Anda di halaman 1dari 17

TRAUMA TUMPUL ABDOMEN

Oleh :

Hendi Prayuda Widodo


18311023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. berkat karunia-Nya


sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan mengambil pembahasan “Trauma
Tumpul Abdomen”. Penulisan makalah ini masih ada hambatan. Akan tetapi, atas
dukungan semua pihak makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan.

Pekanbaru, November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
1. Pengertian.................................................................................. 3
2. Etiologi / Faktor Penyebab........................................................ 3
3. Klasifikasi................................................................................. 4
4. Anatomi dan Fisiologi............................................................... 4
5. Pathofisiologi............................................................................ 5
6. Manifestasi Klinis..................................................................... 6
7. Komplikasi................................................................................ 8
8. Pemeriksaan Diagnostik............................................................ 8
9. Penatalaksanaan........................................................................ 9
10. Pengkajian ................................................................................ 10
11. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 13
12. Intervensi Keperawatan............................................................. 13

BAB III PENUTUP......................................................................................... 15


A. Simpulan.......................................................................................... 15
B. Saran................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era modernisasi, berkembangnya mobilitas manusia
berkendaraan di jalan raya kecelakaan menyebabkan angka kematian
semakin tinggi. Salah satu kematian akibat kecelakaan adalah diakibatkan
trauma abdomen. Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun.
Mortalitas biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada
trauma tusuk. Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau
trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan velositas rendah (misalnya akibat
tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ.Sedangkan trauma tumpul
velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel. Pada
intraperitoneal, trauma tumpul abdomen paling sering menciderai organ limpa
(40 -55%), hati (35-45%), dan usus halus (5-10%) (Cho et al2012).
Sedangkan pada retroperitoneal, organ yang paling sering cedera adalah
ginjal, dan organ yang paling jarang cedera adalah pancreas dan ureter
(Demetriades, 2000).Pada trauma tajam abdomen paling sering mengenai hati
(40%), usus kecil (30%), diafragma (20%), dan usus besar (15%) (American
College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).
Oleh karena hal tersebut diatas akan mengakibatkan kerusakan dan
menimbulkan robekan dari organ–organ dalam rongga abdomen atau
mengakibatkan penumpukan darah dalam rongga abdomen yang berakibat
kematian. Data kejadian trauma abdomen di Rumah Sakit masih cukup tinggi.
Dalam kasus ini “waktu adalah nyawa” dibutuhkan suatu penanganan yang
professional yaitu cepat, tepat, cermat, dan akurat baik di tempat kejadian
(prarumah sakit), transportasi sampai tindakan definitif di rumah sakit.
Tindakan definitif dengan jalan pembedahan sangatlah penting dilakukan,
oleh karena itu dibutuhkan kerja sama antara pasien, keluarga pihak dokter
maupun perawat sebagai mitra kerja ataupun merupakan kerja sama tim
dalam melaksanakan tindakan pembedahan sekaligus memberikan Asuhan
Keperawatan. Perawat merupakan ujung tombak dan berperan aktif dalam
memberikan pelayanan membantu klien mengatasi permasalahan yang

1
dirasakan baik dari aspek psikologis maupun aspek fisiologi secara
komprehensif. Mengingat kurangnya pengetahuan dan pengertian klien
maupun keluarga tentang penyakit atau sebab dan akibat dari trauma dan
alasan tindakan therapy pembedahan yang dilakukan, oleh karena itu
sangatlah diperlukan informasi yang adekuat. Dengan demikian klien dan
keluarga akan kooperatif dan tingkat kecemasan berkurang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis membahas tentang “Bagaimanakah
Trauma Tumpul abdomen?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui trauma tumpul abdomen.
2. Tujuan khusus
1. Memahami pengertian trauma tumpul abdomen.
2. Memahami penyebab trauma tumpul abdomen.
3. Memahami klasifikasi traum atumpul abdomen.
4. Memahami anatomi fisiologi pada trauma tumpul abdomen.
5. Memahami perjalanan penyakit trauma tumpul abdomen.
6. Memahami manifestasi klinis trauma tumpul abdomen.
7. Memahami komplikasi trauma tumpul abdomen.
8. Memahami pemeriksaan diagnostik pada trauma tumpul abdomen.
9. Memahami penatalaksanaan trauma tumpul abdomen.
10. Memahami pengkajian trauma tumpul abdomen.
11. Memahami diagnosa trauma tumpul abdomen.
12. Memahami intervensi trauma tumpul abdomen.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian
Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada
rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi
rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau

2
berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah
abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen.
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa
trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak
disengaja (Smeltzer, 2010).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi
dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada
penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula
dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 2007).
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi
gangguan metabolisme, kelainan imunologi dan gangguan faal berbagai
organ (Sjamsuhidayat, 2007).

2. Etiologi / Faktor Penyebab


Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh
dari ketinggian. Menurut sjamsuhidayat, penyebab trauma abdomen
adalah, sebagai berikut :
a. Penyebab trauma penetrasi
1) Luka akibat terkena tembakan
2) Luka akibat tikaman benda tajam
3) Luka akibat tusukan
b. Penyebab trauma non-penetrasi
1) Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
2) Hancur (tertabrak mobil)
3) Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
4) Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga

3. Klasifikasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
a. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi.
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen,
kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam
jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
b. Laserasi. Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus
rongga abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma
penetrasi.

3
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen
yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan
metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.

4. Anatomi dan Fisiologi


Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjong dan
meluas dari atas diafragma sampai pelvis dibawah. Rongga abdomen
dilukiskan menjadi dua bagian – abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga
sebelah atas dan yang lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah
dan kecil.
Batasan – batasan abdomen. Di atas, diafragma, Di bawah, pintu
masuk panggul dari panggul besar. Di depan dan kedua sisi, otot – otot
abdominal, tulang –tulang illiaka dan iga – iga sebelah bawah. Di
belakang, tulang punggung, dan otot psoas dan quadratrus lumborum.
Isi Abdomen. Sebagaian besar dari saluran pencernaan, yaitu
lambung, usus halus, dan usus besar. Hati menempati bagian atas,
terletak di bawah diafragma, dan menutupi lambung dan bagian pertama
usus halus. Kandung empedu terletak dibawah hati. Pankreas terletak
dibelakang lambung, dan limpa terletak dibagian ujung pancreas. Ginjal
dan kelenjar suprarenal berada diatas dinding posterior abdomen. Ureter
berjalan melalui abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena kava
inferior, reseptakulum khili dan sebagaian dari saluran torasika terletak
didalam abdomen.
Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, urat saraf, peritoneum dan
lemak juga dijumpai dalam rongga ini.

5. Pathofisiologi
Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh
gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain
yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh
relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera
organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :
 Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat
oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman

4
yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari
organ padat maupun organ berongga.
 Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior
dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
 Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat
menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.

Pohon masalah:
Trauma
(kecelakaan)

Penetrasi & Non-Penetrasi

Terjadi perforasi lapisan abdomen
(kontusio, laserasi, jejas, hematom)

Menekan saraf peritonitis

Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen → Nyeri

Motilitas usus

Disfungsi usus → Resiko infeksi

Refluks usus output cairan berlebih

Gangguan cairan Nutrisi kurang dari


dan eloktrolit kebutuhan tubuh

Kelemahan fisik

Gangguan mobilitas fisik

(Sumber : Mansjoer,2008)

5
6. Manifestasi Klinis
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis
menurut Sjamsuhidayat (2007), meliputi: nyeri tekan diatas daerah
abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah,
takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:
 Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
 Terjadi perdarahan intra abdominal.
 Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga
fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan
peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena).
 Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah
trauma.
 Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada
dinding abdomen.
Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
 Terdapat luka robekan pada abdomen.
 Luka tusuk sampai menembus abdomen.
 Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak
perdarahan/memperparah keadaan.
 Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam
andomen.
Menurut (Hudak & Gallo, 2009) tanda dan gejala trauma
abdomen, yaitu :
a. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri
dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat
ditekan dan nyeri lepas.
b. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang
disebabkan oleh iritasi.
c. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda
ini ada saat pasien dalam posisi rekumben.
d. Mual dan muntah
e. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) yang disebabkan oleh
kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi.

7. Komplikasi
Segera : hemoragi, syok, dan cedera.

6
Lambat : infeksi (Smeltzer, 2007).

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
b. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi
perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan
hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa
terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak
kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi
menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi
usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan
trauma pada hepar.
c. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan
gambaran usus.
d. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai
hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya
trauma pada saluran urogenital.
e. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal.
f. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam
rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya
alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold
standard).
1) Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :
a. Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
b. Trauma pada bagian bawah dari dada
c. Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
d. Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,
alkohol, cedera otak)

7
e. Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum
tulang belakang)
f. Patah tulang pelvis
2) Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :
a. Hamil
b. Pernah operasi abdominal
c. Operator tidak berpengalaman
d. Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
g. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi
dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis :
a. Abdominal paracentesis
Menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium,
merupakan indikasi untuk laparotomi.
b. Pemeriksaan laparoskopi
Mengetahui secara langsung penyebab abdomen akut.
c. Pemasangan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen.
d. Pemberian antibiotik
Mencegah infeksi.
e. Laparotomi

Penatalaksanaan keperawatan:
a. Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan,
sirkulasi) sesuai indikasi.
b. Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ; gerakkan dapat
menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar
dan menimbulkan hemoragi masif.
1) Pastikan jalan napas paten dan pernapasan serta sistem saraf
stabil.
2) Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher
didapatkan.
3) Gunting baju dari luka.
4) Hitung jumlah luka.
5) Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.

8
c. Kaji tanda dan gejala hemoragi.
d. Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai
pembedahan dilakukan.
e. Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini membantu
mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap rongga
peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.
f. Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan
salin basah untuk mencegah kekeringan visera.
g. Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian adanya
hematuria dan pantau haluaran urine.
h. Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok,
kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi,
atau hematuria.

10. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
i. Aktifitas/istirahat
Data subjektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,
Data objektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim
Bangan cedera (trauma)
ii. Sirkulasi
Data obyektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas
(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
iii. Integritas ego
Data Subjektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau
dramatis)
Data Objektif : Cemas, Bingung, Depresi.
iv. Eliminasi
Data Subjektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau
mengalami gangguan fungsi.
v. Makanan dan cairan
Data Subjektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan Selera
makan.
Data Objektif : Mengalami distensi abdomen.
vi. Neurosensori.
Data Subjektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo

9
Data Objektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma,
perubahan status mental,Kesulitan dalam
menentukan posisi tubuh.
vii. Nyeri dan kenyamanan
Data Subjektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi
yang berbeda, biasanya lama.
Data Objektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
viii. Pernapasan
Data Subjektif : Perubahan pola napas.

ix. Keamanan
Data Subjektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.
Data Objektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan rentang
gerak.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
a. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka
penetrasi abdomen.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak
adekuatnya pertahanan tubuh.
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status
kesehatan
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik

3. Intervensi Keperawatan
a. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
perdarahan
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.
Kriteria hasil : Kebutuhan cairan terpenuhi
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda vital
Raional : Untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
2) Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
Raional : Mengidentifikasi keadaan perdarahan
3) Kaji tetesan infus
Raional : Awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan
cairan.
4) Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
Raional : Cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan
nuitrisi tubuh.

10
5) Tranfusi darah
Raional : Menggantikan darah yang keluar.
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka
penetrasi abdomen.
Tujuan : Nyeri teratasi
Kriteria hasil : Nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi :
1) Kaji karakteristik nyeri
Raional : Mengetahui tingkat nyeri klien.
2) Beri posisi semi fowler.
Raional : Mengurngi kontraksi abdomen
3) Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi
Raional : Membantu mengurangi rasa nyeri dengan
mengalihkan perhatian
4) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
Raional : Analgetik membantu mengurangi rasa nyeri.
5) Managemant lingkungan yang nyaman
Raional : Lingkungan yang nyaman dapat memberikan rasa
nyaman klien

c. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak


adekuatnya pertahanan tubuh.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda infeksi
Raional : Mengidentifikasi adanya resiko infeksi lebih dini.
2) Kaji keadaan luka
Raional : Keadaan luka yang diketahui lebih awal dapat
mengurangi resiko infeksi.
3) Kaji tanda-tanda vital
Raional : Suhu tubuh naik dapat di indikasikan adanya
proses infeksi.
4) Perawatan luka dengan prinsip sterilisasi
Raional : Teknik aseptik dapat menurunkan resiko infeksi
nosokomial
5) Kolaborasi pemberian antibiotik
Raional : Antibiotik mencegah adanya infeksi bakteri dari
luar
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status
kesehatan
Tujuan : Ansietas teratasi
Kriteria hasil : Klien tampak rileks

11
Intervensi :
1) Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan
yang berhasil pada waktu lalu
Raional : Koping yang baik akan mengurangi ansietas klien.
2) Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan
rasa takut dan berikan penanganan
Raional : Mengetahui ansietas, rasa takut klien bisa
mengidentifikasi masalah dan untuk memberikan penjelasan
kepada klien.
3) Jelaskan prosedur dan tindakan serta beri penguatan penjelasan
mengenai penyakit
Raional : Apabila klien tahu tentang prosedur dan tindakan
yang akan dilakukan, klien mengerti dan diharapkan ansietas
berkurang
4) Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres
Raional : Lingkungan yang nyaman dapat membuat klien
nyaman dalam menghadapi situasi
5) Berikan dukungan orang terdekat
Raional : Memotifasi klien

e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik


Tujuan : Dapat bergerak bebas
Kriteria hasil : Mempertahankan mobilitas optimal
Intervensi :
1) Kaji kemampuan pasien untuk bergerak
Raional : identifikasi kemampuan klien dalam mobilisasi
2) Dekatkan peralatan yang dibutuhkan pasien
Raional : meminimalisir pergerakan kien
3) Berikan latihan gerak aktif pasif
Raional : melatih otot-otot klien
4) Bantu kebutuhan pasien
5) Raional : membantu dalam mengatasi kebutuhan dasar klien
6) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
7) Raional : terapi fisioterapi dapat memulihkan kondisi klien

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma

12
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja
2. Trauma tumpul abdomen disebabkan oleh trauma non penetrasi
3. Trauma abdomen di bagi menjadi kuontusio dan laserasi
4. Trauma abdomen biasanya mengenai oragan yang berada dari atas
diafragma sampai pelvis dibawah.
5. Benturan meningkatkan tekanan intra abdominal yang menekan organ
pada rongga abdomen
6. Memahami manifestasi klinis trauma tumpul abdomen.
7. Memahami komplikasi trauma tumpul abdomen.
8. Memahami pemeriksaan diagnostik pada trauma tumpul abdomen.
9. Memahami penatalaksanaan trauma tumpul abdomen.
10. Memahami pengkajian trauma tumpul abdomen.
11. Memahami diagnosa trauma tumpul abdomen.
12. Memahami intervensi trauma tumpul abdomen.
B.

C. Saran
Banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya trauma abdomen,
faktor tertinggi biasanyadisebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, kemudian
karena penganiayaan, kecelakaan olahraga dan jatuh dari ketinggian. Agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki, hendaknya kita harus selalu
berhati-hati dalam melakukan aktivitas, agar terhindar dari bahaya trauma
maupun cedera.

DAFTAR PUSTAKA

13
American College of Surgeons.2014.Advanced Trauma Life Support Untuk
Dokter Edisi 7. Jakarta: IKABI
FKUI. 2007. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Jakarta: Binarupa Aksara

Hudak & Gallo. 2009. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.FKUI : Media


Aesculapius
Sjamsuhidayat. 2007. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2010. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth


Ed.8 Vol.5. : Jakarta: EGC.

Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC

14

Anda mungkin juga menyukai