Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Ekologi DIII Kesehatan Lingkungan

semester ganjil tahun ajaran 2013/2014

oleh :

1. Adinda Dyah Hapsari


2. Ahmad Fauqi Zainanda
3. Angga Wikan Widida
4. Anita Nugraheni
5. Bachtiar Noor Rachman Nugroho Utomo
6. Desi Norma Ningsih
7. Desi Widyastuti
8. Dinan Anendya Ary
9. Elsa Desy Pratiwi
10. Farinda Rahmawati Kusumaputri
11. Fitriana Kusumaningsih
12. Galuh Puspita Dewi

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2013/2014


MAKALAH

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Ekologi DIII Kesehatan Lingkungan

semester ganjil tahun ajaran 2013/2014

oleh :

13. Adinda Dyah Hapsari


14. Ahmad Fauqi Zainanda
15. Angga Wikan Widida
16. Anita Nugraheni
17. Bachtiar Noor Rachman Nugroho Utomo
18. Desi Norma Ningsih
19. Desi Widyastuti
20. Dinan Anendya Ary
21. Elsa Desy Pratiwi
22. Farinda Rahmawati Kusumaputri
23. Fitriana Kusumaningsih
24. Galuh Puspita Dewi

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2013/2014


2
MOTTO

 Jangan patah semangat akibat suatu kegagalan, tapi berusahalah menebus kegagalan itu
dengan berbuat sesuatu yang lain. Sekali tidak berhasil bukan berarti gagal untuk selamanya
 The danger of small mistakes is that those mistakes are not always small (bahayanya
kesalahan-kesalahan kecil adalah bahwa kesalahan-kesalahan itu tidak selalu kecil)
 Kemalasan membuat seseorang begitu lamban sehingga kemiskinan segera menyusul
 Orang akan selalu melupakan apa yang kita lakukan. Mereka juga akan selalu melupakan
apa yang kita katakan. Tetapi, mereka tidak akan pernah melupakan apa yang mereka rasakan
karena kita
 Yang kaya bukan mereka yang memiliki banyak, melainkan mereka yang memberi banyak

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan taufik, hidayah, dan inayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“PENDEKATAN EKOLOGI DALAM KESEHATAN LINGKUNGAN” dengan baik.

Penyusun menyadari tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, makalah ini tidak
akan selesai. Maka dari itu penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Hj. Lucky Herawati, S.K.M, M.Sc, Direktur Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
2. Bapak S. Eko Windarso, S.K.M, M.P , Bapak Drs. Adib Suyanto, M. Si dan Ibu
Indah Werdiningsih, dosen mata kuliah Ekologi.
3. Kedua orangtua yang telah memberikan dukungan baik material maupun spiritual
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ekologi DIII
Kesehatan Lingkungan semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Penyusunan makalah ini
dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai pengelolaan lingkungan hidup secara
umum.

Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak mengalami


kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharap kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca, guna sempurnanya makalah selanjutnya.

Penyusun

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... 2


MOTTO .......................................................................................................... 3
KATA PENGANTAR ................................................................................... 4
DAFTAR ISI................................................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 6
A. Latar Belakang ..................................................................................... 6
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 7
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 8
A. Masalah-Masalah Kesehatan Lingkungan .......................................... 8
B. Mengatasi Masalah-Masalah Kesehatan Lingkungan dengan
Pendekatan Ekologi ........................................................................... 15
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 35
A. Simpulan ............................................................................................ 35
B. Saran .................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 36

5
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan adalah sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara social dan ekonomis. (UU No. 23 tahun 1992 pasal 1 ayat 1)

Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk
hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. (UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup pasal 1 ayat 1)

Kesehatan lingkungan

Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :

1. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu


keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia.

2. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan


lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya
kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekologi merupakan salah satu ilmu dasar bagi
ilmu pengetahuan. Miller memberi gambaran batas wilayah kerja ekologi sebagai suatu
modelyang berdasarkan atas anggapan, bahwa seluruh alam semesta merupakan suatuekosistem
tersusun dari kelompok-kelompok komponen yang berkaitan satu sama lain.

Pendekatan ekologi adalah suatu metode analisis yang menekankan pada hubungan
antara manusia dan kegiatan lingkungannya, sehingga manusia dan berbagai kegiatannya selalu
menjadi fokus analisis dalam keterkaitannya dengan lingkungan abiotik, biotik, maupun sosial,
ekonomi dan kulturalnya. Manusia dalam hal ini tidak boleh diartikan sebagai makhluk biologis
semata yang setaraf dengan makhluk hidup lainnya, namun adalah sosok yang dikaruniai daya
cipta, rasa, karsa, karya atau makhluk yang berbudi daya.

Pendekatan ekologi ini ditekankan pada keterkaitan antara fenomena geosfer tertentu
dengan variabel lingkungan yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya
tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus
pula dikaitkan dengan :

6
1. fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan
manusia.
2. perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta
kesadaran akan lingkungan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja masalah- masalah kesehatan lingkungan itu?
2. Bagaimana mengatasi masalah-masalah kesehatan lingkungan dengan pendekatan
ekologi?

C. TUJUAN

1. Mengetahui masalah-masalah kesehatan lingkungan


2. Mengetahui upaya mengatasi masalah-masalah kesehatan lingkungan dengan
pendekatan ekologi

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masalah-Masalah Kesehatan Lingkungan


Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam
kesejahteraan penduduk. Di mana lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan bukan hanya
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup dan
meningkatkan efisiensi kerja dan belajar.
Masalah Kesehatan Lingkungan pada saat ini sudah semakin berkembang, sementara
masalah sanitasi dasar klasik seperti Penyediaan Air Bersih, Pembuangan Sampah dan
Kesehatan Lingkungan Pemukiman, Sanitasi makanan dan Pengendalian Vector belum
sepenuhnya teratasi.
Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk
mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia permasalah
dalam kesehatan lingkungan antara lain :
1. Sampah
2. Air bersih
3. Makanan minuman
4. Pembuangan limbah dan tinja
5. Vektor
6. Pemukiman
7. K3

Pembahasan :

1. Sampah

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah jumlah penduduk dan


kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tingkat sosial ekonomi, letak geografis, iklim,
musim, dan kemajuan teknologi. Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita
dapat mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat
memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.

Masalah pengelolaan sampah disekitar kita bukan sekedar karena keterbatasan


teknologi dan ekonomi semata, melainkan lebih pada adanya masalah budaya atau kebiasaan
lama, perilaku dan pola pandang terhadap sampah yang tidak benar dan harus dirubah.
Pengelolaan sampah yang tidak mempergunakan metode dan teknik pengelolaan sampah
yang ramah lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak negatif sampah terhadap
kesehatan juga akan sangat mengganggu kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungam
pemukiman, hutan, persawahan, sungai dan lautan.

8
Sampah semakin hari semakin sulit dikelola, sehingga disamping kesadaran dan
partisipasi masyarakat, pengembangan teknologi dan model pengelolaan sampah merupakan
usaha alternatif untuk memelihara lingkungan yang sehat dan bersih serta dapat memberikan
manfaat lain.
2. Air bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b. Syarat Kimia : Kadar Besi maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
Kesadahan (maks 500 mg/l)
c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)
Air bersih banyak hubungannya dengan persampahan, pengelolaan sampah yang
setiap hari diproduksi oleh masyarakat serta pembuangan air limbah yang langsung dialirkan
pada saluran sungai. Hal tersebut menyebabkan pandangkalan saluran/sungai, tersumbatnya
saluran sungai karena sampah. Pada saat musim penghujan selalu terjadi banjir dan
menimbulkan penyakit. Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh sanitasi yang kurang baik
serta pembuangan sampah dan air limbah yang kurang baik diantaranya adalah:
a. Diare
b. Demam berdarah
c. Disentri
d. Hepatitis A
e. Kolera
f. Tiphus
g. Cacingan dan Malaria
3. Makanan dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa
boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau
disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa
boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan
meliputi :
a. Persyaratan lokasi dan bangunan;
b. Persyaratan fasilitas sanitasi;
c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;
d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;
e. Persyaratan pengolahan makanan;
f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;
g. Persyaratan peralatan yang digunakan.
4. Pembuangan limbah dan tinja
Perkembangan industri yang pesat dewasa ini tidak lain karena penerapan kemajuan
teknologi oleh manusia untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, namum di sisi lain
dapat menimbulkan dampak yang justru merugikan kelangsungan hidup manusia. Dampak

9
tersebut harus dicegah karena keseimbangan lingkungan dapat terganggu oleh kegiatan
industri dan teknologi tersebut. Jika keseimbangan lingkungan terganggu maka kualitas
lingkungan juga berubah. Padahal kenyamanan hidup banyak ditentukan oleh daya dukung
alam atau kualitas lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup manusia.
Buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestic
atau rumah tangga disebut limbah. Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis
limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus atau biasa disebut black water, dan ada
air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya disebut juga grey water. Limbah,
sampah, dan kotoran yang berasal dari rumah tangga, perusahaan, dan kendaraan merupakan
masalah serius yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kesehatan lingkungan.
Pembuangan sampah rumah tangga dibiasakan pada tempat sampah, karena itu tempat
sampah seharusnya selalu tersedia di lingkungan rumah tempat tinggal sesuai dengan
jenisnya, sampah basah atau garbage, sampah kering atau rubbish, dan sisa-sisa industry atau
industrial waste. Selain itu, kebiasaan meludah, buang air kecil dan besar, air limbah juga
harus dikelola dengan baik agar tidak mengganggu kesehatan lingkungan. Sampah yang tidak
dikelola dengan baik dapat menjadi sarang hewan penyebar penyakit dan bau yang tidak
sedap.
5. Vektor

Vektor adalah suatu agent/penyebab pembawa penyakit, dan salah satu penyakit yang
ditimbulkan disituasi bencana adalah melalui vektor yang tidak terkontrol.

Contoh Vektor dan Jenis penyakit yang ditimbulkan :

1. Nyamuk, biasanya hidup dan berkembang biak di tempat yang banyak terdapat
genangan air, merupakan vektor penyakit Malaria, Demam Berdarah
2. Lalat atau kecoak, biasanya hidup ditempat yang banyak menyediakan makan dan
berbau (tempat sampah) merupakan vektor penyakit diare.
3. Kutu, biasanya terdapat di handuk, air yang kotor, tempat tidur yang kotor dan ada
juga yang hidup di tubuh manusia yaitu penyebab scabies.
4. Tikus, biasanya hidup di tempat sampah, merupakan vektor penyakit Salmonella,
leptospirosis.
6. Pemukiman
Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah merupakan salah satu kebutuhan
dasar bagi kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti pertambahan luas
tanah cenderung menimbulkan masalah kepadatan populasi dan lingkungan tempat tinggal
yang menyebabkan berbagai penyakit serta masalah kesehatan. Rumah sehat sebagai
prasyarat berperilaku sehat memiliki kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat kepadatan
populasi yang tidak diimbangi ketersediaan lahan perumahan. Kriteria tersebut antara lain
luas bangunan rumah minimal 2,5 m2 per penghuni, fasilitas air bersih yang cukup,
pembuangan tinja, pembuangan sampah dan limbah, fasilitas dapur dan ruang berkumpul
keluarga serta gudang dan kandang ternak untuk rumah pedesaan. Tidak terpenuhi syarat
rumah sehat dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit baik fisik, mental maupun
sosial yang mempengaruhi produktivitas keluarga dan pada akhirnya mengarah pada
kemiskinan dan masalah sosial.

10
Penyakit Penyebab

Diare - Pemukiman terlalu padat


- Pencemaran air dan makanan
- Sanitasi jelek

Cacar - Pemukiman terlalu padat


- Vaksinasi tak jalan

Penyakit - Perumahan kumuh


pernapasan - Kurangnya selimut dan pakaian
- Merokok di tempat umum

Malaria - Tempat tinggal yang tidak kondusif untuk


perkembang biakan nyamuk
Meningitis - Pemukiman yang terlalu padat

Tuberculosse - Pemukiman yang terlalu padat


- Gagal gizi
- Rentan terhadap virus TBC

Typhoid - Pemukiman yang padat


- Kesadaran kebersihan kurang
- Kurangnya air bersih
- Kurangnya sanitasi

Cacingan - Pemukiman yang padat


- Sanitasi tidak memadai

Scabies - Pemukiman yang padat


- Kurangnya kesadaran kesehatan diri

Xerophtalmia/ - Diet yang tidak sesuai


Kurang Vit.A - Disebabkan penyakit infeksi cacar air dan
diare

Anemia - Malaria, Cacingan, kurang zat besi dan folate

Tetanus - Luka yang tidak dirawat


- Salah perlakukan: waktu melahirkan
menyebabkan penyakit tetanus

Hepatitis - Tidak Bersih


- Pencemaran air dan makanan

STD / - Tidak bermasyarakat


- Kesalahan transfusi

11
HIV - Kurangnya informasi

7. K3 (Kesehatan, Keselamatan Kerja)

A. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya
kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai
kepada yang paling berat. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :

 Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien

 Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri.

Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :

1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:

 Peralatan / Media Elektronik, Bahan dan lain-lain

 Lingkungan kerja

 Proses kerja

 Sifat pekerjaan

 Cara kerja

2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang
dapat terjadi antara lain karena:

 Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana

 Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)

 Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.

 Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di Tempat Kerja Kesehatan


:

1. Terpeleset , biasanya karena lantai licin.


Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat
terjadi di Tempat Kerja Kesehatan.
Akibat :
 Memar ringan

12
 Fraktura berat, dislokasi, memar otak, dll.

2. Mengangkat beban
Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila
mengabaikan kaidah ergonomi.
Akibat : cedera pada punggung

3. Mengambil sample darah/cairan tubuh lainnya


Hal ini merupakan pekerjaan sehari-hari di laboratorium, misalnya tertusuk jarum
suntik dapat menyebabkan tertular virus AIDS, Hepatitis B.

4. Risiko terjadi kebakaran (sumber : bahan kimia, kompor) bahan desinfektan


yang mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran terjadi bila terdapat 3
unsur bersama-sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas. Akibatnya
timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat bahkan kematian
serta timbul keracunan akibat kurang hati-hati.

Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja di Tempat Kerja
Kesehatan

1. Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang biaknya
strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci,
yang bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang
menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat
menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores
atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus. Angka kejadian infeksi nosokomial di unit
Pelayanan Kesehatan cukup tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK
sangat besar, sebagai contoh dokter di RS mempunyai risiko terkena infeksi 2 sampai 3 kali
lebih besar dari pada dokter yang praktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan
menangani limbah yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar kuman
patogen, debu beracun mempunyai peluang terkena infeksi.
2. Faktor Kimia

Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan
obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan dalam
komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan
cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan
kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya
disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton).
Bahan toksik ( trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap
melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif
(asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang
terpapar.

13
3. Faktor Ergonomi

Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses
dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk
terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi
yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer
kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to fit the Man to the
Job.

Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja


dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan
peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan
ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah
lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan
gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri
pinggang kerja (low back pain).

4. Faktor Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan
kerja meliputi:

 Kebisingan, getaran akibat alat / media elektronik dapat menyebabkan stress dan ketulian

 Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium, ruang perawatan dan kantor
administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.

 Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja

 Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.Terkena radiasi

 Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan, penggunaannya


meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang
menangani.

5. Faktor Psikososial

Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat


menyebabkan stress :

 Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati seseorang.
Untuk itu pekerja di tempat kerja kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang
tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan

 Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.

 Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman
kerja.Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun
informal.

14
B. Mengatasi Masalah-Masalah Kesehatan Lingkungan dengan Pendekatan Ekologi

Pendekatan ekologi adalah suatu metodologi untuk mendekati, menelaah, dan


menganalisis suatu gejala atau masalah dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi.
Dalam hal ini, metodologi pendekatan, penganalisisan, dan penelaahan gejala dan masalah
geografi. Ekologi manusia berkenaan dengan interelasi antara manusia dengan lingkungannya
yang membentuk suatu sistem ekologi atau ekosistem.

Pandangan dan penelaahan ekologi diarahkan kepada hubungan antara manusia


sebagai makhluk hidup dengan lingkungan alam. Pandangan dan penelaahan ini dikenal
sebagai pendekatan ekologi, yang dapat mengungkapkan masalah hubungan penyebaran dan
aktivitas manusia dengan lingkungan alamnya. Pada pendekatan ekologi suatu daerah
pemukiman, daerah pemukiman tersebut ditinjau sebagai suatu bentuk ekosistem hasil
interaksi penyebaran dan aktivitas manusia dengan lingkungan alamnya. Demikian pula jika
kita mengkaji daerah pertanian, daerah perindustrian, daerah perkotaan, dan lain-lain.

1. Sampah

Di Indonesia, sistem pengelolaan sampah yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia


bersifat tradisional dan kurang ramah lingkungan. Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat
kota umumnya dibuang di dalam suatu wadah pribadi dan atau wadah komunal, tanpa adanya
proses pengurangan dan pemilahan sampah terlebih dahulu.

Padahal masyarakatnya memiliki kebudayaan yang sangat erat dengan kelestarian


lingkungan. Kearifan lingkungan mengenai pengelolaan sampah juga banyak di kenal oleh
masyarakat Indonesia. Masyarakat Jawa barat misalnya, mengelola sampah dan limbahnya
untuk pupuk dan pakan ikan. Sayangnya, hal tersebut tidak dapat diberdayakan oleh
pemerintah.

Sistem yang saat ini digunakan di Indonesia dikenal dengan sebutan ”kumpul-angkut-
buang”.

Permasalahan sampah di Indonesia umumnya terjadi di kawasan perkotaan.


Permasalahan tersebut umumnya ditimbulkan akibat dari paradigma yang dianut terhadap
sampah, yakni sebagai barang yang tidak berguna dan harus dibuang. Kemudian, selain itu
maka disebabkan pula oleh pelaksanaan sistem “kumpul-angkut-buang” yang dilaksanakan di
Indonesia selama ini. Kedua hal tersebut, secara langsung maupun tak langsung
mengakibatkan tersentralisasinya masalah di TPA, yang selama ini pengelolaannya “seolah”
menjadi tanggung jawab pemerintah sendiri.

Sedangkan di masyarakat pedesaan umumnya penanganan sampah dilakukan dengan


cara-cara yang tidak berwawasan lingkungan, misalnya dengan pembakaran sampah, yang
berpotensi menimbulkan zat-zat beracun ke dalam udara. Kebiasaan tersebut telah
berlangsung sejak jaman dahulu sampai dengan sekarang.

15
Akibatnya, selain dampak negatif terhadap lingkungan hidup, seperti pencemaran
tanah, air, dan udara di TPS dan TPA, permasalahan sampah juga menyebabkan berbagai
konflik sosial akibat buruknya manajemen pengelolaan sampah.

Kerusuhan yang terjadi akibat penolakan keberadaan TPST Bojong bahkan sampai
menimbulkan korban jiwa. Kemudian, musibah longsor di TPA Bantar Gebang pada tahun
2006, yang menewaskan sejumlah pemulung serta longsornya jutaan meter kubik sampah
yang terjadi di TPA Leuwigajah (Bandung) tahun 2005, yang menyebabkan meninggalnya
lebih dari 140 nyawa akibat tertimbun longsoran sampah.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah/ UUPS


yang memberikan jaminan kepada masyarakat Indonesia terhadap dampak negatif akibat
pengelolaan sampah yang tidak berwawasan lingkungan.

Hal tersebut dapat diwujudkan melalui penyelenggaraan pengelolaan sampah yang


berwawasan lingkungan, dalam setiap prosesnya. Proses tersebut, dapat dikategorikan antara
lain, proses perwadahan dan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan
terakhir yakni pemrosesan akhir sampah.

Sesuai UUPS tersebut, maka dalam upaya mengatasi permasalahan sampah di


Indonesia, diperlukan 3 langkah utama, yakni:

1. Perubahan paradigma dalam pengelolaan sampah

2. Perubahan pola pendekatan dalam pengelolaan sampah.

3. Peran serta/ Partisipasi dari seluruh stakeholders terkait, seperti masyarakat,


pemerintah, dan dunia usaha.

Paradigma sampah sebagai bahan yang “tidak berguna” yang selama ini dianut, wajib
diubah menjadi paradigma “sampah sebagai sumber daya”. Paradigma ini menginspirasi dari
Hukum Termodinamika, yang menghasilkan pandangan bahwa sampah yang dihasilkan
mampu untuk dimanfaatkan kembali atau didayagunakan kembali oleh manusia.

Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai
ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk
bahan baku industri. Sehingga diharapkan volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat
dapat diminamilisir, melalui upaya pengurangan sampah dengan pemanfaatan dan
pendayagunaan/ daur ulang kembali sampah yang dihasilkan.

Paradigma ini juga mensyaratkan pelaksanaan pemilahan sampah. Karena pemilahan


akan mempermudah seluruh stake holders untuk menentukan jenis sampah, yang dapat dan
tidak dapat dimanfaatkan kembali. Pemanfaatan sampah tersebut tentunya tidak terbatas oleh
penghasil sampah, namun pihak ketiga yang dapat memanfaatkan sampah yang dihasilkan,
seperti pemulung, pengusaha pembuatan kompos, serta pihak-pihak lain yang mampu
memanfaatkan sampah yang dihasilkan oleh penghasil sampah.

16
Kemudian paradigma “sampah sebagai sumber daya” dilaksanakan melalui
pendekatan dari hulu ke hilir. Pendekatan dari hulu ke hilir dapat diartikan yakni, pengelolaan
sampah tersebut dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum
dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase
produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media
lingkungan secara aman.

Pendekatan tersebut dapat memungkinkan dan tentunya mensyaratkan seluruh


masyarakat untuk berperan serta dalam proses pengelolaan sampah. Seluruh stake holders
terkait, seperti masyarakat secara perseorangan ataupun berkelompok, badan hukum, pihak
swasta, dan tentunya pemerintah, akan menanggung kewajiban dalam setiap proses
pengelolaan sampah. Peran serta seluruh stake holders tentunya disesuaikan dengan hak dan
kewajiban yang ditanggungnya, sebagaimana tertuang dalam UUPS.

Terakhir, paradigma dan pendekatan baru dalam pengelolaan sampah tersebut harus
ditunjang oleh peran serta seluruh stakeholders terkait. Semakin tinggi tingkat peran serta,
maka semakin tinggi pula kemungkinan dalam mengatasi permasalahan sampah yang terjadi
selama ini, dan begitu pula sebaliknya. Peran serta seluruh stake holders dapat terlihat dari
upaya awal yakni, pengurangan sampah dari sumber dan/ atau penghasil sampah sampai pada
kegiatan pemrosesan akhir sampah.

Langkah-langkah tersebut nantinya mewujudkan proses minimalisasi volume sampah


yang dihasilkan oleh penghasil sampah.

Sehingga beban pengolahan sampah yang terpusat di TPA akan berkurang sejalan
dengan berkurangnya volume sampah yang masuk ke TPA. Selain itu, pemerintah yang
selama ini cenderung menjadi aktor tunggal dalam mengatasi persoalan sampah (pengelolaan
TPA), akan sangat tertolong, seiring dengan pengelolaan sampah dari hulu ke hilir, yang
dalam pelaksanaanya membebani kewajiban bagi seluruh stake holders dalam setiap proses
pengelolaan sampah.

Dengan begitu diharapkan pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan di


Indonesia dapat terwujud.

2. Air Bersih

Air merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan kehidupan manusia. Menurut
Kodoatie (2008) “air merupakan sumber kehidupan. Semua makhluk membutuhkan air.
Ketersediaan air dari segi kualitas maupun kuantitas mutlak diperlukan”. Indonesia
merupakan Negara kepulauan, sehingga sebagian besar wilayahnya merupakan lautan.
Meskipun terdiri atas perairan, kondisi ini masih belum dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
masyarakat Indonesia. Sebaliknya, mayoritas masyarakat Indonesia menyalahgunakan
perairan dengan mencemarinya.

Sebenarnya, ekosistem air dapat melakukan ‘rehabilitasi’ secara alami apabila terjadi
pencemaran air. Namun kemampuan rehabilitasi ini ada batasnya. Oleh karena itu, setidaknya
harus ada upaya untuk pencegah dan penanggulangan pencemaran air. Cara mengatasi

17
pencemaran air dapat dilakukan mulai dari pengenalan dan pengertian yang baik oleh
perilaku masyarakat. Cara mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha preventif,
misalnya dengan membuang sisa-sisa makanan dan bahan organic ke dalam tong sampah dan
jangan dibuang di sungai.

Selain itu, ada beragam tindakan lain selain tindakan preventif yang bisa kita lakukan.
Berikut ini beberapa tindakan yang dapat kita lakukan oleh masyarakat sebagai Cara
mengatasi pencemaran air , yaitu:

 Gunakan air dengan bijaksana. Kurangi penggunaan air untuk kegiatan yang kurang
berguna dan gunakan dalam jumlah yang tepat.

 Kurangi penggunaan detergen. Sebisa mungkin pilihlah detergen yang ramah lingkungan
dan dapat terurai di alam secara cepat.

 Kurangi konsumsi obat-obatan kimia berbahaya. Obat-obatan kimia yang berbahaya


seperti pestisida, dan obat nyamuk cair merupakan salah satu penyebab rusaknya
ekosistem air

 Tidak menggunakan sungai untuk mencuci mobil, truk, dan sepeda motor.

 Tidak menggunakan sungai untuk wahana memandikan hewan ternak dan sebagai tempat
kakus.

 Jangan membuang sampah rumah tangga di sungai/danau. Kelola sampah rumah tangga
dengan baik dan usahakan menanam pohon di pinggiran sungai/danau.

 Sadar akan kelangsungan ketersediaan air dengan tidak merusak atau mengeksploitasi
sumber mata air agar tidak tercemar.

 Mengoptimalkan pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis yang bertujuan untuk meningkatkan


konservasi air bawah tanah

 Menanggulangi kerusakan lahan bekas pembuangan limbah B3.

Beberapa langkah di atas merupakan cara mengatasi pencemaran air secara sederhana
yang dapat dimulai dari diri sendiri. Sebenarnya tidak terlalu susah untuk mengatasi
pencemaran air apabila kita menyadari bahwa air merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kehidupan dan setiap orang wajib untuk menjaga dan melestarikan ekosistem air.

3. Makanan dan Minuman

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut WHO,
yang dimaksud makanan adalah : “Food include all substances, whether in a natural state or
in a manufactured or preparedform, wich are part of human diet.” Batasan makanan tersebut
tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi yang diperlukan untuk tujuan
pengobatan.

18
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut
layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya :

1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki.


2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh
enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan
karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan
oleh makanan (food borne illness).

Bahaya dan tanda-tanda keracunan pada makanan


1. Bahaya keracunan makanan adalah :
a. Sumber, dapat menularkankepada orang lain dengan berperan sebagai cairan
(pembawa kuman), dimana yang bersangkutan tidak sakit tetapi dapat
menyebarkan penyakit kepada orang lain.
b. Kehilangan produktifitas karena tubuh menjadi lemah, kesadaran menurun, dan
gangguan kesehatan lainnya sehingga tidak dapat bekerja secara optimal dan
menyebabkan kehilangan pendapatan atau penerimaan keluarga.
c. Pemborosan ekonomi karena akibat dari keracunan yang bersangkutan harus
mengeluarkan biaya pengobatan dan rehabilitasi
2. Tanda-tanda umum keracunan
a. Keracunan infeksi bakteri biasanya ditandai dengan demem, sakit kepala, mual,
sakit perut dan diare
b. Keracunan karena toksi bakteri biasanya ditandai dengan demam, sakit kepala,
mual, sakit perut, disertai dengan lemah badan, diare kadang bercampur dengan
darah
c. Keracunan kimia akibat pestisida atau logam berat, ditandai dengan badan lemah,
kesadaran menurun, tubuh dingin, mual muntah, kadang mulut berbusa, biasanya
menimbulkan kematian
d. Keracunan karena racun alam ditandai dengan demam, sakit kepala, mual, sakit
perut, kejang, sakit otot, dan kadang diare.
3. Tindakan darurat yang harus dilakukan adalah :
a. Pemberian cairan basa
b. Pemberian zat penawar
c. Pemberian cairan asam
d. Segera dibawah kedokter/puskesmas/RS
e. Mengamankan sisa makanan untuk diperiksa dilaboratorium
f. Melaporkan kejadian keracunan kepada sarana pelayanan kesehatan

Hygiene sanitasi makanan adalah upaya kesehatan dan kebersihan untuk


mengendalikan factor makanan, orang, tempat, dan perlengkapannya yang dapat
menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan atau keracunan makanan.

19
Aspek hygiene sanitasi makanan adalah :

 Kontaminasi, masuknya zat asing kedalam makanan yang tidak dikehendaki (bakteri,
jamur, virus, rambut, debu, pestisida dan radioaktif)
 Keracunan, timbulnya gejala klinis suatu penyakit atau gangguan kesehatan lainnya akibat
mengonsumsi makanan yang tidak sehat, keracunan dapat terjadi karena bakteriologis,
kimia, pembusukan dan pemalsuan.
 Cara pengolahan, agar menghasilkan makanan yang bersih, sehat, aman, dan bermanfaat
bagi tubuh maka diperlukan pengolahan yang baik dan benar. Makanan perlu diolah dan
disimpan secara baik menurut jenis dan macamnya.

Enam prinsip hygiene sanitasi makanan


A. Prinsip 1, pemilihan bahan makanan
1) Bahan makanan yang mentah
2) Bahan yang terolah pabrik
B. Prinsip 2, penyimpanan bahan makanan
1) Suhu penyimpanan yang baik
a. Makanan jenis daging, ikan, udang
Menyimpan sampai 3 hari :-5 – 0c
b. Makanan jenis daging, ikan, udang dan olahannya
 Menyimpan sampai 3 hari :-5° sampai 0°c
 Penyimpanan untuk 1 minggu :-19°sampai -5°c
 Penyimpanan lebih dari 1 minggu : dibawah -10°c
c. Makanan jenis telur, susu, dan olahannya
 Penyimpanan sampai 3 hari :-5° sampai 7°c
 Penyimpanan untuk 1 minggu : dibawah -5°c
 Penyimpanan paling lama untuk satu minggu : dibawah -5°c
d. Makanan jenis sayuran dan minuman dengan waktu penyimpanan paling lama 1
minggu yaitu 7° sampai 10°c
e. Tepung, biji-bijian dan umbi kering pada suhu kamar (25°c)
2) Peralatan penyimpanan
a. Penyimpanan suhu rendah dapat berupa :
 Lemari pendingin yang mampu mencapai suhu 10°-15°c untuk penyimpanan
sayuran, minuman dan buah serta untuk display penjualan makanan dan
minuman dingin.
 Lemari es(kulkas) yang mampu mencapai suhu 1°-4°c dalam keadaan isi bisa
digunakan untuk minuman, makanan siap santap dan telor
 Lemari es(Freezer) yang dapat mencapai suhu -5°c, dapat digunakan untuk
penyimpanan daging, unggas, ikan, dengan waktu tidak lebih dari 3 hari.
b. Penyimpanan suhu kamar
Untuk makanan kering dan makanan terolahan yang disimpan dalam suhu kamar
c. Cara penyimpanan

20
Setiap bahan makanan yang disimpan diatur ketebalannya, setiap bahan makanan
ditempatkan secara terpisah menurut jenisnya, makanan disimpan didalam ruangan
penyimpanan sedemikian hingga terjadi sirkulasi udara dengan baik agar suhu merata
keseluruh bagian.

Penyimpanan didalam lemari es :

 Bahan mentah harus terpisah dari makanan siap santap


 Makanan yang berbau tajam harus ditutup dalam kantong plastic yang rapat dan dipisahkan
dari makanan lain, kalau mungkin dalam lemari yang berbeda,kalu tidak letaknya harus
berjauhan.
 Makanan yang disimpan tidak lebih dari 2 atau 3 hari harus sudah dipergunakan.
 Lemari tidak boleh terlalu sering dibuka, maka dianjurkan lemari untuk keperluan sehari-
hari dipisahkan dengan lemari untuk keperluan penyimpanan makanan
3) Sanitasi gudang tempat penyimpanan bahan makanan
 Pengaturan gudang
 Segi kesehatan gudang
C. Prinsip 3, pengolahan makanan
Pengolahan makanan yang baik adalah yang mengikuti prinsip-prinsip hygiene dan
sanitasi.
1. Tempat pengolahan makanan
Tempat dimana makanan diolah menjadi makanan terolah atau makanan jadi disebut
dapur.
Syarat – syarat untuk dapur :
a. Lantai
 Terbuat dari bahan yang kedap air, mudah dibersihkan dan tahan korosif
 Luas lantai 35 sampai 40% dari ruang makan
 Sudut antara dinding dan lantai harus melengkung
 Selalu dalam keadaan bersih
b.Dinding
 Permukaan dalam dinding harus rata, tidak menyerap air, mudah dibersihkan
 Dinding yang selalu terkene percikan air diberi pelapis dengan porselin
c. Atap dan langit – langit
 Terbuat dari bahan yang kedap air dan tidak bocor
 Langit-langit harus menutupi permukaan bawah bagian atap
d.Penerangan
 Untuk ruangan kerja 20 Fc, ruang makan dan tempat cuci antara 30-40 Fc.
 Semua penerangan harus bebas silau dan tidak menimbulkan bayangan
e. Ventilasi
 Fentilasi yang memenuhi syarat akan efektif dan untuk pemeliharaan kenyamanan
 Ventilasi harus cukup
f. Pembuangan asap
 Dapur harus dilengkapi dengan pengumpul asap dan cerobong

21
 Pengumpul asap dilengkapi dengan grease filter dan penyedot asap
 Pengeluaran asap melalui cerobong tidak mengganggu masyarakat sekitar
g.Harus ada penyediaan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan
h.Harus ada tempat sampah yang memenuhi persyaratan
i. Tersedia saluran pembuangan air bekas
j. Tersedia bak pencuci tangan dan alat
k.Perlindungan serangga dan tikus
l. Tidak menempatkan barang-barang berbahaya dalam dapur
m. Tersedia alat pemadam kebakaran
2. Peralatan masak
a.Syarat bahan perlengkapan
 Bahan yang digunakan harus anti karat, mudah dibersihkan dan tidak mudah berubah
warna
 Bila bahan dari kayu dianjurkan tidak dipakai sebagai bahan yang kontak langsung
dengan makanan
 Bila bahan dari plastic dianjurkan yang aman dan mudah dibersihkan
b. Tahapan dalam pemeliharaan peralatan
 Pembersihan kasar
 Pembersihan dengan menggunakan deterjan
 Membilas dengan air panas (155-160)
 Pencuci hamaan
 Pembilasan
 Pengeringan
3. Tenaga pengolahan makanan
Penjamah makanan harus memperhatikan hygiene perorangan. Peranan penjamah
makanan dalam penyebaran penyakit :
a. Kontak antara penjamah makanan yang menderita penyakit menular dengan konsumen
b. Kontaminasi terhadap makanan yang diolah
c. Sebagai pembawa kuman
D. Prinsip 4, penyimpanan makanan masak
Tujuannya yaitu mencegah pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Mengawetkan
makanan dan mengurangi pembusukan
1.Teknik penyimpanan makanan
 Wadah

Setiap jenis makanan terpisah, wadah tertutup, pemisahan antara makanan basah dan kering.

 Suhu
 Pengaturan suhu pada suhu bakteri tidak bisa tumbuh.
 Penyimpanan dingin
 Penyimpanan sejuk
 Antara 15- 25°c
 Untuk minuman keras, umbi umbian dan sayuran
 Pendinginan

22
 Pada suhu 5,6c
 Dapat menghambat pertumbuhan mikroba pathogen
 Penyimpanan beku
 Dengan menyelupkan bahan kedalam refrigerant
 Dengan menggunakan udara dingin – 17,8 sampai dengan – 34,4
2.Yang harus diperhatikan dalam penyimpanan makanan
 Makanan yang disimpan diberi tutup
 Lantai/meja yang digunakan untuk menyimpan makanan harus bersih
 Makanan tidak boleh disimpan dekat sumber pencemar
 Makanan yang disajikan sebelum diolah harus dicuci dulu
 Makanan yang dipak dengan karton tidak disimpan pada tempat yang basah
E. Prinsip 5, pengangkutan makanan
1.Untuk mencegah terjadinya pencemaran makanan pada saat pengangkutan :
a. Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing
b. Isi makanan tidak terlampau penuh
c. Wadah yang digunakan harus utuh dan tertutup
d. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya agar tetap panas 60c/
dingin 4c
e. Menggunakan kendaraan khusus
2.Factor yang berpengaruh dalam pengangkutan makanan
 Tempat/ alat pengangkut
 Tenaga pengangkut
 Teknik pengangkut
F. Prinsip 6, Penyajian Makanan
Penyajian makanan merupakan salah satu prinsip dari hygiene dan sanitasi makanan.
Penyajian makanan yang tidak baik dan etis, bukan saja dapat mengurangi selera makan
seseorang tetapi dapat juga menjadi penyebab kontaminasi terhadap bakteri. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan sesuai dengan prinsip hygiene dan sanitasi
makanan adalah sebagai berikut :
1. Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah dan
diusahakan tertutup. Tujuannya adalah
a. Makanan tidak terkontaminasi silang
b. Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan
c. Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.
2. Prinsip kadar air atinya penempatan makanan yang mengandung kadar air tinggi
(kuah, susu) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah makanan cepat
rusak. Makanan yang disiapkan dalam kadar air tinggi (dalam kuah) lebih mudah menjadi
rusak (basi)
3. Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan dalam penyajian adalah
merupakan bahan makanan yang dapat dimakan. Hindari pemakaian bahan yang
membahayakan kesehatan seperti steples besi, tusuk gigi atau bunga plastk.

23
4. Prinsip Pemisahan artinya makanan yang tidak ditempatkan dalam wadah seperti
makanan dalam kotak (dus) atau rantang harus dipisahkan setiap jenis makanan agar tidak
saling bercampur. Tujuannya agar tidak terjadi kontaminasi silang.
5. Prinsip Panas yaitu setiap penyajian yang disajikan panas, diusahakan tetap dalam
keadaan panas seperti soup, gulai, dsb. Untuk mengatur suhu perlu diperhatikan suhu
makanan sebelum ditempatkan dalam food warmer harus masih berada diatas 600 C. Alat
terbaik untuk mempertahankan suhu penyajian adalah dengan bean merry (bak penyaji panas)
6. Prinsip alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan sepeti wadah dan
tutupnya, dus, pring, gelas, mangkuk harus bersih dan dalam kondisi baik. Bersih artinya
sudah dicuci dengan cara yang hygienis. Baik artinya utuh, tidak rusak atau cacat dan bekas
pakai. Tujuannya untuk mencegah penularan penyakit dan memberikan penampilan yang
estetis.
7. Prinsip handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak
kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir. Tujuannya adalah:
a. Mencegah pencemaran dari tubuh
b. Memberi penampilan yang sopan, baik dan rapi

Hygiene perorangan adalah upaya kesehatan yang dilakukan oleh setiap orang untuk
memperoleh kesehatan jasmani, social, dan mental yang optimal. Hygiene perorangan
merupakan kunci keberhasilan dalam mengolah makanan yang aman an sehat.

Prinsip hygiene perorangan, dalam penerapannya sebagai berikut :

Mengetahui sumber pencemaran dari tubuh yaitu :

 Sumber cemaran utama yaitu dari hidung, mulut, telinga, dan kulit
 Sumber cemaran lain yaitu dari luka terbuka, bisul/nanah, dan rambut
 Sumber cemaran karena perilaku yaitu dari tangan yang kotor, lubang hidung, telinga atau
sela-sela gigi, batuk, bersin, atau percikan ludah akibat meludah sembarangan, menyisir
rambut dan cincin yang dipakai (kecuali cincin kawin yang polos)
 Sumber pencemaran karena ketidaktahuan yaitu dari pemakaian bahan palsu, bahan rusak,
pewarna bukan untuk makanan serta pemakaian borax untuk pembuatan bakso.
4. Pembuangan Limbah dan Tinja
a. SEPTICTANK
Sistem septic tank sebenarnya adalah sumur rembesan atau sumur kotoran. Septic tank
merupakan sitem sanitasi yang terdiri dari pipa saluran dari kloset, bak penampungan kotoran
cair dan padat, bak resapan, serta pipa pelepasan air bersih dan udara.
Hal-hal yang yang harus diperhatikan saat pembangunan septic tank agar tidak
mencemari air dan tanah sekitarnya adalah :
1. jarak minimal dari sumur air bersih sekurangnya 10 m.
2. untuk membuang air keluaran dari septic tank perlu dibuat daerah resapan dengan
lantai septic tank dibuat miring kearah ruang lumpur.
3. septic tank direncanakan utuk pembuangan kotoran rumah tangga dengan jumlah
air limbah antara 70-90 % dari volume penggunaan air bersih.

24
4. waktu tinggal air limbah didalam tangki diperkirakan minimal 24 jam.
5. besarnya ruang lumpur diperkirakan untuk dapat menampung lumpur yang
dihasilkan setiap orang rata-rata 30-40 liter/orang/tahun dan waktu pengambilan
lumpur diperhitungkan 2-4 tahun.
6. pipa air masuk kedalam tangki hendaknya selalu lebih tinggi kurang lebh 2.5 cm
dari pipa air keluar.
7. septic tank harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan lubang penghawaan
untuk membuang gas hasil penguraian.
Agar septic tank tidak mudah penuh dan mampat, awet dan tahan lama perlu
diperhatikan hal berikut :
1. Kemiringan Pipa
Kemiringan pipa menentukan kelancaran proses pembuangan limbah. Selisih ketinggian
kloset dan permukaan air bak penampung kotoran minimal 2 %, artinya setiap 100cm
terdapat perbedaan ketinggian 2cm.
2. Pemilihan Pipa yang tepat
Pipa saluran sebaiknya berupa PVC. Ukuran minimal adalah 4 inchi. Rumah yang
memiliki jumlah toilet yang banyak sebaiknya menggunakan pipa yang lebih besar.
Perancangan saluran diusahakan dibuat lurus tanpa belokan, karena belokan atau sudut
dapat membuat mampat.Sesuaikan Kapasitas Septic tank
3. Untuk rumah tinggal dengan jumlah penghuni empat orang, cukup dibuat septic tank
dengan ukuran (1.5×1.5×2)m. bak endapan dan sumur resapan bias dibuat dengan ukuran
(1x1x2)m. semakin banyak penghuni rumah maka semakin besar ukuran yang
dibutuhkan.
4. Bak Harus Kuat dan Kedap Air
5. Septic tank harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap korosi, rapat air dan tahan lama.
Konstruksi septic tank harus kuat menahan gaya-gaya yang timbul akibat tekanan air,
tanah maupun beban lainnya.

b. SUMUR RESAPAN
Sumur Resapan Air merupakan rekayasa teknik konversi air yang berupa bangunan
yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman
tertentu yang digunakan sebagai tempat penampung air hujan diatas atap rumah dan
meresapkannya ke dalam tanah.
Konstruksi Sumur Resapan Air (SRA) merupakan alternatif pilihan dalam mengatasi
banjir banjir dan menurunnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan, karena dengan
pertimbangan :
1) Pembuatan konstruksi SRA tidak memerlukan biaya besar.
2) Tidak memerlukan biaya yang besar.
3) Bentuk konstruksi SRA sederhana
Manfaat pembangunan Sumur Resapan Air antara lain :
1. Mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga
mengurangi terjadinya banjir dan erosi.
2. Mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air

25
3. Mencegah menurunnya lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang
berlebihan.
5. Vektor
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut
sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp
untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk
Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit
tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff
(rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk
Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air
untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan
pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat menularkan
penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit
penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis
dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.

Upaya pengendalian serangga sebagai vektor penyakit terutama lalat dan nyamuk
dapat dilakukan dengan menghilangkan tempat (habitat) sebagai sarang dan perlindungan
lingkungan manusia dengan mencegah keberadaan vektor.

Upaya dan tindakan pencegahan serta pengendalian vektor bertujuan menekan


populasi dan kepadatan vektor sampai batas yang tidak merugikan dan membahayakan
kesehatan manusia yang bertujuan memutus mata rantai penularan agent penyakit.

Pengendalian vektor penyakit dengan bahan kimia menggunakan insektisida harus


dilengkapi dengan peralatan aplikasi. Banyak cara yang dapat digunakan dalam aplikasi
antara lain pengasapan (Fogging) dan penyemprotan (Spraying).

Upaya pengendalian ini sangat cocok dilaksanakan dalam kondisi :

b. Penanggulangan outbreak / wabah / Kejadian Luar Biasa (KLB) dimana peran vektor
dalam menularkan bibit penyakit dapat diputus pada setiap fase hidup vector

c. Terhadap vektor / serangga sasaran pengendalian sesuai kesukaan menggigit dan tempat
menggigit (feeding)

d. Pada beberapa daerah pedesaan dan kota yang belum memiliki tata ruang (landscape) yang
baik untuk mencegah keberadaan vektor.

e. Penggunaan larvasida yang menimbulkan kekhawatiran pencemaran konsumsi air bersih.

f. Pengendalian juga memberi gambaran upaya bermakna dalam membatasi dan menekan
populasi, pergerakan dan distribusi vektor serta pola penularan penyakit berdasarkan
prinsip-prinsip epidemiologis.

26
6. Pemukiman

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan


Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai
berikut :

1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar,
tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau
bekas tambang;
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur
pendaratan penerbangan.
2. Kualitas udara

Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas
beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :

a. Gas H2S dan NH secara biologis tidak terdeteksi;


b. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150g/m3
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm
d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari.
3. Kebisingan dan getaran
a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;
b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .
4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg
5. Prasarana dan sarana lingkungan
a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi
yang aman dari kecelakaan
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak
mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki
dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu
penerangan jalan tidak menyilaukan mata
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi
persyaratan kesehatan;
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi
persyaratan kesehatan;
f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat
kesehatan

27
g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja,
tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;
h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;
i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi
makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
6.Vektor penyakit
b. Indeks lalat harus memenuhi syarat;
c. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
7.Penghijauan

Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga


berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.

Penyakit Penyebab Tindakan Preventif

Diare - Pemukiman terlalu - Menyediakan area yang cukup


padat - Pendidikan mengenai kesehatan
- Pencemaran air dan - Membagikan sabun pembersih
makanan - Kesadaran kebersihan makan dan pribadi
- Sanitasi jelek - Penyediaan air bersih dan makanan yang
cukup

Cacar - Pemukiman terlalu - Menyediakan area yang cukup


padat - Imunisasi untuk anak balita
- Vaksinasi tak jalan
Penyakit - Perumahan kumuh - Menyediakan area yang cukup
pernapasan - Kurangnya selimut dan - Perlindungan yang cukup seperti pakaian
pakaian yang layak dan selimut yang memadai
- Merokok di tempat - Memberantas tempat berkembang biaknya
umum nyamuk

Malaria - Tempat tinggal yang - Penyemprotan dan menjafa kebersihan


tidak kondusif untuk lingkungan
perkembang biakan - Penyediaan kelambu
nyamuk
- Penyediaan obat pencegah yang aman
untuk anak kecil dan ibu hamil

Meningitis - Pemukiman yang terlalu - Standar minimal untuk tempat tinggal yang
padat layak

- Imunisasi sesuai dengan anjuran dokter

Tuberculosse - Pemukiman yang terlalu - Standar minimal untuk tempat tinggal yang
padat layak

28
- Gagal gizi - Imunisasi
- Rentan terhadap virus
TBC
Typhoid - Pemukiman yang padat - Standar minimal untuk tempat tinggal yang
- Kesadaran kebersihan layak
kurang - Air bersih yang cukup
- Kurangnya air bersih - Sanitasi yang memadai
- Kurangnya sanitasi - Kesadaran akan pentingnya kebersihan

Cacingan - Pemukiman yang padat - Standar minimal untuk tempat tinggal yang
- Sanitasi tidak memadai layak
- Sanitasi yang layak
- Memakai alas kaki
- Kesadaran akan kesehatan individu

Scabies - Pemukiman yang padat - Standar minimal untuk tempat tinggal yang
- Kurangnya kesadaran layak
kesehatan diri - Cukup tersedianya air bersih dan sabun
pembersih

Xerophtalmia/ - Diet yang tidak sesuai - Cukup mengkonsumsi makanan yang


Kurang Vit.A - Disebabkan penyakit mengandung vitamin A
infeksi cacar air dan - Imunisasi untuk mencegah penyakit tersebut
diare
Anemia - Malaria, Cacingan, - Tindakan pencegah dari sumber-sumber
kurang zat besi dan folate penyakit

- Mengatur pola makan

Tetanus - Luka yang tidak dirawat - P3K yang memadai


- Salah perlakukan: waktu - Imunisasi bagi ibu hamil dan memberi
melahirkan peny.uluhan tentang kebersihan gunting,
menyebabkan penyakit alat ukur
tetanus
Hepatitis - Tidak Bersih - Penyediaan air bersih yang cukup
- Pencemaran air dan - Sanitasi yang memadai
makanan - Tranfusi yang aman

STD / - Tidak bermasyarakat - Tes Syphilis selama kehamilan


- Kesalahan transfusi - Tes darah untuk Tansfusi
HIV - Kurangnya informasi - Tindakan pencegahan
- Pendidikan kesehatan
- Penyediaan kondom
- Tidak berganti pasangan

29
7. K3

Beberapa contoh pencegahan kecelakaan yang banyak terjadi di Tempat Kerja Kesehatan

1. Terpeleset
Pencegahan :
 Pakai sepatu anti slip
 Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar
 Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak
rata konstruksinya.
 Pemeliharaan lantai dan tangga
2. Mengangkat beban
Pencegahan :
 Beban jangan terlalu berat
 Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
 Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah tungkai
bawah sambil berjongkok
 Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.
3. Mengambil sample darah/cairan tubuh lainnya
Pencegahan :
 Gunakan alat suntik sekali pakai
 Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai tapi
langsung dibuang ke tempat yang telah disediakan (sebaiknya gunakan destruction
clip).
 Bekerja di bawah pencahayaan yang cukup
4. Risiko terjadi kebakaran
Pencegahan :
 Konstruksi bangunan yang tahan api
 Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar
 Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
 Sistem tanda kebakaran manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda
bahaya dengan segera
 Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara otomatis
 Jalan untuk menyelamatkan diri
 Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
 Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.

Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja di Tempat Kerja
Kesehatan

1. Faktor Biologis

30
Pencegahan :

- Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi


dan desinfeksi.
- Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam
keadaan sehat badani, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja dengan
bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.
- Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.
- Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan
spesimen secara benar
- Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
- Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
- Kebersihan diri dari petugas.
2. Faktor Kimia

Pencegahan :

- ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk
diketahui oleh seluruh petugas untuk petugas atau tenaga kesehatan
laboratorium.
- Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol untuk petugas / tenaga
kesehatan laboratorium.
- Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jas
laboratorium) dengan benar.
- Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
- Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
3. Faktor Ergonomi
Untuk melakukan pengendalian terhadap sumber bahaya ada 3 strategi yang dapat
dilakukan meliputi:
1. Pengendalian secara teknis misalnya misalnya terhadap jalur pemindahan material,
komponen dan produk, merubah proses atau benda untuk mengurangi paparan bahaya
pada pekerja, merubah layout tempat kerja, merekayasa bentuk desain komponen,
mesin dan peralatan, memeprbaiki merode kerja dan lainnya
2. Pengendalian secara administratif misalnya dengan memberikan pelatihan kerja,
variasi jenis pekerjaan, memberikan pelatihan tentang faktor-faktor bahaya di tempat
kerja, melakukan rotasi pekerjaan, mengurangi jam kerja dan mengatur shift kerja,
memberikan istirahat yang cukup dan lainnya
3. Menggunakan alat perlindungan diri misalnya masker, sarung tangan, pelindung mesin
dan lainnya.
4. Faktor Fisik
Pencegahan :
- Pengendalian cahaya di ruang kerja khususnya ruang laboratorium.
- Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
- Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi

31
- Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
- Pelindung mata untuk sinar laser
- Filter untuk mikroskop untuk pemeriksa demam berdarah
5. Faktor Psikososial
Pencegahan :
- Pelaksanaan hidup sehat melalui olahraga yang teratur dan makanan dengan
menu seimbang, memperkenalkan (dengan melalui pendekatan
karyawan/pekerja) lingkungan kerjanya sehingga mereka mampu dan mau
beradaptasi
- Meningkatkan keterampilan pekerja
- KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi)
- Pemeriksaan dan penilaian kesehatan jiwa yang meliputi seleksi dan
perencanaan karir
- Konseling (di tempat kerja yang memungkinkan misalnya : departemen,
perusahaan dan lain-lain)
- Pengaturan fasilitas fisik kerja yang memadai sehingga membuat kenyamanan
dalam bekerja
- Mempertimbangkan penambahan beban kerja secara gradual
- Mengubah suasana lingkungan kerja, seperti misalnya memperlambat kecepatan
kerja, mengurangi kebiasaan, menghindari sikap mengayomi secara berlebihan,
melibatkan semua dalam kegiatan sosial, serta memberikan penghargaan
seimbang terhadap pretasi kerja siapapun.
- Berusaha untuk membuka diri dengan rekan kerja.
- Optimis dalam mengerjakan tugas , semangat dan meningkatkan etos kerja.

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) dapat berperan dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan permasalahan psikososial yang ada di masyarakat yaitu dengan
meningkatkan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (practice) petugas
Puskesmas terhadap setiap permasalahan psikososial yang timbul.

Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam pencegahan dan


penanggulangan permasalahan psikososial tersebut, ditinjau berdasarkan masing-masing
masalah psikososial yang ada.

Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh
seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. APD dalam bahasa
Inggris dikenal dengan sebutan Personal Protective Equipment (PPE). Dengan melihat kata
"personal" pada kata PPE terebut, maka setiap peralatan yang dikenakan harus mampu
memperoteksi si pemakainya. Secara teknis APD tidaklah secara sempurna dapat melindungi
tubuh tetapi akan dapat meminimaliasi tingkat keparahan kecelakaan atau keluhan / penyakit
yang terjadi. Dengan kata lain, meskipun telah menggunakan APD upaya pencegahan

32
kecelakaan kerja secara teknis, teknologis yang paling utama. APD dapat berkisar dari yang
sederhana hingga relatif lengkap, seperti baju yang menutup seluruh tubuh pemakai yang
dilengkapi dengan masker khusus dan alat bantu pernafasan yang dikenakan dikala
menangani tumpahan bahan kimia yang sangat berbahaya. Dalam penggunaan APD masih
memiliki beberapa kelemahan seperti:

1. Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna.

2. Tenaga kerja tidak merasa aman.

3. Komunikasi terganggu.

Adapun APD yang yang harus dipakai di laboratorium yaitu :

1. Perlindungan Mata dan Wajah

Proteksi mata dan wajah merupakan persyaratan yang mutlak yang harus dikenakan
oleh pemakai dikala bekerja dengan bahan kimia. Hal ini dimaksud untuk melindungi mata
dan wajah dari kecelakaan sebagai akibat dari tumpahan bahan kimia, uap kimia, dan radiasi.
Secara umum perlindungan mata terdiri dari:

a.
Kacamata pelindung
b.
Goggle
c.
Pelindung wajah
d.
Pelindung mata spesial (goggle yang menyatu dengan masker khusus untuk
melindungi mata dan wajah dari radiasi dan bahaya laser).
2. Perlindungan Pernafasan

Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia adalah
lewat pernafasan. Oleh karena itu, para pekerjanya harus memakai perlindungan pernafasan,
atau yang lebih dikenal dengan sebutan masker, yang sesuai. Pemilihan masker yang sesuai
didasarkan pada jenis kontaminasi, kosentrasi, dan batas paparan. Beberapa jenis
perlindungan pernafasan dilengkapi dengan filter pernafasan yang berfungsi untuk menyaring
udara yang masuk. Filter masker tersebut memiliki masa pakai. Apabila tidak dapat
menyaring udara yang terkontaminasi lagi, maka filter tersebut harus diganti.
Dari informasi mengenai beberapa APD diatas, maka setiap pengguna bahan kimia
haruslah mengerti pentingnya memakai APD yang sesuai sebelum bekerja dengan bahan
kimia. Selain itu, setiap APD yang dipakai harus sesuai dengan jenis bahan kimia yang
ditangani. Semua hal tersebut tentunya mempunyai dasar, yaitu kesehatan dan keselamatan
kerja di laboratorium.
Ungkapan mengatakan bahwa "Lebih baik mencegah daripada mengobati". APD
merupakan solusi pencegahan yang paling mendasar dari segala macam kontaminasi dan
bahaya akibat bahan kimia. Jadi, tunggu apa lagi. Gunakanlah APD sebelum bekerja dengan
bahan kimia.

33
3. Perlindungan Badan

Jas laboratorium ini, merupakan suatu perlengkapan yang wajib dikenakan sebelum
memasuki laboratorium. Jas laboratorium yang kerap sekali dikenal oleh masyarakat
pengguna bahan kimia ini terbuat dari katun dan bahan sintetik. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan ketika Anda menggunakan jas laboratorium, kancing jas laboratorium tidak
boleh dikenakan dalam kondisi tidak terpasang dan ukuran dari jas laboratorium pas dengan
ukuran badan pemakainya. Jas laboratorium merupakan pelindung badan Anda dari
tumpahan bahan kimia dan api sebelum mengenai kulit pemakainya.
Selain jas laboratorium, perlindungan badan lainnya adalah Apron dan Jumpsuits.
Apron sering kali digunakan untuk memproteksi diri dari cairan yang bersifat korosif dan
mengiritasi, celemek iini biasanya terbuat dari karet dan plastik.
Jumpsuits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini direkomendasikan untuk
dipakai pada kondisi beresiko tinggi (misalnya, ketika menangani bahan kimia yang bersifat
karsinogenik dalam jumlah yang sangat banyak). Baju parasut ini terbuat dari material yang
dapat didaur ulang. Bahan dari peralatan perlindungan badan ini haruslah mampu memberi
perlindungan kepada pekerja laboratorium dari percikan bahan kimia, panas, dingin, uap
lembab, dan radiasi.

4. Pelindungan Tangan

Perlindungan tangan yaitu menggunakan sarung tangan juga dapat memberi


perlindungan dari peralatan gelas yang pecah atau rusak, permukaan benda yang kasar atau
tajam, dan material yang panas atau dingin.
kriteria sarung tangan yang harus di pilih harus memperhitungkan bahan, ketebalan
dan rata-rata daya tembus atau terobos bahan kimia ke sarung tangan. Sarung tangan harus
secara periodik diganti berdasarkan frekuensi pemakaian dan permeabilitas bahan kimia yang
ditangani. Jenis sarung tangan yang sering dipakai di laboratorium, diantaranya, terbuat dari
bahan karet, kulit dan pengisolasi (asbestos) untuk temperatur tinggi.
Jenis karet yang digunakan pada sarung tangan, diantaranya adalah karet butil atau
alam, neoprene, nitril, dan PVC (Polivinil klorida). Semua jenis sarung tangan tersebut dipilih
berdasarkan bahan kimia yang akan ditangani.

5. Pelindung Kaki

Fungsinya untuk melidungi kaki dari tertimpah benda – benda berat, terbakar karena
logam cair, bahan kimia, tergelincir, tertusuk. Namun demikian APD memiliki syarat – syarat
sebagai berikut :

a. Enak dipakai
b. Tidak mengganggu
c. Memberikan perlindungan yang efektif sesuai dengan jenis bahaya tempat kerja.

34
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesehatan lingkungan adalah kondisi lingkungan yang mampu menopang


keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. Dan Upaya perlindungan,
pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada
tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.

B. Saran
- Seharusnya kita lebih peduli akan lingkungan
- Tidak mengotori lingkungan
- Tidak membuat lingkungan tercemar
- Menjaga/melindungi dan merawat lingkungan

35
DAFTAR PUSTAKA

Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan


Nasional, 2009.

Soemarwoto,Otto.1926.Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan.Jakarta:Djambatan

Djamal Irawan,Zoer’aini.2004.Prinsip-Prinsip Ekologi.Jakarta:Sinar Grafika Offset

Website :

http://rasyidpublish.blogspot.com/2012/11/tugas-geografi-pendekatan-ekologi.html#pages/2

http://aaknasional.wordpress.com/2012/03/12/masalah-kesehatan-masyarakat-di-indonesia

http://fkm.unair.ac.id/?page_id=243

36

Anda mungkin juga menyukai