Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TUGAS I
Nim : 201510410311161
Prodi Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki peluang yang pontesial dalam pencarian sumber obat baru dari
bahan alam. Negara tropis yang kaya sumber daya hayati ini memilik sekitar 30.000 spesies
tumbuhan dan kurang lebih 7.000 spesies di antaranya yang baru diketahui sebagai tanaman
berkhasiat obat. Indonesia adalah negara yang banyak ditumbuhi berbagai jenis tanaman
herbal. Potensi obat herbal atau obat-obatan yang berasal dari tumbuhan di Indonesia sangat
besar, di mana jumlahnya ada sekitar 7500 jenis (Anonim, 2012). Salah satu jenis tanaman
yang cukup banyak ditemui adalah tanaman golongan temu-temuan atau empon-empon
(Zingiberaceae). Selain banyak digunakan sebagai bumbu masakan dan minuman, rimpang
kencur (Kaempferia galanga L.) dimanfaatkan sebagai obat tradisional berbagai macam
penyakit seperti radang lambung, sakit kepala, batuk, dan diare (Departemen Kesehatan,
1981). Kencur merupakan tanaman tropis yang cocok untuk dibudidayakan diberbagai daerah
di Indonesia. Rimpang tanaman kencur dapat digunakan sebagai ramuan obat tradisional yang
berkhasiat mengobati berbagai macam penyakit misalnya masuk angin, radang lambung,
batuk, nyeri perut, panas dalam dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai
salah satu bumbu masakan, sehingga kencur banyak dibudidayakan sebagai hasil pertanian
yang diperdagangkan dalam jumlah yang besar. Rimpang kencur juga digunakan sebagai
bahan baku fitofarmaka, industri kosmetika, pembuatan minuman, rempah, serta bahan
campuran saus, dan industri rokok kretek.
Ekstrak merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Mengekstraksi senyawa aktif
dari simplisia nabati atau hewani dapat menggunakan beberapa metode ekstraksi. Pada
praktikum kali ini kita menggunakan metode ekstraksi menggunakan pelarut cara dingin
dengan metode maserasi.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini mahasiswa dapat :
1. Mahasiswa mampu melakukan ekstraksi dengan menggunakan metode maserasi
2. Mengetahui metode – metode ekstraksi dari pembuatan rimpang kencur
3. Mahasiswa mampu menetapkan kadar senyawa marker pada ekstrak rimpang kencur
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari uraian tersebut adalah:
1. Sebagai pengetahuan metode pembuatan ekstraksi rimpang kencur
2. Sebagai informasi prosedur pembuatan ekstrasi rimpang kencur untuk dipraktekan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan salah satu senyawa hasil isolasi rimoang kencur dengan bahan dasar
senyawa tabir surya terutama yang berasal dari alam dirasa sangat penting saat ini dimana
tidak hanya wanita saja yang memerlukan perlindungan kulit akan tetapi pria pun
memerlukan tabir surya untuk melindungi kulit agar tidak coklat atau hitam tersengat sinar
matahari (Barus, 2009).
EPMS juga merupakan senyawa aktif yang ditambahkan pada lotion atau bedak setelah
mengalami sedikit modifikasi yaitu perpanjangan rantai dimana etil dari ester ini diganti oleh
oktil, etil heksil ataupun heptil melalui transesterifikasi maupun esterifikasi bertahap.
Modifikasi yang dilakukan diharapkan mengurangi kepolaran EPMS sehingga kelarutannya
dalam air berkurang yang merupakan salah satu syarat senyawa sebagai tabir surya.
Dalam ekstraksi suatu senyawa yang harus diperhatikan adalah kepolaran antara lain
pelarut dengan senyawa yang diekstrak, keduanya harus memiliki kepolaran yang sama atau
mendekati sama. (Taufikhurohmah, 2008).
2.2 Ekstrak
Simplisia banyak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak
dapat larut, seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. Untuk memisahkan senyawa
aktif tersebut maka perlu dilakukan proses ekstraksi. Ekstraksi merupakan kegiatan atau
proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut (Agoes., 2007).
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan penyari simplisia menurut cara
yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus
menjadi serbuk (BPOM RI, 2010)
Menurut Depkes RI (2000), ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan
antara lain yaitu:
Cara Dingin:
a. Maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana. Istilah masteration berasal dari
bahasa latin macere, yang artinya merendam jadi. Jadi maserasi dapat diartikan sebagai
proses dimana obat yang sudah halus dapat memungkinkan untuk direndam dalam mesntrum
sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan
melarut (Ansel, 2008). Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperature
kamar terlindung dari cahaya, pelarut akan masuk ke dalam sel tanaman melewati dinding
sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan
di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh pelarut
dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut akan berulang sampai terjadi
keseimbangan antara larutan di dalam sel dan larutan di luar sel (Ansel, 1989). Maserasi
biasanya dilakukan pada temperatur 15°C - 20°C dalam waktu selama 3 hari sampai bahan-
bahan yang larut melarut (Ansel, 1989). Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10
bagian simplisia dengan derajat kehalusan yang cocok, dimasukkan ke dalam bejana
kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyair, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari,
terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari diserkai, ampas diperas.
Pada ampas ditambah cairan penyair secukupnya, diaduk dan diserkai sehingga diperoleh
seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup dan dibiarkan di tempat sejuk, terlindung
dari cahaya, selama 2 hari kemudian endapan dipisahkan.
b. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses penyarian serbuk simplisia dengan pelarut yang cocok dengan
melewatkan secara perlahan-lahan melewati kolom. Serbuk simplisia dimasukkan kedalam
perkolator, dengan cara mengalirkan cairan melalui kolom dari atas ke bawah melalui celah
untuk keluar ditarik oleh gaya berat seberat cairan dalam kolom. Pembaharuan bahan
pelarut secara terus-menerus sehingga memungkinkan berlangsungnya maserasi
bertingkat. Kekurangan dari metode ini adalah tidak boleh digunakan pada ekstrak yang
mengandung bahan yang bias mengembang atau pati/amylum (Ansel, 1989).
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk
menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator
disebut sari/perkolat, sedang sisa setelah dilakukannnya penyarian disebut ampas atau sisa
perkolasi (Tobo, 2001). Kecuali dinyatakan lain, perkolasi dilakukan sebagai berikut : 10
bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dibasahi dengan
2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, lalu dimasukkan ke dalam bejana tertutup
sekurang-kurangnya selama 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam
perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, dituangi dengan cairan penyari secukupnya
sambil cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari. Lalu
perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam (Tobo, 2001).
Cara perkolator lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena (Tobo, 2001) :
a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan
larutan yang konsentasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan
konsentrasi.
b. Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir
cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup
untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari, maka cara perkolasi
diganti dengan cara reperkolasi. Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak
dalam kadar yang maksimal (Tobo, 2001).
Bentuk perkolator ada 3 macam yaitu perkolator berbentuk tabung, perkolator
berbentuk paruh dan perkolator berbentuk corong. Pemilihan perkolator bergantung pada
jenis serbuk simplisia yang akan disari. Serbuk kina yang mengandung sejumlah besar zat
aktif yang larut, tidak baik bila diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat
akan segera menjadi pekat dan berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan ekstrak cair,
jumlah cairan penyari yang diperlukan untuk melarutkan zat aktif. Pada keadaan tersebut,
pembuatan sediaan digunakan perkolator lebar untuk mempercepat proses perkolasi (Tobo,
2001).
Cara Panas :
a. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90°C selama 15 menit. Universitas Sumatera Utara 8 Refluks Refluks
adalah proses penyarian simplisia pada temperatur titik didihnya menggunakan alat
dengan pendingin balik dalam waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi
menuju pendingin dan kembali ke labu.
b. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur tititk didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
c. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang pada
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dan
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
d. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik
didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-1000 C.
e. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-500 C.
Prosedur Kerja
Hasil maserasi di saring, tampung filtrat, dan dilakukan kembali maserasi dengan 1200 ml etanol
96% selama 24 jam
Disaring hasil maserasi, tampung filtrat, dan dialkukan kembali maserasi dengan 1200 ml
etanol 96% selama 24 jam
Kaliberasi labu pada rotavapor (berisi ekstrak), berikan tanda pada volume 400
ml
Filtrat dipekatkan dengan rotavapor hingga volume tersisa 400 ml (tanda kaliberasi). Kemudian
hasilnya dipindahkan kedalam loyang dan diratakan
Ditambahkan cab-o-sil sebanyak 5% dari ekstrak 20 g dengan ditaburkan sedikit demi sedikit
secara merata. Kemudian diamkan selama semalam (sampai kering)
Residu ditambahkan 600 ml etanol 96%, tutup mulut bejana dan lakukan)
selama 2 jam
Hasil maserasi disaring. Tampung filtrat dan dilakukan kembali maserasi dengan 1200 ml
etanol 96% pada residu selama 2 jam pada kecepatan yang sama
Hasil maserasi disaring. Tampung filtrat dan lakukan kembali maserasi dengan 1200 ml
etanol 96% pada residu selama 2 jam pada kecepatan yang sama
Kaliberasi labu pada rotavapor (berisi ekstrak), berikan tanda pada volume 400 ml
Filtrat yang terkumpul dipekatkan dengan rotavapor hingga volume tersisa 400 ml
(tanda kaliberasi). Kemudian hasilnya dipindahkan kedalam loyang dan diratakan
Ditimbang 50 g serbuk rimpang kencur, dimasukkan dalam bejana maserasi (erlenmeyer 250 ml)
Ditambahkan 200 ml etanol 96% pada masing-masing bejana maserasi (8 erlenmeyer), aduk sampai
serbuk terbasahi
Tutup bagian mulut bejana dengan alumunium, masukkan dalam bejana ultrasonik, dan digetarkan
selama 15 menit
Hasil maserasi disaring (8 erlenmeyer). Tampung filtrat dan lakukan kembali maserasi dengan getaran
ultrasonik dengan 200 ml etanol 96% pada masing-masing residu selama 15 menit
Hasil maserasi disaring. Tampung filtrat dan lakukan kembali maserasi dengan getaran ultrasonik
dengan 200 ml etanol 96% pada masing-masing residu selama 15 menit
Kaliberasi labu pada rotavapor (berisi ekstrak), berikan tanda pada volume 400 ml
Filtrat yang terkumpul dipekatkan dengan rotavapor hingga volume tersisa 400 ml (tanda
kaliberasi). Kemudian hasilnya dipindahkan kedalam loyang dan diratakan
Adrian, peyne, 2000. Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat”. Pusat
Penelitian. Universitas Negeri Andalas.
Anonim, 2012, World Health Statistic 2012: Cause-specific mortality and morbidity, WHO
Library Cataloguing in Publication Data
Ansel,H.C., (1989). Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press. Jakarta. Halaman 96,147.
Ansel, H. C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed IV, Alih bahasa Ibrahim, F. Jakarta :
UI Press.
Barus, Rosbina, 2009, Amidasi Etil p-Metoksi Sinamat yang Diisolasi dari Kencur (Kaempferia
galanga Linn.), Tesis, Kimia Pasca Sarjana, USU, Medan.
Badan POM RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Volume V, Edisi I, 112-117, Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan : Jakarta
.Departemen Kesehatan RI. 1981. Pemanfaatan Tanaman Obat Edisi-2. Jakarta: Depkes RI
Harborne, J.B., 1996, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan terbitan
kedua, Institut Teknologi Bandung : Bandung
Nurhayati, T. 2008. Uji efek sediaan serbuk instan rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)
sebagai tonikum terhadap mencit jantan galur Swiss Webster. Skripsi Fakultas Farmasi UMS,
Surakarta.
Sharma, P., 2011. ‘Cinnamic Acid Derivatives: A New Chapter of Various Pharmacological
Activities’. J Chem Pharm Res. 3(2): 403-23.
Syukur, C., dan Hernani, 2001, Budidaya Tanaman Obat Komersial, Penebar Swadaya, Jakarta,
65.
Svehla, G, 1985, VOGEL I : Buku Teks Analisis Kualitatif Makro dan Semimikro, Kalman Media
Pustaka : Jakarta
Titik Taufikurohmah. (2008). Pemilihan Pelarut dan Optimasi Suhu Pada Isolasi Senyawa Etil
Para Metoksi Sinamat (EPMS) dari Rimpang Kencur Sebagai Bahan Tabir Surya Pada Industri
Kosmetik. Artikel Penelitian.
Tewtrakul, S., S. Yuenyongwad, S. Kummee and L. Atsawajaruwan. 2005. Chemical component
and biological activities of volatile oil of Kaempferia galanga Linn. Songklanakarin J. Sci.
Technol. 27 : 503-507
Tobo F, 2001, Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia 1, Universitas Hasanudin : Makassar
Voigt, 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi diterjemahkan oleh Soewandhi, S.N., Universitas
Gajah Mada : Yogyakarta
Van Duin, C.F., 1947, Buku Penuntun Ilmu Resep Dalam Praktek dan Teori diterjemahkan oleh
Satiadarma, K., Pecenongan 58 : Jakarta
BAB IV
HASIL
BAB V
PEMBAHASAN