Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Ekologi DIII Kesehatan Lingkungan
oleh :
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Ekologi DIII Kesehatan Lingkungan
oleh :
Jangan patah semangat akibat suatu kegagalan, tapi berusahalah menebus kegagalan itu
dengan berbuat sesuatu yang lain. Sekali tidak berhasil bukan berarti gagal untuk selamanya
The danger of small mistakes is that those mistakes are not always small (bahayanya
kesalahan-kesalahan kecil adalah bahwa kesalahan-kesalahan itu tidak selalu kecil)
Kemalasan membuat seseorang begitu lamban sehingga kemiskinan segera menyusul
Orang akan selalu melupakan apa yang kita lakukan. Mereka juga akan selalu melupakan
apa yang kita katakan. Tetapi, mereka tidak akan pernah melupakan apa yang mereka rasakan
karena kita
Yang kaya bukan mereka yang memiliki banyak, melainkan mereka yang memberi banyak
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan taufik, hidayah, dan inayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“PENDEKATAN EKOLOGI DALAM KESEHATAN LINGKUNGAN” dengan baik.
Penyusun menyadari tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, makalah ini tidak
akan selesai. Maka dari itu penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Hj. Lucky Herawati, S.K.M, M.Sc, Direktur Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
2. Bapak S. Eko Windarso, S.K.M, M.P , Bapak Drs. Adib Suyanto, M. Si dan Ibu
Indah Werdiningsih, dosen mata kuliah Ekologi.
3. Kedua orangtua yang telah memberikan dukungan baik material maupun spiritual
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ekologi DIII
Kesehatan Lingkungan semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Penyusunan makalah ini
dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai pengelolaan lingkungan hidup secara
umum.
Penyusun
4
DAFTAR ISI
5
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara social dan ekonomis. (UU No. 23 tahun 1992 pasal 1 ayat 1)
Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk
hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. (UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup pasal 1 ayat 1)
Kesehatan lingkungan
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekologi merupakan salah satu ilmu dasar bagi
ilmu pengetahuan. Miller memberi gambaran batas wilayah kerja ekologi sebagai suatu
modelyang berdasarkan atas anggapan, bahwa seluruh alam semesta merupakan suatuekosistem
tersusun dari kelompok-kelompok komponen yang berkaitan satu sama lain.
Pendekatan ekologi adalah suatu metode analisis yang menekankan pada hubungan
antara manusia dan kegiatan lingkungannya, sehingga manusia dan berbagai kegiatannya selalu
menjadi fokus analisis dalam keterkaitannya dengan lingkungan abiotik, biotik, maupun sosial,
ekonomi dan kulturalnya. Manusia dalam hal ini tidak boleh diartikan sebagai makhluk biologis
semata yang setaraf dengan makhluk hidup lainnya, namun adalah sosok yang dikaruniai daya
cipta, rasa, karsa, karya atau makhluk yang berbudi daya.
Pendekatan ekologi ini ditekankan pada keterkaitan antara fenomena geosfer tertentu
dengan variabel lingkungan yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya
tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus
pula dikaitkan dengan :
6
1. fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan
manusia.
2. perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta
kesadaran akan lingkungan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja masalah- masalah kesehatan lingkungan itu?
2. Bagaimana mengatasi masalah-masalah kesehatan lingkungan dengan pendekatan
ekologi?
C. TUJUAN
7
BAB II
PEMBAHASAN
Pembahasan :
1. Sampah
8
Sampah semakin hari semakin sulit dikelola, sehingga disamping kesadaran dan
partisipasi masyarakat, pengembangan teknologi dan model pengelolaan sampah merupakan
usaha alternatif untuk memelihara lingkungan yang sehat dan bersih serta dapat memberikan
manfaat lain.
2. Air bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b. Syarat Kimia : Kadar Besi maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
Kesadahan (maks 500 mg/l)
c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)
Air bersih banyak hubungannya dengan persampahan, pengelolaan sampah yang
setiap hari diproduksi oleh masyarakat serta pembuangan air limbah yang langsung dialirkan
pada saluran sungai. Hal tersebut menyebabkan pandangkalan saluran/sungai, tersumbatnya
saluran sungai karena sampah. Pada saat musim penghujan selalu terjadi banjir dan
menimbulkan penyakit. Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh sanitasi yang kurang baik
serta pembuangan sampah dan air limbah yang kurang baik diantaranya adalah:
a. Diare
b. Demam berdarah
c. Disentri
d. Hepatitis A
e. Kolera
f. Tiphus
g. Cacingan dan Malaria
3. Makanan dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa
boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau
disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa
boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan
meliputi :
a. Persyaratan lokasi dan bangunan;
b. Persyaratan fasilitas sanitasi;
c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;
d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;
e. Persyaratan pengolahan makanan;
f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;
g. Persyaratan peralatan yang digunakan.
4. Pembuangan limbah dan tinja
Perkembangan industri yang pesat dewasa ini tidak lain karena penerapan kemajuan
teknologi oleh manusia untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, namum di sisi lain
dapat menimbulkan dampak yang justru merugikan kelangsungan hidup manusia. Dampak
9
tersebut harus dicegah karena keseimbangan lingkungan dapat terganggu oleh kegiatan
industri dan teknologi tersebut. Jika keseimbangan lingkungan terganggu maka kualitas
lingkungan juga berubah. Padahal kenyamanan hidup banyak ditentukan oleh daya dukung
alam atau kualitas lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup manusia.
Buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestic
atau rumah tangga disebut limbah. Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis
limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus atau biasa disebut black water, dan ada
air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya disebut juga grey water. Limbah,
sampah, dan kotoran yang berasal dari rumah tangga, perusahaan, dan kendaraan merupakan
masalah serius yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kesehatan lingkungan.
Pembuangan sampah rumah tangga dibiasakan pada tempat sampah, karena itu tempat
sampah seharusnya selalu tersedia di lingkungan rumah tempat tinggal sesuai dengan
jenisnya, sampah basah atau garbage, sampah kering atau rubbish, dan sisa-sisa industry atau
industrial waste. Selain itu, kebiasaan meludah, buang air kecil dan besar, air limbah juga
harus dikelola dengan baik agar tidak mengganggu kesehatan lingkungan. Sampah yang tidak
dikelola dengan baik dapat menjadi sarang hewan penyebar penyakit dan bau yang tidak
sedap.
5. Vektor
Vektor adalah suatu agent/penyebab pembawa penyakit, dan salah satu penyakit yang
ditimbulkan disituasi bencana adalah melalui vektor yang tidak terkontrol.
1. Nyamuk, biasanya hidup dan berkembang biak di tempat yang banyak terdapat
genangan air, merupakan vektor penyakit Malaria, Demam Berdarah
2. Lalat atau kecoak, biasanya hidup ditempat yang banyak menyediakan makan dan
berbau (tempat sampah) merupakan vektor penyakit diare.
3. Kutu, biasanya terdapat di handuk, air yang kotor, tempat tidur yang kotor dan ada
juga yang hidup di tubuh manusia yaitu penyebab scabies.
4. Tikus, biasanya hidup di tempat sampah, merupakan vektor penyakit Salmonella,
leptospirosis.
6. Pemukiman
Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah merupakan salah satu kebutuhan
dasar bagi kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti pertambahan luas
tanah cenderung menimbulkan masalah kepadatan populasi dan lingkungan tempat tinggal
yang menyebabkan berbagai penyakit serta masalah kesehatan. Rumah sehat sebagai
prasyarat berperilaku sehat memiliki kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat kepadatan
populasi yang tidak diimbangi ketersediaan lahan perumahan. Kriteria tersebut antara lain
luas bangunan rumah minimal 2,5 m2 per penghuni, fasilitas air bersih yang cukup,
pembuangan tinja, pembuangan sampah dan limbah, fasilitas dapur dan ruang berkumpul
keluarga serta gudang dan kandang ternak untuk rumah pedesaan. Tidak terpenuhi syarat
rumah sehat dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit baik fisik, mental maupun
sosial yang mempengaruhi produktivitas keluarga dan pada akhirnya mengarah pada
kemiskinan dan masalah sosial.
10
Penyakit Penyebab
11
HIV - Kurangnya informasi
A. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya
kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai
kepada yang paling berat. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :
Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri.
Lingkungan kerja
Proses kerja
Sifat pekerjaan
Cara kerja
2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang
dapat terjadi antara lain karena:
12
Fraktura berat, dislokasi, memar otak, dll.
2. Mengangkat beban
Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila
mengabaikan kaidah ergonomi.
Akibat : cedera pada punggung
Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja di Tempat Kerja
Kesehatan
1. Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang biaknya
strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci,
yang bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang
menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat
menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores
atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus. Angka kejadian infeksi nosokomial di unit
Pelayanan Kesehatan cukup tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK
sangat besar, sebagai contoh dokter di RS mempunyai risiko terkena infeksi 2 sampai 3 kali
lebih besar dari pada dokter yang praktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan
menangani limbah yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar kuman
patogen, debu beracun mempunyai peluang terkena infeksi.
2. Faktor Kimia
Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan
obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan dalam
komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan
cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan
kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya
disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton).
Bahan toksik ( trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap
melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif
(asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang
terpapar.
13
3. Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses
dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk
terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi
yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer
kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to fit the Man to the
Job.
4. Faktor Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan
kerja meliputi:
Kebisingan, getaran akibat alat / media elektronik dapat menyebabkan stress dan ketulian
Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium, ruang perawatan dan kantor
administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.
5. Faktor Psikososial
Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati seseorang.
Untuk itu pekerja di tempat kerja kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang
tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan
Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman
kerja.Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun
informal.
14
B. Mengatasi Masalah-Masalah Kesehatan Lingkungan dengan Pendekatan Ekologi
1. Sampah
Sistem yang saat ini digunakan di Indonesia dikenal dengan sebutan ”kumpul-angkut-
buang”.
15
Akibatnya, selain dampak negatif terhadap lingkungan hidup, seperti pencemaran
tanah, air, dan udara di TPS dan TPA, permasalahan sampah juga menyebabkan berbagai
konflik sosial akibat buruknya manajemen pengelolaan sampah.
Kerusuhan yang terjadi akibat penolakan keberadaan TPST Bojong bahkan sampai
menimbulkan korban jiwa. Kemudian, musibah longsor di TPA Bantar Gebang pada tahun
2006, yang menewaskan sejumlah pemulung serta longsornya jutaan meter kubik sampah
yang terjadi di TPA Leuwigajah (Bandung) tahun 2005, yang menyebabkan meninggalnya
lebih dari 140 nyawa akibat tertimbun longsoran sampah.
Paradigma sampah sebagai bahan yang “tidak berguna” yang selama ini dianut, wajib
diubah menjadi paradigma “sampah sebagai sumber daya”. Paradigma ini menginspirasi dari
Hukum Termodinamika, yang menghasilkan pandangan bahwa sampah yang dihasilkan
mampu untuk dimanfaatkan kembali atau didayagunakan kembali oleh manusia.
Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai
ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk
bahan baku industri. Sehingga diharapkan volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat
dapat diminamilisir, melalui upaya pengurangan sampah dengan pemanfaatan dan
pendayagunaan/ daur ulang kembali sampah yang dihasilkan.
16
Kemudian paradigma “sampah sebagai sumber daya” dilaksanakan melalui
pendekatan dari hulu ke hilir. Pendekatan dari hulu ke hilir dapat diartikan yakni, pengelolaan
sampah tersebut dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum
dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase
produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media
lingkungan secara aman.
Terakhir, paradigma dan pendekatan baru dalam pengelolaan sampah tersebut harus
ditunjang oleh peran serta seluruh stakeholders terkait. Semakin tinggi tingkat peran serta,
maka semakin tinggi pula kemungkinan dalam mengatasi permasalahan sampah yang terjadi
selama ini, dan begitu pula sebaliknya. Peran serta seluruh stake holders dapat terlihat dari
upaya awal yakni, pengurangan sampah dari sumber dan/ atau penghasil sampah sampai pada
kegiatan pemrosesan akhir sampah.
Sehingga beban pengolahan sampah yang terpusat di TPA akan berkurang sejalan
dengan berkurangnya volume sampah yang masuk ke TPA. Selain itu, pemerintah yang
selama ini cenderung menjadi aktor tunggal dalam mengatasi persoalan sampah (pengelolaan
TPA), akan sangat tertolong, seiring dengan pengelolaan sampah dari hulu ke hilir, yang
dalam pelaksanaanya membebani kewajiban bagi seluruh stake holders dalam setiap proses
pengelolaan sampah.
2. Air Bersih
Air merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan kehidupan manusia. Menurut
Kodoatie (2008) “air merupakan sumber kehidupan. Semua makhluk membutuhkan air.
Ketersediaan air dari segi kualitas maupun kuantitas mutlak diperlukan”. Indonesia
merupakan Negara kepulauan, sehingga sebagian besar wilayahnya merupakan lautan.
Meskipun terdiri atas perairan, kondisi ini masih belum dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
masyarakat Indonesia. Sebaliknya, mayoritas masyarakat Indonesia menyalahgunakan
perairan dengan mencemarinya.
Sebenarnya, ekosistem air dapat melakukan ‘rehabilitasi’ secara alami apabila terjadi
pencemaran air. Namun kemampuan rehabilitasi ini ada batasnya. Oleh karena itu, setidaknya
harus ada upaya untuk pencegah dan penanggulangan pencemaran air. Cara mengatasi
17
pencemaran air dapat dilakukan mulai dari pengenalan dan pengertian yang baik oleh
perilaku masyarakat. Cara mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha preventif,
misalnya dengan membuang sisa-sisa makanan dan bahan organic ke dalam tong sampah dan
jangan dibuang di sungai.
Selain itu, ada beragam tindakan lain selain tindakan preventif yang bisa kita lakukan.
Berikut ini beberapa tindakan yang dapat kita lakukan oleh masyarakat sebagai Cara
mengatasi pencemaran air , yaitu:
Gunakan air dengan bijaksana. Kurangi penggunaan air untuk kegiatan yang kurang
berguna dan gunakan dalam jumlah yang tepat.
Kurangi penggunaan detergen. Sebisa mungkin pilihlah detergen yang ramah lingkungan
dan dapat terurai di alam secara cepat.
Tidak menggunakan sungai untuk mencuci mobil, truk, dan sepeda motor.
Tidak menggunakan sungai untuk wahana memandikan hewan ternak dan sebagai tempat
kakus.
Jangan membuang sampah rumah tangga di sungai/danau. Kelola sampah rumah tangga
dengan baik dan usahakan menanam pohon di pinggiran sungai/danau.
Sadar akan kelangsungan ketersediaan air dengan tidak merusak atau mengeksploitasi
sumber mata air agar tidak tercemar.
Beberapa langkah di atas merupakan cara mengatasi pencemaran air secara sederhana
yang dapat dimulai dari diri sendiri. Sebenarnya tidak terlalu susah untuk mengatasi
pencemaran air apabila kita menyadari bahwa air merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kehidupan dan setiap orang wajib untuk menjaga dan melestarikan ekosistem air.
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut WHO,
yang dimaksud makanan adalah : “Food include all substances, whether in a natural state or
in a manufactured or preparedform, wich are part of human diet.” Batasan makanan tersebut
tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi yang diperlukan untuk tujuan
pengobatan.
18
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut
layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya :
19
Aspek hygiene sanitasi makanan adalah :
Kontaminasi, masuknya zat asing kedalam makanan yang tidak dikehendaki (bakteri,
jamur, virus, rambut, debu, pestisida dan radioaktif)
Keracunan, timbulnya gejala klinis suatu penyakit atau gangguan kesehatan lainnya akibat
mengonsumsi makanan yang tidak sehat, keracunan dapat terjadi karena bakteriologis,
kimia, pembusukan dan pemalsuan.
Cara pengolahan, agar menghasilkan makanan yang bersih, sehat, aman, dan bermanfaat
bagi tubuh maka diperlukan pengolahan yang baik dan benar. Makanan perlu diolah dan
disimpan secara baik menurut jenis dan macamnya.
20
Setiap bahan makanan yang disimpan diatur ketebalannya, setiap bahan makanan
ditempatkan secara terpisah menurut jenisnya, makanan disimpan didalam ruangan
penyimpanan sedemikian hingga terjadi sirkulasi udara dengan baik agar suhu merata
keseluruh bagian.
21
Pengumpul asap dilengkapi dengan grease filter dan penyedot asap
Pengeluaran asap melalui cerobong tidak mengganggu masyarakat sekitar
g.Harus ada penyediaan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan
h.Harus ada tempat sampah yang memenuhi persyaratan
i. Tersedia saluran pembuangan air bekas
j. Tersedia bak pencuci tangan dan alat
k.Perlindungan serangga dan tikus
l. Tidak menempatkan barang-barang berbahaya dalam dapur
m. Tersedia alat pemadam kebakaran
2. Peralatan masak
a.Syarat bahan perlengkapan
Bahan yang digunakan harus anti karat, mudah dibersihkan dan tidak mudah berubah
warna
Bila bahan dari kayu dianjurkan tidak dipakai sebagai bahan yang kontak langsung
dengan makanan
Bila bahan dari plastic dianjurkan yang aman dan mudah dibersihkan
b. Tahapan dalam pemeliharaan peralatan
Pembersihan kasar
Pembersihan dengan menggunakan deterjan
Membilas dengan air panas (155-160)
Pencuci hamaan
Pembilasan
Pengeringan
3. Tenaga pengolahan makanan
Penjamah makanan harus memperhatikan hygiene perorangan. Peranan penjamah
makanan dalam penyebaran penyakit :
a. Kontak antara penjamah makanan yang menderita penyakit menular dengan konsumen
b. Kontaminasi terhadap makanan yang diolah
c. Sebagai pembawa kuman
D. Prinsip 4, penyimpanan makanan masak
Tujuannya yaitu mencegah pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Mengawetkan
makanan dan mengurangi pembusukan
1.Teknik penyimpanan makanan
Wadah
Setiap jenis makanan terpisah, wadah tertutup, pemisahan antara makanan basah dan kering.
Suhu
Pengaturan suhu pada suhu bakteri tidak bisa tumbuh.
Penyimpanan dingin
Penyimpanan sejuk
Antara 15- 25°c
Untuk minuman keras, umbi umbian dan sayuran
Pendinginan
22
Pada suhu 5,6c
Dapat menghambat pertumbuhan mikroba pathogen
Penyimpanan beku
Dengan menyelupkan bahan kedalam refrigerant
Dengan menggunakan udara dingin – 17,8 sampai dengan – 34,4
2.Yang harus diperhatikan dalam penyimpanan makanan
Makanan yang disimpan diberi tutup
Lantai/meja yang digunakan untuk menyimpan makanan harus bersih
Makanan tidak boleh disimpan dekat sumber pencemar
Makanan yang disajikan sebelum diolah harus dicuci dulu
Makanan yang dipak dengan karton tidak disimpan pada tempat yang basah
E. Prinsip 5, pengangkutan makanan
1.Untuk mencegah terjadinya pencemaran makanan pada saat pengangkutan :
a. Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing
b. Isi makanan tidak terlampau penuh
c. Wadah yang digunakan harus utuh dan tertutup
d. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya agar tetap panas 60c/
dingin 4c
e. Menggunakan kendaraan khusus
2.Factor yang berpengaruh dalam pengangkutan makanan
Tempat/ alat pengangkut
Tenaga pengangkut
Teknik pengangkut
F. Prinsip 6, Penyajian Makanan
Penyajian makanan merupakan salah satu prinsip dari hygiene dan sanitasi makanan.
Penyajian makanan yang tidak baik dan etis, bukan saja dapat mengurangi selera makan
seseorang tetapi dapat juga menjadi penyebab kontaminasi terhadap bakteri. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan sesuai dengan prinsip hygiene dan sanitasi
makanan adalah sebagai berikut :
1. Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah dan
diusahakan tertutup. Tujuannya adalah
a. Makanan tidak terkontaminasi silang
b. Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan
c. Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.
2. Prinsip kadar air atinya penempatan makanan yang mengandung kadar air tinggi
(kuah, susu) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah makanan cepat
rusak. Makanan yang disiapkan dalam kadar air tinggi (dalam kuah) lebih mudah menjadi
rusak (basi)
3. Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan dalam penyajian adalah
merupakan bahan makanan yang dapat dimakan. Hindari pemakaian bahan yang
membahayakan kesehatan seperti steples besi, tusuk gigi atau bunga plastk.
23
4. Prinsip Pemisahan artinya makanan yang tidak ditempatkan dalam wadah seperti
makanan dalam kotak (dus) atau rantang harus dipisahkan setiap jenis makanan agar tidak
saling bercampur. Tujuannya agar tidak terjadi kontaminasi silang.
5. Prinsip Panas yaitu setiap penyajian yang disajikan panas, diusahakan tetap dalam
keadaan panas seperti soup, gulai, dsb. Untuk mengatur suhu perlu diperhatikan suhu
makanan sebelum ditempatkan dalam food warmer harus masih berada diatas 600 C. Alat
terbaik untuk mempertahankan suhu penyajian adalah dengan bean merry (bak penyaji panas)
6. Prinsip alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan sepeti wadah dan
tutupnya, dus, pring, gelas, mangkuk harus bersih dan dalam kondisi baik. Bersih artinya
sudah dicuci dengan cara yang hygienis. Baik artinya utuh, tidak rusak atau cacat dan bekas
pakai. Tujuannya untuk mencegah penularan penyakit dan memberikan penampilan yang
estetis.
7. Prinsip handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak
kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir. Tujuannya adalah:
a. Mencegah pencemaran dari tubuh
b. Memberi penampilan yang sopan, baik dan rapi
Hygiene perorangan adalah upaya kesehatan yang dilakukan oleh setiap orang untuk
memperoleh kesehatan jasmani, social, dan mental yang optimal. Hygiene perorangan
merupakan kunci keberhasilan dalam mengolah makanan yang aman an sehat.
Sumber cemaran utama yaitu dari hidung, mulut, telinga, dan kulit
Sumber cemaran lain yaitu dari luka terbuka, bisul/nanah, dan rambut
Sumber cemaran karena perilaku yaitu dari tangan yang kotor, lubang hidung, telinga atau
sela-sela gigi, batuk, bersin, atau percikan ludah akibat meludah sembarangan, menyisir
rambut dan cincin yang dipakai (kecuali cincin kawin yang polos)
Sumber pencemaran karena ketidaktahuan yaitu dari pemakaian bahan palsu, bahan rusak,
pewarna bukan untuk makanan serta pemakaian borax untuk pembuatan bakso.
4. Pembuangan Limbah dan Tinja
a. SEPTICTANK
Sistem septic tank sebenarnya adalah sumur rembesan atau sumur kotoran. Septic tank
merupakan sitem sanitasi yang terdiri dari pipa saluran dari kloset, bak penampungan kotoran
cair dan padat, bak resapan, serta pipa pelepasan air bersih dan udara.
Hal-hal yang yang harus diperhatikan saat pembangunan septic tank agar tidak
mencemari air dan tanah sekitarnya adalah :
1. jarak minimal dari sumur air bersih sekurangnya 10 m.
2. untuk membuang air keluaran dari septic tank perlu dibuat daerah resapan dengan
lantai septic tank dibuat miring kearah ruang lumpur.
3. septic tank direncanakan utuk pembuangan kotoran rumah tangga dengan jumlah
air limbah antara 70-90 % dari volume penggunaan air bersih.
24
4. waktu tinggal air limbah didalam tangki diperkirakan minimal 24 jam.
5. besarnya ruang lumpur diperkirakan untuk dapat menampung lumpur yang
dihasilkan setiap orang rata-rata 30-40 liter/orang/tahun dan waktu pengambilan
lumpur diperhitungkan 2-4 tahun.
6. pipa air masuk kedalam tangki hendaknya selalu lebih tinggi kurang lebh 2.5 cm
dari pipa air keluar.
7. septic tank harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan lubang penghawaan
untuk membuang gas hasil penguraian.
Agar septic tank tidak mudah penuh dan mampat, awet dan tahan lama perlu
diperhatikan hal berikut :
1. Kemiringan Pipa
Kemiringan pipa menentukan kelancaran proses pembuangan limbah. Selisih ketinggian
kloset dan permukaan air bak penampung kotoran minimal 2 %, artinya setiap 100cm
terdapat perbedaan ketinggian 2cm.
2. Pemilihan Pipa yang tepat
Pipa saluran sebaiknya berupa PVC. Ukuran minimal adalah 4 inchi. Rumah yang
memiliki jumlah toilet yang banyak sebaiknya menggunakan pipa yang lebih besar.
Perancangan saluran diusahakan dibuat lurus tanpa belokan, karena belokan atau sudut
dapat membuat mampat.Sesuaikan Kapasitas Septic tank
3. Untuk rumah tinggal dengan jumlah penghuni empat orang, cukup dibuat septic tank
dengan ukuran (1.5×1.5×2)m. bak endapan dan sumur resapan bias dibuat dengan ukuran
(1x1x2)m. semakin banyak penghuni rumah maka semakin besar ukuran yang
dibutuhkan.
4. Bak Harus Kuat dan Kedap Air
5. Septic tank harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap korosi, rapat air dan tahan lama.
Konstruksi septic tank harus kuat menahan gaya-gaya yang timbul akibat tekanan air,
tanah maupun beban lainnya.
b. SUMUR RESAPAN
Sumur Resapan Air merupakan rekayasa teknik konversi air yang berupa bangunan
yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman
tertentu yang digunakan sebagai tempat penampung air hujan diatas atap rumah dan
meresapkannya ke dalam tanah.
Konstruksi Sumur Resapan Air (SRA) merupakan alternatif pilihan dalam mengatasi
banjir banjir dan menurunnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan, karena dengan
pertimbangan :
1) Pembuatan konstruksi SRA tidak memerlukan biaya besar.
2) Tidak memerlukan biaya yang besar.
3) Bentuk konstruksi SRA sederhana
Manfaat pembangunan Sumur Resapan Air antara lain :
1. Mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga
mengurangi terjadinya banjir dan erosi.
2. Mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air
25
3. Mencegah menurunnya lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang
berlebihan.
5. Vektor
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut
sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp
untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk
Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit
tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff
(rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk
Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air
untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan
pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat menularkan
penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit
penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis
dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.
Upaya pengendalian serangga sebagai vektor penyakit terutama lalat dan nyamuk
dapat dilakukan dengan menghilangkan tempat (habitat) sebagai sarang dan perlindungan
lingkungan manusia dengan mencegah keberadaan vektor.
b. Penanggulangan outbreak / wabah / Kejadian Luar Biasa (KLB) dimana peran vektor
dalam menularkan bibit penyakit dapat diputus pada setiap fase hidup vector
c. Terhadap vektor / serangga sasaran pengendalian sesuai kesukaan menggigit dan tempat
menggigit (feeding)
d. Pada beberapa daerah pedesaan dan kota yang belum memiliki tata ruang (landscape) yang
baik untuk mencegah keberadaan vektor.
f. Pengendalian juga memberi gambaran upaya bermakna dalam membatasi dan menekan
populasi, pergerakan dan distribusi vektor serta pola penularan penyakit berdasarkan
prinsip-prinsip epidemiologis.
26
6. Pemukiman
1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar,
tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau
bekas tambang;
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur
pendaratan penerbangan.
2. Kualitas udara
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas
beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :
27
g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja,
tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;
h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;
i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi
makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
6.Vektor penyakit
b. Indeks lalat harus memenuhi syarat;
c. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
7.Penghijauan
Meningitis - Pemukiman yang terlalu - Standar minimal untuk tempat tinggal yang
padat layak
Tuberculosse - Pemukiman yang terlalu - Standar minimal untuk tempat tinggal yang
padat layak
28
- Gagal gizi - Imunisasi
- Rentan terhadap virus
TBC
Typhoid - Pemukiman yang padat - Standar minimal untuk tempat tinggal yang
- Kesadaran kebersihan layak
kurang - Air bersih yang cukup
- Kurangnya air bersih - Sanitasi yang memadai
- Kurangnya sanitasi - Kesadaran akan pentingnya kebersihan
Cacingan - Pemukiman yang padat - Standar minimal untuk tempat tinggal yang
- Sanitasi tidak memadai layak
- Sanitasi yang layak
- Memakai alas kaki
- Kesadaran akan kesehatan individu
Scabies - Pemukiman yang padat - Standar minimal untuk tempat tinggal yang
- Kurangnya kesadaran layak
kesehatan diri - Cukup tersedianya air bersih dan sabun
pembersih
29
7. K3
Beberapa contoh pencegahan kecelakaan yang banyak terjadi di Tempat Kerja Kesehatan
1. Terpeleset
Pencegahan :
Pakai sepatu anti slip
Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar
Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak
rata konstruksinya.
Pemeliharaan lantai dan tangga
2. Mengangkat beban
Pencegahan :
Beban jangan terlalu berat
Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah tungkai
bawah sambil berjongkok
Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.
3. Mengambil sample darah/cairan tubuh lainnya
Pencegahan :
Gunakan alat suntik sekali pakai
Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai tapi
langsung dibuang ke tempat yang telah disediakan (sebaiknya gunakan destruction
clip).
Bekerja di bawah pencahayaan yang cukup
4. Risiko terjadi kebakaran
Pencegahan :
Konstruksi bangunan yang tahan api
Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar
Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
Sistem tanda kebakaran manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda
bahaya dengan segera
Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara otomatis
Jalan untuk menyelamatkan diri
Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.
Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja di Tempat Kerja
Kesehatan
1. Faktor Biologis
30
Pencegahan :
Pencegahan :
- ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk
diketahui oleh seluruh petugas untuk petugas atau tenaga kesehatan
laboratorium.
- Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol untuk petugas / tenaga
kesehatan laboratorium.
- Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jas
laboratorium) dengan benar.
- Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
- Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
3. Faktor Ergonomi
Untuk melakukan pengendalian terhadap sumber bahaya ada 3 strategi yang dapat
dilakukan meliputi:
1. Pengendalian secara teknis misalnya misalnya terhadap jalur pemindahan material,
komponen dan produk, merubah proses atau benda untuk mengurangi paparan bahaya
pada pekerja, merubah layout tempat kerja, merekayasa bentuk desain komponen,
mesin dan peralatan, memeprbaiki merode kerja dan lainnya
2. Pengendalian secara administratif misalnya dengan memberikan pelatihan kerja,
variasi jenis pekerjaan, memberikan pelatihan tentang faktor-faktor bahaya di tempat
kerja, melakukan rotasi pekerjaan, mengurangi jam kerja dan mengatur shift kerja,
memberikan istirahat yang cukup dan lainnya
3. Menggunakan alat perlindungan diri misalnya masker, sarung tangan, pelindung mesin
dan lainnya.
4. Faktor Fisik
Pencegahan :
- Pengendalian cahaya di ruang kerja khususnya ruang laboratorium.
- Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
- Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
31
- Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
- Pelindung mata untuk sinar laser
- Filter untuk mikroskop untuk pemeriksa demam berdarah
5. Faktor Psikososial
Pencegahan :
- Pelaksanaan hidup sehat melalui olahraga yang teratur dan makanan dengan
menu seimbang, memperkenalkan (dengan melalui pendekatan
karyawan/pekerja) lingkungan kerjanya sehingga mereka mampu dan mau
beradaptasi
- Meningkatkan keterampilan pekerja
- KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi)
- Pemeriksaan dan penilaian kesehatan jiwa yang meliputi seleksi dan
perencanaan karir
- Konseling (di tempat kerja yang memungkinkan misalnya : departemen,
perusahaan dan lain-lain)
- Pengaturan fasilitas fisik kerja yang memadai sehingga membuat kenyamanan
dalam bekerja
- Mempertimbangkan penambahan beban kerja secara gradual
- Mengubah suasana lingkungan kerja, seperti misalnya memperlambat kecepatan
kerja, mengurangi kebiasaan, menghindari sikap mengayomi secara berlebihan,
melibatkan semua dalam kegiatan sosial, serta memberikan penghargaan
seimbang terhadap pretasi kerja siapapun.
- Berusaha untuk membuka diri dengan rekan kerja.
- Optimis dalam mengerjakan tugas , semangat dan meningkatkan etos kerja.
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) dapat berperan dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan permasalahan psikososial yang ada di masyarakat yaitu dengan
meningkatkan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (practice) petugas
Puskesmas terhadap setiap permasalahan psikososial yang timbul.
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh
seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. APD dalam bahasa
Inggris dikenal dengan sebutan Personal Protective Equipment (PPE). Dengan melihat kata
"personal" pada kata PPE terebut, maka setiap peralatan yang dikenakan harus mampu
memperoteksi si pemakainya. Secara teknis APD tidaklah secara sempurna dapat melindungi
tubuh tetapi akan dapat meminimaliasi tingkat keparahan kecelakaan atau keluhan / penyakit
yang terjadi. Dengan kata lain, meskipun telah menggunakan APD upaya pencegahan
32
kecelakaan kerja secara teknis, teknologis yang paling utama. APD dapat berkisar dari yang
sederhana hingga relatif lengkap, seperti baju yang menutup seluruh tubuh pemakai yang
dilengkapi dengan masker khusus dan alat bantu pernafasan yang dikenakan dikala
menangani tumpahan bahan kimia yang sangat berbahaya. Dalam penggunaan APD masih
memiliki beberapa kelemahan seperti:
3. Komunikasi terganggu.
Proteksi mata dan wajah merupakan persyaratan yang mutlak yang harus dikenakan
oleh pemakai dikala bekerja dengan bahan kimia. Hal ini dimaksud untuk melindungi mata
dan wajah dari kecelakaan sebagai akibat dari tumpahan bahan kimia, uap kimia, dan radiasi.
Secara umum perlindungan mata terdiri dari:
a.
Kacamata pelindung
b.
Goggle
c.
Pelindung wajah
d.
Pelindung mata spesial (goggle yang menyatu dengan masker khusus untuk
melindungi mata dan wajah dari radiasi dan bahaya laser).
2. Perlindungan Pernafasan
Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia adalah
lewat pernafasan. Oleh karena itu, para pekerjanya harus memakai perlindungan pernafasan,
atau yang lebih dikenal dengan sebutan masker, yang sesuai. Pemilihan masker yang sesuai
didasarkan pada jenis kontaminasi, kosentrasi, dan batas paparan. Beberapa jenis
perlindungan pernafasan dilengkapi dengan filter pernafasan yang berfungsi untuk menyaring
udara yang masuk. Filter masker tersebut memiliki masa pakai. Apabila tidak dapat
menyaring udara yang terkontaminasi lagi, maka filter tersebut harus diganti.
Dari informasi mengenai beberapa APD diatas, maka setiap pengguna bahan kimia
haruslah mengerti pentingnya memakai APD yang sesuai sebelum bekerja dengan bahan
kimia. Selain itu, setiap APD yang dipakai harus sesuai dengan jenis bahan kimia yang
ditangani. Semua hal tersebut tentunya mempunyai dasar, yaitu kesehatan dan keselamatan
kerja di laboratorium.
Ungkapan mengatakan bahwa "Lebih baik mencegah daripada mengobati". APD
merupakan solusi pencegahan yang paling mendasar dari segala macam kontaminasi dan
bahaya akibat bahan kimia. Jadi, tunggu apa lagi. Gunakanlah APD sebelum bekerja dengan
bahan kimia.
33
3. Perlindungan Badan
Jas laboratorium ini, merupakan suatu perlengkapan yang wajib dikenakan sebelum
memasuki laboratorium. Jas laboratorium yang kerap sekali dikenal oleh masyarakat
pengguna bahan kimia ini terbuat dari katun dan bahan sintetik. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan ketika Anda menggunakan jas laboratorium, kancing jas laboratorium tidak
boleh dikenakan dalam kondisi tidak terpasang dan ukuran dari jas laboratorium pas dengan
ukuran badan pemakainya. Jas laboratorium merupakan pelindung badan Anda dari
tumpahan bahan kimia dan api sebelum mengenai kulit pemakainya.
Selain jas laboratorium, perlindungan badan lainnya adalah Apron dan Jumpsuits.
Apron sering kali digunakan untuk memproteksi diri dari cairan yang bersifat korosif dan
mengiritasi, celemek iini biasanya terbuat dari karet dan plastik.
Jumpsuits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini direkomendasikan untuk
dipakai pada kondisi beresiko tinggi (misalnya, ketika menangani bahan kimia yang bersifat
karsinogenik dalam jumlah yang sangat banyak). Baju parasut ini terbuat dari material yang
dapat didaur ulang. Bahan dari peralatan perlindungan badan ini haruslah mampu memberi
perlindungan kepada pekerja laboratorium dari percikan bahan kimia, panas, dingin, uap
lembab, dan radiasi.
4. Pelindungan Tangan
5. Pelindung Kaki
Fungsinya untuk melidungi kaki dari tertimpah benda – benda berat, terbakar karena
logam cair, bahan kimia, tergelincir, tertusuk. Namun demikian APD memiliki syarat – syarat
sebagai berikut :
a. Enak dipakai
b. Tidak mengganggu
c. Memberikan perlindungan yang efektif sesuai dengan jenis bahaya tempat kerja.
34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
- Seharusnya kita lebih peduli akan lingkungan
- Tidak mengotori lingkungan
- Tidak membuat lingkungan tercemar
- Menjaga/melindungi dan merawat lingkungan
35
DAFTAR PUSTAKA
Website :
http://rasyidpublish.blogspot.com/2012/11/tugas-geografi-pendekatan-ekologi.html#pages/2
http://aaknasional.wordpress.com/2012/03/12/masalah-kesehatan-masyarakat-di-indonesia
http://fkm.unair.ac.id/?page_id=243
36