Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rasmussen (1964) dalam buku Experiencing Architecture mengemukakan


bahwa arsitektur bukan hanya yang dapat dilihat dan diraba saja, yang didengar dan
dirasa pun merupakan bagian dari arsitektur. Melalui pendengaran kita dapat
menggambarkan sesuatu yang berhubungan dengan bentuk dan material,
pendengaran pun dapat mempengaruhi perasaan seseorang.

Pada musik, di dalamnya terdapat irama yang dapat membawa suasana hati
seseorang ke sebuah situasi tertentu. Dengan mendengarkan irama tersebut muncul
interpretasi yang berbeda antara orang yang satu dengan yang lain. Interpretasi itu
secara tidak langsung akan mengarah ke suatu kualitas ruang. Meskipun hasil
interpretasi tersebut bersifat maya, namun jika kita dapat menginterpretasikan
sebuah kualitas ruang, berarti secara tidak sadar kita sudah membentuk sebuah
ruang di alam bawah sadar. Hal itu sama seperti arsitektur pada bangunan nyata,
yang di dalamnya ada ruang dan memiliki kualitas ruang (Indah, Lusi. 2007).

James C. Snyder (1979) dalam buku “Pengantar Arsitektur” menyatakan


bahwa lingkungan binaan yang mempunyai bermacam-macam kegunaan
melindungi manusia dan kegiatannya serta harta miliknya dari elemen-elemen dan
musuh serta dari kekuatan-kekuatan adikodrati, membuat tempat, menciptakan
suatu kawasan aman yang berpendudukan dalam dunia fana dan cukup berbahaya,
menekan sosial dan menunjukkan status merupakan salah satu pengertian dari
karya arsitektur.

Kapugu. R, dkk (2012) menyatakan bahwa arsitektur adalah perpaduan


antara seni dan teknik merancang bangunan. Pada penjelasan ini para ahli teori
menjabarkan arsitektur itu berdasarkan analogi-analogi. Analogi-analogi tersebut
yaitu: analogi matematis, analogi biologis, analogi romantik, analogi linguistik,
analogi mekanik, analogi pemecahan masalah, analogi adhocis, analogi bahasa

1
Pola, analogi dramaturgi. Analogi linguistik memiliki tiga model
penjabaran yaitu Model Tata Bahasa, Ekspresionis dan Semiotik, dimana
Arsitektur Dekonstruksi sendiri masuk dalam Model Ekspresionis.

Arsitektur dekonstruksi merupakan pengembangan dari arsitektur modern.


Munculnya arsitektur dekonstruksi sekitar tahun 1988 dalam sebuah diskusi
Academy Forum di Tate Gallery, London. Kemudian disusul oleh pameran di
Museum of Art New York dengan tema “Deconstructivist Architecture” yang
diorganisir oleh Philip Johnson dan terdapat tujuh arsitek yang menampilkan karya-
karyanya, yaitu; Peter Esienman, Bernard Tschumi, Daniel Libeskind, Frank
Gerhy, Zaha Hadid, RemKoolhaas, dan Coop Himmelblau.

Gejala “Dekon” dalam arsitektur telah menjadi tema perdebatan yang


hangatdengan karya-karyanya yang mendobrak aturan-aturan yang berlaku. Pada 8
April 1988 dalam “International Symposium on Deconstruction” yang
diselenggarakan oleh Academy Group di Tate Gallery, dikukuhkan bahwa
dekonstruksi bukanlah gerakan yang tunggal atau koheren, meski banyak diwarnai
oleh kemiripan–kemiripan formal di antara karya arsitek yang satu dengan yang
lainnya. Dekonstruksi tidak memiliki ideologi ataupun tujuan formal, kecuali
semangat untuk membongkar kemapaman dan kebakuan

Aliran dekonstruksi mulanya berkembang di kalangan arsitek Perancis dan


Inggris, kemudian oleh Philip Johnson dan Mark Wigley melalui sebuah pameran
yang bertema “Deconstructivist Architecture” yang di selenggarakan di Museum of
Art New York, tanggal 23 Juni – 30 Agustus 1988 mencetuskan
‘Dekonstruktivisme’ yang lebih berkonotasi pragmatis dan formal serta
berkembang di Amerika.

Dekonstruksi sebuah konsep Perancis yang diturunkan oleh Jacques Derrida


lahir 1921, tidak mudah disampaikan sebagaimana pemahaman orang tentang
konstruksi, destruksi, dan rekonstruksi. Derrida mengajak semua orang termasuk
arsitek untuk merenungkan kembali hakekat sesuatu karya agar berbicara menurut
pesona dan kapasitasnya masing–masing. Keseluruhan ini berangkat dari suatu
metoda komposisi. Derrida menyebutkannya dalam merajut rangkaian hubungan–

2
hubungan. Dalam tekniknya terdapat beberapa teknik dan terminologi yang perlu
klarifikasi di sini. Usaha demikian diharapkan dapat memperjelas hubungan
Deconstruction dan Rancang bangunan.

Dekonstruksi sebagai upaya atau metoda kritis, tidak hanya berupaya


membongkar bangun–bangun teori atau karya lewat elemen, struktur, infrastruktur
maupun konteksnya. Lebih dari itu, kekuatan–kekuatan yang berperan pada
konsep yang bersangkutan akan: di lucuti atribut–atributnya, dikupas habis hingga
telanjang bulat, dilacak asal usul dan perkembangannya, dicari kaitan–kaitannya
dengan konsep–konsep lain, digelar kemungkinan–kemungkinan posisi maupun
kontribusinya terhadapapa saja. Semua proses pembongkaran tersebut
dimaksudkan untuk membangun kembali karakteristik phenomenalnya. Dalam
pembangunan kembali tersebut, eksposedari “Interplay” kekuatan–kekuatan
melalui : kontradiksi–kontradiksi, kesenjangan–kesenjangan, decomposition,
disjunction, discontinuity, dan deformation, merupakan cara untuk memperlihatkan
kemungkinan–kemungkinan “ada” dan “mengada”.

Daya tarik dekonstruksi bagi dunia rancang bangun terletak di dalam cara
melihatnya bahwa ruang dan bentuk adalah tempat kejadian yang selayaknya
terbuka bagi yang mungkin dan yang tidak mungkin.

Daniel Libeskind merupakan salah satu arsitek yang menerapkan aliran


dekonstruksi pada karya-karyanya karena bentukannya yang dianggap tidak lazim
dan ‘berani’. Arsitektur dekonstruksi merupakan pengembangan dari arsitektur
modern. Dekonstruksi merupakan salah satu jalan keluar yang patut
dipertimbangkan dari permasalahan-permasalahan yang timbul dari kejenuhan
akan arsitektur modern. Karya dari Daniel Libeskind beda dari kebanyakan arsitek
yang lainnya. Yang terlihat jelas dengan kasat mata adalah hasil karyanya pada
berbagai macam museum yang telah dirancangnya, bahwa di setiap desainnya
memiliki kekonsistensian.

Ada beberapa karya Daniel libeskind yang menggunakan desain arsitektur


dekonstruksi, yaitu : Felix Nussbaum Haus (Jerman, 1998), Contemporary Jewish
Museum (Amerika Serikat, 2008), Royal Ontario Museum (Kanada, 2007),

3
Bundeswehr Military History Museum (Jerman, 2011), Wohl Centre (Israel, 2005),
Run Run Shaw Creative Media Centre (Hongkong, 2011), Imperial War Museum
North (Inggris, 2002), The Crystals (Amerika Serikat, 2009), Jüdisches Museum
Berlin (Jerman, 2001), The Ascent at Roebling's Bridge (Amerika Serikat, 2005),
Westside Shopping and Leisure Centre (Swiss, 2008), Central Building University
of Lüneburg (Jerman, 2017), dan Denver Art Museum (Amerika Serikat, 2006).
Dari beberapa karya tersebut, dipilih tiga karya yang sesuai dengan kriteria
pemilihan penelitian, tiga karya terpilih selanjutnya dijelaskan pengaplikasiannya
sesuai dengan prinsip-prinsip arsitektur dekonstruksi. Penelitian ini bertujuan untuk
memahami dan mempelajari bagaimana penerapan konsep arsitektur dekonstruksi
pada rancangan Daniel Libeskind.

Gambar 1.1 Daniel Libeskind, Denver Art Museum, Amerika Serikat


(Sumber: (https://www.archdaily.com/80309/denver-art-museum-daniel-libeskind), 2018)

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai seperti
apa prinsip perancangan dan pengembangan konsep arsitektur dekonstruksi dari
Daniel Libeskind.

4
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Melihat desain oleh Daniel Libeskind pada karyanya yang memiliki ide
sangat maju dan kompatibel sampai sekarang. Dalam hal ini, peneliti ingin melihat
lebih jauh mengenai strategi desain yang dilakukan oleh Daniel Libeskind dalam
penerapan konsep arsitektur dekonstruksi.
1.4 Batasan Masalah
Batasan dari penelitian ini adalah, menganalisis perancangan Daniel
Libeskind dengan landasan prinsip–prinsip arsitektur dekonstruksi dari analisis
dilakukan pada bentuk bangunan yang dipilih.

1.5 Manfaat Penelitian


1.3.1 Bagi Mahasiswa/i
Memberi pengetahuan tentang Arsitektur Dekonstruksi secara
umum serta pengembangan desain Daniel Libeskind secara khusus.

1.3.2 Bagi Fakultas dan Jurusan


Menambah referensi tentang Arsitektur Dekonstruksi dengan
adanya laporan seminar ini.

1.3.3 Bagi Masyarakat


Memberikan wawasan tentang Arsitektur Dekonstruksi dan dapat
menjadi inspirasi desain kedepannya.

1.6 Sistematika Pembahasan


Sitematika pembahasan pada laporan seminar ini ialah :
BAB I PENDAHULUAN

5
berisi tentang pokok permasalahan yang diambil untuk
menjadi bahan pembahasan dan sumber penitilian. Isi dari
pendahuluan antara lain Latar Belakang, Perumusan
Masalah, Tujuan, Batasan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Sistematika Pembahasan dan Kerangka Penelitian.

BAB II STUDI LITERATUR


berisi tentang pengertian, teori–teori dalam arsitektur dan
biodata arsitek Daniel Libeskind beserta karya–karyanya.

BAB III METODE


Berisikan tentang teknik kajian serta teknik pengambilan
sampel sehingga memudahkan analisis pada masalah yang
akan dikaji.

BAB IV ANALISA
berisi menguraikan tentang kajian prinsip perancangan
arsitektur dekonstruksi pada karya Daniel Libeskind.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan dari analisa yang dilakukan dalam penelitian ini
dan juga saran yang diharapkan dapat diterapkan pada
perancangan arsitek maupun pendidikan arsitektur.

DAFTAR PUSTAKA

1.7 Kerangka Penelitian

Latar belakang
prinsip perancangan arsitektur dekonstruksi pada karya Daniel libeskind

6
Batasan Masalah
1. Pada Kajian ini, masalah yang akan dibahas adalah prinsip desain
yang diterapkan.
2. Batasan pada desain hanya mencakup bahasan mengenai fasad
pada karya.

Studi Literatur
1. Kajian arsitektur dekonstruksi
2. Kajian karya Daniel Libeskind

F Pengumpulan Data
E 1. Data Primer
E 2. Data Sekunder
D
B
A
C
k Analisis Data

Data Primer & Data Sekunder

Kesimpulan

Hasil prinsip dari perancangan arsitektur dekonstruksi pada desain Daniel Lebeskind

Skema 1.1. Kerangka Penelitian


(Sumber : Analisis Pribadi, 2018)

BAB II

STUDI LITERATUR

7
2.1 Teori Arsitektur

Dharma (1998) menyatakan bahwa kata arsitek berasal dari bahasa Yunani
yaitu architekton, archi yang berarti pemimpin dan tekton berarti membangun jadi
secara garis besar arsitek adalah pemimpin pembangunan atau master builder. Teori
paling kuno tentang arsitektur berasal dari Marcus Vitruvius Polio pada abad 1
sebelum masehi dalam bukunya “The Ten Books Of Architecture”. Vitruvius
menyimpulkan 3 aspek atau syarat yang harus dipenuhi dalam arsitektur yaitu
firmitas atau kekuatan , utilitas atau kegunaan dan venustas atau keindahan.

Teori arsitektur adalah ungkapan umum tentang apakah arsitektur, apa yang
harus dicapai dengan arsitektur, dan bagaimana cara yang paling baik untuk
merancang. Teori dalam arsitektur adalah hipotesa, harapan dan dugaan-dugaan
tentang apa yang terjadi bila semua unsur yang dijadikan bangunan di kumpulkan
dalam suatu cara, tempat, dan waktu tertentu. Desain dalam arsitektur sebagian
besar lebih merupakan hasil dari kegiatan merumuskan namun bukan menguraikan,
arsitektur menganalisa dan memadukan bermacam-macam cara-cara baru serta
keadaan-keadaan baru, sehingga hasilnya tidak keseluruhan dapat diterapkan sesuai
teori. Dimana teori dalam arsitektur mengemukakan arah, tetapi tidak dapat
menjamin kepastian hasilnya.

Teori tentang apakah sebenarnya arsitektur meliputi identifikasi variabel-


variabel penting seperti ruang, struktur, atau proses-proses kemasyarakatan dapat
diartikan seperti bangunan-bangunan seharusnya dilihat, dinikmati baru kemudian
dinilai. Para ahli teori arsitektur seringkali mendasarkan diri pada analogi-analogi
dalam menganjurkan cara-cara khusus untuk memandang arsitektur. Analogi-
analogi digunakan memberikan jalan untuk mengatur tugas-tugas desain dalam
tatanan hirarki, sehingga arsitek dapat mengetahui hal-hal mana yang harus
dipikirkan dan hal-hal mana yang dapat dibiarkan pada tahap berikutnya dalam
proses perancangan.

2.2 Analogi Linguistik

8
Analogi linguistik menganut pandangan bahwa bangunan-bangunan
dimaksudkan sebagai penyampai informasi kepada para pengamat dengan salah
satu dari tiga cara sebagai berikut :

a. Model Tata bahasa

Arsitektur dianggap terdiri dari unsur kata-kata yang ditata menurut aturan
tata bahasa secara sintaksis, dimana ini memungkinkan masyarakat dalam
suatu kebudayaan tertentu cepat memahami dan menafsirkan apa yang
disampaikan oleh bangunan tersebut. Model ini akan tercapai jika “bahasa”
yang digunakan adalah bahasa umum atau publik dan dimengerti oleh
semua orang.

b. Model Ekspresionis

Dalam hal ini bangunan dianggap sebagai suatu wahana yang digunakan
arsitek untuk mengungkapkan sikapnya terhadap proyek bangunan tersebut.
Dalam hal ini arsitek menggunakan “bahasa” pribadinya atau parole.
Dimana Bahasa tersebut mungkin dimengerti orang lain dan mungkin juga
tidak dapat dimengerti.

c. Model Semiotik

Semiologi adalah ilmu yang memperlajari tentang tanda-tanda. Penafsiran


semiotik tentang arsitektur menyatakan bahwa suatu bangunan merupakan
alat atau wadah penyampaian informasi mengenai apakah ia sebenarnya dan
apa yang akan dilakukannya. Sebuah bangunan berbentuk bagaikan piano
akan menjual piano, kemudian sebuah menara dapat menjadi tanda bahwa
bangunan itu adalah sebuah gereja.

Arsitektur dekonstruksi termasuk dalam analogi linguistik model


eskpresionis karena gaya dekonstruksi adalah suatu gaya yang
mencerminkan sikap kepribadian arsitek dalam menampilkan bentuk yang
dianggap tidak lazim dan berani.

9
2.3 Teori Arsitektur Modern

2.3.1 Kelahiran Arsitektur Modern

pada abad XIX meskipun elemen dan bentuk klasik mendominasi


banyak bangunan, tetapi konsep dasarnya tidak diterapkan lagi. Masa
berakhirnya arsitektur klasik terjadi sejak revolusi industry di inggris yang
menimbulkan revolusi sosial ekonomi, tidak hanya melanda di Eropa tetapi
seluruh dunia. Sebagai akibatnya terjadi perubahan besar dalam budaya,
pola pikir, pola hidup masyarakat, termasuk seni dan arsitektur.

Dalam arsitektur perubahan mendasar terjadi antara lain dalam


ornament dan hiasan yang ditempatkan dalam perspektif lebih bebas
disbanding dengan struktur dan ruang. Hiasan-hiasan untuk keindahan
dalam arsitektur klasik ini akan masih tetap menjadi aspek penting dalam
masa akhir arsitektur klasik ini akan tetapi percampuran berbagai gaya,
konsep dan hiasan terlihat sangat menonjol, akhir arsitek klasik diusul
dengan timbulnya gaya eklektisme (campuran). Setelah masa itu dunia
arsitektur berkembang lebih cepat dimulai dari modernisme awal,
fungsionalisme, internasionalisme, kubisme hingga post-modern.

Sejalan dengan adanya peristiwa, teori-teori fungsionalisme dalam


arsitektur terus dimasyarakat dan meningkatkan hiasan-hiasan ornamen
bentuk lama. Dilain pihak yang ditonjolkan kemajuan teknologi konstruksi
dan struktur bangunan.Dalam arsitektur modern, ciri umumnya dari gaya
arsitektur yang melanda pada akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20 adalah
asimetris, kubis dan semua sisi dalam komposisi kesatuan bentuk, elemen
bangunan menyatu dalam komposisi bangunan. Selain itu bangunan
internasional style hanya terdapat sedikit ornamen bahkan tanpa ornamen.
Ciri-ciri tersebut jelas terlihat adanya “ PERLAWANAN” terhadap
arsitektur klasik dimana ornamen-ornamen bangunan yang terlihat sebagai
unsur tersendiri satu dengan yang lainnya terlepas, tidak dalam kesatuan.
Salah satu tanda kelahiran arsitektur modern dapat di lihat dari
bangunan The Crytal Palace, Inggris. The Crystal Palace, rancangan Sir

10
Joseph Paxton yang didirikan di Inggris pada 1861 menjadi simbol
kebesaran dan kegagahan Inggris pada masa tersebut. The Crystal Palace
dibangun untuk menampung acara pameran yang mengundang 13.000
peserta pameran serta tak kurang dari 6.200.000 orang pengunjung.
Pameran itu sendiri menampilkan barang-barang hasil industri serta
perlambang kebesaran industri Inggris, kekuatan produksi, kekayaan serta
pengetahuan keteknikannya. Sebegitu besarnya pameran ini maka tentunya
The Crystal Palace telah dirancang dengan dimensi yang cukup besar.
Sebagai bangunan yang merupakan rancangan pertama di dunia yang
menggunakan sistem pabrikasi.

Gambar 2.1 The Crystal Palace, Inggris


(Sumber:https://images.adsttc.com/media/images/51d4/964d/b3fc/4b9e/0f00/01cf/medi
um_jpg/Crystal_Palace.jpg?1372886602), 2018)

Berbagai teori modernisme didalamnya perancangannya kelihatan


seperti bangunan aneh banyak elemen-elemen non fungsional sebagai unsur
penghias. Dengan bentuk dan elemen-elemen yang aneh konsep
modernisme pula mengabaikan terhadap unit-unit kuno. Sehingga adanya
pemberontakan terhadap konep-konsep lama, mengabaikan terhadap
realitas ruang, tempat, dan logika struktur yang disebut sebagai arsitektur
dekonstruksi sebagai mana hal ini kami kemukakan untuk masa depan.

11
2.3.2 Arsitektur Modern
Arsitektur Modern ditandai dengan adanya arsitek-arsitek berbagai
pemikiran dan konsep arsitekturnya diantaranya adalah sebagai berikut :
 Louis Sullivan, dengan konsep “Form Follows Function”.

Gambar 2.2 Louis Sullivan, Auditorium Building, Chicago


(Sumber:http://s3.amazonaws.com/architecture-org/files/modules/btt-
auditorium-theater.jpg), 2018)

 Frank Gehry, dengan bangunan Falling Water, Pennsylvania, dan


Guggenheim Museum Bilbao di Spanyol.

Gambar 2.3 Frank Gehry, Guggenheim Museum Bilbao, Spanyol


(Sumber:https://cdn.britannica.com/60/130260-004-2EE9818C.jpg), 2018)

 Le Coubusier, dengan bangunan Villa Savoye, dan Chapel De


Ronchamp.

12
Gambar 2.4 Le Coubusier, Villa Savoye,
(Sumber: https://ka-perseus-
images.s3.amazonaws.com/889d4b84b5d369689745b2441c7427e07089bef5.jpg),
2018 )

 Ludwig Mies Van der Rohe, dengan bangunan Crown Hall, Seagram
Building dan Lilinois Institute of Technology, Chicago.

Gambar 2.5 Ludwige Mies Van der Rohe,Crown Hall


(Sumber:https://arch.iit.edu/img/ce7d6a8d9a30a9b1/5804-l.jpg), 2018 )

Pengaruh aristek modern tidak hanya berkembang di Negara-negara


barat saja tetapi juga menjalar keseluruh dunia termasuk Asia. Dalam
arsitektur modern para arsitek berpola pikir yang lebih bebas dan tidak
hanya selalu berpegang pada kaidah-kaidah yang sudah ada terutama
pandangan arsitektur yang semata-mata sebagai seni. Hendaknya arsitektur
dilihat sebagai ilmu pengetahuan yang dapat berkembang dari penelitian
sehingga mendapatkan teori-teori baru yang diterapkan dalam bentuk baru.

13
2.3.3 Arsitektur Post-Modern
Post-modernisme adalah istilah untuk menyebut suatu masa atau
zaman yang dipakai berbagai menguraikan bentuk budaya dari suatu titik
pandang dan yang berlawanan atau mengganti istilah modernisme. Karena
salah satu bentuk ungkapan bentuk fisik kebudayaan adalah seni termasuk
arsitektur, karena itu Post-Modern lebih banyak digunakan di kebudayaan.
Gaya Eklektik (campuran) yang memilih unsur-unsur lama dari
berbagai periode, terutama unsur klasik, yang dikombinasikan dengan
bentuk-bentuk yang kelihatan aneh. Kemungkinan besar post-modern
berkembang oleh karena kejenuhan-kejenuhan konsep fungsionalisme yang
terlalu mengacu kepada fungsi. Pemakaian elemen-elemen geometris
sederhana terlihat sebagai bentuk yang tidak fungsional tetapi lebih
ditonjolkan sebagai unsur keselarasan dalam komposisi ataupun sebagai
dekorasi.
Pada awal tahun 80-an, gaya post modern lebih banyak dipakai
untuk menggambarkan suatu bentuk dasar dalam berbagai anggapan tentang
hubungan antara arsitektur dan masyarakat. Bentuk penampilan
bangunannya merupakan hasil dari beberapa pendekatan logis dari program,
sifat bahan bangunan dan konstruksi. Secara tidak langsung, post modern
lebih kurang seperti tujuan utama dari gerakan pembaharuan dan kembali
berintegrasi dengan idealisme zaman pra-modern. Post modern juga
merombak konsep modernisme yang berusaha memutuskan hubungan
dengan masa seni dan arsitektur klasik.
Post modern berusaha membangunan lingkungan dan kembali
memperkuat cita rasa pada tempat-tempat tertentu. Charles Jencks
menyatakan, “aliran baru ini sekedar menampilkan bentuk-bentuk baru
yang menimbulkan kesan aneh (abstrak) dan sering kali melebih-lebihkan
sensasi dengan penampilan pada bangunan.
Salah satu bangunan arsitektur post modern dari karya arsitek Le
Corbusier yaitu Notre Dame Du Haut, Prancis. Sebuah gereja yang
dirancang pada tahun 1950 dan diselesaikan pada tahun 1954. Dalam

14
bangunan ini arsitektur post modern dapat dilihat yaitu dengan bentuk
melengkung dan tidak simetris, berbeda dengan arsitektur sebelumnya
Modern yang masih memiliki bentuk tampilannya yang baku.

Gambar 2.6 Notre Dame Du Haut, Prancis


(Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-80wdg1h6rny/umb2_-
7x6ei/aaaaaaaaaec/r2st2hvncjy/s1600/corbu+1.jpg), 2018)

2.4 Pengertian Dekonstruksi Secara Umum


Teori dekonstruksi berawal dari pemikiran seorang filsafat Jacques Derrida
ia adalah tokoh filsafat Prancis kelahiran Aljazair pada tahun 1930. Pada era 1950-
an sampai 1970-an dimeriahkan oleh pergerakkan besar-besaran dari pemikiran
modern dan post modern. Pemikiran-pemikirannya yang terkait erat dengan sastra
dan linguistik.

Dalam bidang filsafat maupun sastra, dekonstruksi termasuk salah satu teori
yang sangat sulit untuk dipahami. Dibandingkan dengan teori-teori
postrukturalisme pada umumnya, secara definitif perbedaan sekaligus ciri khas
dekonstruksi sebagaimana dikemukakan oleh Derrida (1976) adalah penolakannya
terhadap logosentrisme dan fonosentrisme yang secara keseluruhan melahirkan
oposisi biner dan cara-cara berpikir lainnya yang bersifat hierarkis dikotomis.
Konsep dekontruksi (Selden, 1986:84) mulai dikenal sejak Derrida membawakan
makalahnya yang berjudul “Structure, sign, and play in the discourse of the human
sciences “,di universitas Johns Hopkins tahun 1966.

15
Pemikiran Derrida, terutama menyangkut dekonstruksi adalah kajian
filsafat kontemporer yang ditarik pada tema-tema bahasa seperti semilogi.
Dekonstruksi menurut Deridda seperti hal nya perubahan terjadi terus menerus,
dengan cara yang berbeda untuk mempertahankan kehidupan. Dalam The Tain of
the Mirror ; Deridda and the Philosophy of Reflection yang berusaha
mengsistematiskan langkah-langkah dekonstruksi sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi hirarki oposisi dalam teks dimana biasanya terlihat
peristilahan yang di istimewahkan secara sistematis.
2. Oposisi-oposisi dibalik dengan menunjukan saling bertentangan .
3. Memperkenalkan sebuah istilah atau gagasan baru yang tidak bisa
dimasukkan kedalam kategori oposisi yang lama.

Dengan tujuan ini metode dekonstruksi adalah menunjukan


ketidakberhasilan pengahadiran kebenaran absolute.
Adapun karakteristik teori dekonstruksi yang tak dapat terlepas dari teks,
tetapi pandangannya lebih luas yaitu :

 Dalam pandangan dekonstruksi akan selalu menghadirkan banyak makna,


sehingga teks tersebut bisa sangat kompleks. Jaringan-jaringan makna
dalam teks juga bisa rumit yang memungkinkan pembaca berspekulasi
makna. Makna tidak tunggal, melainkan bersifat plural, makna bukan mati
(tetap) melainkan hidup dan berkembang. Karenanya, dekonstruksi
membiarkan teks itu ambigu dan tidak menantang segala kemungkinan.

2.5 Perkembangan Arsitektur Dekonstruksi

Perkembangan arsitektur pada tahun 1990 arsitektur “post-modern”

kemudian diganti oleh “desconstructivism“. Gaya baru ini merupakan “bahasa”

ekstrim didalam modernisme dan terutama menenkankan pada prinsip sesuatu yang
di ekpresikan seacar berlebihan. Desconstructivism juga mencari dan berusaha
menampilkan bentuk-bentuk spaktakuler. Arsitektur dekonstruksi kemudian

16
mengahasilkan sebuah bentuk rumit dari untai elemen-elemen yang diluar ukuran,
dengan stuktur yang kacau, terlihat seolah-olah anti gravitasi.
Aliran Dekonstruksi tidak terdapat dalam Arsitektur saja, bahkan Jacques
Derrida telah menemukan logik yang bertentangan dalam akal dan
implikasi, dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa sebuah teks tidak pernah
setepatnya mengandung arti yang hendak dikatakannya atau tidak mengatakan
yang dimaksudkan. Derrida berpendapat bahwa kegiatan Tschumi dan Eisenman
dalam Arsitektur sama dengan perbuatannya dalam filsafat, yaitu kegiatan
Dekonstruksi. Perkembangan arsitektur dekonstruksi dimulai dengan adanya karya
peter Eisenman dan Bernard Tschumi yaitu bangunan Aronoff Center for Design
and Art, lalu berkembang ke bangunan-bangunan dengan prinsip arsitektur
dekonstruksi.

Gambar 2.7 peter eisenman, Aronoff Center for Design and Art
(Sumber:https://cdn.worldarchitecture.org/net/bin.aspx?file=86501.jpg), 2018)

Gambar 2.8 Bernard Tschumi, Acropolis Museum


(Sumber:http://melinamercourifoundation.com/wp-content/uploads/idrima-inside.jpg),
2018)

17
2.6 Arsitektur Dekonstruksi
Secara etimologis, dekonstruksi (english:deconstruction) berasal dari
gabungan kata ‘de-‘ (menyatakan kebalikan) dan ‘construction’ (konstruksi,
susunan) yang secara sederhana berarti “memecah kedalam bagian-bagian”. Istilah
dekonstruksilahir pada akhir abad ke-19, namun baru dikenal secara luas sejak
tahun 1967 setelah seorang filsuf Perancis keturunan Yahudi bernama Jacques
Derrida menerbitkan karyanya berjudul “Of Grammatology”, yang diakui sebagai
pondasi awal terhadapsegala karya tulis yang berhubungan dengan kritik
dekontruktif.

Arsitektur dekonstruksi adalah suatu pendekatan terhadap perancangan


bangunan dengan mencoba melihat arsitektur dari segi bagian dan potongan.
Bentuk dasar arsitektur dirombak semua. Bangunannya tidak memiliki unsur logis
bentuknya tidak berhubungan satu sama lain, tidak harmoni dan abstrak.

Dekonstruksi merupakan salah satu jalan keluar yang patut


dipertimbangkan dari permasalahan-permasalahan yang timbul dari kejenuhan
akan arsitektur modern. Sehingga dapat dihasilkan pemahaman dan perspektif baru
tentang arsitektur. Pada arsitektur dekonstruksi yang ditonjolkan adalah geometri
3-D bukan dari hasil proyeksi 2-D sehingga muncul kesan miring dan semrawut
yang menunjuk kepada kejujuran yang sejujur-jujurnya.Penggunakan warna
sebagai aksen juga ditonjolkan dalam komposisi arsitektur dekonstruksi sedangkan
penggunaan tekstur kurang berperan.Bangunan yang menggunakan langgam
arsitektur dekonstruksi memiliki tampilan yang terkesan ‘tidak masuk akal’, dan
memiliki bentukan abstrak yang kontras melalui permainan bidang dan garis yang
simpang siur.

Ciri – ciri dari arsitektur dekonstruksi adalah :

1. Penampilan bidang-bidang simpang siur. Garis-garis yang tidak beraturan


danbidang-bidang yang bertabrakan.
2. Keseluruhan anti struktur.

18
3. Dekonstruksi membawa bentuk-bentuk geometri yang cenderung berbentuk
aneh. Hal ini disebabkan oleh adanya pembatasan penerimaan ke absolutan
terhadap keaslian bentuk-bentuk geometri yang selama ini dikenal.
4. Bentuk sebagai serial fragmen, sebagai tanda yang tidak bermakna.

Dekonstruksi adalah bagian dari kritik post-modern yang tujuan akhirnya


adalah mengakhiri dominasi rencana-rencana arsitektur modern. Lebih lengkap
tentang pemahaman baru arsitektur dekonstruksi menurut Jacques Derrida yaitu :
 Tidak ada yang mutlak dalam arsitektur (gaya, konsep)
 Tidak ada tokoh yang figur dalam arsitektur
 Perkembangan arsitektur harus mengarah pada keragaman
pandangan dan tata nilai
 Arsitektur tidak identik dengan bangunan bisa berupa ide, gambar,
model, fisik bangunan, dan aksentuasi yang berbeda.

Gagasan dekonstruksi Jacques Derrida dikembangkan dalam arsitektur oleh


peter Eisenman dan Bernard Tschumi sebagai teori dan peraktek arsitektur yang
bercirikan penyangkalan terhadap epistomologi arsitektur klasik dan modern dan
juga prinsip perancangannya non klasik, dekomposisi, desentring, dislokasi dan
diskontuinitas.

Prinsip-Prinsip Arsitektur Dekonstruksi sebagai berikut :

1. Tidak ada yang absolute dalam arsitektur, sehingga tidak ada satu
langgam yang dianggap terbaik sehingga semuanya memiliki
kesempatan yang sama untuk berkembang.

2. Tidak ada pendewaan tokoh dalam arsitektur sehingga tidak timbul


kecenderungan pengulangan ciri antara arsitek satu dan yang lainhanya
karena arsitek yang satu dianggap dewa yang segala macam karyanya
harus ditiru.

19
3. Dominasi pandangan dan nilai absolute dalam arsitektur harus diakhiri,
sehingga perkembangan arsitektur selanjutnya harus mengarah kepada
keragaman pandangan dan tata nilai.

4. Pengutamaan indera pengelihatan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu


karya dalam arsitektur harusdiakhiri. Potensi indera lain harus dapat
dimanfaatkan pula secaraseimbang.

2.7 ARSITEK DENGAN GAYA ARSITEKTUR DEKONSTRUKSI

Gambar 2.9 Frank O. Gehry, Vila Olimpica Hotel Arts, Spanyol


(Sumber: https://www.geocaching.com/geocache/GC23WVK_el-peix-frank-gehry, 2018)

Sejalan dengan berkembangnya arsitektur dekonstruksi, terdapat


beberapa arsitek yang menggunakan prinsip arsitektur dekonstruksi sebagai
aliran mereka. Arsitek dengan aliran ini lebih memunculkan kesan bentuknya
yang tidak lazim dan berani pada setiap rancangannya, hal ini dibuktikan pada
karya-karya mereka yang memiliki ciri khas arsitektur dekonstruksi. Beberapa
arsitek yang beraliran arsitektur dekonstruksi antara lain adalah:

20
Gambar 2.10 Daniel Libeskind, Royal Ontario Museum, Kanada
(Sumber: https://architizer.com/projects/royal-ontario-museum/, 2018)

Gambar 2.11 Zaha Hadid, Antwerp Headquarters, Antwerpen, Belgia


(Sumber : (https://www.archdaily.com/279677/port-house-antwerp-headquarters-zaha-
hadid-architects), 2018)

Gambar 2.12 Rem Kholhass, Seattle Central Library, Seattle, WA, United States
(Sumber : http://figure-ground.com/spl/0001/, 2018)

21
2.8 BIOGRAFI DANIEL LIBESKIND

Gambar 2.13 : Daniel Libeskind


(Sumber : https://www.archoutloud.com/daniel-libeskind.html, 2018)

Daniel Libeskind lahir di Lodz, Polandia, pada tahun 1946, Daniel


Libeskind berimigrasi ke amerika serikat pada saat masih remaja bersama
keluarganya dan menetap di Bronx. Setelah belajar musik di new York dan Israel
dengan beasiswa yayasan budaya Israel – Amerika, ia berkembang menjadi seorang
musical virtuoso, sebelum akhirnya meninggalkan musik untuk belajar arsitektur.
Ia menerima gelar professional dibidang arsitektur dari cooper unionuntuk
kemajuan ilmu pengetahuan dan seni pada tahun 1970 dan gelar pascasarjana dalam
sejarah dan teori arsitektur dari sekolah studi perbandingan di Essex University di
inggris pada tahun 1972. Daniel Libeskind mendirikan studio arsitektur di Berlin,
Jerman, pada tahun 1989 setelah memenangkan kompetisi untuk membangun
Jewish Museum di Berlin. Pada februari 2003, Studio Daniel Libeskind
memindahkan kantor pusatnya dari Berlin ke Kota New York ketika Daniel
Libeskind terpilih sebagai master planner.

Daniel Libeskind terlibat dalam praktek arsitektur dan desain perkotaan. Dia
terkenal karena memperkenalkan wacana kritis baru ke dalam arsitektur. Praktiknya
meluas dari pembangunan lembaga budaya dan komersial utama - termasuk
museum dan gedung konser - ke pusat konvensi, universitas, perumahan, hotel,

22
pusat perbelanjaan dan pekerjaan perumahan. Daniel Libeskind selalu melakukan
pendekatan filosofis terhadap semua karyanya, sehingga setiap bentuk yang Ia
rancang memiliki makna yang mendalam bukan karena asal-asalan.

Ketertarikannya terhadap ilmu-ilmu di luar arsitektur seperti linguistik,


filosofi, matematika, dan musik selalu dikaitkan ke dalam teori dan prinsip desain
rancangannya. Ide-ide yang diimplementasikan kedalam karya arsitekturalnya telah
menjadi sumbangan terhadap pemikiran para arsitek generasi baru, serta terhadap
pola pengembangan arsitektur urban dan kultur di masa mendatang.

Cara pandang Daniel Libeskind mengenai arsitektur ia berpendapat bahwa


“sebuah bangunan di arsitektur itu terbuat dari sebuah keajaiban, sebuah ide bukan
berasal dari material-material seperti beton, kayu serta sebuah yang abstrak namun
berasal dari orang-orang yang membentuk sebuah cerita”.Karna dirinya dulu
pernah bersekolah di dunia musik Daniel Libeskind mempunyai pikiran bahwa
arsitektur dan musik itu mempunyai keterkaitan yang erat, seperti misalnya
emosional arsitektur dan musik itu sama rumitnya dan abstrak yang dapat
menyentuh jiwa.

Daniel juga meyakini bahwa “ kita tidak boleh malu dalam arsitektur,
namun kita harus bisa mengekspresikan diri kita kedalam bangunan kita dari sebuah
lahan yang mempunyai berbagai macam ekspresi”. Ia ingin menciptakan sebuah
arsitektur yang tidak diduga, menciptakan sebuah sensasi yang penuh ketegangan
dalam arsitektur. Dalam setiap bangunannya ia selalu mengambil resiko karna
prinsipnya yaitu jika dia bermain aman maka ia tidak akan berkembang dan
bergerak maju dalam arsitektur, ia harus membuat sebuah energi baru.

Riwayat Hidup Daniel Libeskind :

 Lahir: Daniel Libeskind di Lodz, Polandia, 12 Mei 1946, kepada Nachman


dan Dora Libeskind
 Keluarga Menikah dengan Nina Lewis pada tahun 1969; mereka memiliki
dua putra dan satu putri

23
 Pendidikan Cooper Union untuk Kemajuan Sains dan Seni, New York
(BArc, 1970); Sekolah Studi Komparatif, Universitas Essex (MA dalam
sejarah dan teori arsitektur, 1971).
 Career Institute for Architecture and Urban Studies, New York 1971-72;
Irving Grossman Associates, Toronto 1972-73; asisten profesor arsitektur,
University of Kentucky 1973-75; profesor arsitektur, University ofToronto,
1977-78; arsitek di tempat tinggal, Cranbrook Academy of Art, Bloomfield
Hills, Michigan, 1978-85.
 Pendiri dan Direktur Arsitektur Intermundium, Milan, 1986-89; telah
menjalankan praktek arsiteknya sendiri di, Berlin sejak tahun 1990.
 Karya-karya Daniel Libeskind yaitu: Felix Nussbaum Haus (Jerman, 1998),
Contemporary Jewish Museum (Amerika Serikat, 2008), Royal Ontario
Museum (Kanada, 2007), Bundeswehr Military History Museum (Jerman,
2011), Wohl Centre (Israel, 2005), Run Run Shaw Creative Media Centre
(Hongkong, 2011), Imperial War Museum North(Inggris, 2002), The
Crystals (Amerika Serikat, 2009), Jüdisches Museum Berlin (Jerman,
2001), The Ascent at Roebling's Bridge (Amerika Serikat, 2005), Westside
Shopping and Leisure Centre(Swiss, 2008), Central Building University of
Lüneburg(Jerman, 2017), dan Denver Art Museum (Amerika Serikat, 2006).

2.9 Karakteristik Arsitektur Dekonstruksi Pada Karya Daniel Libeskind

Adapun karakterteristik arsitektur Daniel Libeskind yakni, secara


substantif, metafora dekonstruktif yang dilandasi oleh konsep filosofi ini
mempunyai ekspresi-ekspresi diantara pemahanam rasional dan irasional.
Dekonstruksi membawa bentuk-bentuk geometri yang cenderung berbentuk
“aneh”. Hal ini disebabkan oleh adanya pembatasan penerimaan keabsolutan
terhadap keaslian bentuk-bentuk geometri yang selama ini dikenal. Dalam hal ini,
esensi bentuk bukan menjadi indikator utama dalam Arsitektur Dekonstruksi.
Indikator utamanya adalah esensi makna dan simbol dengan beberapa paradigma
konseptual sebagai berikut :

24
 Logo Sentris : Konsep arsitektur yang merupakan gabungan antara
pemahaman arsitektural dan pemahaman filosofis. Dari pemahaman
filosofis arsitektur akan mangalami proses artikulasi metafisik secara
multivalensi.

Pemahaman Filosopi Pemahaman Arsitektural

Gambar 2.14 : Perspektif Denver Art Museum


(Sumber : (https://www.archdaily.com/80309/denver-art-museum-daniel-libeskind), 2018)

 Anti Sintesis : mengandung konsep penolakan terhadap sementara


pandangan bahwa arsitektur adalah sintesis. Berpaling dari nilai nilai hakiki
yang akan menurunkan aturan yang seirama dengan hukum alam yaitu nilai
intuisi. Hal ini dikarenakan nilai intuisi lebih mewadahi otoritas dalam
proses visualisasi.
 Anti Fungsional : Dekonstruksi mendasarkan paham bahwa antara bentuk
(form) dan Fungsi (function) bukan merupakan hubungan independent.
Hubungan yang bersifat independent antara formdan function memberi
peluang bagi penggunaan metode kreatif seperti superposisi, fragmentasi,
dan kombinasi yang berdasar pada prinsip-prinsip matematis.

Gambar 2.15 Ground Plan Denver Art Museum


(Sumber:(https://images.adsttc.com/media/images/5012/a683/28ba/0d14/7d00/019
5/slideshow/stringio.jpg?1414485665), 2018)

25
 Anti Order : Order akan mengasilkan ekspresi keutuhan dan kestabilan.
Order dalam arsitektur yang berakar pada arsitektur klasik seperti unity,
balance, & Harmony akan memeberi kecenderungan pada pembentukan
space yang figuratif.

Dari bangunan tersebut


tidak ada penampil order

Gambar 2.16 Perspektif Denver Art Museum


(Sumber : (https://www.archdaily.com/80309/denver-art-museum-daniel-libeskind), 2018)

Arsitektur Dekonstruksi bukan mengarah pada kecenderungan ruang dan


objek yang figuratif akan memperkuat keabsolutan order. Disamping itu, order
melahirkan bentuk-bentuk geometri yang programatis yang akan berlawanan
dengan konsep visualisasi simbol/makna yang retorikal, tidak fixed, dan multivalen.
Karena makna adalah sesuatu yang kontekstual, tergantung atas nilai masyarakat
sesaat. (www.scribd.com,by upload: muchuzi, 2018).

26
2.9.1 Hasil Karya Daniel Libeskind

Adapun beberapa hasil karya Daniel libeskind selama berkarir di


dunia arsitektur sampai saat ini yaitu :

NO NAMA BANGUNAN KETERANGAN TAHUN

The Ascent at Roebling's Bridge


1 The Ascent at Roebling's Bridge
berada di Jembatan Suspensi
John A. Roebling, Cincinnati, OH
45202, tepatnya di kota
2005
Kentucky, Amerika Serikat.
Bangunan ini memiliki fungsi
sebagai condominium /
perumahan dengan 20 lantai.

Denver Art Museum


2
Denver Art Museum berada di 2006
kota Colorado, Amerika Serikat.
Bangunan ini memiliki fungsi
sebagai museum seni.

Royal Ontario Museum


3
Royal Ontario Museum berfungsi
sebagai museum seni yang berada 2007
di kota Toronto, Kanada.
Museum ini selalu mengadakan
pertunjukan seni dan tempat
berkumpul para seniman.

27
4 Contemporary Jewish Museum
Contemporary Jewish
Museumadalah museum sejarah 2008
di kota San Francisco, Amerika
Serikat. Dan sebagai museum
sejarah kebudayaan yahudi

Central Building University of


5 Lüneburg

Central Building University of 2017


Lüneburg berfungsi sebagai salah
satu perguruan tinggi di Negara
jerman. Yang berada di kota

Lüneburg, Jerman.

Tabel 2.1. Daftar karya Daniel Libeskind


Sumber : Analisis, 2018

28
Dari beberapa hasil karya Daniel Libeskind diatas sebagian bangunan
memiliki fungsi bangunan Dekonstruksi diantaranya:

2.9.1.1 The Ascent at Roebling's Bridge

Gambar 2.17 Perspektif The Ascent at Roebling's Bridge


(Sumber : (https://www.archdaily.com/118092/the-ascent-at-roebling%25e2%2580%2599s-
bridge-daniel-libeskind), 2018)

Gedung ini berfungsi sebagai condominium atau perumahan.


Dibangun pada tahun 2005 dan selesai pada tahun 2008 di Kentucky,
Amerika Serikat. Bangunan ini merupakan salah satu karya arsitek Daniel
Libeskind yang memiliki gaya terhadap arsitektur dekonstruksi. Bangunan
condominium ini memiliki 70 unit perumahan dengan 20 lantai, ketinggian
bangunan ini mencapai 300 kaki dipuncaknya.

The Ascent at Roebling’s Bridge ini memiliki fasilitas seperti, kolam


renang, taman, ruang acara umum, dan plaza. Pada atapnya berbentuk
sabitnya yang melengkung dan garis atapnya yang miring dirancang untuk
memaksimalkan pandangan sehingga tidak terhalang dari garis cakrawala.

29
Gambar 2.18 Perspektif The Ascent at Roebling's Bridge
(Sumber : (https://www.archdaily.com/118092/the-ascent-at-roebling%25e2%2580%2599s-
bridge-daniel-libeskind), 2018)

2.9.1.2 Denver Art Museum

Gambar 2.19 Perspektif Denver Art Museum


(Sumber : (https://www.archdaily.com/80309/denver-art-museum-daniel-
libeskind), 2018)

Denver Art Museum telah dirancang oleh arsitek Daniel Libeskind


yang fungsi bangunannya sebuah museum seni. Museum denver art berada
di Colorado, Amerika Serikat Bangunan ini dibangun pada tahun 2003 dan
selesai dibuka pada tahun 2006. Pada museum ruang-ruang dirancang untuk
memamerkan koleksi desain seni, arsitektural, dan seni oseania.

Bangunan ini memiliki seni modern dan pendekatan pada arsitektur


dekonstruksi. Museum ini juga difungsikan sebagai acara dan program-
program nasional maupun internasional terhadap pameran karya seniman.

30
Gambar 2.20 Perspektif Denver Art Museum
(Sumber : (https://www.archdaily.com/80309/denver-art-museum-daniel-libeskind), 2018)

2.9.1.3 Royal Ontario Museum

Gambar 2.21 Perspektif Royal Ontario Museum


(Sumber : (https://architizer.com/projects/royal-ontario-museum/), 2018)

Royal Ontario Museum terletak di Toronto, Kanada. Awal dibangun


pada tahun 2003 dan dibuka untuk umum tahun 2007. Museum ini berisi
koleksi-koleksi mineralogy sehingga pada bentuk bangunan royal Ontario
museum terinspirasi oleh bentuk-bentuk Kristal yang telah dirancang oleh
Daniel Libeskind.

Daniel Libeskind menciptakan struktur prisma pada bangunan ini


agar dapat menarik perhatian pengujung. Ukuran luas bangunan Royal
Ontario Museum yaitu 100.000 meter persegi yang menyediakan ruang
pameran, lobi, toko ritel dan restoran.

31
Gambar 2.22 Perspektif Royal Ontario Museum
(Sumber : (https://architizer.com/projects/royal-ontario-museum/), 2018)

2.9.1.4 Contemporary Jewish Museum

Gambar 2.23 Perspektif Contemporary Jewish Museum


(Sumber : (https://www.archdaily.com/2113/jewish-contemporary-museum-
san-francisco-by-daniel-libeskind-opening), 2018)

Daniel Libeskind telah merancang Contemporary Jewish Museum


yang dibangun pada tahun 1998 dan diresmikan pada tahun 2008 di San
Francisco, Amerika Serikat. Museum ini berfungsi sebagai museum sejarah
YAHUDI dan kebudayaan orang yahudi. Sebelum dibangunnya
Contemporary Jewish Museum merupakan bangunan bekas gardu listrik.

Material fasad Contemporary Jewish Museum adalah kulit kubus


yang terbuat lebih dari 4 juta panel baja biru bercahaya, karena menurut
Daniel Libeskind warna biru baja agar tidak warna yang pudar dan
berkapur. Museum ini juga menjadi pusat hidup komunitas orang-orang

32
yang berlatar belakangan melalui pengalaman bersama dengan seni yang
berfokus pada perayaan kaum yahudi.

Gambar 2.24 Perspektif Contemporary Jewish Museum


(Sumber : (https://www.archdaily.com/2113/jewish-contemporary-museum-san-francisco-
by-daniel-libeskind-opening), 2018)

2.9.1.5 Central Building University of Lüneburg

Gambar 2.25 Perspektif University of Lüneburg


(Sumber : (https://www.archdaily.com/100889/luneburg-universitys-
libeskind-building-daniel-libeskind), 2018)

Bangunan ini terletak di Lüneburg, Jerman. Merupakan salah satu


karya arsitek Daniel Libeskind. Bangunan ini berfungsi sebagai perguruan
tinggi di kota Lüneburg. Gedung ini mampu menampung mahasiswa
dengan kapasitas 1200 orang. Bangunan ini didirikan pada tahun 1946,
adanya renovasi besar-besaran pada tahun 2007 hingga selesai tahun 2017
oleh arsitek Daniel Libeskind.

Pada desainnya geometri dan ramah lingkungan yang dapat


menginspirasi mahasiswa-mahasiswa Universitas Lüneburg, Libeskind

33
membuat dalam estetika bangunan yang bercahaya dan sudut-sudut yang
sama. Bangunan ini memiliki sistem hemat energi dengan energi
terbaharukan melalui atap hijau yang dapat dilihat didalam interiornya
hingga menjadi inovatif.

Gambar 2.26 Perspektif University of Lüneburg


(Sumber : (https://www.archdaily.com/100889/luneburg-universitys-libeskind-building-
daniel-libeskind), 2018)

34
BAB III

METODE

3.1 METODE PENENTUAN SAMPEL ANALISA

Daniel Libeskind adalah salah satu arsitek rancangannya dengan


pendekatan arsitektur dekonstruksi. Libeskind banyak menghasilkan karya
yang sukses dan unik di dunia. Daniel Libeskind adalah salah seorang arsitek
yang menganut ilmu-ilmu arsitektur ekspresionisme.

Dari beberapa karya Daniel Libeskind yang terdapat dan dilampirkan


pada laporan ini, penyusun telah memilih hanya akan membahas karya yang
memiliki prinsip desain perancangan arsitektur dekonstruksi. Terdapat 5 karya
Daniel Libeskind, dari kelima karya tersebut penyusun menyaring objek
penelitian terbatas hanya kepada 3 objek saja. Dimana proses pemilihan objek
tersebut harus memiliki kriteria-kriteria yang telah penyusun diskusikan untuk
mencapai kesesuaian dengan judul dan tema penelitian. Kriteria yang akan
menjadi bahan pertimbangan antara lain adalah:

a. Prinsip anti struktur.


b. Bidang-bidang simpang siur dan garis-garis tidak beraturan
c. Fungsi bangunan yang sama (museum).
d. Bentuk-bentuk geometri yang cenderung berbentuk aneh dan
abstrak

3.2 METODE ANALISA

Langkah yang dilakukan dalam melakukan metode analisa , sebagai berikut ;

 Mencari literatur yang berkaitan dengan arsitektur dekonstruksi dan


biografi Daniel Libeskind beserta beberapa karyanya.
 Literatur diatas sebagai pedoman untuk menentukan prinsip-prinsip
arsitektur dekonstruksi, yaitu bentuk-bentuk geometri yang cenderung
berbentuk “aneh”, esensi makna dan simbol dengan beberapa paradigma
konseptual adalah nilai utama. Dimana selanjutnya prinsip-prinsip

35
tersebut sebagai landasan untuk menganalisis perancangan bangunan
pada karya Daniel Libeskind yang terpilih.

 Lalu diberikan kesimpulan dan saran.

No. Bangunan kriteria penilaian Nilai pemilihan

a b c d
The Ascent at Roebling's Bridge

2 Tidak
Terpilih

Denver Art Museum

4 Terpilih
2

Royal Ontario Museum

4 Terpilih
3

36
Contemporary Jewish Museum

4
4 Terpilih

Central Building University of


Lüneburg

5
3 Tidak
Terpilih

1 = Tidak Baik 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik

Tabel 3.1. Daftar Bangunan Dekonstruksi karya Daniel Libeskind


Sumber : Analisis, 2018

37
Dari penilaian di atas dapat di simpulkan bahwa karya yang memenuhi
kriteria penilaian objek yang dipilih adalah sebagai berikut:

1. Denver Art Museum


Denver Art Museum berlokasi di kota Colorado, Amerika Serikat.
Dibangun pada tahun 2006, bangunan ini berfungsi sebagai museum
seni (oseanie).

Gambar 3.1 Perspektif Denver Art Museum


(Sumber : (https://www.archdaily.com/80309/denver-art-museum-daniel-libeskind), 2018)

2. Royal Ontario Museum


Royal Ontario Museum terletak di kota Toronto, Kanada. Dibangun pada
tahun 2007, bangunan ini berfungsi sebagai museum seni miniorologi
(keristal).

Gambar 3.2 Perspektif Royal Ontario Museum


(Sumber : (https://architizer.com/projects/royal-ontario-museum/), 2018)

38
3. Contemporary Jewish Museum
Contemporary Jewish Museum terletak di kota San Francisco, Amerika
Serikat. Dibangun pada tahun 2008, bangunan ini berfungsi sebagai
museum sejarah (kebudayaan yahudi).

Gambar 3.3 Perspektif Contemporary Jewish Museum


(Sumber : (https://www.archdaily.com/2113/jewish-contemporary-museum-san-
francisco-by-daniel-libeskind-opening), 2018)

No Objek terpilih Lokasi bangunan TahunDibangun Fungsi Bangunan

1 Denver Art Colarado, Amerika 2006 Museum


Museum Serikat

2 Royal Ontario Toronto, Kanada 2007 Museum


Museum

3 Contemporary San Francisco, 2008 Museum


Jewish Museum Amerika Serikat

Tabel 3.2. : Daftar Bangunan Terpilih


Sumber : Analisa, 2018

39
BAB IV
ANALISA

4.1 Landasan Analisa

Arsitektur Dekonstruksi adalah suatu pendekatan terhadap perancangan


bangunan dengan mencoba melihat arsitektur dari segi bagian dan potongan.
Bentuk dasar arsitektur dirombak semua. Bangunannya tidak memiliki unsur logis
bentuknya tidak berhubungan satu sama lain, tidak harmoni dan abstrak. Arsitektur
yang mengekspresikan ciri kebebasan retorikal atas struktur komposisi formal.

Dari semua bentuk fasadnya yang rumit dari untaian elemen-elemen,


kemudian elemen yang diluar ukuran, dengan struktur yang kacau, terlihat dimana
seolah-olah runtuh (anti struktur). Konsep filosofi ini mempunyai ekspresi-ekspresi
diantara pemahanam rasional dan irasional. Dekonstruksi membawa bentuk-bentuk
geometri yang cenderung berbentuk “aneh”. Hal ini disebabkan oleh adanya
pembatasan penerimaan keabsolutan terhadap keaslian bentuk-bentuk geometri
yang selama ini dikenal.

Dari penjabaran di literatur, dapat disimpulkan bahwa arsitektur dekonstrksi


memiliki beberapa prinsipyang harus dipenuhi dalam perancangannya. Adapun
prinsip-prinsip tersebut sebagai landasan penelitian untuk mempermudah dalam
mengkaji objek-objek yang dijadikan sebagai bahan analisa, di antaranya adalah
sebagai berikut:

1. Kerumitan bentuk menjadi nilai utama


2. Struktur terlihat runtuh (anti gravitasi)
3. Denah Anti Fungsional
4. Kejujuran material yang di tampilkan

40
4.2 Analisa Arsitektur Dekonstruksi Pada Fasad, Denver Art Museum

Gambar 4.1 : Perspektif Denver Art Museum


(Sumber : (https://www.archdaily.com/80309/denver-art-museum-daniel-libeskind), 2018)

Arsitek : Daniel Libeskind


Lokasi : Colorado, Amerika Serikat
Fungsi : Museum Seni
Status : Selesai Dibangun 2006

Museum Denver Art adalah museum seni yang terletak di kota colarado,
Amerika Serikat. Museum Denver Art memamerkan seni koleksi desain seni,
arsitektural, dan seni oseania. Bangunan ini didirikan dari rangka baja sebagai
struktur utama yang dilapisi oleh lembaran baja titanium. Bangunan ini memeliki
daya tarik tersendiri karena arsitek Daniel Libeskind memiliki konsep bentuk yang
berasal dari lipatan-lipatan kertas sehingga muncul sebuah bentuk yang aneh dan
abstrak.

4.2.1 Kerumitan Bentuk Menjadi Nilai Utama


Bentuk fasadnya yang memiliki kerumitan ini dilihat dari garis garis
tidak beraturan dan memiliki kemiringan bentuk yang ekstrim yang
semakin mendekati pada gaya arsitektur dekonstuksi. Pada bangunan ini
dapat terlihat dari bentuknya yang acak-acakan sehingga terkesan abstrak.

41
Memiliki Kemiringan bentuk
dengan sudut lancip

Adanya penyatuan bentuk yang


berbeda dengan kemiringan tidak
sama

Gambar 4.2 : Analisa Kerumitan Bentuk Menjadi Nilai Utama 1


(Sumber : Analisis , 2018)

Pada gambar 4.2. dapat dilihat bangunan ini memilki banyak pola
yaitu garis miring dengan kemiringan yang tidak beraturan sebagai upaya
menampilkan kerumitan pada fasad bangunan ini. Bidang-bidang yang
simpang siur dengan garis-garis tak beraturan secara visual estetika dapat
memberikan kesan yang ekstrim pada si pengamat.

Gambar 4.3 : Analisa Kerumitan Bentuk Menjadi Nilai Utama 2


(Sumber : : (https://www.archdaily.com/80309/denver-art-museum-daniel-libeskind),
2018)

Hasil realisasi dari lipatan artistik Daniel. Bentuk yang ekspersionis


menggambarkan pemandangan pegunungan rocky, serta sesuai dengan
fungsinya yang merupakan gedung museum seni. Dengan ciri khas
bangunan ini jika dilihat dari tampak luar adalah bentuk-bentuk geometris
bebas yang memiliki sudut-sudut yang tegas yang berpadu menjadi satu.

42
4.2.2 Struktur Terlihat Runtuh (anti gravitasi)

Struktur pada bangunan ini tidak terlihat pada umumnya, lebih


cenderung mengikuti bentuk fasad yang seolah-olah runtuh (anti gravitasi)
yang semakin mendekati pada gaya arsitektur dekonstuksi. Struktur ini
menggunakan struktur baja yang keberadaan strukturnya tak terlihat karna
dilapisin oleh dinding.

Gambar 4.4 : Gambar Komputerisasi 3D


(Sumber : (https://www.archdaily.com/80309/denver-art-museum-daniel-
libeskind), 2018)

Pada gambar bangunan ini terdiri dari 2.700 ton baja menjadi
kerangka rumit yang mendukung dan menciptakan sudut miring yang
bervariasi. Sistem pada struktur denver art museum menggunakan struktur
rangka batang.

Gambar 4.5 : Analisa StrukturTerlihat Runtuh (anti gravitasi)


(Sumber : (https://www.archdaily.com/80309/denver-art-museum-daniel-
libeskind), 2018)

43
4.2.3 Denah Anti Fungsional
Form dan function tidak berhubungan yang bersifat independent,
yang memberi metode seperti kombinasi dan fragmentasi (potongan)dan
kombinasi yang berdasar pada prinsip-prinsip matematis.

Ground Plan

Lantai-1 Lantai-2

Lantai-3 Lantai-4

Gambar 4.6 : Denah Denver Art Museum


(Sumber:(https://images.adsttc.com/media/images/5012/a683/28ba/0d14/7d00/019
5/slideshow/stringio.jpg?1414485665), 2018)

Pada denah museum denver Art memiliki banyak sudut-sudut atau


ruang (figuratif) keanekaan motif hingga menjadi anti fungsional. Dapat
dilihat dari gambar denah yang dindingnya mempunyai sudut yang
berbeda-beda. Dengan demikian ruang terbentuk dari elemen-elemen

44
yang terpotong hingga menjadi potongan-potongan lalu dihubungkan
menampilkan bentuk dinamis yang aktraktif. layout dan bentuk ruang akan
menjadi hal yang krusial karena terciptanya sisi ruang ataupun sudut ruang
yang mempengaruhi penempatan serta bentuk furniture dan peralatan
penunjang ruang tersebut dikarenakan tidak standarnya layout ruang yang
terjadi maka menimbulkan ruang mati.

Gambar 4.7 : Sampel Denah Denver Art Museum


(Sumber:Analisa, 2018)

= layout luas / denah

= ruang mati

45
4.2.4 Kejujuran Material Yang di Tampilkan

Kontruksi keseluruhan pada


bangunan menggunkan material
Baja titanium yang diekspos.

.
Ada beberapa kontruksi yang
menggunakan material kaca
seperti pada atap bangunan.

Gambar 4.8 : Analisa Kejujuran Material Yang Di Tampilkan


(Sumber : Analisis , 2018)

Ada dua material yang digunakan pada fasad bangunan ini yaitu
material baja titanium dan kaca. Material baja titanium sangat
mendominasikan pada tampilan bangunan ini sehingga terlihat sebagai
kesan yang glamor pada fasad bangunannya. Baja titanium adalah logam
yang ringan, kuat, berkilau, dan tahan terhadap korosi (karatan) sehingga
sangat tahan terhadap kelembaban hujan. Sedangkan kaca sebagai pemanis
pada atap bangunannya yang difungsikan untuk masuknya cahaya sinar
matahari.

Setelah dilakukan analisa terhadap bangunan Denver Art Museum


diatas dapat di simpulkan bahwa bangunan Denver Art Museum adalah
bangunan Dekonstruksi dikarenakan alasan yaitu sebagai berikut :

 Bentuk fasadnya yang memiliki kerumitan ini dilihat dari garis garis
tidak beraturan dan memiliki kemiringan bentuk yang ekstrim dan
bangunan ini dapat terlihat dari bentuknya yang acak-acakan sehingga
terkesan abstrak.
 Sistem pada struktur denver art museum menggunakan struktur rangka
batang.

46
 Denah anti fungsional pada denver art museum terlihat pada sisi-sisi
sudut bangunan yang menimbulkan ruang mati.
 Bangunan ini menggunakan material baja titanium dan kaca.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, bangunan Denver


Art Museum ini merupakan bangunan Arsitektur Dekonstruksi
dikarenakan perancangan bangunan ini menggunakan ciri-ciri arsitektur
dekonstruksi.

4.3 Analisa Arsitektur Dekonstruksi Pada Fasad, Royal Ontario Museum

Gambar 4.9: Royal Ontario Museum


(Sumber : (https://architizer.com/projects/royal-ontario-museum/), 2018)

Arsitek : Daniel Libeskind


Lokasi : Toronto, Kanada
Fungsi : Museum Seni (Geologi)
Status : Selesai Dibangun 2007

Royal Ontario Museum terletak di Toronto, Kanada. Selesai dibangun pada


tahun 2007 dan museum ini berisi koleksi-koleksi mineralogyyaitu, merupakan
ilmu geologi yang berfokus pada ilmu bumi dengan pembentukan batuan Kristal
yang ditemukan para ahli mineralogy. Sehingga pada bentuk bangunan royal
Ontario museum terinspirasi oleh bentuk-bentuk Kristal yang telah dirancang oleh
Daniel Libeskind. Gaya Dekonstruksi untuk mengedepankan kesan abstrak yang
terlihat pada museum ini. Melalui bentuk Kristal pada royal Ontario Museum.

47
4.3.1 Kerumitan Bentuk Menjadi Nilai Utama

Kerumitan bentuk berasal dari


sebuah kristal

Gambar 4.10 : Analisa Kerumitan Bentuk Menjadi Nilai Utama


(Sumber : Analisis , 2018)

Bentuk bangunan diambil dari lima volume yang saling


berpotongan yang menyerupai kristal yang menjadi bentukan utama pada
bangunan ini, kerumitan terlihat pada garis-garis tidak beraturan dan
memiliki kemiringan bentuk yang kacau, sehingga menciptakan daya tarik
publik yang besar.

Bangunan ini memiliki 5 volume


yang berbeda beda, yang
menyatu jadi satu kesatuan.

Gambar 4.11 : Analisa Kerumitan Bentuk Menjadi Nilai Utama


(Sumber : Analisis , 2018)

48
4.3.2 Struktur Terlihat Runtuh (anti gravitasi)

Struktur bangunan ini memakai


struktur rangka batang

Gambar 4.12 : Analisa Stuktur Terlihat Runtuh (anti gravitasi)


(Sumber : Analisis , 2018)

Struktur bangunan ini terdiri dari lima struktur prisma, bentuk dan
kompleksitas konstruksi menyebabkan menggunakan struktur baja. Struktur
ini menggunakan struktur baja WF dengan memakai metode struktur rangka
batang. Pada lantainya menggunakan lantai beton dan komposit baja.

Gambar 4.13 : Analisa Stuktur Terlihat Runtuh (anti gravitasi)


(Sumber : http://www.epab.bme.hu/oktatas/2009-2010-2/v-CA-B-
Ms/FreeForm/Examples/OntarioMuseum.pdf), 2018)

Struktur rangka batang ini disusun atau dirakit sesuai dengan bentuk
fasad bangunan sehingga fasadnya memiliki keunikan tersendiri.

49
pada peracnagan
Ini adalah gambar metode
model struktur rangka batang
yang diterapkan pada
perancangan royal Ontario
museum

Gambar 4.14 : Model Struktur Rangka Batang


(Sumber : http://www.epab.bme.hu/oktatas/2009-2010-2/v-CA-B-
Ms/FreeForm/Examples/OntarioMuseum.pdf), 2018)

Gambar 4.15 : Model Kontruksi Lantai


(Sumber : http://www.epab.bme.hu/oktatas/2009-2010-2/v-CA-B-
Ms/FreeForm/Examples/OntarioMuseum.pdf), 2018)

Gambar model konstruksi lantai pada royal Ontario museum


menggunakan dengan cara kontruksi lantai pada umumnya.

4.3.3 Denah Anti Fungsional


Form dan function tidak berhubungan yang bersifatindependent,
yang memberi metode seperti kombinasi dan fragmentasi (potongan) dan
kombinasi yang berdasar pada prinsip-prinsip matematis.

50
Dapat dilihat pada gambar dibawah ini warna merah menandakan bangunan
lama sedangkan warna biru menandakan bangunan baru.

Ground Plan Lantai-1

Lantai-2 Lantai-3

Gambar 4.16 : Denah Royal Ontario


(Sumber : Analisis , 2018)

Pada denah Museum Royal Ontario merupakan gabungan


bangunan lama dan baru memiliki sebuah perbandingan antara denah
yang sebelumnya (lama) dan denah penambahan (baru) perbedaan
tersebut terlihat dari bentuk denah simetris (lama) dan tidak simetris
(baru). denah Museum Royal Ontario memiliki sudut-sudut atau ruang
(figuratif) yang menjadi anti fungsional. Dapat dilihat dari gambar denah
yang dindingnya mempunyai sudut yang berbeda-beda. layout dan

51
bentuk ruang pada bangunan baru terciptanya sirkulasi atau ruang bebas,
ini dikarena bentuk bidang luar Museum Royal Ontario memiliki
perubahan volume semakin mengecil perlantainya.

Gambar 4.17 : Sampel Denah Royal Ontario


(Sumber : Analisis , 2018

= denah bangunan lama

= layout luas / denah bangunan baru

= ruang mati

4.3.4 Kejujuran Material Yang di Tampilkan

Kaca 25%

alumunium

Gambar 4.18 : Analisa Kejujuran Material Yang diTampilkan 1

52
(Sumber : Analisis , 2018)

Bangunan ini menggunakan material yang diproduksi material


fabrikasi yaitu dengan menggunakan lapisan alumunium dan juga dengan
penambahan material kaca yang mengandung 25% transparansi, agar
menghindari cahaya sinar matahari langsung. Pada balok bajanya
membentuki kemiringan masing-masing derajat dan posisi sudut yang
berbeda.

Alumunium motif garis

Gambar 4.19 : Analisa Kejujuran Material Yang diTampilkan 2


(Sumber : Analisis , 2018)

Setelah dilakukan analisa terhadap bangunan Royal Ontario


Museum diatas dapat di simpulkan bahwa bangunan Royal Ontario
Museum adalah bangunan Dekonstruksi dikarenakan alasan yaitu sebagai
berikut :

 Bentuk bangunan diambil dari lima volume yang saling berpotongan


yang menyerupai kristal yang menjadi bentukan utama pada bangunan
ini, kerumitan terlihat pada garis-garis tidak beraturan dan memiliki
kemiringan bentuk yang kacau.
 Struktur bangunan ini terdiri dari lima struktur prisma, bentuk dan
kompleksitas konstruksi menyebabkan menggunakan struktur baja.
Struktur ini menggunakan struktur baja WF dengan memakai metode
struktur rangka batang. Pada lantainya menggunakan lantai beton dan

53
komposit baja. Sistem pada struktur menggunakan struktur rangka
batang.
 Denah anti fungsional pada royal ontario museum tercipta adanya
sirkulasi dan ruang mati pada sisi-sisi sudut bangunannya
 Bangunan ini menggunakan material alumunium bermotif dan kaca
transparan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, bangunan Royal


Ontario Museum ini merupakan bangunan Arsitektur Dekonstruksi
dikarenakan perancangan bangunan ini menggunakan ciri-ciri arsitektur
dekonstruksi.

4.4 Analisa Arsitektur Dekonstruksi Pada Fasad, Contemporary Jewish


Museum

Gambar 4.20 : Contemporary Jewish Museum


(Sumber : (https://www.archdaily.com/2113/jewish-contemporary-museum-sanfrancisco-
by-daniel-libeskind-opening), 2018)

Arsitek : Daniel Libeskind


Lokasi : San Francisco, Amerika Serikat
Fungsi : Museum
Status : Selesai Dibangun 2008

54
Museum ini berfungsi sebagai museum pameran pertunjukan seni visual,.
Sebelum dibangunnya Contemporary jewish museum merupakan bangunan bekas
gardu listrik. Material fasad contemporary jewish museum adalah kulit kubus yang
terbuat lebih dari 3.000 panel baja biru berkilau, karena menurut Daniel libeskind
warna biru sebagai sumber air kehidupan yang merupakan terkait dengan yudaisme.
Museum ini juga menjadi pusat hidup komunitas orang-orang yang berlatar
belakangan melalui pengalaman bersama dengan seni yang berfokus pada perayaan
kaum yahudi.

4.4.1 Kerumitan Bentuk Menjadi Nilai Utama

L’ Chaim (hurup ibrani)

Gambar 4.21 : Analisa Kerumitan Bentuk Menjadi Nilai Utama


(Sumber : Analisis , 2018)

Contemporary Jewish Museum bangunannya dibentuk dengan


membentuk dua hurup ibrani yang dapat diejakan chai yang artinya
kehidupan. Namun jika dilihat bangunan ini terlihat begitu abstrak sehingga
tidak terlihat huruf ibraninya karena Libeskind mengkaitkannya dalam
teradisi mistik yahudi.

Demikian bentuk ini jika diamati secara keseluruhan merupakan


bentuk balok yang diputar lalu dimiringkan dengan sudut derajat yang
berbeda-beda sehingga menimbulkan kerumitan bentuk yang cukup unik
pada museum ini. Bentuk itu menunjukan imajinasi Libeskind pada
kebudayaan “Kebebasan” karena kebebasan maka bentuknya menciptakan
desain kontemporer yang dinamis.

55
4.4.2 Struktur Terlihat Runtuh (anti gravitasi)

Gambar 4.22 : Analisa Stuktur Terlihat Runtuh (anti gravitasi)


(Sumber : (https://www.archdaily.com/2113/jewish-contemporary-museum-san-francisco-
by-daniel-libeskind-opening), 2018)

Desain bangunan ini termasuk menggunakan struktur rangka batang


dengan perpaduan antara baja WF dan baja siku. Lalu pada strukturnya juga
menggunakan sistem struktur seismik (anti gempa) karena daerah tersebut
merupakan daerah rawan gempa. Geometri pada bangunan mengaburkan
garis antara balok dan kolom dan elemen yang menolak beban gravitasi.

Gambar 4.23 : Analisa Stuktur Terlihat Runtuh (anti gravitasi)


(Sumber : (https://www.archdaily.com/2113/jewish-contemporary-museum-san-
francisco-by-daniel-libeskind-opening), 2018)

Banyak kolom yang tidak vertical dan cenderung bersandar dalam


dua arah dan frame (rangka-rangka) yang ditempah tidak hanya membawa
beban seismik tetapi juga beban gravitasi. Struktural awalnya dibangun
dengan model komputerisasi 3D sebelum merancang bangunan ini.

56
4.4.3 Denah Anti Fungsional
Form dan function tidak berhubungan yang bersifatindependent,
yang memberi metode seperti kombinasi dan fragmentasi (potongan) dan
kombinasi yang berdasar pada prinsip-prinsip matematis.

Lantai-1

Lantai-2

Siteplan

Gambar 4.24 : Denah Contemporary Jewish Museum


(Sumber:( https://urbantoronto.ca/forum/threads/toronto-royal-ontario-
museum-m-s-daniel-libeskind.471/page-138), 2018)

57
Denah Contemporary Jewish Museum merupakan kombinasi
antara bangunan baru dengan bangunan lama yang bangunannya menyatu
tanpa ada terpisah dari bangunan lama yang terlihat pada siteplan. Bangunan
baru tersebut ditandai dengan garis berwarna merah, sedangkan diluar
warna tersebut merupakan bangunan lama. Yang merupakan anti fungsional
pada denah ini dapat dilihat pada lingkaran berwarna biru yang menandakan
bahwa itu adalah ruang bebas.

= layout luas / denah

= ruang mati

Gambar 4.25 : Sampel Denah Contemporary Jewish Museum


(Sumber: Analisa, 2018)

4.4.4 Kejujuran Material Yang di Tampilkan

kaca

Panel baja

kaca

Gambar 4.26 : Analisa Kejujuran Material Yang diTampilkan


(Sumber : Analisis , 2018)

58
pada lapisan kulit bangunan menggunakan material panel
bajastainless berwarna biru berkilau dengan jumlah panelnya 3.000 dan
berpola Diamond. Pada jendela menggunakan material kaca dengan bentuk
jendela seperti polaDiamond danpintu akses utama menggunakan material
kaca dengan pola bentuk trapesium.

Setelah dilakukan analisa terhadap bangunan Contemporary


Jewish Museum diatas dapat di simpulkan bahwa bangunan
Contemporary Jewish Museum adalah bangunan Dekonstruksi
dikarenakan alasan yaitu sebagai berikut :

 Bentuk ini jika diamati secara keseluruhan merupakan bentuk balok yang
diputar lalu dimiringkan dengan sudut derajat yang berbeda-beda
sehingga menimbulkan kerumitan bentuk yang cukup unik pada museum
ini.
 Bangunan ini menggunakan struktur rangka batang dengan perpaduan
antara baja WF dan baja siku. Lalu pada strukturnya juga menggunakan
sistem struktur seismik (anti gempa) karena daerah tersebut merupakan
daerah rawan gempa. Denah anti fungsional pada royal ontario museum
tercipta adanya sirkulasi dan ruang mati pada sisi-sisi sudut
bangunannya.
 Denah ini merupakan kombinasi antara bangunan baru dengan bangunan
lama yang bangunannya menyatu tanpa ada terpisah dari bangunan lama.
Yang merupakan anti fungsional pada denah ini dapat dilihat dari adanya
ruang bebas pada setiap sudut-sudut bangunan.
 Bangunan ini menggunakan material panel baja dan kaca pada fasad
bangunannya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, bangunan


Contemporary Jewish Museum ini merupakan bangunan Arsitektur
Dekonstruksi dikarenakan perancangan bangunan ini menggunakan ciri-
ciri arsitektur dekonstruksi.

59

Anda mungkin juga menyukai