Anda di halaman 1dari 7

KARSINOMA PROSTAT

A. Definisi
Ca Prostat adalah penyakit kanker yang menyerang kelenjar prostat dimana sel-sel kelenjar
prostat tumbuh abnormal dan tidak terkendali. Keganasan prostate merupakan keganasan
saluran kemih kedua paling sering dijumpai sesudah keganasan kandung kemih.

B. Etiologi
Jarang ditemukan angka kejadian keganasan prostat yang tinggi di dalam satu keluarga.
Keganasan prostat sama dengan prostat normal, untuk pertumbuhan dan perkembangannya
tergantung pada hormon androgen. Hal ini tidak berarti bahwa karsinoma prostat disebabkan
oleh hormon androgen. Banyak keganasan prostat sensitif terhadap hormon, sehingga dapat
digunakan pengobatan hormonal.
Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab timbulnya adenokarsinoma prostat adalah :
 Usia lanjut
Semakin lanjut usia, resiko terjadinya kanker prostat meningkat dengan bermakna.
Pada usia 50, sekitar 33 % pria memiliki tumor prostat kecil. Pada usia 80 sekitar 70
% pria dapat dibuktikan memiliki kanker prostat secara histopatologi (ilmu yang
mempelajari tentang penyakit pada jaringan tubuh manusia).
 Kadar Hormon
Kadar hormon testosteron yang tinggi berhubungan dengan peningkatan resiko kanker
prostat. Testosteron akan diubah menjadi androgen yang lebih poten yaitu
dihydrotestosteron (DHT) oleh enzim 5 alpha-reductase, yang memegang peran
penting dalam proses pertumbuhan sel-sel prostate
 Ras
Orang dari ras kulit hitam memiliki resiko 2 kali lebih besar untuk terjadi kanker
prostat dibanding ras lain. Orang-orang asia memiliki insiden kanker prostat yang
paling rendah.
 Riwayat Keluarga
Semakin banyak anggota keluarga yang mengidap penyakit ini, maka semakin besar
resiko anggota keluarga yang lain untuk dapat terkena kanker prostat juga. Bila ada
satu anggota keluarga yang mengidap penyakit ini, maka resiko meningkat 2 kali bagi
yang lain. Bila ada 2 anggota keluarga, maka resiko meningkat menjadi 2-5 kali.
 Diet
Konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh yang tinggi (terutama lemak
hewani) dan kurang mengandung serat akan meningkatkan resiko terkena kanker
prostat.
C. Patofisiologis
Keganasan prostat biasanya berupa adenokarsinoam yang berasal dari kelenjar prostat yang
menjadi hipotrofik pada usia dekade kelima sampai ke tujuh. Karsinoma prostat biasanya
berupa lesi multisentrik. Derajad keganasan didasarkan pada diferensiasi kelenjar, atipi sel,
dan kelainan inti sel. Derajat G I yaitu berdeferensiasi baik, dejajad G II yang berdeferensiasi
sedang, dan derajad G-III yang berdeferensiasi buruk. Pembagian derajad keganasan ini
merupakan indikator pertumbuhan dan progresivitas tumor. Karsinoma prostat menyebar
kekelenjar limfe di panggul kemudian ke kelenjar limfe retroperitoneal atas. Penyebaran
hematogen terjadi melalui v. Vertebralis ke tulang lumbal, dan tulang iga, artinya terutama
tualang yang berdekatan pada prostat. Metastasis tulang sering bersifat osteoklasik. Tingkatan
penyebaran karsinoma prostat yang lazim dopakai didasarkan pada sistem tingkat penyebaran
” American Urological association ” ( AUA ) dan TNM.

D. Gambaran klinik
Karsinoma prostat stadium A biasanya di temukan secara kebetulan pada pemeriksaan
histologik setelah prostatektomi atau TUR. Pada stadium lain karsinoma prostat biasanya
ditemukan pada pemeriksaan colok dubur dan teraba nodul.

Karena pada stadium permulaan karsinoma prostat tidak memberikan gejala atau tanda klinik
maka kebanyakan penderita baru datang pada stadium lanjut dengan keluhan obstruksi
infravesika / LUTS, retensi urune, fematuri, hidronefrosis, gagal ginjal atau tanda metastasis
ke tulang atau organ lain, seperti gejala lesi medula spinalis, nyeri pada tulang, fraktur
patalogik. Kadang metastasis ketualang pun tidak memberi keluhan yang jelas. Keganasan
prostat sering ditemukan secara kebetulan pada penderita yang disangkan menderita
hipertrofi prostat, pada pemeriksaan patologik ditemukan karsinoma insidental.

Faktor utama yang berpengaruh pada penyebarannya adalah lokasi kanker. Kemungkinan
menyebar lebih besar bila terdapat di apeks atau di basal karena lemahnya kapsul pada lokasi
ini. Metastasis hematogenik yang sering terjadi adalah penyebaran ke tulang vertebra lumbal,
tualang panggul, tulang femur proksimal, tulang iga, tulang sternum, dan tulang kepala.

Cara penemuan kaesinoma prostat


1. Kebetulan sewaktu colok dubur pada penderita asimtomatik
2. Gejala dan tanda obstruksi uretra
a. didapatkan pada colok dubut
b. didapatkan pada pemeriksaan histologik setelah prostatektomi untuk
hiperplasia prostat
3. Gejala dan tanda kerena penyusupan ke dalam struktur sekitar prostat seperti rektum (
perubahan pola defekasi atau gengguan defekasi )
4. Gejala dan tanda metastasis di tulang
a. Nyeri
b. Patah tulang patologik
c.
Tingkat penyebaran menurut sistem TNM menurut UICC 1992 :
Tx tumor tidak dapat ditentukan
T0 tumor tidak ada
T1 tidak dapat diraba, penemuan histologik kebetulan
T1a tumor ditemukan tidak sengaja pada TUR ; ≤ 5% merupakan keganasan
T1b tumor ditemukan tidak sengaja pada TUR ; > 5 % merupakan keganasan
T1c tumor ditemukan pada biopsi jarum karena terdapat peningkatan PSA
T2 tumor teraba
T2a pada ≤ ½ lobus
T2b pada ½ - 2 lobus
T2c pada 2 lobus
T3 menembus sampai dan atau vesica seminalis
T3a penyebaran ekstrakapsular unilateral
T3b penyebaran ekstrakapsular unilateral
T3c tumor menginvasi vesica seminalis
T4 tumor terfiksasi atau menginvasi struktur sekitarnya lebih dari vesika seminalis
T4a tumor menginvasi leher bladder dan atau sfingter eksterna dan atau rektum

Nx metastsis kelenjar limfe regional tidak dapt ditentukan


N0 tidak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1 metastasis kelenjar limfe regional ≤ 2 cm
N2 metastasis kelenjar limfe 2-5 cm, atau kelenjar limfe regional multipel, tidak > 5 cm
pada dimensi terbesar
N3 metastasis kelenjar limfe regional > 5 cm pada dimensi terbesar

Mx metastasis jauh tidak dapat ditentukan


M0 tidak ada metastasis jauh
M1 metastasis jauh
M1a meliputi kelenjar limfe nonregional
M1b meliputi tulang
M1c meliputi metastasis jauh yang lain

Gx histopatologik belum ditentukan


G1 berdiferensiasi baik ( anaplasia ringan )
G2 berdiferensiasi sedang ( anaplasia sedang )
G3-4 berdiferensiasi buruk atau tidak berdiferensiasi ( anaplasia berat )

Stadium Kanker
Stadium I T1a N0 M0 G1
Stadium II T1a N0 M0 G2,3-4
T1b N0 M0 setiap G
T1c N0 M0 setiap G
T1 N0 M0 setiap G
T2 N0 M0 setiap G
Stadium III T3 N0 M0 setiap G
Stadium IV T4 N0 M0 setiap G
Setiap T N1 M0 setiap G
Setiap T Setiap N M1 setiap G

E. Pemeriksaan
Anamnesa
Gejala-gejala iritasi (sering kencing/frequency, tergesa-gesa ingin kencing/urgency, sering
kencing malam hari/nocturia dan sulit menahan kencing/urge incontinen), atau gejala-gejala
obstruksi (kencing harus menunggu lama/hesitancy, pancaran kencing lemah, kencing tidak
lampias, terputus-putus/intermittency, dan harus mengedan untuk memulai
kencing/straining). Kemudian riwayat keluarga, akan ditanyakan apakah ada anggota
keluarga yang sakit kanker prostat atau meninggal karena kanker prostat. Riwayat makanan
(banyak mengkonsumsi lemak jenuh/lemak hewani) juga biasa ditanyakan karena termasuk
salah satu faktor resiko.

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinarius bagian atas,
kadang-kadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah disertai pielonefritis akan disertai sakit
pinggang dan nyeri kotok pinggang. Vesica urinaria dapat apabila sudah terjadi retensi urine
total, daerah inguinal juga harus diperhatikan untuk mengetahui ada tidaknya hernia.
Genitalia eksterna harus pula diperiksa untuk melihat adanya kemungkinan sebab lain yang
dapat menyebabkan gangguan miksi seperti batu di fossa naviculare atau uretra anterior,
fibrosis daerah uretra, kondiloma daerah meatus. Pemeriksaan fisik secara menyeluruh
dimaksudkan untuk medapatkan kelainan diluar traktus urinarius yang perlu untuk
menentukan adanya kontra indikasi apabila akan dilakukan tindakan operatif seperti kelainan
jantung, hepar atau gangguan pernafasan. Pemeriksaan klinik terpenting adalah pemeriksaan
Rectal toucher ( colok dubur ) atau Digital Rectal Examination ( DRE ). Pada pemeriksaan ini
dapat mencari adanya kelainan pada prostat yang mencurigakan ke arah kanker prostat, yaitu
konsistensi yang keras, adanya nodul (benjolan di permukaan) dan pembesaran prostat yang
tidak simetris.

Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Prostate Specific Antigen (PSA)
PSA merupakan suatu glikoprotein yang secara primer diproduksi oleh sel-sel prostat.
Kadar normalnya dalam darah adalah 0-4 ng/ml (nanogram per mililiter). Bila
kadarnya antara 4-10 ng/ml, interpretasinya dapat berbeda karena masih bisa normal
pada orang yang dalam kondisi tertentu, atau dapat merupakan tanda PPJ maupun
kanker. Kadar yang lebih dari 10 ng/ml merupakan tanda yang cukup akurat untuk
keberadaan kanker prostat, terutama bila sesuai dengan hasil pemeriksaan colok
dubur. Dan pada keadaan ini, untuk memastikan diagnosis maka diperlukan
pemeriksaan jaringan prostat yang diambil dengan cara biopsi. Perlu diperhatikan
pula bahwa sekitar 43 % penderita kanker prostat dini memiliki nilai PSA kurang dari
4 ng/ml. Beberapa keadaan seperti pemakaian kateter (selang) uretra, pemeriksaan
sistoskopi, prostatitis dan ejakulasi dapat meningkatkan nilai PSA pada keadaan tidak
adanya kanker prostat. Pemakaian obat untuk PPJ seperti Finasteride dapat
menurunkan nilai PSA. Dengan demikian dapat terjadi nilai positif palsu dan negatif
palsu. Untuk mempertajam nilai diagostik PSA, terutama pada penderita dengan nilai
PSA 4-10 ng/ml, digunakan nilai densitas PSA dan nilai rasio PSA bebas dengan PSA
total.

2. Pemeriksaan USG transrektal ( TURS )


Pemeriksaan ini sudah digunakan secara rutin di klinik-klinik urologi sebagai salah
satu prosedur pemeriksaan pada pasien dengan keluhan saluran kemih bagian bawah.
Pemeriksaan dapat dilakukan saat rawat jalan dan tidak memerlukan persiapan
khusus. Pada pemeriksaan ini dapat dinilai volume prostat dan adanya lesi hypoechoic
atau hyperechoic yang mencurigakan adanya kanker prostat. Selain itu USG
transrektal (TRUS) ini juga dapat digunakan sebagai pembimbing (guide) saat
melakukan biopsi prostat.

3. Pemeriksaan Biopsi
Harus dikerjakan untuk menentukan diagnosis pasti. Pasien biasanya diberikan
antibiotika sebelum dilakukan tindakan, untuk mencegah kemungkinan infeksi akibat
tindakan.
Biopsi prostat sebaiknya dikerjakan secara rutin pada keadaan:
 1.Kecurigaan keganasan dari pemeriksaan colok dubur
 2.Adanya lesi hypoechoic atau hyperechoic pada pemeriksaan TRUS
 3.Nilai PSA lebih dari 10 ng/ml
 4.Nilai densitas PSA lebih dari 0,15 (bila PSA 4-10 ng/ml)
Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk menentukan derajat kanker (cancer
staging) yang akan menjadi salah satu dasar pemilihan pengobatan.

4. CT scan dan MRI


Apabila diagnosa sudah ditegakkan, maka perlu dilakukan pemeriksaan CT scan
untuk melihat apakah ada tanda tanda metastasis kekelenjar limfe regional maupun
aorta, dibandingkan TRUS, MRI lebih akurat dalam menentukan luas ekstensi tumor
ke ekstrakapsuler atau ke vesica seminalis.
5. Bone scan
Pemeriksaan sintigrafi pada tulang dipergunakan untuk mencari metastasis hematogen
pada tulang. Meskipun pemeriksaan ini cukup sensitif tetapi beberapa kelainan tulang
juga memberikan hasil positif palsu, antara lain pada : artritis degeneratif pada tulang
belakang, penyakit paget, setelah sembuh dari cedera patah tulang, atau adanya
penyakittulang yang lain. Karena itu dalm hal ini perlu dikonfirmasikan dengan foto
polos pada daerah yang dicurigai.
F. Diagnosis Banding
Terabanya nodul pada prostat mengarahkan kebeberapa diagnosa banding selain karsinoma
prostat yaitu : tuberculosis, prostatitis granulomatosis, dan batu dalam kelenjar prostat. Untuk
itu selain pemeriksaan radiologi,mutlak dilakukan biopsi prostat.

G. Manajemen
Tindakan yang dilakukan terhadap pasien kanker prostat tergantung pada stadium, umur
harapah hidup adn derajad diferensiasinya.seperti pada tabel.

Stadium
Alternatif terapi
T1 - T2 ( A – B )
T3 – T4 ( C )
N atau M
Radikal prostatektomi
Observasi ( pasien tua )
Radiasi
Prostatektomi
Radiasi
Hormonal

1. Observasi
Ditujukan untuk pasien dalam stadium T1 dengan umur harapan hidup kurang dari 10 tahun.
Observasi seumur hidup sebab sebagian besar tidak berkembang menjadi stadium lanjut atau
invasi. Kelangsungan hidup penderita stadium A1 yang tidak diberikan penanganan, tidak
berbeda dari orang tua tanpa kasrinoma prostat.

2. Prostatektomi radikal
Pasien yang berada dalam stadium T1-2 N0 M0 adalah cocok untuk menjalani prostatektomi
radikal yaitu berupa pengangkatan kelenjar prostat bersama dengan vesikula seminalis, dan
diseksi kelenjar limfe regional di panggul. Pembedahan ini dapat dilakukan secara retropubik
maupaun parineal. Hanya saja operasi ini dapat menimbulkan penyulit antara lain perdarahan,
disfungsi ereksi, dan inkotinensia. Tetapi dengan teknik nerve sparring yang baik terjadinya
kerusakan pembuluh darah dan saraf yang memelihara penis dapat dihindari sehingga
timbulnya disfungsi ereksi dapat diperkecil

3. Radiasi
Ditujukan untuk pasien tua atau pesien dengan tumor yang telah mengadakan metastasis.
Pemberian radiasi eksterna biasanya didahului dengan limfadenektomi yang dapat dikerjakan
dengan operasi terbuka maupun laparaskopik.

4. Terapi hormonal
Pemberian terapi hormonal berdasarkan atas konsep dari Hugins yaitu : ” Sel epitel prostat
akan mengalami atrifi jika sumber androgen ditiadakan ”. Sumber androgen ditiadakan
dengan cara pembedahan atau medikamentosa. Menghilangkan sumber androgen yang hanya
berasal dari testis menurut labrie belum cukup, karena madih ada sumber androgen dari
kelenjar suprarenal yaitu sebesar ± 10% dari seluruh testosteron yang beredar didalam tubuh.
Untuk itu labrie menganjurkan untuk melakukan blokade androgen total. Bermacam-macam
cara dan jenis obat untuk terapi hormonal terdapat pada tabel.

H. Prognosis
Perjalanan penyakit adenocarsinoma prostat sangat bervariasi penderita – penderita dengan
stadium dan derajad tumor yang sama belum tentu mempunyai prognosis yang serupa.
Sampai saat ini belum ditemukan adanya petanda tumor yang dapat meramalkan prognosis
penyakit ini.

Anda mungkin juga menyukai