seperti pembangunan
jalan raya, gedung sekolah, penyediaan fasilitas penerangan, dan telepon.

§ Fungsi Distribusi, yakni fungsi pemerintah dalam pemerataan atau distribusi pendapatan masyarakat.

Perlunya peran dan fungsi pemerintah dalam perekonomian, yaitu sebagai berikut:

ü Pembangunan ekonomi dibanyak negara umumnya terjadi akibat intervensi pemerintah baik secara
langsung maupun tidak langsung. Intervensi pemerintah diperlukan dalam perekonomian untuk
mengurangi dari kegagalan pasar (market failure) seperti kekakuan harga monopoli dan dampak negatif
kegiatan usaha swasta contohnya pencemaran lingkungan.

ü Mekanisme pasar tidak dapat berfungsi tanpa keberadaan aturan yang dibuat pemerintah. Aturan ini
memberikan landasan bagi penerapan aturan main, termasuk pemberian sanksi bagi pelaku ekonomi
yang melanggarnya. Peranan pemerintah menjadi lebih penting karena mekanisme pasar saja tidak
dapat menyelesaikan semua persoalan ekonomi. Untuk menjamin efisiensi, pemerataan dan stabilitas
ekonomi, peran dan fungsi pemerintah mutlak diperlukan dalam perekonomian sebagai pengendali
mekanisme pasar.

Kegagalan pasar (market failure) adalah suatu istilah untuk menyebut kegagalan pasar dalam mencapai
alokasi atau pembagian sumber daya yang optimum. Hal ini khususnya dapat terjadi jika pasar
didominasi oleh para pemasok monopoli produksi atau konsumsi dan sebuah produk mengakibatkan
dampak sampingan (eksternalitas), seperti rusaknya ekosistem lingkungan.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, negara atau pemerintah memiliki fungsi yang penting dalam
kehidupan ekonomi, terutama yang berkaitan dengan penyediaan barang dan jasa. Barang dan jasa
tersebut sangat diperlukan masyarakat dan disebut sebagai kebutuhan publik. Kebutuhan publik meliputi
dua macam barang, yaitu barang dan jasa publik dan barang dan jasa privat. Adapun penjelasannya
sebagai berikut :

Barang dan jasa publik adalah barang dan jasa yang pemanfaatannya dapat dinikmati bersama. Contoh
barang dan jasa publik yaitu jalan raya, fasilitas kesehatan, pendidikan, transportasi, air minum, dan
penerangan. Dengan pertimbangan skala usaha dan efisiensi, negara melakukan kegiatan ekonomi
secara langsung sehingga masyarakat dapat lebih cepat dan lebih murah dalam memanfaatkan barang
dan jasa tersebut.

Barang dan jasa privat adalah barang dan jasa yang diproduksi dan penggunaannya dapat dipisahkan dari
penggunaan oleh orang lain. Contoh : pembelian pakaian akan menyebabkan hak kepemilikan dan
penggunaan barang berpindah kepada orang yang membelinya. Barang ini umumnya diupayakan sendiri
oleh masing-masing orang.
Selain itu, peran penting pemerintah baik secara langsung dan tidak langsung didalam di dalam
kehidupan ekonomi adalah untuk menghindari timbulnya eksternalitas, khususnya dampak sampingan
bagi lingkungan alam dan sosial. Pada umumnya sektor pasar (sektor swasta) tidak mampu mengatasi
dampak eksternalitas yang merugikan seperti pencemaran lingkungan yang timbul karena persaingan
antar lembaga ekonomi. Misalnya, sebuah pabrik tekstil yang berada dalam pasar persaingan sempurna.
Menurut standar industri yang sehat, pabrik tersebut seharusnya membangun fasilitas pembuangan
limbah. Akan tetapi, mereka membuangnya kesungai. Jika pemerintah tidak mengambil tindakan tegas,
dengan memaksa pabrik tersebut membangun fasilitas pembuangan limbah pabrik akan semakin banyak
penduduk yang merasa dirugikan atas limbah atau polusi yang diakibatkan adanya kegiatan dalam pabrik
tersebut. Selain memberi peringatan kepada tersebut, pemerintah juga mengenakan pajak polusi untuk
mendanai kerugian-kerugian yang lain.

Pada intinya, pemerintah ikut serta dalam kegiatan perekonomian supaya menanggulangi kegagalan
pasar sehingga tidak adanya eksternalitas yang merugikan banyak pihak. Adapun bentuk dari peran
pemerintah yakni dengan melakukan intervensi baik secara langsung maupun tidak langsung. Dibawah
ini merupakan penjelasannya :

Intervensi Pemerintah dalam Perekonomian

Untuk mengatasi kegagalan pasar (market failure) seperti kekakuan harga, monopoli, dan eksternalitas
yang merugikan maka peran pemerintah sangat diperlukan dalam perekonomian suatu negara. Peranan
ini dapat dilakukan dalam bentuk intervensi secara laungsung maupun tidak langsung. Berikut adalah
intervensi pemerintah secara langsung dan tidak langsung dalam penentuan harga pasar untuk
melindungi konsumen atau produsen melalui kebijakan penetapan harga minimum (floor price) dan
kebijakan penetapan harga maksimum (ceiling price).

13. a. Intervensi Pemerintah secara Langsung

1. Penetapan Harga Minimum (floor price)

Penetapan harga minimum atau harga dasar yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk
melindungi produsen, terutama untuk produk dasar pertanian. Misalnya harga gabah kering terhadap
harga pasar yang terlalu rendah. Hal ini dilakukan supaya tidak ada tengkulak (orang/pihak yang
membeli dengan harga murah dan dijual kembali dengan harga yang mahal) yang membeli produk
tersebut diluar harga yang telah ditetapkan pemerintah. Jika pada harga tersebut tidak ada yang
membeli, pemerintah akan membelinya melalui BULOG (Badan Usaha Logistik) kemudian didistribusikan
ke pasar. Namun, mekanisme penetapan harga seperti ini sering mendorong munculnya praktik pasar
gela, yaitu pasar yang pembentukan harganya di luar harga minimum. Untuk mengetahui proses
terbentuknya harga minimum, dapat dilihat pada Kurva 5.1 sebagai berikut :

14. 2. Penetapan Harga Maksimum (ceiling price)

Penetapan harga maksimum atau Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dilakukan pemerintah bertujuan
untuk melindungi konsumen. Kebijakan HET dilakukan oleh pemerintah jika harga pasar dianggap terlalu
tinggi diluar batas daya beli masyarakat (konsumen). Penjual tidak diperbolehkan menetapkan harga
diatas harga maksimum tersebut. Contoh penetapan harga maksimum di Indonesia antara lain harga
obat-obatan diapotek, harga BBM, dan tariff angkutan atau transportasi seperti tiket bus kota, tarif
kereta api dan tarif taksi per kilometer. Seperti halnya penetapan harga minimum, penetapan harga
maksimum juga mendorong terjadinya pasar gelap.

Adapun proses Penetapan Harga Maksimum (ceiling price) dapat di lihat dalam kurva 5.2 sebagai
berikut :

15. b. Intervensi Pemerintah secara Tidak Langsung

1. Penetapan Pajak

Kebijakan penetapan pajak dilakukan oleh pemerintah dengan cara mengenakan pajak yang berbeda-
beda untuk berbagai komoditas. Misalnya untuk melindungi produsen dalam negeri, pemerintah dapat
meningkatkan tarif pajak yang tinggi untuk barang impor. Hal tersebut menyebabkan konsumen membeli
produk dalam dalam negeri yang harganya relatif lebih murah.

Adapun proses penetapan pajak dapat di lihat sebagai berikut :

16. Pemberian Subsidi

Pemerintah dapat melakukan intervensi atau campur tangan dalam pembentukan harga pasar yaitu
melalui pemberian subsidi. Subsidi biasanya diberikan pemerintah kepada perusahaan-perusahaan
penghasil barang kebutuhan pokok. Subsidi juga diberikan kepada perusahaan yang baru berkembang
untuk menekan biaya produksi supaya mampu bersaing terhadap produk-produk impor. Kebijakan ini
ditempuh pemerintah dalam upaya pengendalian harga untuk melindungi produsen maupun konsumen
sekaligus untuk menekan laju inflasi.

Adapun proses dari pemberian subsidi dapat di lihat sebagai berikut :

Masalah-Masalah yang Dihadapi Pemerintah di Bidang Ekonomi

Permasalahan ekonomi tidak hanya meliputi masalah-masalah mikro seperti kekakuan harga, monopoli,
dan eksternalitas yang memerlukan intervensi pemerintah. Permasalahan ekonomi juga terjadi dalam
lingkup ekonomi makro yang memerlukan kebijakan pemerintah. Dinegara-negara sedang berkembang,
pada umumnya terdapat tiga masalah besar pembangunan ekonomi. Ketiga masalah tersebut berkaitan
dengan kemiskinan, kesenjangan ekonomi, dan pengangguran yang terus meningkat. Permasalahan
ekonomi makro Indonesia dalam membangun negara sebenarnya tidak hanya sebatas itu. Inflasi yang
tidak terkendali, ketergantungan terhadap impor dan utang luar negeri merupakan masalah pemerintah
dalam bidang ekonomi makro.

Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut :

Masalah Kemiskinan
Kemiskinan merupakan suatu keadaan ketidakmampuan yang bersifat ekonomi (ekonomi lemah) jadi
dimana seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok (kebutuhan primer) karena pendapatannya
rendah. Kemiskinan terjadi karena beberapa faktor. Karena rendahnya pendapatan yang menyebabkan
rendahnya daya beli. Selain itu karena rendahnya pendidikan masyarakat sehingga masyarakat tidak
mendapatkan hidup yang layak.

Untuk mengatasi kemiskinan yaitu dengan cara membatu masayarakat pemerintah melakukan program
‘Program Inpres Desa Tertinggal’ atau IDT, pemberian kredit untuk para petani dan pengasuh kecil
berupa ‘Kredit Usaha Kecil’ atau KUK, Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), Program Kawasan Terpadu
(PKT), Program Gerakan Orang Tua Asuh (GN-OTA), Raskin, Bantuan Langsung Tunai (BLT), serta program-
program lainnya.

Kemiskinan merupakan masalah utama yang dihadapi pemerintah. Memang sudah menjadi tanggung
jawab pemerintah untuk mengatasinya. Namun kita semua juga haruslah ikut serta dalam upaya
pengentasan kemiskinan karena kita merupakan mahluk sosial yang beragama. Dimulai dari upaya kecil
dan nantinya akan melakukan perubahan besar.

Solusi atas masalah kemiskinan yang dapat kita upayakan yaitu dengan dimulai dari diri sendiri, mulai
detik ini, dan hingga akhir nanti. Maksudnya kalian sebagai pelajar, belajarlah dengan tekun untuk masa
depan diri kalian sendiri serta nantinya akan berkembang potensi positif kalian untuk berguna bagi
masyarakat. Contohnya, jika kalian belajar dengan tekun maka kalian membentuk diri sebagai pribadi
yang intelektual serta berakhlak mulia. Potensi positif tersebut dapat digunakan untuk memperoleh
pekerjaan yang layak sehingga pendapatan yang kalian dapatkan akan membuat kalian jauh dari
kemiskinan dan pendapatan tersebut dapat kalian sisihkan untuk membantu sesama seperti
membagikan sembako atau kebutuhan-kebutuhan lainnya, berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial, dan
lain-lain.

2. Masalah Keterbelakangan

Keterbelakangan merupakan suatu keadaan yang kurang baik jika dibandingkan dengan keadaan
lingkungan lainnya. Keterbelakangan dalam hal ini maksudnya adalah ketertinggalan dengan negara lain
di lihat dari berbagai aspek serta berbagai bidang.

Dilihat dari penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), Indonesia masih dikategorikan sebagai
negara sedang berkembang. Ciri lain dari negara sedang berkembang adalah rendahnya tingkat
pendapatan dan pemerataannya, rendahnya tingkat kemajuan dan pelayanan fasilitas umum/publik,
rendahnya tingkat disiplin masyarakat, rendahnya tingkat keterampilan penduduk, rendahnya tingkat
pendidikan formal, kurangnya modal, dan rendahnya produktivitas tenaga kerja, serta lemahnya tingkat
manajemen usaha.

Untuk mengatasi masalah keterbelakangan tersebut, pemerintah berupaya meningkatkan kualitas SDM
dengan melakukan program pendidikan seperti wajib belajar 9 tahun dan mengadakan pelatihan-
pelatihan seperti Balai Latihan Kerja (BLK). Selain itu, melakukan pertukaran tenaga ahli, melakukan
transfer teknologi dari negara-negara maju.
Masalah keterbelakangan merupakan masalah yang harus kita atasi bersama. Karena kita merupakan
subjek atau obejek dari permasalahan ini. Upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan memiliki
semangat ingin maju sehingga kita memiliki hasrat untuk belajar dan belajar terus. Negara kita belum
dikategorikan sebagai negara maju. Kita sebagai masyarakatnya haruslah membantu pemerintah untuk
mengejar ketertinggalan dari segala bidang dengan negara lain. Upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan meningkatkan IPTEK karena merupakan kunci untuk mengatasi masalah keterbelakangan. Apa
yang dapat kalian lakukan untuk mengatasi keterbelakangan ? Kalian harus belajar dengan tekun. Jika
kalian pintar maka kalian dapat melakukan sesuatu yang berguna seperti mengikuti olympiade mata
pelajaran atau kegiatan-kegiatan lainnya yang akan mengangkat nama negara dimata dunia. Selain itu,
kalian semestinya menjaga pembangunan seperti fasilitas publik yang telah dilakukan pemerintah.
Jangan sampai merusaknya karena jika rusak maka akan membutuhkan biaya untuk memperbaikinya.
Selain itu, pembangunan yang dilakukan pemerintah semestinya dipergunakan dengan baik jangan
sampai diabaikan karena pembangunan tersebut dibangun dengan menggunakan biaya yang tidak
sedikit. Contohnya seperti kebiasaan membuang sampah sembarangan, tindakan anarki seperti
kerusuhan, korupsi, mutu pendidikan rendah karena banyak peserta didik yang kurang memenuhi
standar nilai, pelanggaran lalu lintas, dan lain-lain sehingga akan banyak hal yang dirugikan dan
membutuhkan biaya untuk mengatasinya. Jadi kita sebagai warga negara yang baik semestinya
membantu pemerintah supaya menjadi negara maju dengan menjadi warga negara yang tidak menjadi
beban atau merugikan negara serta menjadi warga negara yang produktik sehingga dapat berguna bagi
bangsa.

3. Masalah Pengangguran dan Keterbatasan Kesempatan Kerja

Pengangguran merupakan suatu kondisi kurang produktif atau pasif sehingga kurang mampu
menghasilkan sesuatu. Sedangkan keterbatasan kesempatan kerja merupakan suatu keadaan kekurangan
peluang untuk mendapatkan pekerjaan karena tidak dapat masuk dalam kuota atau pekerjaan yang
tersedia.

Masalah pengangguran dan keterbatasan kesempatan Kerja saling berhubungan satu sama lainnya.
Masalah pengangguran timbul karena adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja yang
tersedia. Hal ini terjadi karena Indonesia sedang mengalami masa transisi perubahan stuktur ekonomi
dari negara agraris menjadi negara industri.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka solusinya adalah dengan melaksanakan program pelatihan bagi
tenaga kerja sehingga tenaga kerja memiliki keahlian yang sesuai dengan lapangan yang tersedia,
pembukaan investasi-investasi baru, melakukan program padat karya, serta memberikan penyuluhan
dan informasi yang cepat mengenai lapangan pekerjaan.

Supaya kita tidak menjadi pengangguran karena kurangnya kesempatan kerja maka kita dapat berupaya
secara aktif sehingga menjadi produktif yang pada akhirnya kita tidak ketergantungan pada pekerjaan
yang telah tersedia. Lebih baik kita menciptakan pekerjaan yakni berwirausaha dari pada kita
ketergantungan pada pekerjaan yang belum pasti kita akan dapatkan. Kalaupun kita tidak dapat
menciptakan pekerjaan maka kita harus bersiap untuk bersaing dengan para pencari pekerja baik dari
dalam negeri maupun luar negeri. Untuk itu, kalian semestinya memanfaatkan kegiatan belajar dengan
baik untuk memupuk ilmu pengetahuan serta kepribadian yang baik supya kita memiliki kompetensi atau
kemampuan untuk bersaing dalam mendapatkan pekerjaan. Dalam mendapatkan pekerjaan, yang perlu
diperhatikan bukan nilai dari pendidikan formal (sekolah,kuliah) dan non-formal (kursus
ketrampilan,kepribadian, serta pengalaman) saja yang dijadikan bahan pertimbangan utama namun
penerapan atau aplikasi dari ilmu pengetahuan yang dimiliki. Artinya percuma jika nilai tinggi di ijazah
tetapi setelah diuji kembali tidak dapat membuktikannya. Maka kalian disaat ujian janganlah
membiasakan mencontek atau bekerja sama supaya mendapatkan nilai yang tinggi.

4. Masalah Kekurangan Modal

Masalah kekurangan modal adalah salah satu ciri penting bagi setiap negara yang memulai proses
pembangunan. Kekurangan modal tidak hanya mengahambat kecepatan pembangunan ekonomi yang
dapat dilaksanakan tetapi dapat menyebabkan kesulitan negara tersebut untuk lepas dari kemiskinan.

Pemerintah banyak melakukan program-program bantuan modal salah satunya yakni PNPM MANDIRI.
Selain pemerintah, badan usaha juga membantu dalam masalah kekurangan modal seperti bank,
koperasi, BUMN seperti PLN dan lain-lain.

Untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan melakukan program-program yang meningkatan
kualitas SDM atau peningkatan investasi menjadi lebih produktif. Kekurangan modal dapat diatasi secara
bijak dengan tidak meminjam kepada retenir. Lebih baik meminjam kepada koperasi karena koperasi jasa
yang dikenakan bersifat menurun dan kita akan mendapatkan Sisa Hasil Usaha (SHU). Kalaupun dirasa
tidak akan mampu mengembalikan pinjaman maka semestinya kita berfikir kreatif dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada.

5. Masalah Pemerataan Pendapatan

Pemerataan pendapatan bukan berarti pendapatan masyarakat harus sama. Pemerataan pendapat
supaya keadaan masyarakat semakin membaik bukan semakinrendah. Pemerataan Pendapatan
merupkan upaya untuk membantu masyarakat yang ekonominya rendah supaya tidak jauh terpojok.
Artinya untuk menghindari dari adanya gap atau batas antara yang kaya dan yang miskin. Jadi supaya
yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin.

Ketidakmerataan pendapatan terjadi karena sebagian besar pembangunan Indonesia terkonsentrasi


hanya dikota-kota besar saja. Oleh sebabitulah supaya pendapatan masyarakat merata, perlu perhatian
pemerintah yang didukung oleh masyarakat untuk bersama meningkatkan pelayanan kualitas publik,
meningkatkan kualitas SDM dan SDA supaya dapat mengatasi ketidakmerataan pendapatan. Penerapan
pajak bagi masyarakat yang berpenghasilan tinggi lebih dicermati lagi untuk subsidi silang bagi
masyarakat yang ekonominya masih rendah.

Apa yang dapat kalian lakukan untuk membantu pemerintah dalam masalah ini ? kalian semestinya
memiliki sikap tenggang rasa jangan sombong. Maksudnya jika kalian memiliki rezeki lebih, berbagilah
dengan lainnya. Jangan kalian sombong dengan harta yang dimiliki karena akan mengakibatkan
kecemburuan sosial. Kita semestinya membantu sesama baik dengan uang, tenaga, dan pikiran supaya
dapat meningkatkan pendapatannya (taraf hidupnya)

Inflasi

Inflasi atau kenaikan harga umum secara terus-menerus dianggap berbahaya karena dapat menyebabkan
dampak negtif seperti menurunkan tingkat kesejahteraan rakyat, memburuknya distribusi pendapatan,
dan mengganggu stabilitas ekonomi.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut :

a. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan
jasa

b. Tuntutan kenaikan upah dari pekerja.

c. Kenaikan harga barang impor

d. Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru

e. Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun 1998. Akibatnya angka
inflasi mencapai 58,5%.

Untuk mengatasi masalah inflasi salah satu caranya yakni dengan operasi pasar untuk meninjau harga
supaya harga tidak terlalu tinggi dipasaran, memberikan subsidi untuk membantu masyarakat yang
ekonominya masih rendah, dan menurunkan pajak untuk meringankan beban produsen dan konsumen.

Ketergantungan terhadap Impor dan Utang Luar Negeri

Tingkat ketergantungan yang tinggi dari pemerintah dan sektor swasta terhadap impor dan utang luar
negeri merupakan masalah pembangunan. Impor yang tinggi jelas akan mengurangi cadangan devisa
negara. Jika cadangan devisa berkurang, stabilitas ekonomi nasional akan lemah. Utang luar negeri
merupakan suatu masalah serius pemerintah. Jika suatu negara memiliki utang luar negeri masalah yang
muncul adalah menyangkut beban utang. Semestinya pemerintah berupaya meningkatkan
pertumbuhan ekspor supaya cadangan devisa (pendapatan negara) menjadi bertambah serta
mengurangi kebiasaan utang. Lebih baik memanfaatkan sumber daya yang ada secara kreatif tidak
tergantung pada bantuan dari pihak luar.

Untuk mengatasi masalah-masalah di bidang ekonomi, pemerintah menggunakan kebijakan-kebijakan


tertentu. Secara garis besar, terdapat tiga kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi makro. Kebijakan
tersebut adalah sebagai berikut :

Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal berhubungan erat dengan kegiatan pemerintah sebagai pelaku sektor publik. Kebijakan
fiskal dalam penerimaan pemerintah dianggap sebagai suatu cara untuk mengatur mobilisasi dana
domestik, dengan instrumen utamanya perpajakan. Dinegara sedang berkembang seperti Indonesia,
kebijakan moneter dan kebijakan luar negeri belum berjalan seperti yang diharapkan. Dengan demikian,
peranan kebijakan fiskal dalam bidang perekonomian menjadi semakin penting.

Kebijakan Fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengendalikan atau
mengarahkan perekonomian pada saat kondisi yang lebih baik. Caranya yaitu mengatur penerimaan dan
pengeluaran pemerintah.

Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pajak (T) dan pengeluaran pemerintah (G). Kebijakan fiskal
pemerintah dapat bersifat ekspansif maupun kontraktif. Kebijakan yang bersifat ekspansif dilakukan pada
saat perekonomian sedang menghadapi masalah pengangguran yang tinggi. Tindakan yang dilakukan
pemerintah adalah dengan memperbesar pengeluaran pemerintah (misalnya menambah subsidi kepada
rakyat kecil) atau mengurangi tingkat pajak. Adapun kebijakan fiskal kontraktif adalah bentuk kebijakan
fiskal yang dilakukan pada saat perekonomian mencapai kesempatan kerja penuh atau menghadapi
inflasi. Tindakan yang dilakukan adalah mengurangi pengeluaran pemerintah atau memperbesar tingkat
pajak.

Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi yang digunakan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter,
untuk mengendalikan atau mengarahkan perekonomian pada kondisi yang lebih baik atau diinginkan
dengan mengatur jumlah uang yang beredar (JUB) dan tingkat suku bunga. Kebijakan moneter tujuan
utamanya adalah mengendalikan jumlah uang yang beredar (JUB).

Kebijakan moneter mempunyai tujuan yang sama dengan kebijakan ekonomi pemerintah lainnya.
Perbedaannya terletak pada instrumen kebijakannya. Jika dalam kebijakan fiskal pemerintah
mengendalikan penerimaan dan pengeluaran pemerintah maka dalam kebijakan moneter Bank Sentral
(Bank Indonesia) mengendalikan jumlah uang yang bersedar (JUB).

Melalui kebijakan moneter, Bank Sentarl dapat mempertahankan, menambah, atau mengurangi JUB
untuk memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus mempertahankan kestabilan harga-harga. Berbeda
dengan kebijakan fiskal, kebijakan moneter memiliki selisih waktu (time lag) yang relatif lebih singkat
dalam hal pelaksanaannya. Hal ini terjadi karena Bank Sentral tidak memerlukan izin dari DPR dan
kabinet untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi dalam
perekonomian.

Kebijakan moneter memiliki tiga instrumen, yaitu operasi pasar terbuka (open market operation),
kebijakan tingkat suku bunga (discount rate policy) dan rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio).
Adapun penjelasannya sebagai berikut :

1. Operasi pasar terbuka ( open market operation )

Yaitu kebijakan pemerintah mengendalikan jumlah uang yang bredar dengan cara menjual atau membeli
surat-surat berharga milik pemerintah. Di Indonesia operasi pasar terbuka dilakukan dengan menjual
atau membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SPBU).
Fasilitas Diskonto ( Discount Rate )

Salah satu fasilitasnya yaitu adanya tingkat bunga diskonto yang maksudnya adalah tingkat bunga yang
ditetapkan pemerintah atas bank-bank umun yang meminjam ke bank sentral.

Jika pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar, maka pemerintah melakukan suatu cara
yaitu menurunkan tingkat bunga penjaman (tingkat diskonto). Dengan tingkat bunga pinjaman yang lebih
murah, maka keinginan bank-bank untuk meminjam uang dari bank sentral menjadi lebih besar, sehingga
jumlah uang yang beredar bertambah dan sebaliknya.

3. Rasio Cadangan Wajib ( Reserve Requirement Ratio )

Penetapan ratio cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah uang yang beredar. Jka rasio cadangan
wajib diperbesar, maka kemampuan bank memberikan kredit akan lebih kecil dibandingkan sebelumnya.

Selain ketiga instrumen yang bersifat kuantitatif tersebut, pemerintah dapat melakukan himbauan moral
(moral suasion). Misalnya untuk mengendalikan jumlah uang beredar (JUB) di masyarakat, Bank
Indonesia melalui Gubernur Bank Indonesia memberi saran supaya perbankan mengurangi pemberian
kredit ke masyarakat atau ke sektor-sektor tersebut.

Kebijakan moneter dapat bersifat ekspansif maupun kontraktif. Kebijakan moneter ekspansif dilakukan
pemerintah jika ingin menambah jumlah uang beredar di masyarakat atau yang lebih dikenal kebijakan
uang longgar (easy money policy). Sebaliknya, jika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang beredar di
masyarakat, kebijakan moneter yang ditempuh adalah kebijakan moneter kontraktif atau yang lebih
dikenal kebijakan uang ketat (tight money policy). Selain itu dalam melaksanakan kebijakan moneter,
Bank Sentral dapat menggunakan tiga instrumen, yaitu operasi pasar terbuka (open market operation),
kebijakan tingkat suku bunga (discount rate policy) dan rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio).

Kebijakan Perdagangan Luar Negeri

Kebijakan Perdagangan Luar Negeri merupakan salah satu bagian kebijakan ekonomi makro. Kebijakan
Perdagangan Luar Negeri adalah peraturan yang dibuat oleh pemerintah yang mempengaruhi struktur
atau komposisi dan arah transaksi perdagangan serta pembayaran internasional. Karena merupakan
salah satu bagian dari kebijakan ekonomi makro maka kebijakan perdagangan internasional bekerja sama
dengan baik dengan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.

Tujuan dari kebijakan perdagangan luar negeri yaitu sebagai berikut :

- Melindungi kepentingan nasional dari pengaruh negatif yang berasal dari luar negeri seperti dampak
inflasi di luar negeri terhadap inflasi di dalam negeri melalui impor atau efek resesi ekonomi dunia (krisis
global) pertumbuhan ekspor Indonesia.

- Melindungi industri nasional dari persaingan barang-barang impor.

- Menjaga keseimbangan neraca pembayaran sekaligus menjamin persediaan valuta asing (valas)
yang cukup, terutama untuk kebutuhan impor dan pembayaran cicilan serta bunga utang luar negeri.
- Menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil.

- Meningkatkan kesempatan kerja.

Kebijakan perdagangan luar negeri terbagi menjadi dua macam, yaitu :

- Kebijakan Pengembangan atau Promosi Ekspor

Tujuan Kebijakan Pengembangan atau Promosi Ekspor adalah untuk mendukung dan meningkatkan
pertumbuhan ekspor. Tujuan kebijakan ini dapat dicapai dengan berbagai kebijakan, antara lain kebijakan
perpajakan dalam berbagai bentuk, misalnya pembebasan atau keringanan pajak ekspor dan penyediaan
fasilitas khusus kredit perbankan bagi eksportir.

- Kebijakan Proteksi atau Kebijakan Impor

Kebijakan Proteksi atau Kebijakan Impor bertujuan untuk melindungi industry di dalam negeri dari
persaingan barang-barang impor. Kebijakan proteksi dapat diterapkan dengan berbagai instrumen, baik
yang berbentuk tarif maupun non tarif. Proteksi-proteksi yang dilakukan dengan tidak menggunakan tarif
disebut non-tariff barriers. Hambatan yang termasuk ke dalam hambatan non-tarif, antara lain kuota,
subsidi, diskriminasi harga, larangan impor, premi, dan dumping.

Pada intinya, masalah-masalah dalam bidang ekonomi yang dihadapi pemerintah bukan hanya tanggung
jawab pemerintah saja, tetapi kita sebagai warga negara yang baik semestinya ikut membantu dalam
mengatasinya. Banyak cara yang dapat diupayakan dimulai dengan melakukan program-program serta
kebijakan-kebijakan. Hal tersebut tidak akan berjalan dengan baik tanpa kerja sama masyarakatnya.
Untuk itu, masyarakat semsetinya sudah dapat memposisikan dirinya untuk membantu supaya
pembangunan yang dilakukan pemerintah tersebut berjalan dengan baik dengan cara tidak menjadi
beban atau kendala bagi pemerintah.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 17 TAHUN 1992

TENTANG

PERSYARATAN PEMILIKAN SAHAM DALAM PERUSAHAAN

PENANAMAN MODAL ASING

Presiden Republik Indonesia,

Menimbang:
bahwa dalam rangka penciptaan iklim usaha yang dapat lebih mendorong pertumbuhan perekonomian
nasional dan merangsang minat penanaman modal asing, dipandang perlu menetapkan persyaratan
pemilikan saham pada perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing;

Mengingat:

1. Pasal 5 ayal (2) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Tahun
1967 Nomor 1, Tambahan Lem- baran Negara Nomor 2818) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
undang Nomor 11 Tahun 1970 (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2943);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN PEMILIKAN SAHAM DALAM


PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING.

Pasal 1

Persetujuan dalam rangka penanaman modal asing pada dasarnya dapat diberikan, apabila jumlah
modal yang akan ditanamkan tidak lebih kecil dari US $ 1.000.000.- (satu juta dollar Amerika Serikat).

Pasal 2

Perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing, selanjutnya disebut Perusahaan PMA,
pada dasamya berbentuk usaha patungan dengan persyaratan bahwa pemilikan modal saham peserta
Indonesia dalam perusahaan patungan tersebut sekurang-kurangnya 20% (dua puluh perseratus) dari
seluruh nilai modal saham perusahaan pada waktu pendirian perusahaan patungan, dan ditingkatkan
menjadi sekurang-kurangnya 51% (lima puluh satu perseratus) dalam waktu 20 (dua puluh) tahun
terhitung sejak perusahaan berproduksi secara komersial sebagaimana tercantum dalam izin usahanya.

Pasal 3

(1) Perusahaan PMA dapat didirikan dengan jumlah modal yang ditanamkan sekurang-kurangnya US
$ 250.000.- (dua ratus lima puluh ribu dollar Amerika Serikat) apabila memenuhi salah satu persyaratan
sebagai berikut:

a. padat karya dengan jumlah tenaga kerja langsung sekurang-kurangnya 50 (lima puluh)
orang, dan:

1) sekurang-kurangnya 65% (enam puluh lima perseratus) hasil produksi untuk


dickspor; atau

2) menghasilkan bahan baku atau bahan penolong atau barang setengah jadi atau
komponen untuk memenuhi kebutuhan industri lain;

b. melakukan kegiatan dibidang usaha jasa tertentu sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

(2) Perusahaan PMA yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dapat
didirikan dengan persyaratan bahwa pemilikan modal saham peserta Indonesia pada saat perusahaan
didirikan sekurang-kurangnya 5% (lima perseratus) dari seluruh nilai modal saham perusahaan pada saat
didirikan dan ditingkatkan menjadi sekurang-kurangnya 20% (dua puluh perseratus) dari seluruh nilai
modal saham perusahaan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak perusahaan
berproduksi secara komersial sebagaimana tercantum dalam izin usahanya.

(3) Modal saham peserta Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditingkatkan lagi menjadi
sekurang-kurangnya 51% (lima puluh satu perseratus) dari seluruh nilai modal saham perusahaan dalam
waktu 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak perusahaan berproduksi secara komersial.

Pasal 4

(1) Perusahaan PMA dapat didirikan dengan modal saham yang seluruhnya dimiliki oleh peserta
asing apabila memenuhi salah satu persyaratan sebagai berikut:

a. jumlah nilai modal yang disetor sekurang-kurangnya US $ 50.000.000.- (lima puluh juta
dollar Amerika Serikat);
b. berlokasi di salah satu Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya, Maluku, Timor Timur, Nusa
Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Bengkulu dan Jambi.

(2) Dalam waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak perusahaan berproduksi komersial, sekurang-
kurangnya 5% (lima perseratus). dari scluruh nilai modal saham perusahaan dijual kepada Warga Negara
Indonesia atau badan hukum Indonesia yang modal sahamnya dimiliki Warga Negara Indonesia atau
badan-badan tertentu lainnya yang diberi perlakuan sama dengan Warga Negara Indonesia sebagai
peserta Indonesia.

(3) Pemilikan modal saham oleh peserta Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditingkatkan menjadi sekurang-kurangnya 20% (dua puluh perseratus) dalam jangka waktu 20 (dua
puluh) tahun.

(4) Badan-badan tertentu scbagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah International Finance
Corporation, Asian Development Bank dan Islamic Development Bank.

Pasal 5

(1) Perusahaan PMA dapat pula didirikan dengan modal saham yang seluruhnya dimiliki oleh
peserta asing, dengan syarat:

a.berlokasi di Kawasan Berikat;

b.seluruh hasil produksinya untuk ekspor.

(2) Dalam waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berproduksi komersial, sekurang-kurangnya 5% (lima perseratus) dari scluruh nilai modal sahamnya
wajib dijual kepada Warga Negara Indonesia atau badan hukum yang modal sahamnya dimiliki oleh
Warga Negara Indonesia atau badan-badan tertentu yang diberi perlakuan sama dengan Warga Negara
Indonesia, sebagai peserta Indonesia.

(3) Penguasaan dan pemilikan tanah untuk perusahaan PMA yang berlangsung di Kawasan Berikat
sepenuhnya dilakukan dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan mengenai pertanahan
bagi usaha di lingkungan Kawasan Berikat.

Pasal 6
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 4, dan Pasal 5 berlaku pula bagi setiap
penambahan modal saham perusahaan dalam rangka perluasan.

Pasal 7

Disamping penambahan modal saham dalam perusahaan sendiri, perusahaan PMA dapat pula
menanam kembali laba perusahaan untuk:

a. mendirikan perusahaan baru, atau

b. mcmbeli saham pada perusahaan lain di Indonesia, baik perusahaan yang didirikan baru maupun
perusahaan yang sudah berdiri, yang pada saat pembelian saham tersebut bidang usaha perusahaan
yang bersangkutan tidak tercantum dalam Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Bagi Penanaman Modal
Asing.

Pasal 8

Dalam hal laba perusahaan PMA digunakan untuk mendirikan perusahaan PMA baru, terhadap
perusahaan PMA yang baru tersebut sepenuhnya berlaku ketentuan tentang persyaratan saham peserta
Indonesia sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 9

(1) Dalam hal laba perusahaan PMA digunakan untuk membeli saham perusahaan yang sudah ada,
pembelian tersebut tidak boleh menyebabkan pemilikan modal saham peserta Indonesia pada
perusahaan yang dibeli kurang dari 20% (dua puluh perseratus) dari seluruh nilai modal saham
perusahaan yang dibeli tersebut.

(2) Pemilikan modal saham oleh peserta Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditingkatkan kembali menjadi sekurang-kurangnya 51% (lima puluh satu perseratus) melalui penjualan
saham yang bersangkutan oleh perusahaan PMA dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun.

(3) Tata cara pembelian atau penjualan kembali saham sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur
oleh Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Pasal 10

(1) Dalam hal laba perusahaan PMA digunakan untuk membeli saham perusahaan PMA yang sudah
ada, persyaratan pemilikan modal saham peserta Indonesia pada perusahaan PMA yang dibeli tersebut
berlaku ketentuan Peraturan Pemerintah ini.

(2) Jangka waktu izin usaha perusahaan PMA yang dibeli tetap sebagaimana ditentukan dalam izin
bagi perusahaan yang dibeli tersebut.

Pasal 11

Pengaturan lebih lanjut pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan oleh Ketua Badan Koordinasi
Penanaman Modal.

Pasal 12

Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, segala Keputusan Ketua Badan Koordinasi Penanaman
Modal mengenai penanaman modal asing yang bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini
dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 13

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini


dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 16 April 1992


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd.

SOEHARTO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 16 April 1992

MENTERI/SEKRETARIS NEGAR

REPUBLIK INDONESIA

ttd.

MOERDIONO

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 17 TAHUN 1992

TENTANG

PERSYARATAN PEMILIKAN SAHAM DALAM

PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING

UMUM
Dalam usaha untuk lebih menarik minat dan meningkatkan peran penanaman modal asing dalam
pembangunan di bidang ekonomi, semakin dirasakan perlu adanya berbagai kebijakan dan
langkah-langkah untuk mewujudkan iklim yang memadai bagi usaha penanaman modal asing di
Indonesia. Salah satu diantaranya, adalah pengaturan yang jelas dan mampu memberi kepastian hukum
mengenai pemilikan saham dalam perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing
tersebut.

Dengan latar belakang pemikiran itulah Peraturan Pemerintah ini

disusun.

Melalui pengaturan mengenai persyaratan pemilikan saham pada perusahaan seperti di atas, cara dan
bentuk kegiatan penanaman modal asing memperoleh arahan yang jelas. Termasuk di dalamnya,
pengaturan mengenai kapan dan bagaimana syarat-syarat yang harus dipenuhi bilamana usaha
penanaman modal asing tersebut akan dilakukan sepenuhnya dan seluruh modal sahamnya dapat
dimiliki oleh pihak asing.

Dalam rangka pengembangan iklim usaha itu pula, pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini dikaitkan
pula dengan upaya untuk meningkatkan potensi nasional. Hal ini meliputi baik menyangkut
pelaku-pelaku kehidupan ekonomi, sektor usaha, maupun peningkatan kemampuan usaha dalam
perekonomian nasional.

Lebih dari itu, pengaturan mengenai pemilikan saham inipun dikaitkan pula dengan pemikiran untuk
mendorong pelaksanaan kegiatan dan pertumbuhan ekonomi pada umumnya secara lebih merata di
wilayah Indonesia.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Yang dimaksud dengan peserta Indonesia adalah warga negara Indonesia atau badan hukum
Indonesia yang modal sahamnya dimiliki warga negara Indonesia.

Yang dimaksud dengan seluruh nilai modal saham perusahaan adalah modal dasar perusahaan.
Pasal 3

Ayat (1)

Dengan ketentuan ini, maka salah satu dari persyaratan huruf a dan huruf b harus dipenuhi.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Pemerintah diharapkan selalu memberikan bimbingan sehingga upaya peningkatan


pemilikan modal saham peserta Indonesia tersebut dapat terwujud.

Bimbingan serupa itu juga perlu dilakukan dalam hal peningkatan sebagaimana diatur
dalam ayat (2).

Pasal 4

Ayat (1)

Dengan syarat pada huruf b, dimaksudkan untuk mendorong usaha pembangunan di


bidang ekonomi di wilayah-wilayah tersebut.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 5

Ayat (1)

Disamping syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 4, pemilikan seluruh modal saham oleh
peserta asing juga dimungkinkan tetapi dalam hal dipenuhinya kedua syarat tersebut sekaligus.

Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 6

Cukup jelas

Pasal 7

Ketentuan ini mengatur kemungkinan penggunaan laba perusahaan. Dalam hal pendirian
perusahaan baru penggunaan laba perusahaan mungkin hanya merupakan salah satu komponen.

Tetapi dalam hal pembelian saham perusahaan lain, perusahaan PMA hanya dapat menggunakan
laba yang dimilikinya.

Pasal 8

Cukup jelas

Pasal 9

Ayat (1)

Ketentuan ini dimaksudkan agar pemilikan saham peserta Indonesia pada perusahaan
PMDN yang dibeli tetap dapat dijaga pada tingkat yang memungkinkannya untuk mempertahankan
hak-hak mereka secara wajar.

Ketentuan ini diperlukan, karena tujuan dari pemberian kesempatan bagi perusahaan PMA
untuk membeli saham perusahaan PMDN tadi adalah untuk membantu pengembangan kemampuan
usaha atau peningkatan kondisi keuangan perusahaan PMDN.

Ayat (2)

Karena tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka diatur pula mekanisme
penjualan kepada atau pembelian kembali saham tersebut oleh perusahaan PMDN.
Jangka waktu yang disediakan adalah 20 (dua puluh) tahun. Dalam waktu tersebut,
diharapkan pemilikan saham oleh peserta Indonesia pada perusahaan yang dibeli dapat meningkat lagi
menjadi sekurang-kurangnya 51% (lima puluh satu perseratus).

Ketentuan ini seiring dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan Pemerintah ini.

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 11

Cukup jelas

Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13

Cukup jelas

KEBIJAKAN MONETER DAN PERBANKAN

1. PERIODE STABILISASI & REHABILITASI EKONOMI

Pada awal orde baru, untuk mengatasi kondisi perekonomian yang sangat memprihatinkan. Angka inflasi
diperkirakan 650%

Kebijakan yang diambil:

§ Mengubah kebijakan anggaran defisit menjadi anggaran berimbang

§ Menjalankan kebijakan kredit yang sangat ketat & kualitatif, dengan cara:

§ Menetapkan tingkat bunga kredit bagi bank-bank pemerintah


§ Penyaluran kredit yang sangat efektif

§ Menerbitkan tata cara pemberian kredit perbankan

§ Memobilisasi dana masyarakat, dengan menerbitkan Inpres No. 28 Tahun 1968, yaitu:

§ Menawarkan tingkat bunga deposito yang tinggi

§ Bebas pengusutan asal usul uang yang didepositokan

§ Jaminan pembayaran kembali oleh Bank Indonesia

§ Bebas pajak

§ Pengetataan rahasia bank terhadap pemilik deposan

§ Mengeluarkan UU No. 13 tahun 1968 tentang Bank Indonesia

2. PERIODE PEREKONOMIAN DITUNJANG SEKTOR MINYAK

Kebijakan pemerintah dalam upaya memobilisasi dana masyarakat sebagai sumber pembiayaan
pembangunan disertai dengan Kredit Likuiditas bank Indonesia (KLBI)

Penyediaan KLBI sebagai akibat besarnya penerimaan Negara dari penerimaan ekspor minyak pada
dekade 1970an.

Kebijakan moneter yang ditempuh:

§ Menetapkan pagu kredit (credit ceiling) & aktiva lainnya

§ Menaikkan bunga kredit

§ Menaikkan bunga deposito & tabungan

§ Menaikkan ketentuan cadangan likuiditas wajib

3. PERIODE DEREGULASI PERBANKAN

Memasuki dekade 1980an ekonomi Indonesia mengalami resesi sebagai dampak resesi dunia

PDB turun drastic dari 7,7% menjadi 2,2% & neraca pembayaran memburuk

Kebijakan yang ditempuh:

§ Penyesuaian nilai tukar Rp terhadap USD, pada bulan maret 1983 dari Rp 700,- menjadi Rp 970,-
§ Penjadwalan ualang proyek-proyek yang menggunakan devisa dalam jumlah besar

§ Melakukan deregulasi sektor moneter & perbankan dengan berbagai jenis paket kbijakan

§ Paket Deregulasi:

§ Paket Deregulasi 1 Juni 1983

§ Bank menentukan sendiri suku bunga deposito & suku bunga pinjaman

§ Pengendalian moneter tanpa menentukan pagu kredit

§ Pengendalian moneter tidak langsung

§ Paket Kebijaksanaan 27 Oktober 1988

§ Mendorong perluasan jaringan keuangan & perbankan ke seluruh wilayah Indonesia serta
diversifikasi sarana dana

§ Kemudahan pendirian bank-bank swasta baru, pembukaan kantor cabang baru, pendirian lembaga
keuangan bukan bank di luar Jakarta, pendirian BPR, pemberian ijin penerbitan sertifikat deposito bagi
lembaga keu. bukan bank, perluasan tabungan.

§ Penurunan likuiditas wajib minimum dari 25% menjadi 2%

§ Penyempurnaan Open Market Operation

§ Paket Kebujaksanaan 25 Maret 1989

§ Memuat peleburan usaha (merger) & penggabungan usaha bank umum swasta nasional, bank
pembangunan, BPR, penyempurnaan ketentuan pendirian & usaha BPR, pemilikan modal campuran,
penggunaan tenaga kerja professional WNA.

§ Paket Kebijaksanaan 19 Januari 1990

§ Peningkatan efisiensi dalam alokasi dana masyarakat kearah kegiatan produktif & peningkatan
pengerahan dana masyarakat.

§ Mengurangi ketergantungan kepada KLBI . Paket ini meliputi kredit kepada KOPERASI, kredit
pengadaan pangan & gula, kredit investasi, kredit umum, KUK

§ Kewajiban bagi bank untuk menyalurkan 25% dananya ke bidang pengembangan usaha kecil &
perorangan
§ Paket Kebijaksanaan 20 Pebruari 1991

§ Kelanjutan Pakto 27 1988

§ Berkaitan dengan ketentuan pengaturan perbankan dengan prinsip prudential

§ Pengawasan & pembinaan kredit dilakukan dalam rangka mewujudkan sistem perbankan yang sehat
& efisien, maka diperlukan disentralisasi dalam pelaksanaannya.

§ Pemisahan antara pemilikan bank & manajemen bank secara professional

§ Paket Kebijaksanaan 29 Mei 1993

§ Memperlancar kredit perbankan bagi dunia usaha

§ Mendorong perluasan kredit dengan tetap berpedoman pada azas-azas perkreditan yang sehat,
mendorong perbankan untuk menangani masalah kredit macet, mengendalikan pertumbuhan jumlah
uang beredar & kredit perbankan dalam batas-batas aman bagi stabilitas ekonomi

§ Pencanangan akan konsep kehati-hatian dalam pengelolaan bank yang lebih menekankan kepada
kualitas dalam pemberian kredit melalui penilaian kembali terhadap aktiva produktif bank-bank

4. PERIODE PASCA DEREGULASI

ERA KRISIS MONETER

§ Diawali krisis nilai tukar pada pertegahan 1997

§ PDB pada tahun 1998 turun hingga -13,68%, pada tahun 1997 PDB sebesar 4,65%

§ Laju inflasi melonjak menjadi 77,63%, dibandingkan 11,05% pada tahun 1997

§ Beberapa faktor yang menyebabkan kondisi perbankan nasional rentan terhadap gejolak ekonomi,
al:

§ Adanya jaminan terselubung dari BI atas kelangsungan hidup suatu bank untuk mencegah kegagalan
sistematik, dalam industri perbankan telah menimbulkan moral hazard pemilik & pengelola bank

§ Sistem pengawasan BI yang kurang efektif

§ Besarnya pemberian kredit & jaminan secara langsung atau tidak lansung kepada individu atau
kelompok menyebabkan kredit macet & pelanggaran BMPK
§ Lemahnya kemampuan manajerial bank telah mengakibatkan penurunan kualitas aktiva
produktifnya & peningkatan risiko yang dihadapi bank

§ Kurang transparannya informasi mengenai kondisi perbankan

§ 1 Nopember 1997 memulai langkah program penyehatan perbankan, dengan melikuidasi 16 bank
yang insolvent

§ Memberikan BLBI

§ Rekapitalisasi di sektor perbankan & sektor riil dengan memperoleh dukungan teknis & keuangan
dari IMF

§ Pemulihan Perbankan

§ Semakin meningkatnya penarikan dana masyarakat dari perbankan

§ Meningkatnya non performing assets terutama portfolio kredit

§ Jumlah bank yang mengalami kesulitan bertambah, yang berakhir dengan pengambilalihan atau
bank take over (BTO), Pembekuan Kegiatan Operasional (BBO), Pembekuan Kegiatan Usaha (BBU).

§ Penandatangana LOI dengan IMF pada tanggal 15 Januari 1998

§ Upaya pemulihan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan:

§ Melaksanakan program penjaminan pemerintah

§ Membentuk BPPN pada 27 Januari 1998 dengan keppres no. 27 th 1998 dan dikukuhkan dalam UU
no. 10 th 1998

§ Melaksanakan rekapitalisasi perbankan

Definisi/Pengertian Kebijakan Moneter Dan Kebijakan Fiskal, Instrumen Serta Penjelasannya

A. Arti Definisi / Pengertian Kebijakan Moneter (Monetary Policy)


Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat
berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam
perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya
peningkatan output keseimbangan.

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi
jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy

Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar

2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy

Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan
uang ketat (tight money policu)

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara
lain :

1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli
surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar,
pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar
berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat
berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan
SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank
sentral pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam
ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank
sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.

3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana
cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah
menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan
rasio.

4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)

Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi
imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk
berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar
bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada
perekonomian.

B. Arti Definisi / Pengertian Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy)


Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian
untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan
ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih
mekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.

Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat
dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada
ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri
akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli
masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.

Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :

1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif

Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan
negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan
ekonomi sedang resesif.

2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif

Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada
pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang
ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.

3. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)


Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan
pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan
disiplin.

Istilah - istilah yang berhubungan dengan keuangan :

1. DEFLASI, daya beli uang yang mengalami peningkatan, karena jumlah uang yang beredar relatif lebih
sedikit dari jumlah barang dan jasa yang tersedia. Tujuan dari devaluasi adalah untuk meningkatkan
ekspor barang, neraca pembayaran menjadi surplus.

2. DEFRESIASI, penurunan nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang.

3. APRESIASI, kenaikan nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang.

4. INFLASI TERBUKA, keadaan dimana harga-harga bergerak tak terkendali, serta terdapat kelebihan
permintaan terhadap barang.

5. SANERING, pemotongan nilai mata uang yang dilakukan oleh pemerintah.

6. REVALUASI, kebijakan pemerintah untuk menaikan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta
asing.

7. DEVALUASI, kebijakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta
asing dengan sengaja. Deflasi dapat di atasi dengan cara pemerintah menambah pembelanjaan,
masyarakat menambah pengeluaran.

8. INFLASI, diartikan sebagai kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum yang
berlangsung secara terus-menerus akibat tidak seimbangnya arus barang dan arus uang.
9. KEBIJAKAN MONETER, segala kebijakan pemerintah di bidang moneter dengan tujuan menjaga
kestabilan moneter untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

10. KEBIJAKAN FISKAL, kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan pajak, pengaturan pemasukan
dan pengeluaran pemerintah dan kebijakan pinjaman pemerintah.

11. KEBIJAKAN NON MONETER, kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan peningkatan produksi,
kebijakan upah buruh dan pengawasan harga.

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2182834-pengertian-inflasi-deflasi-devaluasi-
revaluasi/#ixzz1qF5PJOjW

Devaluasi

Devaluasi adalah kebijakan untuk menurunkan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang
asing. Keuntungan dari melakukan devaluasi adalah membuat harga barang-barang ekspor menjadi lebih
murah sebaliknya harga barang impor menjadi lebih mahal. Devaluasi membuat peningkatan ekspor, net
ekspor (ekspor dikurangi dengan impor) dan pendapatan nasional sedangkan kerugian dari devaluasi
yang utama adalah membuat cost foreign currency loans lebih besar dari jumlah dollar yang dibayarkan
untuk menutup pinjaman dalam mata uang asing juga lebih banyak.

Revaluasi

Revaluasi adalah kebijakan untuk menaikkan nilai tukar domestik terhadap nilai tukar negara lain.
Keuntungan melakukan revaluasi adalah biaya meminjam dalam mata uang asing lebih murah,
sedangkan kerugiannya yang utama adalah

menyebabkan produk domestik menjadi lebih mahal dalam mata uang asing dan impor menjadi lebih
murah dalam mata uang domestik. Jatuhnya nilai mata uang tertentu terhadap mata uang lain bisa
disebabkan oleh berbagai faktor

Anda mungkin juga menyukai