Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat Nyalah
kami dapat menyelesaikan Tugas Ilmu Lingkungan ini dengan tepat waktu. Laporan Tugas
ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam mata kuliah Ilmu Lingkungan
Program Study Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Warmadewa.

Pembuatan Tugas Ilmu Lingkungan ini tentunya terdapat beberapa kendala, namun
dengan kerja keras dan kegigihan maka kami dapat melewati kendala tersebut. Tentunya
dalam penyelesaian Tugas Ilmu Lingkungan ini kami memperoleh bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami berterimakasih khususnya kepada
Bapak Ir.I Wayan Muliawan, MT selaku dosen mata kuliah Ilmu Lingkungan yang telah
memberikan tugas ini.

Kami menyadari kurang sempurnanya laporan Tugas Ilmu Lingkungan ini baik dari
segi isi maupun metode penulisan, maka dari itu kritik dan saran sangat diperlukan demi
kesempurnaan laporan Tugas Ilmu Lingkungan ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada pembaca dan semoga laporan Tugas
Ilmu Lingkungan ini dapat memberikan edukasi.

Denpasar, 15 Januari 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI.......................................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat.................................................................................................2
BAB 2 LANDASAN TEORI.................................................................................................3
2.1 Pengertian Sampah..................................................................................................3
2.2 Pengertian Tempat Sampah.....................................................................................4
2.3 Dampak Positif Dan Negatif Yang Di Timbulkan Oleh TPS Terhadap Lingkungan
6
2.4 Cara Mengelola Sampah Di TPS.............................................................................7
2.5 Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Sampah........................................7
2.6 Kondisi Pengelolaan Sampah Saat Ini...................................................................9
2.7 Model Pengelolaan Masalah Sampah Perkotaan Dan Perdesaan..........................11
BAB 3 METODELOGI......................................................................................................14
3.1 Lokasi Survey.............................................................................................................14
3.2 Objek Survey..............................................................................................................14
3.3 Jenis Data....................................................................................................................14
3.4 Teknik Pengumpulan Data..........................................................................................15
3.4.1 Teknik Observasi.................................................................................................15
BAB 4 PEMBAHASAN.....................................................................................................16
BAB 5 PENUTUP...............................................................................................................19
5.1 Kesimpulan............................................................................................................19
5.2 Saran......................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup
masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan keberagaman
karakteristik sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis
bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang
pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar terhadap
kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan. Meningkatnya volume timbulan
sampah memerlukan pengelolaan. Pengelolaan sampah yang tidak mempergunakan
metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan selain akan dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan juga akan sangat mengganggu
kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungam pemukiman, hutan, persawahan,
sungai dan lautan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa


kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Pengelolaan sampah dimaksudkan adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Berdasarkan
sifat fisik dan kimianya sampah dapat digolongkan menjadi: 1) sampah ada yang
mudah membusuk terdiri atas sampah organik seperti sisa sayuran, sisa daging, daun
dan lain-lain; 2) sampah yang tidak mudah membusuk seperti plastik, kertas, karet,
logam, sisa bahan bangunan dan lain-lain; 3) sampah yang berupa debu/abu; dan 4)
sampah yang berbahaya (B3) bagi kesehatan, seperti sampah berasal dari industri dan
rumah sakit yang mengandung zat-zat kimia dan agen penyakit yang berbahaya.

Untuk mewujudkan kota bersih dan hijau, pemerintah telah mencanangkan


berbagai program yang pada dasarnya bertujuan untuk mendorong dan meningkatkan
kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sampah. Program Adipura misalnya pada
tahun 2007 telah mampu mengantarkan Provinsi Bali menjadi Provinsi Adipura
karena semua kabupaten dan kota di Bali telah berhasil mendapatkan Anugerah
Adipura. Walaupun telah mendapat adipura bukan berarti tidak terdapat
permasalahan sampah, Apresiasi pemerintah dan masyarakat selalu dituntut untuk
melakukan pengelolaan sampah sehingga pada gilirannya sampah dapat diolah secara
mandiri dan menjadi sumberdaya. Mencermati penomena di atas maka sangat

1
diperlukan model pengelolaan sampah yang baik dan tepat dalam upaya mewujudkan
perkotaan dan perdesaan yang bersih dan hijau di Provinsi Bali.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Dari Sampah ?
2. Apa Pengertian Tempat Sampah ?
3. Bagaimana Dampat Positif Dan Negative Dari TPS ?
4. Bagaimana Cara Mengelola Sampah Yang Berada Di TPS ?
5. Apa Saja Factor Yang Mempengaruhi Pengelolaan Sampah ?
6. Bagaimana Kondisi Pengelolaan Sampah Saat Ini ?
7. Bagaimana Model Pengelolaan Sampah Di Perkotaan Dan Pedesaan ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan utama dari kegiatan ini yaitu untuk:
1. Mengetahui teknik pengelolahan sampah yang ada di TPS.
2. Untuk mengetahui apakah jarak antara TPS dengan pemukiman, jarak TPS
dengan sumber air bersih, jarak TPS dengan sungai/ pantai sudah sesuai dengan
peraturan yang ada atau tidak.
3. Untuk mengetahui sarana dan prasarana yang tersedia pada TPS tersebut.
4. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pencemaran lingkungan yang ditimbulkan
oleh keberadaan TPS tersebut.
5. Untuk mengetahuiu tingkat kepadatan vektor.

Selain itu Manfaat kegiatan observasi ke TPS juga bertujuan untuk


mengetahui kelayakan dari TPS sebagai tempat pengelolaan sampah dan untuk
mengetahui masalah apa saja yang sedang dihadapi oleh TPS, sehingga dapat
ditentukan solusi yang tepat untuk dapat menyelesaikan masalah terkait.

2
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sampah
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya,
dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya
produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung.
Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka
sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya. Selain itu, Sampah adalah sumber daya
yang tidak siap pakai (Radyastuti, W. Prof.Ir. 1996) dan menurut Basriyanta, MT,
sampah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh
pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dimanfaatkan kalau dikelola dengan
prosedur yang benar. Jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam,
ada yang berasal dari rumah tangga, sampah industri, sampah dari pasar, sampah
rumah sakit, sampah pertanian, perkebunan dan peternakan serta sampah dari
institusi/kantor/sekolah dll.

Berdasarkan asalnya sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu

1. Sampah organic
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati
yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini
dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar
merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur,
sisa-sisa makanan, pembungkus (selain ketas, karet dan plastik), tepung, sayuran,
kulit buah, daun dan ranting.

2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik yakni sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non
hayati, baik sebagai produk sintetik maupun hasil pengolahan teknologi bahan
tambang, hasil olahan baan hayati dan sebagainya. Sampah anorganik dibedakan
menjadi :

a. sampah logam dan produk-produk olahanya

b. sampah plastic

c. sampah kertas

3
d. sampah kaca dan keramik,

e. sampah deterjen

Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diurai oleh


alam/mikroorganisme (unbiodegradable). Sedang sebagian lainnya hanya dapat
diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga
misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik dan kaleng.

Sedangkan sesuai dengan UU No.18 Tahun 2008 tentang pengelolaan


sampah, sampah dibedakan menjadi :

a. sampah rumah tangga;

Sampah rumah tangga merupakan sampah yang berasal dari kegiatan


sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

b. sampah sejenis sampah rumah tangga; dan

Sampah sejenis sampah rumah tangga merupakan sampah yang berasal dari
kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas
umum, dan/atau fasilitas lainnya.

c. sampah spesifik.

Sampah spesifik meliputi:

i. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun.

ii. sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya danberacun.

iii. sampah yang timbul akibat bencana.

iv. puing bongkaran bangunan.

v. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau

vi. sampah yang timbul secara tidak periodi

4
2.2 Pengertian Tempat Sampah
Tempat sampah (bahasa Inggris: waste container) adalah tempat untuk
menampung sampah secara sementara, yang biasanya terbuat dari logam atau plastik.
Di dalam ruangan, tempat sampah umumnya disimpan di dapur untuk membuang
sisa keperluan dapur seperti kulit buah atau botol. Ada juga tempat sampah khusus
kertas yang digunakan di kantor. Beberapa tempat sampah memiliki penutup pada
bagian atasnya untuk menghindari keluarnya bau yang dikeluarkan sampah.
Kebanyakan harus dibuka secara manual, namun saat ini sudah banyak yang
menggunakan pedal untuk memudahkan membuka tutup tempat sampah.Tempat
sampah dalam ruangan umumnya dilapisi kantong untuk memudahkan pembuangan
sehingga tidak perlu memindahkan tempat sampah ketika sudah penuh, cukup
dengan membawa kantong yang melapisi tempat sampah lalu menggantinya dengan
yang baru. Hal ini memudahkan pembuangan sampah. Beberapa tempat umum
seperti taman memiliki tempat sampah yang ditempatkan di sisi sepanjang jalan yang
secara frekuentif dapat ditemukan di sisi sepanjang jalan. Hal ini untuk menghindari
kebiasaan membuang sampah sembarangan yang dapat mengganggu keindahan dan
kesehatan lingkungan serta etika sosial.
Di masa lalu, teroris biasa menaruh bom di tempat sampah logam. Hal ini
menjadikan bom sulit ditemukan. Ledakannya juga dapat memecah material tempat
sampah yang membuat ledakan menjadi lebih berbahaya. Atas alasan ini, tidak ada
tempat sampah di kebanyakan stasiun kereta api, bandara, dan pusat perbelanjaan di
Inggris. Jika ada, hal itu hanya kantong yang tergantung dan terbuat dari tali logam.
Semua sampah yang dikumpulkan umumnya diangkut menggunakan truk sampah
untuk dibawa ke insinerator, tempat pembuangan, atau penghancur sampah. Di
beberapa tempat juga ada pelayanan daur ulang, dengan satu atau lebih tempat
sampah yang dikhususkan untuk didaur ulang. Tempat sampah khusus ini dicirikan
(umumnya dengan warna) sesuai kategorinya yang menentukan sampah jenis apa
yang boleh dimasukkan. Material yang disediakan tempat sampahnya diantaranya
sampah jenis kertas, kaca, logam, plastik, dan sampah yang dapat dikomposkan.
Tempat pembuangan akhir (TPS) atau tempat pembuangan sampah (TPS) ialah
tempat untuk menimbun sampah dan merupakan bentuk tertua perlakuan sampah.
TPS dapat berbentuk tempat pembuangan dalam (di mana pembuang sampah
membawa sampah di tempat produksi) begitupun tempat yang digunakan oleh
produsen. Dahulu, TPS merupakan cara paling umum untuk limbah buangan
terorganisir dan tetap begitu di sejumlah tempat di dunia. Sejumlah dampak negatif
5
dapat ditimbulkan dari keberadaan TPS. Dampak tersebut bisa beragam: musibah
fatal (mis., burung bangkai yang terkubur di bawah timbunan sampah); kerusakan
infrastruktur (mis., kerusakan ke akses jalan oleh kendaraan berat); pencemaran
lingkungan setempat (seperti pencemaran air tanah oleh kebocoran dan pencemaran
tanah sisa selama pemakaian TPS, begitupun setelah penutupan TPS); pelepasan gas
metana yang disebabkan oleh pembusukan sampah organik (metana adalah gas
rumah kaca yang berkali-kali lebih potensial daripada karbon dioksida, dan dapat
membahayakan penduduk suatu tempat); melindungi pembawa penyakit seperti tikus
dan lalat, khususnya dari TPS yang dioperasikan secara salah, yang umum di Dunia
Ketiga; jejas pada margasatwa; dan gangguan sederhana (mis., debu, bau busuk,
kutu, atau polusi suara).
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Selanjutnya yang dimaksud dengan sampah spesifik adalah sampah
yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
Sementara menurut Slamet (2002), sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia
atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau
anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak
berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.

2.3 Dampak Positif Dan Negatif Yang Di Timbulkan Oleh TPS Terhadap
Lingkungan
Banyak dampak yang dapat timbul akibat keberadaan sebuah TPS,ada
dampak yang di timbulkan bersifat positif,ad juga yang bersifat negatif:
1. Beberapa dampak positif yang dapat timbul dari keberadaan TPS yaitu :
Banyaknya tumpukan sampah anorganik di TPS,telah menimbulkan inisiatif
baru dalam sektor ekonomi bagi masyarakat di sekitar TPS,mereka menganggab
tumpukan sampah tersebut adalah lahan perekonomian yang sangat
produktif,dengan cara mengumpulkan sampah-sampah anorganik,seperti plastik,atau
barang-barang bekas yang tidak mudah mudah hancur,plastik dan barang bekas
tersebut telah mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari,bahkan
menurut tanggapan masyarakat yang ada di sekitar sana,penghasilan yang mereka
dapatkan dari TPS dengan cara mengumpulkan plastik dan barang bekas lebih dari
cukup. Bahkan ada masyarakat sekitar yang mau meninggalkan usaha dagangan

6
nya,karna mereka beranggapan TPS lebih mampu memenuhi kebutuhan
perekonomian mereka sehari-hari.
2. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari keberadaan TPS. yaitu :
a. musibah fatal contohnya burung bangkai yang terkubur di bawah timbunan
sampah akan menimbulkan bau busuk dan merusak tanah.
b. kerusakan infrastruktur contohnya kerusakan ke akses jalan oleh kendaraan
berat yang mengangkut sampah ke TPS tersebut.minimal setiap harinya ada
30 truk pengangkut sampah yang masuk ke TPS, dan sudah pasti lama-
kelamaan akan menimbulkan kerusakan pada jalan yang di laluinya.
c. pencemaran lingkungan setempat seperti pencemaran air tanah oleh
kebocoran dan pencemaran tanah sisa selama pemakaian TPS, begitupun
setelah penutupan TPS
d. pelepasan gas metana yang disebabkan oleh pembusukan sampah organik,
metana adalah gas rumah kaca yang berkali-kali lebih potensial daripada
karbon dioksida, dan dapat membahayakan penduduk suatu tempat.
e. gangguan sederhana contohnya debu, bau busuk, kutu, atau polusi suara).

2.4 Cara Mengelola Sampah Di TPS


Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,
pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya d
ikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau
keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya
alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan
metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.
Praktek pengelolaan sampah berbeda beda antara Negara maju dan negara
berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan , berbeda
juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak
berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan
industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.

Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal ,


diantaranya tipe zat sampah , tanah yg digunakan untuk mengolah dan ketersediaan
area. Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan:
7
a. mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis
b. mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi
lingkungan hidup

2.5 Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Sampah


Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Dari sudut
pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah
tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah
tersebut tidak menjadi medium perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat
lainnya yang harus dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak
menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetis), tidak menimbulkan kebakaran
dan yang lainnya ( Aswar, 1986).

Meningkatnya volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat urban


dapat disaksikan dari Kota Denpasar, yaitu pada tahun 2002 rata-rata produksi
sampah sekitar 2.114 m3/hari yang bersumber dari sampah rumah tangga, sampah
sejenis sampah rumah tangga, dan sampah spesifik. Dalam jangka waktu 4 tahun,
yaitu tahun 2006, jumlah produksi sampah telah meningkat menjadi 2.200 m 3/hari
(Tim Kota Sanitasi Kota Denpasar, 2007). Sementara itu, rendahnya pengetahuan,
kesadaran, dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi suatu
permasalahan yang perlu mendapat perhatian dalam pengelolaan lingkungan bersih
dan sehat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan sampah di antaranya: (1)


sosial politik, yang menyangkut kepedulian dan komitment pemerintah dalam
menentukan anggaran APBD untuk pengelolaan lingkungan (sampah), membuat
keputusan publik dalam pengelolaan sampah serta upaya pendidikan, penyuluhan
dan latihan keterampilan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan sampah, (2) Aspek Sosial Demografi yang meliputi sosial
ekonomi (kegiatan pariwisata, pasar dan pertokoan, dan kegiatan rumah tangga, (3)
Sosial Budaya yang menyangkut keberadaan dan interaksi antarlembaga desa/adat,
aturan adat (awig-awig), kegiatan ritual (upacara adat/keagamaan), nilai struktur
ruang Tri Mandala, jiwa pengabdian sosial yang tulus, sikap mental dan perilaku
warga yang apatis, (4) keberadan lahan untuk tempat penampungan sampah, (5)
finansial (keuangan), (6) keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan (5)

8
kordinasi antarlembaga yang terkait dalam penanggulangan masalah lingkungan
(sampah).

Pengelolaan sampah perkotaan juga memiliki faktor-faktor pendorong dan


penghambat dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sampah. Menurut hasil penelitian Nitikesari (2005) faktor-faktor tersebut di
antaranya adalah tingkat pendidikan, penempatan tempat sampah di dalam rumah,
keberadaan pemulung, adanya aksi kebersihan, adanya peraturan tentang
persampahan dan penegakan hukumnya. Tingkat partisipasi masyarakat perkotaan
(Kota Denpasar) dalam menangani sampah secara mandiri masih dalam katagori
sedang sampai rendah, masyarakat masih enggan melakukan pemilahan sampah.

Sampah semakin hari semakin sulit dikelola, sehingga disamping kesadaran


dan partisipasi masyarakat, pengembangan teknologi dan model pengelolaan
sampah merupakan usaha alternatif untuk memelihara lingkungan yang sehat dan
bersih serta dapat memberikan manfaat lain.

2.6 Kondisi Pengelolaan Sampah Saat Ini


Berdasarkan data SLHD Bali (2005) tampak bahwa pada saat ini sampah
sulit dikelola karena berbagai hal, antara lain:

1. Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan


masyarakat untuk mengelola dan memahami porsoalan sampah,
2. Menigkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan
keselarasan pengetahuan tentang sampah
3. Meningkatnya biaya operasional pengelolaan sampah
4. Pengelolaan sampah yang tidak efisien dan tidak benar menimbulkan
permasalahan pencemaran udara, tanah, dan air serta menurunnya estetika
5. Ketidakmampuan memelihara barang, mutu produk teknologi yang rendah
akan mempercepat menjadi sampah.
6. Semakin sulitnya mendapat lahan sebagai tempat pembuangan ahir sampah.
7. Semakin banyaknya masyarakat yang keberatan bahwa daerahnya dipakai
tempat pembuangan sampah.
8. Sulitnya menyimpan sampah yang cepat busuk, karena cuaca yang panas.
9. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya dan memelihara kebersihan.
10. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini
kebanyakan sampah dikelola oleh pemerintah.

Penanganan sampah yang telah dilakukan adalah pengumpulan sampah dari


sumber-sumbernya, seperti dari masyarakat (rumah tangga) dan tempat-tempat
9
umum yang dikumpulkan di TPS yang telah disediakan. Selanjutnya diangkut
dengan truk yang telah dilengkapi jarring ke TPS. Bagi daerah-daerah yang belum
mendapat pelayanan pengangkutan mengingat sarana dan prasara yang terbatas telah
dilakukan pengelolaan sampah secara swakelola dengan beberapa jenis bantuan
fasilitas pengangkutan. Bagi Usaha atau kegiatan yang menghasilkan sampah lebih
dari 1 m3/hari diangkut sendiri oleh pengusaha atau bekerjasama dengan pihak
lainnya seperti desa/kelurahan atau pihak swasta. Penanganan sampah dari sumber-
sumber sampah dengan cara tersebut cukup efektif.

Beberapa usaha yang telah berlangsung di TPS untuk mengurangi volume


sampah, seperti telah dilakukan pemilahan oleh pemulung untuk sampah yang dapat
didaur ulang. Ini ternyata sebagai matapencaharian untuk mendapatkan
penghasilan. Terhadap sampah yang mudah busuk telah dilakukan usaha
pengomposan. Namun usaha tersebut masih menyisakan sampah yang harus
dikelola yang memerlukan biaya yang tinggi dan lahan luas. Penanganan sisa
sampah di TPS sampai saat ini masih dengan cara pembakaran baik dengan
insenerator atau pembakaran di tempat terbuka dan open dumping dengan
pembusukan secara alami. Hal ini menimbulkan permasalahan baru bagi
lingkungan, yaitu pencemaran tanah, air, dan udara.

Pengelolaan sampah dimasa yang akan datang perlu memperhatikan


berbagai hal seperti:

1. Penyusunan Peraturan daerah (Perda) tentang pemilahan sampah.


2. Sosialisasi pembentukan kawasan bebas sampah, seperti misalnya tempat-
tempat wisata, pasar, terminal, jalan-jalan protokol, kelurahan, dan lain
sebagainya.
3. Penetapan peringkat kebersihan bagi kawasan-kawasan umum.
4. Memberikan tekanan kepada para produsen barang-barang dan konsumen untuk
berpola produksi dan konsumsi yang lebih ramah lingkungan.
5. Memberikan tekanan kepada produsen untuk bersedia menarik (membeli)
kembali dari masyarakat atas kemasan produk yang dijualnya, seperti
bungkusan plastik, botol, alluminium foil, dan lain lain.
6. Peningkatan peran masyarakat melalui pengelolaan sampah sekala kecil, bisa
dimulai dari tingkat desa/kelurahan ataupun kecamatan, termasuk dalam hal
penggunaan teknologi daur ulang, komposting, dan penggunaan incenerator.
7. Peningkatan efektivitas fungsi dari TPS.
8. Mendorong transformasi (pergeseran) pola konsumsi masyarakat untuk lebih
menyukai produk-produk yang berasal dari daur ulang.
10
9. Pengelolaan sampah dan limbah secara terpadu.
10. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait baik di pusat maupun daerah,
LSM, Perguruan Tinggi untuk peningkatan kapasitas pengelolan limbah
perkotaan.
11. Melakukan evaluasi dan monitoring permasalahan persampahan dan
pengelolaannya, kondisi TPS dari aspek lingkungan, pengembangan penerapan
teknologi yang ramah lingkungan.
12. Optimalisasi pendanaan dalam pengelolaan sampah perkotaan, pengembangan
sistem pendanaan pengelolaan sampah.
13. Konsistensi pelaksanaan peraturan perundangan tentang persampahan dan
lingkungan hidup.
14. Meningkatkan usaha swakelola penanganan sampah terutama sampah yang
mudah terurai ditingkat desa/kelurahan.
15. Memberikan fasilitasi, dorongan, pendampingan/advokasi kepada masyarakat
dalam upaya meningkatkan pengelolaan sampah.

Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar dan Tabanan telah melakukan


kerjasama dalam usaha pengelolaan sampah secara terpadu yang berorientasi pada
teknologi. Pengelolaan sampah dengan pendekatan teknologi diharapkan
penanganan sampah lebih cepat, efektif dan efisien serta dapat memberikan manfaat
lain.

2.7 Model Pengelolaan Masalah Sampah Perkotaan Dan Perdesaan


Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pada Pasal 5 UU Pengelolan
Lingkungan Hidup No.23 Th.1997, bahwa masyarakat berhak atas Lingkungan
hidup yang baik dan sehat. Untuk mendapatkan hak tersebut, pada Pasal 6
dinyatakan bahwa masyarakat dan pengusaha berkewajiban untuk berpartisipasi
dalam memelihara kelestarian fungsi lingkungan, mencegah dan menaggulangi
pencemaran dan kerusakan lingkungan. Terkait dengan ketentuan tersebut, dalam
UU NO. 18 Tahun 2008 secara eksplisit juga dinyatakan, bahwa setiap orang
mempunyai hak dan kewajiban dalam pengelolaan sampah. Dalam hal pengelolaan
sampah pasal 12 dinyatakan, setiap orang wajib mengurangi dan menangani sampah
dengan cara berwawasan lingkungan. Masyarakat juga dinyatakan berhak
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, pengelolaan dan pengawasan di
bidang pengelolaan sampah. Tata cara partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sampah dapat dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan tatanan sosial
budaya daerah masing-masing. Berangkat dari ketentuan tersebut, tentu menjadi
11
kewajiban dan hak setiap orang baik secara individu maupun secara kolektif,
demikian pula kelompok masyarakat pengusaha dan komponen masyarakat lain
untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sampah dalam upaya untuk menciptakan
lingkungan perkotaan dan perdesaan yang baik, bersih, dan sehat. Beberapa
pendekatan dan teknologi pengelolaan dan pengolahan sampah yang telah
dilaksanakan antara lain adalah:

1. Teknologi Komposting
Pengomposan adalah salah satu cara pengolahan sampah,
merupakan proses dekomposisi dan stabilisasi bahan secara biologis dengan
produk akhir yang cukup stabil untuk digunakan di lahan pertanian tanpa
pengaruh yang merugikan (Haug, 1980). Penelitian yang dilakukan oleh
Wahyu (2008) menemukan bahwa pengomposan dengan menggunakan
metode yang lebih modern (aerasi) mampu menghasilkan kompos yang
memiliki butiran lebih halus, kandungan C, N, P, K lebih tinggi dan pH,
C/N rasio, dan kandungan Colform yang lebih rendah dibandingkan dengan
pengomposan secara konvensional.
2. Teknologi Pembuatan Pupuk Kascing
3. Pengolahan sampah menjadi listrik.
Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar dan Tabanan telah
melakukan kerjasama dalam usaha pengelolaan sampah secara terpadu yang
berorientasi pada teknologi dalam suatu Badan Bersama yaitu
SARBAGITA. Teknologi yang direncanakan yaitu teknologi GALFAD
(gasifikasi landfill dan anaerobic digestion). Pengelolaan sampah dengan
pendekatan teknologi diharapkan penanganan sampah lebih cepat, efektif
dan efisien serta dapat memberikan manfaat lain.
4. Pengelolaan sampah mandiri
Pengolahan sampah mandiri adalah pengolahan sampah yang
dilakukan oleh masyarakat di lokasi sumber sampah seperti di rumah-rumah
tangga. Masyarakat perdesaan yang umumnya memiliki ruang pekarangan
lebih luas memiliki peluang yang cukup besar untuk melakukan pengolahan
sampah secara mandiri. Model pengelolaan sampah mandiri akan
memberikan manfaat lebih baik terhadap lingkungan serta dapat
mengurangi beban TPS. Pemilahan sampah secara mandiri oleh masyarakat

12
di Kota Denpasar masih tergolong rendah yakni baru mencapai 20%
(Nitikesari, 2005).
2. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat
a. Berbagai masalah yang dihadapi masyarakat dalam pengelolaan
sampah pemukiman kota yang ada di Desa Seminyak, Sanur Kauh dan
Sanur Kaja, dan Desa Temesi Gianyar, yaitu: masalah pengadaan
lahan untuk lokasi devo, terbatasnya peralatan teknologi dan
perawatannnya, terbatasnya dana untuk perekrutan tenaga kerja baru
yang memadai, produksi kompos yang masih rendah, sulit dan
terbatasnya pemasaran kompos sehingga secara ekonomi pengelola
cendrung mengalami defisit.
b. Model pengelolaan sampah pemukiman kota yang berbasis sosial
kemasyarakatan dapat dilakukan secara adaptif dengan
memperhatikan aspek karakteristik sosial dan budaya masyarakat,
aspek ruang (lingkungan), volume, dan jenis sampah yang dihasilkan.

Pola pengelolaan sampah berbasis masyarakat sebaiknya dilakukan secara


sinergis (terpadu) dari berbagai elemen (Desa, pemerintah, LSM, pengusaha/swasta,
sekolah, dan komponen lain yang terkait) dengan menjadikan komunitas lokal
sebagai objek dan subjek pembangunan, khususnya dalam pengelolaan sampah
untuk menciptakan lingkungan bersih, aman, sehat, asri, dan lestari

Undang-Undang tentang pengelolaan sampah telah menegaskan berbagai


larangan seperti membuang sampah tidak pada tempat yang ditentukan dan
disediakan, membakar sampah yang tidak sesaui dengan persyaratan teknis, serta
melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di TPS. Penutupan
TPS dengan pembuangan terbuka harus dihentikan dalam waktu 5 tahun setelah
berlakunya UU No. 18 Tahun 2008. Dalam upaya pengembangan model
pengelolaan sampah perkotaan harus dapat melibatkan berbagai komponen
pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, pengusaha, LSM, dan
masyarakat. Komponen masyarakat perkotaan lebih banyak berasal dari pemukiman
(Desa Pakraman dan Dinas), sedangkan di perdesaan umumnya masih sangat erat
kaitannya dengan keberadaan kawasan persawahan dengan kelembagaan subak yang
mesti dilibatkan. Pemilihan model sangat tergantung pada karakteristik perkotaan
dan perdesaan serta karakteristik sampah yang ada di kawasan tersebut.

13
BAB 3
METODELOGI
3.1 Lokasi Survey
Lokasi survey yang kita lakukan bertempat di wilayah Kelurahan Peguyangan kaja,
kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar.

Gambar wilayah Kelurahan Peguyangan Kaja, Kec. Denpasar Utara, Kota Denpasar

3.2 Objek Survey

Objek dalam melakukan survey ini kami memantau keadaan lingkungan di wilayah
Kelurahan Peguyangan Kaja, terutama dalam keadaan sampah, prilaku masyarakat
terhadap sampah, dan keadaan lingkungan yang di pengaruhi oleh sampah.

3.3 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penyusunan laporan kuliah lapangan rekayasa pantai
adalah sebagai berikut:

1. Data Primer
14
Data primer adalah data yang diperoleh melalui proses peninjauan langsung
ke lapangan dengan meninjau langsung kondisi sampah di lingkungan wilayah
Kelurahan Sumerta. Data ini berupa hasil wawancara Kepala Lurah dan
pengamatan langsung.

2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari jurnal, buku, serta browsing
dari internet. Data ini berupa Landasan Teori yang di gunakan untuk
melengkapi laporan ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


3.4.1 Teknik Observasi

Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang


tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun
juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi
(situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk
mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan
dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.

Dalam melakukan survey ini kami mencari data dengan cara


melakukan wawancara dengan salah satu petugas kebersihan swakelola di
wilayah Kelurahan Sumerta dan mengamati langsung kondisi lingkungan di
wilayah tersebut.

15
BAB 4
PEMBAHASAN

No. Materi Pengamatan Keterangan

1 Adakah TPS di daerah Observasi Tidak ada TPS Umum


Di setiap depan rumah warga
2 Alamat TPS yang di Observasi terdekat dengan jalan yang kemudian
di angkut oleh swakelola
3 Jarak TPS dengan jalan umum Di pinggir badan jalan
4 Jarak TPS dengan ruwah warga 1-3 km
3
5 Daya tampung sampah di TPS Kurang lebih 8 m
6 TPS mampu menampung sampah domestik 90-100 rumah
7 Kondisi fisik TPS Lumayan Baik
8 Kondisi sampah pada TPS Sebagian kecil sampah tercecer

PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH


No
Materi Pengamatan Keterangan
.
Semua warga sekitar TPS yang membuang
1 Iya
sampah di TPS
Karena memang lokasi TPS yang
Alasan warga tidak membuang sampah di Jauh, dan warga memanfaatkan
2
TPS swakelola untuk pengangkutan
sampah
Dibungkus dengan kantung plastic
3 Sampah yang di buang
dan tong sampah
Warga paling sering membuang sampah di
4 Sore saja
TPS pada waktu

16
Ada pungutan / iuran yang dibayar oleh
5 warga sekitar TPS untuk kebersihan dan Ada, setiap bulan Rp 50.000
pengangkutan sampah

MATERI SAMPAH DOMESTIK


No. Materi Pengamatan Keterangan

Sisa makanan, sisa sayuran, kertas,


1 Bahan sampah terdiri dari plastic, beling, logam, dan bekas
perabotan rumah tanngga

Sisa sayuran, sisa makanan dan


2 Bahan sampah yang paling dominan
plastic

3 Kondisi air pada sampah Kering dan basah


4 Kondisi bahan-bahan organik sampah Belum busuk
5 Pemulung di area TPS Ada pemulung
6 Pemanfaatan sampah oleh pemulung Di jual kembali
7 Hewan mencari makan di TPS Jarang
8 Hewan yang sering mencari makan di TPS Anjing
Kondisi sampah di TPS akibat adanya
9 Berserakan dan kotor
pemulung

PENGELOLAAN SAMPAH OLEH PETUGAS PEMERINTAH DAERAH


No. Materi Pengamatan Keterangan

1 Petugas pemungut sampah Tidak


Karena swakelola di daerah sudah
sangat baik dan warga berpartisipasi
2 Alasannya ?
baik dengan adanya swakelola
tersebut.
3 Petugas pemungut sampah datang setiap Dua kali Seminggu

4 Waktu pemungutan sampah oleh petugas 16.00 WITA - selesai

5 Sampah terangkut Semua sampah terangkut

17
Daya tampung motor bak yang tidak
5 Alasan sampah tidak terangkut
muat
Masih ada sisa sampah yang
6 Kondisi TPS setelah sampah di angkut
tercecer
No. Materi Pengamatan Keterangan

7 Sampah tidak terangkut Tidak ada


Lokasi penampungan samapah yang
8 Ke lokasi TPA Suwung
diangkut petugas
Petugas pengangkut sampah menggunkan Motor bak/Truck, Sarung tangan,
10
alat sepatu, dan sekop

KESAN MASYARAKAT TERHADAP SAMPAH DI TPS


No. Materi Pengamatan Keterangan
Warga di sekitar TPS khawatir resiko akibat
1 Tidak ada
sampah di TPS
Alasan warga tidak khawatir dengan sampah Petugas pengangkut sampah tepat
2
di TPS waktu dalam pengambilan sampah.
Di mohon untuk menyiapkan petugas
3 Saran untuk kedepannya
dari desa agar biaya lebih murah.

Kelurahan peguyangan Kaja juga dibantu oleh pemerintah untuk masalah


sampah yang berupa DLHK (Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan) Kota Denpasar
tetapi hanya untuk rumah warga yang berada di pinggir jalan raya dikarenakan truk
kontainer sampah tidak bisa masuk rumah warga yang berada pada jalan yg sempit.
Jadi untuk rumah warga yang berada di luar jangkauan DLHK Denpasar dibantu
oleh swakelola daerah peguyangan kaja.

18
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Yang kami dapat simpulkan daalam survey ilmu lingkungan terhadap


sampah di lingkungan wilayah Kelurahan Peguyangan kaja. Keadaan sampah di
lingkungan Kelurahan Sumerta cukup terkendali dan wilayah Kelurahan sudah
terlihat bersih, Tetapi di lingkungan Kelurahan Sumerta tidak ada TPA umum,
menurut kepala desa untuk TPA daerah Peguyangan Kaja masih dalam proses
perencanaan dikarenakan belum ada lahan yang cocok utuk membangun TPA karena
ada beberapa warga keberatan bila dibangun TPA berdekatan dengan rumah mereka.
Jadi setiap warga atau masyarakat yang ingin membuang sampah cukup menaruh di
depan rumah dan kemudian akan di ambil dan di angkut oleh tenaga petugas
swakelola atau DLHK Denpasar yang sudah di manfaatkan, dan kemudian petugas
tersebut akan mengangkut sampah yang terkumpul ke TPA Suwung.
Pengambilan sampah oleh petugas di lakukan 2 kali dalam Seminggu untuk
Swakelola dan Setiap hari untuk DLHK yaitu pada 14.00 wita pada sore hari. Dalam
pengambilan sampah ini setiap warga yang sampahnya di ambil membayar iyuran
sebesar Rp. 50.000 per bulan oleh petugas itu perbulannya. Sampah yang
mendominan adalah sampah sisa rumah tangga, kertas, dan plastic. Dalam
pengangkutan sampah petugas sudah sangat baik melakukan tugasnya karena dalam
pemungutan sampah petugas tidak pernah terlambat dan dalam bertugas petugas
juga tetap melakukan pengangkutan dengan baik hingga tidak ada sampah yang
tersisa sehingga masyarakat tidak ada yang mengeluh, namun masyarakat memberi
saran agar pihak Kelurahan menyediakan petugas sehingga biaya dapat lebih murah.

5.2 Saran

Kami ingin menyarankan warga di peguyangan kaja agar sadar akan


pentingnya ada TPA, dikarenakan TPA Suwung lama – kelamaan akan melebihi
Kapasitasnya jadi diperlukan TPA untuk bisa menampung sampah yang
dikumpulkan setiap hari di peguyangan kaja, sehingga Kepala desa Peguyangan kaja
bisa membuat sistem pengolahan sampah di daerah peguyangan kaja.

19
DAFTAR PUSTAKA
K Akbar (2015), “Pengertian Sampah”
http://eprints.polsri.ac.id/1638/2/BAB%202%20.pdf
Kencana Online (2007), “Mesin Pemecah Organik MPO”
https://kencanaonline.com/index.php?route=product/category&path=25
Muchlihin Riadi (2015), “Pengertian,Jenis dan Dampak Sampah”
https://www.kajianpustaka.com/2015/02/pengertian-jenis-dan-dampak-
sampah.html
LAMPIRAN

Gambar Kendraan Swakelola di Peguyangan Kaja

Gambar Tempat Pembuangan Sampah Sementara di Peguyangan Kaja


LAPORAN ILMU LINGKUNGAN
PENGOLAHAN SAMPAH YANG TERDAPAT DI
KELURAHAN PEGUYANGAN DENPASAR UTARA

OLEH :

KELAS : C1

I PUTU HADI AGASTIA (1661121026)


I PUTU RATA KESUMA (1661121035)
PUTU ADHI UPAYANA (1661121051)

JURUSAN TEKNIK

FAKULTAS TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS WARMADEWA

2019

Anda mungkin juga menyukai