Anda di halaman 1dari 38

CRITICAL BOOK REVIEW

FILSAFAT PENDIDIKAN

PRODI S1 PENMAS REG B

Skor Nilai:

“FILSAFAT PENDIDIKAN”

NAMA :Nabila Abnulia Lubis

NIM :1193371010
DOSEN PENGAMPU : Jubaidah Hasibuan S.Pd,M.Pd.

MATA KULIAH : Filsafat Pendidikan

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadiratan Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan laporan critical book dengan
buku “FILSAFAT PENDIDIKAN” untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan di
Kelas Tinggi ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya
berterimakasih kepada Ibu Jubaidah Hasibuan, S.pd,M.Pd selaku Dosen mata kuliah Filsafat
Pendidikan di Kelas Tinggi UNIMED yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap kiranya critical book ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
mengetahui isi buku beserta kelebihan dan kekurangan dari buku tersebut sebelum
membelinya. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam critical book ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan critical book yang akan saya buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Medan,September 2019

Nabila Abnulia Lubis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. iii

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang……………………………………………………………………….. 1

B. Tujuan………………………………………………………………………………… 1

C. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………. 1

BAB II. INTISARI BUKU……………………………………………………………..... 5

A. Identitas Buku………………………………………………………………………….. 5

B. Ringkasan Perbab………..………………………………………………..................... 5

BAB III. PEMBAHASAN…………………………………………………………….. 32

A.Kelebihan dan kelemahan Buku…………………………………………………….. 32

B.Analisis Critical Book report………………………………………………………… 33

BAB IV. PENUTUP....................................................................................................... 34

A.Kesimpulan …………………………………………………………………………. 34

B. Saran………………………………………………………………………………… 34

DAFTAR
PUSTAKA…………………...…………………………………………………………… 35

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah produk dari sistem sosial masyarakat yang menjadi unsur
kebudayaan. Karena itu, format pendidikan seperti yang ada dewasa ini bukanlah sesuatu
yang sekali jadi.
Filsafat adalah cara pandang dan perspektif atas kenyataan, apa yang dipahami sebagai
hakikat kenyataan, kebenaran, kebaikan dan keindahan. Filsafat menangani keseluruhan
pengalaman manusia dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Suatu bentuk kajian
terhadap hakikat kenyataan denga mengajukan pertanyaan dan berusaha memberikan
jawaban yang akan menciptakan kebermaknaan hidup seseorang. Untuk melakukan filsafat,
maka harus diciptakan kesadaran yang sangat tinggi dari fenomena dan peristiwa dalam dunia
masa kini dalam kesadaran diri sepenuhnya.
B. Tujuan
1. Pemenuhan akan tugas pokok mata kuliah Filsafat pendidikan.
2. Melatih pemikiran lebih kritis dan analitis.
3. Membangkitkan minat untuk membaca secara seksama.
4. Menghasilkan pembelajaran yang meningkatkan evaluasi dalam karya seseorang.

C. Manfaat
1. Mengetahui apa itu filsafat pendidkan.
2. Memahami berbagai landasan-landasan pendidikan.
3. Menambah wawasan tentang landasan-landasan pendidikan.

4
BAB II

INTI SARI BUKU

A. Identitas Buku

1. Buku Utama
Judul : Filsafat Pendidikan
Penulis : Drs. Edward Purba, M.Si. dan Prof. Dr.Yusnadi,MS
ISBN : 978-602-7938-38-0
Penerbit : Unimed Press
Tahun Terbit : 2017
Urutan Cetakan : Cetakan Pertama
Dimensi Buku : 17,5 x 25 cm
Tebal Buku : 180 halaman

2. Buku Pembanding
Judul : Pengantar Pendidikan : Asas & Filsafat Pendidikan
Penulis : Dr. Drs. Rulam Ahmadi, M.Pd.
ISBN : 978-602-7874-84-8
Penerbit : Ar-Ruzz Media
Tahun Terbit : 2014
Urutan Cetakan : Cetakan Pertama
Dimensi Buku : 17 x 24 cm
Tebal Buku : 248 halaman

B.Ringkasan Perbab

1. Buku Utama
BAB I : PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Pengertian Filsafat
Pengertian Filsafat antara satu ahli filsafat atau filsuf dan ahli filsafat lainnya selalu
berbeda dan hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Namun demikian
pengertian filsafat dapat ditinjau, yakni secara etimologi dan terminologi.

5
1. Pengertian secara Etimologi
Kata fisafat yang dalam bahasa inggris philosophy, dan dalam bahasa arab falsafah,
yang keduanya berasal dari bahasa Yunani yakni, philosophia. Philosophia terdiri atas
dua suku kata yakni philein dan sophia, philein brrarti cinta dan sophia berarti
kebijaksanaan. Sehingga secara etimologi filsafat berarti
cinta kebijaksanaan dalam arti yang sedalam-dalamnya.

2. Pengertian terminology
Velasquez (2005:4) menjelaskan bahwa filsafat diawali dengan adanya keragu-
raguan. Keragu-raguan yang terjadi menimbulkan banyak hal yang dipertayakan
seperti, kita ragu mengapa kita ada disini, siapa kita sebenarnya, adakah Allah dan
bagaimanakah Allah itu, apakah kehidupa ada sesudah meninggal, apa moral yang
benar dan yang tidak benar dan lain sebagainya.
Berikut beberapa ahli mengemukakan beberapa pengertian tentang filsafat:
a. Plato
Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenara yang
asli.
b. Aristoteles
Filsafat adalah ilmu(pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung
didalamnya ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi politik, estetika.
c. Al Faribi
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam, wujud bagaimana hakikat yang
sebenarnya.

3. Tujuan dan ciri kefilsafatan


a) Tujuan
Filsafat bertujuan untuk mencari hakikat dar suatu gejala atau fenomena secara
mendalam. Ilmu pengetahuan empiris hanya membicarakan gejala-gejala atau fenomena saja.
b) Ciri-ciri pikiran Kefilsafatan
Ciri-ciri pikiran kefilsafatan yaitu, filasafat merupakan pemikiran tentang hal-hal serta
proses dalam hubugan yang umum. Diantara proses yang dibicarakan ialah pemikiran itu
sendiri, diantara hal-hal yang dipikirkan adalah sipemikir itu sendiri. Filsafat merupakan

6
hasil menjadi- sadarnya manusia mengenai dirinya sebagai pemikir,dan menjadi – kritisnya
manusia terhadap dir sendiri sebagai pemikir didalam dunia yang dipikirkannya.
Filsafat menjangkau semua persoalan dalam daya kemampuan pikran manusia. Filsafat
mencoba menganalisa, megert, menilai, dan menyimpulkan semua persoalan secara
mendalam.

4. Alasan Berfilsafat
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu:
a) Keheranan
Banyak filsuf berpendapat bahwa awal mulanya filsafat adalah timbulnya rasa heran atau
kagum pada manusia. Misalnya Plato mengatakan; mata kita memberi pengamatan bintang-
bintang, matahari dan langit. Pemngamatan ini memberi doronga untuk menyelidiki. Dari
penyelidikan ini berasal filsafat.
b) Kesangsian
Filsuf-filsuf seperti Augustinus dan Rene Descartes berpendapat bahwa kesangsian itu
merupakan sumber utama emikiran dan penyelidikan. Pada saat manusia melihat atau
berhadapan dengan hal baru, maka akan timbul rasa heran yng diikiutin dengan kragu-raguan
atau rasa sangsi.
c) Kesadaran dan keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya hanya kecil dan lemah
terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilinya. Manusia juga merasa bahwa ia sangat
terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan.

5. Peranan Filsafat
Filsafat telah memerankan tiga peran utama dalam sejarah pemikiran anusia. Ketiga peran
itu adalah sebagai berikut:

a) Pendobrak
Pada umumnya orang beranggapan bahwa segala dongeng dan takhayul merupaka
bagian yang hakiki dari warisan tradisi nenek moyang, sedang tradisi itu diterima benar dan
tidak dapat diganggu gugat. Kehadiran filsafat telah mendobrak pintu dan tembok tradisi
yang begitu sakral dan selama itu tidak boleh tidak diterima. Pendobrakan itu membutuhkan
waktu yang lama namun membuahkan hasil yang mencengankan, yakni terjadi perubahan
dalam pandangan dansikap manusia tentang sesuatu.

7
b) Pembebas
Filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan mite dari
ketidaktahuan bodonya dan kebodohannya. Fisafat sedang berusaha membebaskan manusia
dari kekurangan dang kemiskinan pengetahuan yang menyebabkan manusia menjadi picik
dan dangkal . filsafat membebasjkan manusia dari cara pikir yang tidak teratur dan tidak
jernih, cara bepikir yang tidak kritis yang membuat manusia mudah menerima berbagai
kebenaran semu yang menyesatkan. Filsafat membebaskan manusia dari segala jenis
“penjara” yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia.
c) Pembimbing

Filsafat membimbing manusia dari cara pikir yang:


1. Mistis dan mite dengan membimbing manusia untuk berfikir secara rasional
2. Picik dan dangkal dengan membimbng manusia untuk berpikir secara luas dan
mendalam, yakni berpikir secara universal sambil berupaya mencapai “radix” dan
menemukan esens suatu permasalahan.
3. Tidak teratur dan tidak jernih dengan membimbing manusia untuk berpikir secara
sistemantis dan logis
4. Utuh dan begitu fragmentaris dengan membimbing manusia untuk berpikir secara
integral dan koheren.

B. Pengertian filsafat pendidikan


Pendidikan dapat diartikan sebagai proses, dimana pendidikan merupaka usaha sadar dan
penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin, dan mengarahkan
peserta didik dengan berbagai problema atau persoalan dan pertanyaan yang mungkin timbul
dalam pelaksanaanya.
Hubungan masyarakat dengan pendidikan adalah hubungan antara subjek dan
aktifitasnya. Fenomena dalam masa modern ini makin maju sesuatu masyarakat, maka makin
maju pula pendidikan yang diselenggarakan oleh masyaraat.
Filsafat pendidikan dalam arti luas menurut mudyahadjo (2004,5)dapat dibedakan
menjadi dua macam yakni:

I. Filsafat praktek pendidan yaitu analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana
seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan manusia.

8
II. Filsafat ilmu pendidikan yaitu analisi kritis dan komprehensif tentag pendidkan dan
konseppsikologi pendidikan yang berkaitandengan teori belajar, pengukuran
pendidkan, prodsedur-prosedur sistematis tentang penyusunan kurikulum, an
sebagainya yang akhirnya menjadi teori pendidikan.
Filsafat dilihat dari fungsinya secara praktis adalah sebagai sarana bagi manusia untuk
dapat memecahkan berbagai problematka kehidupan yang dihadapinya, termasuk dalam
problematika dibidang pendidikan. Karena itu bila dihubungkan dengan masalah pendidikan,
maka dapat dikatakan bahwa filsafat merupakan arah dan pedoman atau pijakan dasar bagi
tercapainya pelaksanaan dan tujuan pendidikan. Oeleh sebab itu filsafat dapat dikatakan
adalah ilmu yang pada hakekatnya merupakan jawaban dari pertanyaan dalam bidang
pendidikan yang merupakan analisa filosofis alam lapangan pendidikan.

Masalah-masalah yang dihadapi dalam praktek pelaksanaan pendidikan merupakan


karakter atau bahasan utama dalam filsafat.beberapa masalahnya sebagai berikut:

I. Hakikat kehidupan yang baik, karena pendidikan akan berusaha untuk


mencapainya sebagai tujuannya
II. Hakikat manusia, karena manusia merupakan makhluk makhluk yang
menerima dan melaksanakan pendidikan
III. Hakikat masyarakat, karena pendidikan pada dasarnya merupakan suatu
proses sosial
IV. Hakikat realitas akhir, karena semua pengetahuan akan berusaha untuk
mencapainya (Al-Syaibany)

BAB II : FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Filsafat pendidikan sebagai sistem


Filsafat pendidikan sebagaimana cabang filsafat lainnya mencakup sekurang-kurangnya
tiga cabang utama dari filsafat yakni, ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi berasal
dari kata yunani “onta” yang berarti sungguh-sungguh ada, kenyataan yang
sesungguhnyanya, dan ”logos” yang berartiteori ilmu. Ontologi mempelajari keberadaan
dalam bentuknya yang paling abstrak . dapat dikatakan bahwa otologi tersebut, maka
pandangan ontologi dari pendidikan adalah manusia, makhluk mulia, potensi, interaksi,
budaya, dan lingkungan.

9
Epistemologi pendidikan dimaksudkan mencai sumber-sumber pengetahuan dan
kebenaran dalam praktek pelaksanaan pendidikan. Sumber tersebut dapat digolongkan
kedalam dua aliran, yakni empiris dan rasionalisme. Pengetahuan dan kebenaran berasal dari
empiris dapat diperoleh melalui praketk pelaksanaan pendidikan yang sudah berlangsung
selama ini.
Kedudukan filsafat pendidikan dalam pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah
sebagai bagian dari fundasi-fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu
mengetengahkan tentang konsep-konsep dasar pendidikan. Pendidikan di Indonesia
teraktualisasi secara praksis dan praktik. Praksis sebagai acuan yang didasarkan ada landasan
yang tersusun dalam bentuk kebijakan harus dipedomanin dalam praktek pelaksanaan
pendidikan.

B. Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan


Filsafat sebagi pandangan hidup berisi nila-nilai dan kebenaran yang dijunjung tinggi
oleh penganutnya sekaligus merupakan asas danpedoman yang melandasi semua aspek hidup
dan kehidupan manusia, masyarakat dan bangsa. Pemndidikan sebagai suatu lembagayang
berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem norma tingkah laku perbuatan yang
didasarkan pada dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan tenaga
kependidikan dalam suatu masyarakat.
Filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting, sebab menjadi dasar, arah dan
pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pedidikan adalah aktifitas pemikiran sebagai hasil
pengkajian secara teratur dan mendalam yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk
menyusun proses pendidikan, menyelaraskan dan mengharmoniskan dana menerangkan ilai-
nilai bahwa terdapat kesauan yang utuh antara filsafat, filsafat pendidikan dan pengalaman
manusia atau pendidikan.

BAB III :ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PEDIDIKAN

A. Aliran-aliran filsafat pendidikan


Berikut akan beberapa alairan-aliran adalah sebagai berikut:
1. Filsafat pendidikan idealisme
Idealisme berpendirian, bahwa kenyataan teersusun atas gagasan-gagasan atau spirit.
Segala benda yang nampak berhubungan dengan kejiwaan dan segala aktivitas adalah
aktivitas kejiwaan. Dunia ini dipandang bukan hanya sebagai mekanisme,tetapi dipandang

10
sebagai sistim, dunia adalah keseluruhn (totalitas). Unsur material tetap ada, tetapi hanya
merupakan bagian yang saling bersangkut paut dengan keseluruhan, dan segala penampakan
secara materi hanya manfestasi dari pada aktivitas jiwa.
Jiwa atau rohani yang disebut mind adalah hakekat manusia. Jiwa atau rohani merupakan
suatu wujud yang mampu menyadari dunianya, dan sekaligus sebagai pendorong dan
penggerak semua aktivitas manusia badan atau jasmani tanpa jiwa dan rohani tidak ada apa-
apanya.
Seorang pengikut idealisme menurut kattsoff (1996) akan menjawab sebagai berikut:
pertama, jika kita meneliti: (1) hakekat semesta (2) ketertiban da susunan alam semesta dan
(3) adanya nilai di alam semesta, maka kita sampi pada pendiran penganut idealisme
berdasarkan atas tuntutan akan keruntutandan akal kita. Kedua, dimana-mana dialam semesta
ini kit menjumpai watak logis, hubungab sebab akibat, ketertiban, watak sistematik, ketaatan
dan hukum, dan sebagainya.
2. Filsafat pendidikan realisme
Realisme dalam berbagai bentuk menurut kattsoff menarik garis pemisah yang tajam
antara yang mengetahui dan yang mengetahui dan yang diketahui, dan pada umumnya
cenderung ke arah dualisme atau monisme materialistik. Seorang pengikut materialisme
mengatakan bahwa jiwa dan materi sepenuhnya sama. Defenisi kebenran menurut mpenganut
realisme adalah ukuran kebenaran suatu gagasan mengenai barang sesuatu ialah menentukan
apakah gagasan itu benar- benar memberikan pengetahuan kepada kita mengenai barang
sesuatu itu sendiri ataukah tidak dengan mengadakan pembedaan antara apakah sesuatu itu
senyatanya dengan bagaimanakah tampaknya barang sesuatu itu.
Salah seorang tokoh penganut relisme yang sangat terkenal adalah Johan Amos
Comenius merupakan pemikir pendidikan. Beliau mengemukakan bahwa man usia selalu
berusaha untuk mencaoai tujuan hidup berupa; pertama keselamatan dan kebahagiaan hidup
yang abadi dan kedua adalah kehidupan dunia yang dan damai.

3. Filsafat pendidikan materialisme


Aliran materialisme adalah suatu aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran kebendaan,
dimana benda merupakan sumber segalanya, sedangkan yang dikatakan materialistis
mementingkan kebendaan menurut materilisme ( Poerwadrminta, 1984; 638). Aliran ini
berpikir dengan sederhana mereka berpikir realitas sebagaimana sebagaimana adanya,
keyataan aliran ini memberikan suatu pertanyaan bahwa segalanya yang ada disemua alam ini

11
ialah yang dapat dilihat atau diobservasim baik wujudnya maupun gerakan-gerakannyasrta
peristiwa-peristiwanya.
Pada fokusnya aliran materialisme sebagaimana ditegaskan jalaluddin dan idi (2002:53)
mengutamakan benda dan segala berawal dari benda demikian juga yang nyata hanya
duniamateri. Segala kenyataan yang ada itu berdasarkan zat atau unsur dan jiwa, roh, sukma
(idea; idealisme) oleh aliran materialisme dianggap pula sejenis materi, tetapi mempunyai
sifat yang berbeda dibandingkan dengan sifat materi karena jiwa, roh, sukma itu mempunyai
naluri untuk bergerak dengan sendiri, sedangkan mempunyai gerakan yang terbatas sehingga
tidak bebas dan kaku.
Karakterisk umum materialisme (Sadulloh. 2003) berdasarkan suatu asumsi bahwa realitas
dapat dikembangkan pada sifat-sifat yang sedang mengalami perubahan gerak dalam ruang.
Asumsi tersebut adalah;
1. Semua sains seperti biologi, kimia, psikologi, fisika, sosiologi, ekonomi, dan yang
lainnya ditinjau dari dasar fenomena materi yang berhubungan secara kausal (sebab
akibat).
2. Apa yang dikatakan “jiwa” dan segala kegiatannya adalah merupakan suatu gerakan
yang kompleks dari otak, sistem urat saraf, atau organ-organ jasmani lainnya.
3. Apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita, makna dan tujuan hidup, keindahan dan
kesenangan, serta kebebasan, hanyalah sejedar nama-nama atau semboyan, simbol
subyektif manusia untuk situasi atau hubungan fisik yang berbeda.

4.Filsafat pendidikan pragmatisme

Pragmatisme berasal dari kata “pragma” yang berarti praktik atau aku berbuat. Hal in
mengandung arti bahwa makna dari segala sesuatu tergantung dari hubungannnya dengan apa
yang dapat dilakukannya. Manusia dan lingkungannya berdampungan, dan mempunyai
tanggung jawab yang sama terhadap realitas.
Pendidikan menurut oandangan pragmatisme bukan merupakan suatu proses
pembentukan dari luar, dan juga buka merupakan suatu pemerkahan kekuatan-kekuatan laten
dengan sendirinya, melainkan merupakan suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi dari
pengalama-pengalam individu: yang berarti bahwa setiap manusia selau belajar dari
pengalamannya.
Menurut John Dewey (Sadulloh, 2003), pendidikan perlu didasarkan pada tiga pokok
pikiran yaitu:

12
I. Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup
II. Pendidikan sebagai pertumbuhan
III. Pendidikan sebagai fungsi sosial

5.Filsafat pendidikan eksistensialisme


Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Eksistensi adalah
cara manusia ada didunia. Cara berada manusia berbeda dengan cara beradanya benda-benda-
benda atau materi. Cara beradanya manusia adalah hidup bersama dengan manusia lainnya,
ada kerjasama dan komunikasi dan dengan penuh kesadaran, sedangkan benda-benda materi
keberadaannya berdasarkan ketidaksadaran akan dirina sendiri dan ridak berkomunikasi
antara satu dengan lainnya.
Ada beberapa pandangan penganut filsafat ini sehubungan dengan eksistensi, yakni:
i. Eksistensi adalah cara manusia berada. Hanya manusialah yang bereksistensi,
manusialah sebagai pusat perhatian, sehingga bersifat humanistis.
ii. Bereksistensi tidak statis tetapi dinamis, yang berarti menciptakan dirinya secara
aktif, merencanakan, berbuat dan menjadi.
iii. Manusia dipandang selalu dalam proses menjadi belum selesai dan terbuka serta
realistis.
6.Filsafat pendidikan progresivisme
Menurut penganut aliran ini bahwa kehidupan manusia berkembang terus menerus
dalam suatu arah yang positif. Apa yang dipandag benar sekarang belum tentu benar yang
akan datang. Oleh sebab itu, peserta didik bukan dipersiapkan untuk menghidupi kehidupan
masa kini, melainkan mereka harus dipersiapkan menghadapi kehidupan masa mendatang.
Guru atau pendidik harus memfasilitasi peserta didik agar memiliki kesempatan yang
luas untuk bekerja sama atau kooperatif didalam kelompok, memecahkan masalah yang
dipandang penting oleh kelompokbukan oleh guru, dalam kelomponya progresivisme
pengikut Dewey, mendasarkan pada asumsi berikut:
a. Minat-minat peserta didik sebagai dasar menentukan muatan kurkulum, buka disiplin
ilmu atau akademik.
b. Pengajaran efektif adalah apabila memperlakukan peserta didik sebagai keseluruhan
dan minat-minat serta kebutuhan-kebutuhannya dihubungkan dengan bidang kognitif,
efekif, dan psikomotor.

13
c. Pembelajarn harus aktif, guru menyediakan kemungkinan agar peserta didik memiliki
pengalamaaan melalui belajardengan berbuat.
d. Pendidikan bertujuan untuk membina peserta didik berpikir rasional sehingga menjadi
manusia yng cerdas yang berkontribusi pada masyarakat.
e. Peserta mempelajari nilai-nilai personal dan sosial di sekolah.
f. Indidvidu berada pada suatu keadaan yang selalu berubah secara terus-menerus, dan
pendidikan merupakan wahana yang memungkinkan masa depan yang lebih baik dari
masa sebelumnya.

7.Filsafat pendidikan perenialisme


Aliran ini berbeda dengan progresivisme yang menkankan perubahan dan suatu yang
baru. Perenialisme mengemukakan bahwa situasi dunia saai ini peniuh dengan kekacauan dan
ketidakpastian, dan ketidakteraturan terutama dalam tatanan kehidupan moral, intelektual,
dan sosio-kultural.
Perenialisme mengambil jalan regresif, karena mempunyai pandangann bahwa tidak
ada jalan lain kecuali kembali kepada prinsipumum yang telah menjadi dasar tingkah laku
dan perbuatan zaman kun dan abad pertengahan.
Motif prenialisme dengan mengambil jalan regresif bukanlah hanya nostalgia atau
rindu akan nilai-nilai lama untuk diingat atau dipuja, melainkan berpendapat bahwa nilai
tersebut mempunyai kedudukan vital bagi pembangunan kebudayaan abad kedua puluh.

7.Filsafat pendidikan esensialisme


Esensialisme bukan merupakan suatu aliran filsafat tersendiri, yang mendirikan
syuatu bangunan filsafat tersendiri, melainkan suatu gerakan dalam pendidikan yang
memprotes pendidikan progresivisme. Penganut faham ini berpendapt bahwa betul-betul ada
hal-hal yang esensial dari pengalaman peserta didik yang memiliki nilai esensial dan perlu
dipertahankan. Esensi mengacu pada aspek-asek yang lebih permaen fenomenal.
(sadulloh.2003) terjadi gerakan disekolah untuk mengadakan perubhan dalam praktek
pelaksanaan pendidikan disekolah,yakni bahwa peserta didik harus dilatih dan didik untuk
dapat berkomunikasi dengan jelas dan logis.
a. Pada hakekatnya manusia adalah sama dimanapun dan kapanpun ia berada, yang
walaupun lingkungannya berbeda.
b. Bagi manusia, pikiran adalah kemampuan yang paling tinggi.

14
c. Fungsi utama pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang
pasti dan abadi.
d. Pendidikan adalah persiapan untuk hidup bukan peniruan untuk hidup.
e. Peserta didik harus mempelajari karya besar dalam literatur yang menyangut sejarah,
filsafat, seni, kehidupan sosialterutama politik dan ekonomi.

8.Filsafat pendidikan Rekonstrusionisme


Rekonstruksionisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berpikir
progresifisme dalam pendidikan. Tidak cukup kalau individu belajar hanya dari pengalaman
kemasyarakatan sekolah. Sekolah bukan hanya hanya masyarakat dalam ukuran mikro
(kecil). Sekolah haruslah memplopori masyarakat kearah masyaraat baru yang diinginkan
sesuai dengan perkembangan hidup dan kehidupan sebagai konsekuesi perkemanbgan ilmu ,
seni dan teknologi.
Tujuan pendidikan adalah untuk menumbuhkan kesadaran peserta didik akan
masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi manusia bukan hanya nasional,
regional, akan tetapi juga secara global.

BAB IV FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA

A. Pandangan filsafat pancasila tenttang manusia, masyarakat, pendidikan, dan


nilai.
Pancasila merupakan dasar dari pembentukan negara indonesia sebagaimana yang
dikemukakan oleh bungkarno didalam lahirnya pancasila. Setiap negara punya dasar atau
ideologinya. Pancasila sebagai ideologi mempunyai otoritas untuk mengaturdan
mengarahkan setiap kegiatan yang dilakukan baik secara pribadi maupun kelompok untuk
mencapai tujuan yang dicita-citakan, yakni aman, nyaman, damai, sejahtera, dan bahagia.
Memang dapat dimengerti pada masa permulaan dari perjuangan untuk mempertahankan
kemerdekaan dari kekuatan klonial, diperlukan suatu ideologi yang kuat yang mengikat
seluruh bangsa indonesia menentang bahaya yang mengancam keberadaannya.
1. Pandangan filsafat pancasila tentang manusia
Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa dan
negara indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan Yang
Maha Kuasa dan Maha Mulia yang dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh
dan berkembang baik sebagai individu ataupun masyarakat atau sosial. Manusia memiliki

15
pribadi yang monopluralis, yakni jasmani-rohani, individu-sosial,berdiri sendiri- makhluk
Tuhan yang relegius.
Selanjutnya Paulus Wahana (dalam Tilaar, 2002: 191) mengemukakan gambaran
manusia pancasila sebagai berikut:
a. Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat
melaksanakan sila-sila yang tercantum didalam Pancasila.
b. Manusia adaalaha makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggu yang dijaruniakan
memiliki kesadaran dan kebebasan dalam menentukan pilihannya.
c. Dengan kebebASANNYA MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK CIPTAAN Tuhan
dapat menentukan sikapnya dalam hubungan dalam penciptanya.
d. Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya
sebagai ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa dan oleh sebab itu harus mampu
menentukan sikapnya terhadap hubungannya dengan Penciptanya.
e. Manusia adalah otonomi dan memiliki harkat dan martabat dan luhur.
f. Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran
keluhuran harkat martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat sesama
manusia.

2. Pandangan filsafat pancasila tentang masyarakat


Nilai-nilai yang terkandung dalam ancasila yaitu ke-Tuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, serta Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Indonesia, akan terwujud dalam laku dan prilaku setiap warga negara Indonesia
sesuai dengan perkembanagn dan kemajuan yang telah dicapai. Karena nilai-nila luhur
Pancasila tidak pernah tertinggal dengan kemajuan yang telah dicapai.
Untuk menghindari masalah etnonasionalisme yang dapat berakibat disentegrasi
bangsa, Hamdi Muluk (dalam Tilaar. 2002:76) mengemukakan program-program sebagai
berikut:
1. Di dalam menyikapi dorongan etno-nasionalisme yang negatif maka hindarkan cara-
cara pemecahan koersif(militerisik), tetapi dengan menggunakan metode persuasive
dan dan dialogis, serta mengikut sertakan masyarak setempat.
2. Perlu diakui identirtas etnis dalam arti cultural bukan dalam arti pilitik.

16
3. Menyadarkan kelompok-kelompok yang berkeinginan kepada separatisme, bahwa
berpisah dengan negara dan bangsa Indonesia akan merugikan.
4. Menghindari berbagai pelanggaran HAM dan menghormati hak asasi manusia.

3. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Pendidikan


Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dijelaskan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuata spritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasa, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan berlangsung di keluarga, dirumah, di sekolah, dan di masyarakat.
Pendidikan harus berlangsung dengan keteladanan dan komunikai. Orang tua adalah pedidik
di kluarga, di rumah, guru dan tenaga kependidikan masyaraka, alim ulama, pejabat mulai
dari jabatan paling rendah sampai pada jabatan paling tinggi yang ada dmasyarakat dan
negara adalah pendidik sekaligus sebagai teladan bagi peserta didik.

4. Pandangan filsafat pancasila pancasila tentang nilai


Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasional
sebagaimana yang sudah dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Oleh karena itu, sila-sila dalam Pancasila menunjukkan sistem etika dalam
pembangunan iptek, seperti berikut ini:
a. Sila pertama; Sila ini menempatkan manusia dialam seesta bukan sebagai pusatnya,
melainkan sebagai bagian yang sistematik dari alam yang mengolahnya.
b. Sila kedua; Sila ini menekankan bahwa pembangunan dan pelaksanaan pendidikan
harus warga negara, letak jarak atau geografis sehingga dapat tercapai berdidi sama
tinggi duduk sama rendah dan bahu membahu membangun bangsa ini.
c. Sila ketiga; Sila ini memberikan kesadaran bagi bangsa indonesia bahwa rasa
nasionalisme merupakan modal dasar bagi persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Sila ke empat; mendasari bahwa setiap warga negara memiliki kebebasan untuk
mengembangkan drinya sesuai dengan potensinya, masing-masinh warga negara
mnghormati kebebasan berkarya demi kemajuan dan perkembangan bangsa
berdasarkan pancasila.

17
e. Sila kelima; sila ini mengandung nilai bahwa manusia indonesia harus menjaga
keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan
tuhan, manusia dengan manusia lain, manusia dengan manusia lain, manusia dengan
masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya.

B. Pandangan filsafat pendidikan pancasila terhadap sistem pendidikan


nasional
Tatacara bernegara diIndonesia diatur dalam UUD 1945 yang sudah pernah
mengalami amandemen, setelah berguli reformasi tahun 1998. Dengan tidak adanya
perubahan terhadap pembukaan UUD 1945, menunjukkan bahwa bangsa Indonesia tetap
memiliki komitmen yang kuat untuk melakukan upaya langkah mencerdaskan kehidupan
bangsa dalam rangka mengangkat harkat martabat bangsa Indonesia di mata dunia
internasional. Berikut ini acuan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. UUD 1945
pasal 31 yang baru sebagai hasil amandemen Agustus 2002 menjadi:
1. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidiksn dasar dan pemerintah wajib
mebiayainya
2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
3. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya duaa puluh persen
dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Pendidikan adalah sebagai sesuatu investasi bagi pengembangan sumber daya manusia
sebagai individu dan anggota masyarakat.bangsa indonesia yang terdiri dari etnis dan budaya
yang berbeda merupakan modal atau aset nasional untuk memajukan bangsa akan tetapi dapat
menjadi potensial sebagai sumber pengembangan sikap toleransi dan saling mengasihi bagi
setiap warga negara.

BAB V : HAKEKAT ILMU PENDIDIKAN

A. Hakekat Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Dalam pendidikan ada dua istilah yang hampir sama dan selalu dijumpai dalam
praktek pelaksanaan pendidikan, secara etimologi, yakni; paedagogie dan paedagogiek.

18
Paedagogiek berasal dari bahasa Yunani yaitu paedagogia, terdiri dari kata paedos
yang artinya anak, dan agoge yang artinya memimpin, (Purwanto. 2000). Paedagogiek dapat
diartikan pergaulan dengan anak-anak. Paedagogiek atau ilmu pendidikan ialah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.
Paedagogie artinya adalah pendidikan.
Pada zaman Yunani kuno ada yang disebut paedagogos ialah seorang pelayan yang
pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah. Perkataan
paedagogos yang mulanya adalah rendah (pelayan), tetapi sekarang dipakai untuk pekerjaan
yang mulia. Dapat dikatakan bahwa paedagogie adalah pendidikan, paedagogiek adalah ilmu
pendidikansedangkan paedagogos adalah pendidik atau ahli didik yakni seseorang yang
tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri (Purwanto.
2000).
Pendidikan merupakan pemberdayaan sumber daya manusia. Makna pendidikan
adalah memberikan kebebasan kepada seseorang untuk mengembangkan dirinya sendiri
sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Reformasi pendidikan sebagai tuntutan perkembangan kualitatif dan pertumbuhan
kuantitatif kehidupan harus berani mengubah strategi, dari pendekatan kuantitatif sepintas
lalu dan dangkal kepada pendekatan kualitatif yang menukik serta mendalam (Nursid
Sumaatmadja. 2002: 83).
Pada hakekatnya pendidikan itu bukan membentuk, bukan menciptakan seperti yang
diinginkan, tetapi menolong, membantu dalam arti luas. Jadi pengertian pendidikan yang
dikembangkan berdasarkan hubungan ini ialah usaha mempersiapkan peserta didik
semaksimal mungkin untuk dapat mengikuti perubahan zaman dan dapat mengatasi masalah-
masalah yang dihadapi dalam hidupnya.
Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar
menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam
lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada.

2. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan yang merupakan suatu pernyataan yang jelas akan merupakan
dasar utama bagi pemilihan metode, bahan atau materi pendidikan, dan pemilihan alat-alat
untuk menilai apakah pendidikan itu telah terlaksana dengan baik atau telah berhasil. Robert

19
F. Mager (dalam M. Ngalim Purwanto. 2000:38) menjelaskan ada tiga alasan pokok mengapa
pendidik harus memperhatikan atau merumuskan tujuan pendidikannya.
1. Merumuskan tujuan pendidikan dengan jelas, maka pendidik akan dapat memilih dan
merancang bahan pembelajaran, alat, dan metode yang tepat untuk digunakan dalam
pendidikan atau pembelajaran.
2. keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh pencapaian hasil sesuai dengan yang
diharapkan.
3. Bila tujuan tidak dirumuskan, sudah tentu pendidik akan mengalami kesulitan dan
bahkan tidak akan dapat mengorganisasikan materi atau bahan pelajaran dan kegiatan-
kegiatan serta usaha-usaha peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Hirarki Tujuan Pendidikan. Jenis-jenis tujuan pendidikan dapat dibedakan menurut
luas dan sempitnnya isi tujuan itu yang sekaligus berkaitan dengan jauh dekatnya jarak waktu
yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Tujuan pendidikan nasional. Pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

Standar kompetensi lulusan. Tujuan ini merupakan tujuan masing-masing lembaga


atau jenis dan tingkatan sekolah. Tujuan ini tercantum di dalam kurikulum sekolah/lembaga
pendidikan yang menggambarkan perilaku atau performance yang harus dimiliki peserta
didik setelah selesai belajar di sekolah tersebut.
Kompetensi inti. Kompetensi inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat
kelas atau program yang menjadi landasan pengembangan kompetensi dasar.

3. Pilar pendidikan
UNESCO mengemukakan bhwa pendidikan disokong empat pilar yang disebut
dengan empat pilar yang disebut dengan empat pilar pendidikan yakni: Learning to Know,
Learning to Do, Learning to Be, dan Learning to Live Together. Learning to Know salah satu
pilar untuk mengetahui banyak hal yang sangat diperlukan dalam hidup dan kehidupan
manusia. Learning to Do salah satu pilar pendidikan yang menekankan pada aktivitas
kemampuan untuk melakukan atau mengaktualisasikan dalam hidup dan kehidupannya apa

20
yang sudah diketahuinya. Learning to Be, manusia dalam hidupnya selalu dalam proses
menjadi. Hal ini mengandung makna bahwa manusia tak pernah berhenti belajar dan belajar
agar menjadi seperti dirinya sendiri (jati diri).

4. Aliran-aliran pendidikan
a. Nativisme
Aliran ini dipelopori oleh Schopenhauer filsuf bangsa jerman (1788-1860), yang
berpendapat bahwa manusia lahir dengan pembawaan baik dan buruk. Perkembangan
manusia telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir lingkungan
tidak mempunyai peran apa, pembawaan yang menetukan
b. Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J.Rousseau seorang fisuf bangsa perancis (1712-1778).
Beliau berpendapat dalam bukunya Emile bahwa semua adalah baik pada waktu baru datang
dari tangan sang pencipta, tetapi semua menjadi buruk di tangan manusia.
c. Empirisme
Tokoh aliran ini adalah John Locke (1632-1704), seorang filsuf bangsa Inggris,
yang berpendapat bahwa manusia lahir kedunia ini sebagai kertas kosong, bersih, putih atau
sebagai meja berlapis lilin (Tabula Rasa) yang belum ada tulisan di atasnya. Jadi menurut
John Locke manusia lahir ke dunia tanpa pembawaan.
d. Konvergensi
Tokoh aliran atau teori ini adalah William Stern, seorang ahli ilmu jiwa bangsa
Jerman (1871-1939). Ia berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya
menentukan perkembangan manusia.

5. Lingkungan Pendidikan
Yang disebut lingkungan pendidikan adalah semua lingkungan yang memberikan
pengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Ada pengaruh yang bersifat
langsung, ada pula pengaruh yang bersifat tidak langsung.
Berikut ini akan dijelaskan tripusat pendidikan, yakni keluarga, skolah, dan
masyarakat. Ketiga lembaga inilah yang memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik terutamaterhadap pertumbuhan dan
perkembangan rohania atau pribadinya.
a. Lingkungan Keluarga

21
b. Linkungan Sekolah
c. Lingkungan masyarakat
B. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Karakter
Pendidikan karakter mempunyai arti yang lebih tinggi dari pada pendidikan moral,
pendidikan moral berkaitan dengan baik dan buruk atau benar dan salah, sedangkan
pendidikan karakter berhubungan jauh lebih dari pada itu yakni, bagaimana menanamkan
kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga seseorang memiliki
kesadaran dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk mewujudkan
kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap aspek karakter harus dijiwai oleh kelima sila pancasila secara utuh dan
komprehensif.
a. Bangsa yang berketuhanan yang maha esa
b. Bangsa yang menjujung kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Bangsa yang mengedepankan persatua dan kesatuan bangsa
d. Bangsa yang demokratis dan menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia
e. Bangsa yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan

C. Hakekat manusia
Manusia adalah makhluk yang mempunyai polah, ulah, dan tingkah laku, banyak
sekali keinginan dan dorongan nafsunya (dorongan untuk berkuasa, untuk lebih dari orang
lain, dorongan seks, dorongan untuk terkenal atau termasyuhur, cemburu, dengki, rakus dan
tamak),shingga pada manusia perlu ada peraturan hukum, tat tertib, adat istiadat, perlua ada
agama dan pendidikan, perlu ada norma dan nilai.
1. Eksistensi Manusia
a. Manusia sebagai makhluk individu
b. Manusia sebagai makhluk sosial
c. Manusia sebagai makhluk susila
d. Manusia sebagai makhluk religious
2. Pengembangan dimensi-dimensi manusia dalam proses pendidikan
a. Pengembangan diri sebagai makhluk individu
b. Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial
c. Pengembangan manusia sebagai makhluk susila

22
d. Pengembangan manusia sebagai makhluk religius
D. Hakekat masyarakat
E. Hakekat peserta didik
F. Hakekat guru atau pendidik
a. Landasan-landasan pendidikan
1. Landasan agama
2. Landasan filsafat
3. Landasan sosiologi
4. Landasan hukum
5. Landasan moral
Asas-asas pendidikan
1. Asas Pendidikan Sepanjang Hayat (Life Long Education)
2. Asas Kasih Sayang
3. Asas Demokrasi
4. Asas Keterbukaan dan Transfaransi
5. Asas Tanggung Jawab
6. Asas Kualitas
7. Panca Darma Taman Siswa
8. Dasar-Dasar Pendidikan Mohammad Sjafei

RINGKASAN BUKU KEDUA

BAB I: PENDAHULUAN
A. PRAKTIK PENDIDIKAN DAN TEORI PENDIDIKAN

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang hanya
dilakukan manusia dengan lapangan yang sangat luas, yang mencakup semua pengalaman
serta pemikiran manusia tentang pendidikan. Pendidikan sebagai suatu praktik dalam
sehidupan, seperti hanya dengankegiatan-kegiatan lain, seperti kegiatan ekonomi, kegiatan
hokum, kegiatan agama, dan lain-lain. Selain itu, kita dapat juga mempelajari pendidikan
secara akademik, baik secara empiric yang bersumber dari pengalaman-pengalaman
pendidikan, maupun dengan jalan perenungan-perenungan yang mencoba melihat makna
pendidikan dalam suatu konteks yang lebih luas. Yang pertama, kita sebut praktik
pendidikan, sedangkan kedua di sebut teori penddikan.

23
1. Praktik pendidikan
Menurut Redja M., praktik pendidikan adalah seperangkat kegiatan bersama yang
bertujuan membantu pihak lain agar mengalami perubahan tingkah laku yang
diharapkan. Praktik pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek proses
kegiatan dan aspek dorongan tujuan praktik pendidikan adalah membantu pihak lain
mengalami perubahan tingkah laku fundamental yang diharapkan.
2. Teori Pendidikan
Pendidikan memerlukan teori pendidikan, karena teori pendidikan akan memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. teori pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah dan
tujuan yang akan dicapai
2. teori pendidikan berfungsi untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktik
pendidikan. Dengan memahami teori, kita akan mengetahui mana yang boleh dan
mana yang tidak boleh dilakukan.
3. teori pendidikan dapat dijadikan sebagai tolok ukur sampai di mana kita telah
berhasil melaksanakan tugas dalam pendidikan.

B. PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM TEORI PENDIDIKAN

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mempelajari pendidikan sebagai
suatu teori yang berisikan konsep-konsep, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan.
Pendekatan-pendekatan dalam menyusun teori pendidikan, terdiri dari pendekatan sains,
filosofi, religi, dan pendekatam ,multi disiplin :

1. Pendekatan sains
Pendektan sains terhadap pendidikan, yaitu suatu pengkajian dengan menggunakan
sains untuk mempelajari, meleaah, dan memecahkan masalah-masalah pendidikan

Jenis jenis sains :


1. Sosiologi pendidikan. Merupakan cabang sains pendidikan sebagai aplikasi dari
sosiologi dalam kajian pendidikan, aplikasi dari hasil-hasil penelitian dalam sosiologi.
2. Psikologi pendidikan merupakan cabang sains pendidikan, sebagai aplikasi dari
psikologi dalam kajian pendidikan, sangat dipengaruhi oleh perkembangan dan hasil-
hasil penelitian dalam psikologi

24
3. Administrasi Pendidikan, merupakan cabang sains pendidikan, sebagai aplikasi dari
ilmu manajemen, dipengaruhi dan bersumber dari hasil penelitian dalam bidang
manajemen..
4. Teknologi Pendidikan, merupakan cabang sains pendidikan, sebagai aplikasi dai
sains dan teknologi, sangat dipengaruhi oleh perkembangan dan hasil penelitian
dalam bidang teknologi.
5. Evaluasi pendidikan. Merupakan cabang sains pendidikan sebagai aplikasi dari
psikologi pendidikan dan statistik.
6. Cabang-cabang lain yang termasuk sains pendidikan adalah ekonomi pendidikan,
pendidikan kependudukan, ekologi pendidikan, bimbingan dan penyuluhan
pendidikan, pengembangan kurikulum, perencanaan pendidikan, evaluasi system
pendidikan.

2. Pendekatan filosofis

Pendekatan filosofis terhadap pendidkan adalah suatu pendekatan untuk menelaah dan
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan metode filsafat. Pengetahuan atau teori
pendidikan .karakteristik pendekatan filosofi, seperti halnya pendekatan sains, dapat dilihat
dari objek pengkaji, tujuan pengkaji, dan metode pengkaji. Tujuan akhir suatu pengakaji
filosofi dalam pendidikan adalah merumuskan apa dan bagaimana seharusnya tentang
pendidikan.metode pengkaji filosofi adalah melalui rasional yang mendalam tentang
pendidikan dengan menggunakan semua pengalaman manusia dan
kemanusiaannya.olehkarena itu pengalaman kemanusian seseorang dapat diterapkan dalam
menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan.

3. PendekatanReligi

Pendekatan religi terhadap pendidikan, berarti bahawa suatu ajaran religi dijadikan
sumber inspirasi menyusun teori atau konsep-konsep pendidikan yang dapat dijadikan
landasan untuk melaksanakan pendidikan. Ajaran religi yang berisikan kepercayaan dan
nilai-nilai dalam kehidupan, dapat dijadikan sumber dalam menentukan tujuan pendidikan,
materi pendidikan, metode, bahkan sampai pada jenis-jenis pendidikan.

4. Pendekatan Multidisplin

25
Untuk menghasilakn suatu konsep yang kompehensif dan menyeluruh dalam
mempelajari pendidikan tidak bisa hanya dengan menggunakan salah satu pendekatan atau
disiplin saja . misalnya kita hanya menggunakan psikologi,sosiologi,filsafat, atau hanya
dengan pendekatan religi.

5. Pendekatan dalam penulisan

Kita mempelajari berbagai system filsafat dan filsafat pendidikan, adalah dalam rangka
menyempurnakan dan memperluas wawasan system pendidikan nasional, yang bersumber
dari falshafa bangsa, pandangan hidup bangsa, yaitu pancasila. Jadi, yang penting bagi kita,
bagaimana mencari persesuaian di antara berbagai filsafat pendidikan yang berbeda, sesuai
dengan pemikiran bahwa pancasila merupakan falshafa hidup yang terbuka. mempelajari
berbagai filsafat pendidikan tidak harus dengan begitu saja menerapkan ke dalam praktik
pendidikan di Indonesia. Namun, kita harus dengan kritis mengkaji aliran mana yang sesuai
dan cocok dengan falshafa pendidikan yang bersumber pada pancasila.

BAB II : FILSAFAT
A. PENGERTIAN FILSAFAT
Kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan “shopia”.
Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan sophia artinya kearifan atau kebijakan. Jadi,
arti filsafat secara harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau
kebijakan. Istilah filsafat sering dipergunakan secara populer dalam kehidupan sehari-hari,
baik secara sadar maupun tidak sadar.
Di Jerman dibedakan antara filsafat dengan pandangan hidup (weltanschaung). Filsafat di
artikan sebagai suatu pandangan kritis yang sangat mendalam sampai ke akar-akarnya.

B. MODEL-MODEL FILSAFAT
Filsafat sebagai metode berpikir, maupun sebagai hasil berpikir adil, sistematis, dan
universal tentang segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, dapat dibedakan menjadi 3
model, yaitu filsafat spekulatif, filsafat preskriptif, dan filsafat analitik.
C. MISI FILASAFAT
Para filosof berusaha memcahkan masalah-masalah yang pnting bagi manusia, baik
langsung maupun tidak langsung. Melalui pengujian kritis, filosof mencoba mengevaluasi
infromasi-informasi dan kepercayaan-kepercayaan yang kita miliki tentang alam semesta

26
serta kesibukan dunia manusia. Kalau kita mencoba mempelajari latar belakang kehidupan
filosof, kita dapat melihat bahwa mereka berasal dari beraneka ragam keahlian dan latar
belakang sosial yang ebrbeda. Filasafat tertarik terhadap aspek-aspek kualitatif segala
sesuatu, terutama berkaitan dengan makna dan nilai-nilainya. Filsafat berusaha
memformulasikan makna dan nilai dalam cara yang paling dapat diterima akal.
D. LAPANGAN FILSAFAT
1. Metafisika
Dengan pokok-pokok masalah : filsafat hakikat atau ontologi, filsafat alam
atau kosmologi, filsafat manusia, dan filsafat ketuhanan atau teodyce.
2. Teori pengetahuan
Yang mempersoalkan : hakikat pengetahuan, darimana asal atau sember
pengetahuan, bagaimana membentuk pengetahuan yang tepat dan benar.
3. Filsafat nilai
Yang membicarakan : hakikat nilai, dimana letak nilai, apakah pada bendanya,
atau pada perbuatannya, atau pada manusia yang menilainya.

a. Jenis-jenis pengetahuan
1. Pengetahuan wahyu ( revealed knowledge )
2. Pengetahuan intuitif ( intuitive knowledge )
3. Pengetahuan rasional ( rational knowledge )
4. Pengetahuan empiris ( empirical knowledge )
5. Pengetahuan otoritas ( authoriative knowledge )
b. Teori pengetahuan
1. Teori korespondasi
2. Teori koerensi
3. Teori pragmatisme

E. FILSAFAT DAN SAINS


1. Pengertian sains
Istilah sains merupakan istilah dari “science”, yang berasal dari bahasa latin,”scire”,
artinya “to know”. Dalam arti sempit, sains di artikan ilu pengetahuan alam yang sifatnya
kuantitatif dan objektif, dalam KBBI (DEBDIKBUD : 1988), ditemukan juga kata “sains,

27
yang berarti (1) ilmu teratur (sistematis) yang dapat di uji atau dibuktikan kebenarannya. (2)
ilmu yang berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata (fisika,kimia,biologi).
Menurut titus, sains artinya sebagai commonsense yang di atur dan di organisasikan,
mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan mengunakan
metode observasi yang teliti dan kritis.
2. Karakteristik sains
Sejarah membuktikan bahwa dengan metode sains yang telah membawa manusia
pada kemajuan dalam pengetahuannya. Kemajuan dalam pengetahuan yang dihasilkan oleh
sains itu memungkinkan, karena beberapa karakteristik yang dimiliki sains.

3. Perbedaan filsafat dan sains


a. Sains bersifat analisis dan hanya menggarap salah satu pengetahuan sebagai
objek formalnya. Filsafat bersifat pengetahuan sinopsis.
b. Sains bersifat deskriptif tentang objeknya agar dapat menemukan fakta-fakta,
netral dalam arti tidak memihak pada etik tertentu. Filsafat tidak netral karna
faktor-faktor subjektif memegang peranan yang penting dalam berfilsafat.

4. Titik temu filsafat dan sains


a. Banyak ahli filsafat yang termasur telah memberikan sumbangannya terhadap
perkembangan sains modern.
b. Filsafat dan sains keduanya menggunakan metode berpikir relektif.
c. Filsafat dan sains keduanya menunjukkan sikap kritis dan terbuka.

5. Kelebihan dan kekurangan sains


a. Sains bersifat objektif, menyampingkan penilaian yang sifatnya subjektif.
b. Manusia hidup dalam kurun waktu yng panjang.

F. FILSAFAT DAN AGAMA


1. Pengertian Agama
Istilah agama memiliki pengertian yang sama dengan istilah religion dalam bahsa
inggris Bozman (Anshari, 1979) mengemukakan bahwa agama dalam arti luas merupakan
suatu penerimaan terhadap aturan-aturan dari suatu kekuatan yang lebih tinggi.

28
2. Ciri-ciri agama
a. Adanya kepercayaan terhadap yang maha gaib, maha suci, maha agung, sebagai
pencipta alam semesta.
b. Melakukan hubungan hal-hal di atas, dengan berbagai cara. Misalnya dngan
mengadakan upacara ritual, pemujaan, pengabdian, dan sebagainya.
c. Adanya suatu ajaran yang harus dijalankan oleh setiap penganutnya.

3. Manfaat agama bagi manusia


Menurut Hotcking agama merupakan obat dari kesulitan dan kekhawatiran yang
dihadapi manusia, sekurang-kurangnya meringankan manusi dari kesulitan.

BAB III : FILSAFAT PENDIDIKAN


A. PENDIDIKAN

1.Makna pendidikan

Makna pendidikan dapat diliht dalam pengertian secara khusus dan pengertian secara
luas.Dalam arti khusus,langveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaanya.Selanjutnya abu ahmad dan nur uhbiyati (1991;70) Mengemukakan beberapa
definisi pendidikan sebagai berikut:

a. Menurut Prof. Hoogeveld, mendidik adalah membantu anak supaya anak itu kelak cakap
menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.

b. Menurut Prof. S Brojonegoro, mendidik berarti memberi tuntunan kepada manusia yang
belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan,sampai tercapainya kedewasaaan
dalam arti rohani dan jasmani.

2.Pendidikan sebagai proses transpormasi nilai

Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek
kepribadian manusia,yang mencakup pengetahuan ,nilai dan sikapnya,serta keterampilannya.

3.Tujuan pendidikan

Tujuan pendiddikan merupakan gambaran dari falsafah atau pandangan hidup


manuisia,baik secara perseorangan maupun kelompok.
29
4.Alat pendidikan

Alat pendidikan merupakan suatu situasi yang diciptakan secara khusus dengan
maksud mempengaruhi anak didik secara pedagogis

5.Pendidikan berlangsung sepanjang hayat

Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kriti-kritik yang dilontarkan


pada sekolah.

6.Pendidikan hanya untuk manusia

Dari pengalaman yuang pernah dialami manusia,dapat dicatat beberapa peristiwa


perilaku hewan yang buas terhadap manusia.

B.Pengertian filsafat pendidikan

Filasafat pendidikan menurut Al-Syaibany (1979:30) adalah : “pelaksanaan


pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan. Filsafat itu mencerminkan
satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitik beratkan kepada pelaksanaan
prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam
menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara pragtis”.

BAB IV MAZHAB-MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN


A. Filsafat Pendidikan Idealisme

1. Realitas
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan matei bukan
fisik.
2. Pengetahuan
Tentang teori pengetahuan, idealisme mangemukakan pandangannya bahwa
pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak lengkap.
3. Nilai
Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolute. Apa yang dikatakan
baik,benar,salah,cantik, atau tidak cantik, secara fundamental tidak berubah dari
generasi ke generasi.

30
4. Pendidikan
Dalam hubungannya dalam pendidikan, idealisme memberi sumbangan yang
besar terhadap teori pendidikan, khususnya filsafat pendidikan.

B. Filsafat Pendidikan Realisme Rasional


Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis.
Realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis. Relaisme
berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme
membagi realitas menjadi dua bagian yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu
pihak, dan di pihak lainnya adlah adanya realita di luar manusia, yang dapat di jadikan
sebagai objek pengetahuan manusia.

C. Filsafat Pendidikan Materialisme


1. Latar belakang pemikiran
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani,
bukan spiritual, atau super natural.

2. Pendidikan
Materialisme maupun positifisme, pada dasarnya tidak menyusun konsep pendidikan
secara eksplisit.

D. Filsafat Pendidikan Pragmatisme


Pragmatisme di pandang sebagai filsafat amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal
pada filsafat empirisme inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang
manusi alami. Istilah pragmatisme berasal dari perkataan “pragma” artinya pragtig atau aku
berbuat. Maksudnya bahwa segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang
dapat dilakukan.

E. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme


Filsafat eksistensialisme itu unik yakni memfokuskan pada pengalaman-pengalaman
individu. Filsafat-filsafat lain berhubungan dengan pengembangan sistem pemikiran untuk
mengidentifikasi dan memahami apa yang umum pada semua realitas, keberadaan manusia,
dan nilai. Eksistensialisme atheistik memiliki pemikiran bahwa pendirian tersebut

31
merendahkan konsisi manusia. Dikatakan bahwa kita harus mempunyai suatu fantasi agar
dapat tinggal dalam kehidupan tanggung jawab moral.

F. Filsafat Pendidikan Progresifisme


Progresifisme bukan merupakan suatu banguna filsafat atau aliran filsafat yang berdiri
sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun
1918. Sema 20 tahunan merupakan suatu gerakan yang kuat di amerika serikat. Banyak guru
yang ragu-ragu terhadap gerakkan inni. Karena guru telah mempelajari dan memahami
filsafat Dewey,sebagai reaksi terhadap filsafat lainnya. Kaum Progresif sendiri mengritik
filsafat Dewey. Perubahan masyarakat yang dilontarkan oleh Dewey adalah perubahan secara
evolusi,sedangkan kaum progersif mengharapkan perubahan yang sangat cepat,agar lebih
cepat mencapai tujuan.

G. Filsafat Pendidikan Perenialisme


Perenialisme me merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke dua
puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Dalam
pendidikan, kaum perenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan
penuh kekacauan serta membahayakan, seperti kita rasakan dewasa ini, tidak ada satupun
yang lebih bermanfaat dari pada kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan dalam perilaku
pendidik.

H. Filsafat Pendidikan Esensialisme


Esensialisme suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan
sebagai suatu krtik terhadap tren-tren progresif di sekolah-sekolah. Esensialisme menyajikan
hasil karya mereka untuk :
a. Penyajian kembali kurikulum secara tegas.
b. Membedakan program-program secara esensial.
c. Mengangkat kembali wibawa guru-guru dalam kelas,yang telah kehilangan
wibawanya oleh progresifisme.

I. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme


Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresifisme. Gerakan ini lahir
di dasari atas suatu anggapan bahwa, kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri
dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini.

32
Aliran ini berpendapat bahwa sekolah harus mendominasi atau mengarahkan perubahan
atau rekontruksi pada tatanan sosia saat ini. Usaha rekontruksi sosial yang diupayakan
Brammeld di dasarkan atas suatu asumsi bahwa kita telah berahli dari masyarakat agraris
perdesaan,kemasyarakat urban yang berteknologi tinggi,namun masih terdapat suatu
kelambatan budaya yang serius, yaitu dalam kemampuan manusia menyesuaikan diri
terhadap masyarakat teknologi.

BAB V :ORIENTASI PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI FILSAFAT


PENDIDIKAN

A. PSIKOLOGI HUMANISTIK
Psikologi humanistik menekankan kebebasan personal,pilihan,kepekaan,dan tanggung
jawab personal. Psikologi humanistik diperoleh dari filsafat humanisme. Tujuan pendidikan
menurut pandangan humanisme diikhtisarkan oleh Mary Johnson (Kartadinata,dalam dasar-
dasar kependidikan,1987:77),sebagai berikut:
1) kaum humanis berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
eksplorasi dan mengembangkan kesadaran identitas diri yang melibatkan perkembangan
konsep diri dan sistem nilai.

2) kaum humanis telah mengutamakan komitmen terhadap prinsip pendidikan yang


memperhatikan faktor perasaan,emosi,motivasi,dan minat siswa.

3) perhatian kaum humanis lebih terpusat pada isi pelajaran.

4) kaum humanis berorientasi kepada upaya memelihara perasaan yang efektif.

5) kaum humanis yakin bahwa belajar adalah pertumbuhan dan perubahan yang berjalan
cepat sehingga kebutuhan siswa lebih dari sekedar pengetahuan kemarin.

B. BEHAVIORISTIK
Behavioristik didasarkan pada prinsip bahwa perilaku manusia yang diinginkan
merupakan produk desain bukannya kebutulan. Menurut kaum behavoristik, merupakan
suatu ilusi yang mengatakan bahwa manusia memili suatu keinginan yang bebas.

33
1. Pendiri Psikologi Behavioristik
John B Watson (1878-1958) adalah perintis psikologi behavoristik yang utama. Watson
terlebih dahulu mengklaim bahwa perilaku manusia terdiri dari stimuli spesifik yang
muncul dalam respons tertentu.

2. Potret Guru Behavioristik


Metoda pokoknya adalah pengajaran individual dimana para siswa melakukan proses
dalam langkah mereka sendiri melalui modul-modul yang telah ia himpun. Modul-modul
itu mencakup lima bidang utama:membaca,menulis,matematika,sains umum,dan ejaan.
Namun, modul itu tidak siap pakai sampain tahun berikutnya.

C. KONSTRUKTIVISTIK
Berbeda dengan behavorisme,kontruktivisme memfokuskan pada proses-proses
pembelajaran bukannya pada perilaku belajar. Tidak seperti kaum behavoris yang
mengkonsentrasikan diri pada perilaku yang dapat diobservasi secara langsung. Kaum
konstruktivis memfokuskan pada proses-proses dan strategi-strategi mental yang
digunkan para siswa untuk belajar.

34
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kekurangan dan kelebihan buku :

Buku utama :

Kekurangan :

1. Jarak spasi antar kata terlalu jauh.


2. Bab nya bersatu dengan bab yang sebelumnya sehingga membuat pembaca bingung.
3. Judul terpisah halaman dengan isinya.
4. Bukunya tidak terjilid dengan bagus, murah robek.

Kelebihan :

1. Dilihat dari cover buku, cover buku ini sudah bagus dan tidak terlihat design lama
sehingga bisa menarik pembaca untuk membaca buku ini.
2. Dari isi buku, buku ini menyajikan isi yang lengkap dan didalamnya menjelaskan
serinci-rincinya.

Buku Pembanding :

Kekurangan :

1. Isi buku tidak dilengkapi gambar atau tabel tabel yang memudahkan pembaca untu
membaca, sehingga pembaca mudah bosan .
2. Tulisannya kurang rapi.

Kelebihan:

1. Isinya lengkap dan mudah dipahami.


2. Tata cara penyusunan bab sudah bagus.

35
B. Analisis Critical Book Report

Adapun tujuan penulisan buku ini adalah sebagai buku pengantar untuk kalangan guru
maupun mahasiswa untuk menguasai dan mengetahui filsafat pendidikan. Secara umum, isi
buku ini mencakup pengetahuan tentang pengertian filsafat, hubungan filsafat dan
pendidikan,filsafat pendidikan pancasila dan hakekat ilmu pendidikan.
Secara keseluruhan isi buku ini adalah baik dan disarankan untuk digunakan sebagai
sumber bahan belajar maupun sumber refrensi

36
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat pendidikan ialah aktifitas pikiran yang teratur yang menjadi filsafat tersebut
sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan . artinya,
bahwa filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang
diupayakan untuk mencapainya, maka filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusiaan
merupakan factor yang integral atau satu kesatuan. Ruang lingkup filsafat pendidikan Secara
makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang
menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah juga
obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi secara mikro (khusus) yang menjadi obyek
filsafat pendidikan.

Dengan demikian, filsafat pendidikan itu adalah filsafat yang memikirkan tentang
masalah kependidikan. Oleh karena ada kaitan dengan pendidikan, filsafat diartikan sebagai
teori pendidikan dengan segala tingkat. Peranan filsafat pendidikan merupakan sumber
pendorong adanya pendidikan. Dalam bentuknya yang terperinci kemudian filsafat
pendidikan menjadi jiwa dan pedoman asasi pendidikan.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua. Mohon maaf atas segala kesalahan.
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan karena saya sebagai manusia
sadar akan banyaknya kesalahan dari materi dan makalah yang saya angkat sebagai bahan
makalah ini. Sekian dan terima kasih.

37
DAFTAR PUSTAKA

Purba, Edward. Yusnadi.2017.Filsafat Pendidikan.Medan.UNIMED.

Sadulloh, Uyoh.2017.Pengantar Filsafat Pendidikan.Bandung.Alfabeta.

38

Anda mungkin juga menyukai