Anda di halaman 1dari 53

2.

1 Morfologi Bakteri

Bakteri merupakan sekelompok mikroorganisme yang termasuk prokaryote, sel tubuh bakteri berukuran
sangat kecil, kebanyakan diameternya berukuran kira-kira 0,5-0,1µm. Kebanyakan bakteria merupakan jasad
yang transparan (tembus cahaya) dengan indeks bisa yang sama dengan indeks bisa cairan suspensi di mana
bakteri tersebut hidup.

A. Bentuk Sel Bakteri


Pada umumnya dikenal tiga bentuk bakteri, yaitu kokus, Basil, dan spiral.
1. Kokus
Kokus (Coccus: seperti buah beri) berbentuk menyerupai buah beri kecil apabila dilihat dari
bawah mikroskop. Bakteri ini terdapat dalam beberapa pola atau kelompok yang berbeda. Bakteri yang
berbentuk kokus bisaanya bulat, ataupun berbentuk oval, memanjang atau mendatar pada satu sisinya.
Apabila bakteri yang berbentuk kokus ini berkembang biak dengan membelah diri, sel-selnya akan
berhimpitan dan tidak kan memisah. Bakteri yang berbentuk kokus ini masih bisa dibedakan menjadi
beberapa macam, yaitu:
a.Monokokus (mono = satu),
b.Diplokokus (diplo = dua, sepasang), yaitu bakteri bentuk kokus yang berpasang-pasangan, contohnya
Streptococcus pneumoniaedahulu disebut Dipococcus pneumoniae,
c.Streptococcus, yaitu coccus yang bergandengan satu dengan yang lainnya,
d.Tetracoccus, yaitu bentuk bakteri coccus yang mengelaompok empat buah,
e.Stapilococcus, yaitu bentuk bakteri coccus yang membnetuk untaian,
f.Sarcina, yaitu bentuk bakteri coccus hang mengelomok menyerupai kubus

2. Basil
Basil (artinya batang kecil) adalah bakteri yang bentuknya menyerupai batang atrau silinder.
Basil-basil ini sangat beraneka ragam ukurannya. Tidak seperti kokus, basil membelah dalam satu bidang.
Bakteri berbentuk basil ini menyerupai bentuk batang yang pendek, silindris, yang mempunyai bentuk
dan ukuran yang bermacam-macam. Bakteri berbentuk bulat dikenal sebagai basil. Kata basil berasal
dari bacillus yang berarti batang. Bentuk basil dapat pula dibedakan atas:

1. Basil tunggal yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu batang tunggal, misalnya Salmonella typhi,
penyebab penyakit tipus.
2. Diplobasil yaitu bakteri berbentuk batang yag bergandengan dua-dua.
3. Streptobasil yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan memanjang membentuk rantai
misalnya Bacillus anthracis penyebab penyakit antraks.
3. Spiral
Ada bakteri yang berbentuk helikoidal, yang berpilin-pilin seperti spiral dan ada juga yang
berbentuk sperti koma, misalnyaVibrio cholerae. Spirochaeta juga merupakian bakteri berbentuk spiral
tetapi bedanya dengan spiril dalam hal kemampuannya untuk melenturkan dan melekuk-lekukkan
tubuhnya sambil bergerak. Gerakan ini dimungkinkan timbul karena kontraksi benang aksial atau
flagelata yang membelit sekitar organisme antara membran plasma dengan dinding sel.
- Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
- Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
- Spirochete, jika lengkung membentuk struktur yang fleksibel

B. Ukuran Sel Bakteri

- Sangat kecil dan bervariasi : 1,0 - 5,0 x 0,5 - 1,0 μm, diameter 0,6 - 3,5 μm

- Diamati dengan mikroskop pada pembesaran maksimum (100 X)

- Detil struktur sel dapat diamati dengan menggunakan mikroskop electron

C. Struktur Sel bakteri

Struktur Sel bakteri dapat dibagi atas 3 bagian utama yaitu :

1. Dinding sel
Dinding sel bakteri sangat tipis dan elastis ,terbentuk dari peptidoglikan yang merupakan polimer unik
yang hanya dimiliki oleh golongan bakteri. Fungsinya dinding sel adalah- memberi bentuk sel, member
perlindungan dari lingkungan luar dan mengatur pertukaran zat-zat dari dan ke dalam sel

2. Bagian internal berupa protoplasma yang mengandung :


• Membran sel : terdiri dari phospholipid yang tersusun bilayer , dan mengandung berbagai protein

• Mesosom : Invaginasi dari plasma membran, dalam bentuk vesikel, tubule, atau lamela

• Ribosom : organel sel yang berfungsi sebagai pabrik protein

• Nukleoid (DNA) : Material genetik bakteri/kromosom bakteri/DNA , berbentuk circular (melingkar),


membawa sifat yg mengatur viabilitas bakteri.

3. Bagian eksternal

• Kapsul : Merupakan selubung sel bakteri Berfungsi sebagai pelindung sel dari kekeringan dan serangan
mikroorganisme lain; alat untuk melekat pada permukaan; berperan dalam penyerapan ion selektif; dan
dalam interaksi inang-patogen

• Flagela : Berfungsi sebagai alat gerak, berdiameter10-15μm, dengan panjang 10-20μm

• Pili : Merupakan alat untuk menempel pada permukaan (adhesin) substrat.

2.2 Ciri Khas Bakteri

Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu :

1. Organisme uniseluler.
2. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel ).
3. Umumnya tidak memiliki klorofil.
4. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya memiliki ukuran rata-
rata 1 s/d 5 mikron.
5. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam.
6. Hidup bebas atau parasit.
7. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau gambut dinding selnya tidak
mengandung peptidoglikan.
8. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya mengandung peptidoglikan.
9. Ciri umum bakteri yang pertama, mereka adalah Organisme prokariota (inti sel tidak diselimuti membran
khusus) juga uniseluler (atau bersel tunggal)
10. Bakteri memiliki dinding sel seperti tumbuhan yang tersusun atau peptidoglikan dan mukopolisakarida.
11. Bakteri mamiliki endospora yaitu kapsul yang muncul jika kondisi yang tidak menguntungkan sebagai
perisai terhadap panas dan gangguan alam.
12. Dari segi ukuran, bakteri pada umumnya bakteri terlalu kecil seperti Mycoplasma untuk dilihat mata
telanjang yakni sekitar 0,5 mikrometer tapi dan ada juga yang sedikit lebih besar yakni Epulopiscium
fishelsoni mencapai ukuran yaitu sekitar 10-100 mikrometer.
13. Ciri umum lainnya dari bakteri hidup adalah mereka makhluk yang parasit (membutuhkan inang seperti
manusia atau hewan) tapi ada juga yang hidup bebas.
14. Secara umum bakteri tidak berklorofil.
15. Habitat bakteri dapat tinggal dilingkungan yang keras seperti air panas, kawah, gambut.
16. Dilihat dari bentuk penampakan, sel bakteri bisa terlihat seperti basil (atau batang), kokus (berbentuk
bola), spirilum (spiral seperti pembuka tutup botol), kokobasil (bulat dan batang), dan Vibrio (seperti
koma).
Sebagai bagian dari perlindungan, bakteri dapat mensekresikan lendir ke permukaan dinding sel. 8-10 %
fosfolipid dan protein adalah penyusun membran sitoplasma dan bakteri. Bakteri ada yang memiliki ekor juga
disebut dengan flagela untuk bergerak sedangkan bakteri yang tidak memiliki flagela bergerak dengan cara
seperti berguling

2.3 Habitat Bakteri

Bakteri merupakan mikroorganisme ubikuotus, yang berarti melimpah dan banyak ditemukan di hampir
semua tempat Habitatnya sangat beragam; lingkungan perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan dapat
ditemukan di dalam organisme hidup.

A. Dalam Tubuh Manusia

Bakteri dapat ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama di dalam saluran pencernaanJumlah total sel
bakteri yang barada di dalam tubuh manusia bahkan lebih dari jumlah total sel tubuh manusia itu sendiri, yaitu
lebih banyak sekitar 10 kali lipat Oleh karena itu, kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi kondisi tubuh
manusia

Terdapat beragam jenis bakteri yang mampu menghabitasi daerah saluran pencernaan manusia, terutama
pada usus besar Kelompok bakteri yang mendominasi usus besar manusia pada umumnya adalah bakteri asam
laktat yang merupakan bakteri gram positif dan kelompok enterobacter yang merupakan bakteri gram negatif.
Mikroorganisme ini hidup secara anaerobik dan mampu melekat pada permukaan saluran pencernaan manusia
Contoh bakteri yang biasa ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus.beberapa jenis bakteri yang hidup di
dalam saluran pencernaan ini tidak hanya menyerap nutrisi, tetapi juga berperan dalam menjaga kesehatan
saluran pencernaan dan meningkatkan imunitas tubuh. Terdapat sekelompok bakteri menguntungkan yang
mampu menunjang kesehatan dan bahkan mampu mencegah terbentuknya kanker usus besar .Kelompok bakteri
ini termasuk dalam kelompok bakteri probiotik.

Selain di dalam saluran pencernaan, bakteri juga dapat ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut, dan
kaki manusia.Pada permukaan kulit saja, diperkirakan terdapat 500 jenis bakteri yang hidup disana.Di dalam
mulut dan kaki manusia terdapat kelompok bakteri yang dikenal dengan nama metilotrof. Kelompok bakteri ini
mampu menggunakan senyawa berkarbon tunggal, seperti metanol dan metilamin, untuk menyokong
pertumbuhannya.Di dalam rongga mulut, bakteri ini menggunakan senyawa dimetil sulfida yang berperan dalam
menyebabkan bau pada mulut manusia.Contoh bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah
Methylobacterium extorquens.

B. Lingkungan Ekstrem

Sebagai contoh, Thermus aquatiqus merupakan salah satu jenis bakteri yang hidup pada sumber air panas
dengan kisaran suhu 60-80 oC.Organisme yang mampu hidup di lingkungan dengan suhu tinggi ini termasuk
dalam golongan termofilik.Kemampuan bakteri ini untuk bertahan pada suhu tinggi disebabkan oleh stabilitas
enzim, membran sel, dan makromolekul sel yang telah teradaptasi. Enzim yang dimiliki oleh bakteri kelompok
termofilik memiliki komposisi asam amino yang berbeda dengan bakteri pada umumnya.Di samping itu, protein
yang terdapat sel memiliki ikatan hidrofobik dan ikatan ionik yang sangat kuat.Komposisi membran selnya
didominasi oleh asam lemak jenuh sehingga bersifat lebih stabil dan fungsional pada suhu tinggi.Hal ini
disebabkan oleh kuatnya ikatan hidrofobik pada rantai asam lemak jenuh bila dibandingan dengan asam lemak
tak jenuh

Tidak hanya di lingkungan bersuhu tinggi, bakteri juga dapat ditemukan pada lingkungan dengan suhu
yang sangat dingin.Pseudomonas extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu di bawah 0 oC.Bakteri
ini bersifat motil dan hidup membentuk struktur biofilm yang membantunya dalam menghadapi kondisi ekstrem.
Contoh bakteri lainnya yang dapat hidup di suhu rendah adalah Carnobacterium.Kelompok bakteri yang mampu
hidup di lingkungan bertemperatur rendah termasuk dalam golongan psikrofilik.Kemampuan bakteri ini untuk
bertahan pada kondisi temperatur rendah cukup bertolak belakang dengan kelompok bakteri termofilik.Enzim
yang disintesis memiliki struktur α-heliks yang lebih banyak bila dibandingkan dengan struktur β-sheet.Struktur
α-heliks yang lebih fleksibel menyebabkan enzim tetap dapat bekerja walaupun pada suhu yang rendah.Di
samping itu, enzim bakteri psikrofilik harus lebih bersifat polar dan hanya mengandung sedikit asam amino yang
bersifat hidrofobik. Selain enzim dan protein yang teradaptasi, membran sitoplasma kelompok bakteri ini juga
telah mengalami penyesuaian dengan mengandung lebih banyak asam amino tidak jenuh.

Di samping pengaruh ekstrem temperatur, bakteri juga dapat hidup pada berbagai lingkungan lain yang
hampir tidak memungkinkan adanya kehidupan (lingkungan steril).Halobacterium salinarum dan Halococcus sp.
adalah contoh dari bakteri yang dapat hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%). Kelompok
bakteri yang hidup optimal pada kisaran kadar garam tersebut termasuk dalam golongan ekstrem halofil.[3]
Tedapat pula beberapa jenis bakteri yang mampu hidup pada kadar gula tinggi (kelompok osmofil), kadar air
rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat tinggi, dan rendah.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Habitat_bakteri

2.4 Reproduksi Bakteri

Reproduksi bakteri secara umum dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara vegetatif (aseksual) dan
secara generatif (seksual). Reproduksi aseksual pada bakteri dilakukan dengan 3 cara yang meliputi pertumbuhan
tunas, fragmentasi, dan pembelahan biner. Sedangkan reproduksi seksual atau yang biasa disebut paraseksual
dilakukan melalui 3 cara yaitu konjugasi, transformasi, dan transduksi.

A. Reproduksi Bakteri Secara Aseksual ( Vegetatif )

1. Pertumbuhan Tunas

Dengan metode pertumbuhan tunas ini maka sel bakteri akan mereproduksi dengan cara di mulai nya
melalui tumbuhan dan akan berkembang menjadi sebuah tonkolan yang berukuran kecil di salah satu ujung sel
tersebut. Tunas inilah yang akan mereplikasi genom, kemudian akan tumbuh menjadi besar dan akan menjadi sel
anakan. Selain itu sel tersebut juga akan memisahkan dirinya dari induknya sehingga menjadi bakteri yang baru.

2. Fragmentasi

Apabila masih di dalam kondisi pada lingkungan yang tidak akan ada untungnya, maka bakteri juga akan
melakukan proses reproduksi dengan metode yang lain nya yaitu fragmentasi. Dimana protoplasma bakteri akan
mengalami tahap kompartementalisasi dan akan membentuk gonidia. Kemudian pada kondisi tersebut mulai ada
keuntungan, maka gonidia yang tadi akan menjadi bakteri yang baru dan juga dengan replikasi genom di setiap
fragmennya.
3. Pembelahan Biner

Pembelahan biner adalah suatu cara yang sering di temukan di dalam proses reproduksi bakteri dimana
adanya pembelahan biner yang lazim dan hanya bisa terjadi pada saat kondisi di lingkungan sekitar berada di
saat yang memberikan keuntungan. Sel bakteri ini akan melakukan proses pembelahan dan akan membelah
menjadi 2 sel yang memiliki ukuran bahkan juga memiliki kesamaan. Jika
di simak kembali maka pada proses pembelahan ini akan terjadi sebuah
dinding yang melintas dan juga yang akan memisahkan kromosom di
kedua sel anak tersebut.

Apabila kedua sel tersebut sudah terpisah, maka sel anak akan
bertumbuh setiap waktu yaitu antara 20 sampai dengan 30 menit sehingga
dapat mengalami proses pembelahan yang biner dan akan memberikan
hasil bakteri yang baru. Sehingga hal seperti ini yang akan menyebabkan
beberapa proses reproduksi bakteri dengan cepat bisa terjadi jika tidak ada
inhibitor di areanya.

4. pembentukan Endospora

Endospore bakteri mulai terbentuk pada akhir fase logaritmik. Ciri – ciri endospore bakteri adalah sebagai
berikut:

a. dibentuk oleh sel basilus, misalnya yang sering ditemukan pada makanan terutama adalah dari jenis Basillus
dan Clostridium

b. Endospora bakteri sangat tahan terhadap pemanasan, pengeringan dan desinfektan.

3. Endospora sukar untuk diwarnai, tetapi sekali diwarnai


sukar untuk dihilangkan.

4. Dibentuk pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk


pertumbuhan sel vegetatif

B. Reproduksi Bakteri Secara Seksual ( Generatif )

1. Transformasi

Transformasi merupakan rekombinasi gen yang


terjadi melalui pengambilan langsung dengan sebagian materi gen dari bakteri lain yang dilakukan oleh suatu sel
bakteri. Bakteri yang dapat melakukan transformasi secara alamiah adalah bakteri-bakteri yang memproduksi
enzim khusus seperti Rhizobium, Neisseria, Bacillus, Streptococcus dan Pneumococcus. Dalam teknologi
rekayasan gen, bakteri yang tidak dapat melakukan transformasi secara alamiah dapat dipaksa dalam menangkap
dan memasukkan plasmid rekombinan ke dalam selnya dengan memberikan kalsium klorida atau dengan proses
kejut-panas ( heat shock ).

2. Transduksi

Transduksi merupakan rekombinasi gen antara dua sel bakteri dengan menggunakan virus fag. Virus fag
yang telah menginfeksi suatu bakteri dengan daur litik maupun juga lisogenisk yang mengandung partikel DNA
bakteri. Jika virus fag tersebut menginfeksi bakteri lainnya, maka terjadilah rekombinasi gen pada bakteri-bakteri
yang terinfeksi fag. Virus fag temperat ( virus yang dapat berproduksi secara litik maupun lisogenik ) merupakan
virus yang paling cocok untuk proses transduksi.

3. Konjugasi

Konjugasi merupakan pemindahan materi gen dari suatu sel bakteri ke sel bakteri yang lain secara langsung
melalui jembatan konjugasi. Mula-mula kedua sel bakteri berdekatan kemudian membentuk tonjolan atau
struktur jembatan yang menghubungkan kedua sel tersebut. Transfer kromosom maupun transfer plasmid akan
terjadi melalui jembatan konjugasi. Sel mengandung materi gen rekombinan kemudian akan memisah dan
terbentuklah dua sel bakteri yang bersifat baru ( sifat rekombinan ). Contoh bakteri yang berkonjugasi ialah
Salmonella typhi dan Pseudomonas sp. Transfer kromosom dapat juga terjadi dengan pilus seks, seperti yang
terjadi dengan Escherichia coli.

2.5 Peranan Bakteri Pada Bidang Industri

No Bakteri Produk Kegunaan

1 Clostridium Aseton – Butanol Pelarut : pembuatan


asetobutylicum bahan kimia

2 Bacillus polymyxa Buthanedhiol Pelembab intermediet


enterobacter aerogenes kimia

3 Gluconobacter Dihidroksiaseton Bahan kimia halus


suboxydans

4 Pseudomonas sp. Asam -2 Intermediet untuk asam


ketoglukunat D-araboaskorbat

5 Gluconobacter Asam 5- Intermediet asam tartat


suboxydans ketoglukonat

6 Lactobacillus delbrueckii Asam laktat Produk pangan tekstil,


dan pembuatan bahan
kimia, menghilangkan
kapur dari kulit binatang

7 Bacillus subtillis Amilase bakteri Memodifikasi pati,


merekatkan kertas,
melepaskan perekat
pada tekstil

9 Leuconostoc dekstran Stabilisator dalam


mesenteroides produk pangan,
pengganti plasma darah

10 Gluconobacter Sarbose Pembuatan asam


suboxydans askorbat
11 Streptomycesalivaceus Kobalamin Pengobatan anemia
Propionibacterium pernisiosa, pelengkap
freudenreichii makanan, dan ternak

2.6 Klasifikasi bakteri

Pada umumnya bakteri sering dikelompokkan kedalam kelompok hewan karena bakteri memiliki alat gerak
sendiri (flagel)

Hewan Tumbuhan

Memiliki alat gerak Terdapat dinding sel

Heterotrof (sebagian) Autotrof (sebagian) kelas


Cynobacteria

Contohnya : Contohnya :

1.kelas pseudomonas 1. kelas Cynobacteria

2.kelas aquaspirillum

3.kelassalmonella

I.1 Morfologi Kapang


A. Tidak memiliki klorofil dan bersifat heterotrof. Hidup bersimbiosis dengan makhluk lain biasanya juga
sebagai parasit dan saprofit.
B. Memiliki membran inti sejati (eukarion) materi inti sel dibungkus membran inti.
C. Bisa berkembang biak secara seksual maupun aseksual
D. Menyukai lingkungan hidup yang memiliki kondisi lembab, agak asam, kurang cahaya dan mengandung
banyak zat organic.
E. Memiliki hifa yang tersusun dari benang-benang. Hifa berdiameter sekitar 5-10 mikrometer.
F. Memproduksi Spora
(Hasanah, 2009)

I.2 Habitat Kapang

Kapang (mould/filamentous fungi) merupakan mikroorganisme anggota Kingdom Fungi yang


membentuk hifa. Kapang bukan merupakan kelompok taksonomi yang resmi, sehingga anggota-anggota dari
kapang tersebar ke dalam filum Glomeromycota, Ascomycota, dan Basidiomycota.Jumlah spesies fungi yang
telah teridentifikasi hingga tahun 1994 mencapai 70.000 spesies, dengan perkiraan penambahan 600 spesies
setiap tahun. Dari jumlah tersebut, sekitar 10.000 spesies merupakan kapang. Sebagian besar spesies fungi
terdapat di daerah tropis disebabkan karena kondisi iklim daerah torpis yang hangat dan lembab yang mendukung
pertumbuhannya. Habitat kapang sangat beragam, namun pada umumnya kapang dapat tumbuh pada substrat
yang mengandung sumber karbon organik.

(Sitompul, 2013)

I.3 Sifat Fisiologi Kapang


a. Kebutuhan Air
Pada umumnya, kapang membutuhkan kadar air yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
khamir dan bakteri.
b. Suhu Pertumbuhan
Kebanyakan kapang bersifat mesofilik yaitu tumbuh baik pada suhu kamar. Suhu optimum
pertumbuhan untuk kebanyakan kapang adalah sekitar 25-30oC tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu
35-37oC atau lebih tinggi. Beberapa kapang bersifat termofilik.
c. Kebutuhan Oksigen dan PH
Semua kapang bersifat aerobik, yaitu membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Kebanyakan
kapang dapat pada kisaran pH yang luas, yaitu 2-8,5 tetapi biasanya pertumbuhannya akan lebih baik
pada kondisi asam atau pH rendah.
d. Makanan
Kebanyakan kapang memproduksi enzim hidrolitik, misal amylase, pektinase, proteinase dan
lipase, oleh karena itu dapat tumbuh pada makanan-makanan yang mengandung pati, pektin, protein
atau lipid.
e. Komponen Penghambat
Beberapa kapang mengeluarkan komponen yang dapat menghambat organisme lainnya.
Komponen itu disebut antibiotik, misalnya penisilin yang diproduksi oleh Penicillium chrysogenum dan
clavasin yang diproduksi oleh Aspergillus clavatus.

(Maya, 2015)

I.4 Peran Kapang dalam Fermentasi Makanan


Produk Bahan dasar Jenis Kapang
Tempe Kedelai Rhizopus Oligospora
Rhizopus Oryzae
Oncom merah Bungkil kacang tanah Neurospora sitophia
Oncom hitam Ampas tahu Rhizopus Oligospora
Rhizopus Oryzae
Kecap Kedelai Aspergillus Oryzae
Tauco Kedelai Aspergillus Oryzae
Ragi tape Tepung beras Rhizopus, Aspergillus, khamir
Keju biru Susu Penicililium roqueforti
Keju camembert Susu P. camemberti
(Jonathan, 2019)

I.5 Peranan Kapang dalam Industri

Produk Kapang Penggunaan


Asam Sitrat Aspergilus niger Makanan, Obat-Obatan
Aspergilus wentii
Asam Glukonat Aspergilus niger Farmasi, tekstil
Asam Laktat Rhyzopus Oryzae Makanan dan Farmasi
Penisilin Penicillium chrysogenum Farmasi
Amilase Aspergilus niger Produksi gula cair
Asam Gliberelat Fusarium Moniliforme Pengganti hormon pertumbuhan pada benih

I.6 Perbedaan Kapang dan Khamir

Kapang merupakan jenis fungi multiseluler yang bersifat aktif karena merupakan
organisme saprofit dan mampu memecah bahan-bahan organik kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana.

Di bawah mikroskop dapat dilihat bahwa kapang terdiri dari benang yang disebut hifa, kumpulan hifa in
i dikenal sebagai miselium. Kapang tersebut mudah dijumpai pada bagian-
bagian ruangan yang lembab, seperti langit-langit bekas bocor, dinding yang dirembei air, atau pada perabotan
lembab yang jarang terken sinar matahari.

Kapang melakukan reproduksi dan penyebaran menggunakan spora. Spora kapang terdiri dari dua jenis,
seksual dan aseksual. Spora aseksual dihasilkan lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
spora seksual. Spora aseksual memiliki ukuran kecil yang berdiameter 1-10 μm dan ringan, sehingga
penyebarannya umumnya secara pasif menggunakan aliran udara.

Sedangkan khamir merupakan jenis fungi uniseluler. Istilah khamir umumnya digunakan untuk bentuk-
bentuk yang menyerupai jamur kelompok Ascomycetes yang tidak berfilamen tapi uniseluler berbentuk ovoid
dan spheroid. Bentuk khamir dapat sperikal sampai ovoid, kadang dapat membentuk miselium semu. Ukuran
juga bervariasi. Struktur yang diamati meliputi dinding sel, sitoplasma, vakuol air, globula lemak, dan granula.

Kebanyakan khamir melakukan reproduksi secara seksual melalui pembentukan tunas secara multiseluer
ataupun polar. Reproduksi secara seksual menghasilkan askospora melalui konjugasi dua sel atau konjugasi dua
askospora yang menghasilkan sel anakan kecil. Jumlah spora dalam askus bervariasi tergantung macam
khamirnya.

(Anonim. 2017 “Perbedaan Kapan dan Khamir”)


I.7 Hifa dan Miselium

a. Hifa adalah sel-sel fungi yang tersusun untuk membentuk filamen benang. Fungsi hifa adalah penyerap
nutrisi dan sebagai alat reproduksi vegetatif (berupa sporangium)
b. Miselium adalah kumpulan dari beberapa hifa yang akan membentuk tubuh jamur multiseluler dan
mempunyai fungsi yang sama dengan hifa.
c. Dinding sel kapang kebanyakan tersusun dari selulosa, tetapi ada yang tersusun dari khitin.
d. Septum dikenal dengan dinding penyekat antar hifa, fungsi dari septum adalah memungkinkan berbagi
nutrisi dari satu hifa ke hifa yang lain dan memungkinkan sitoplasma bergerak ke ruangan yang lain.

I.8 Sistem Reproduksi Kapang

A. Spora Aseksual
Spora aseksual diproduksi dalam jumlah banyak, berukuran kecil dan ringan, serta tahan terhadap
keadaan kering. Spora ini mudah beterbangan di udara dan tumbuh menjadi miselium baru di tempat lain.
Dikenal enam macam spora aseksual pada fungi, berikut ciri-ciri dari masing-masing spora tersebut :
No Jenis Spora Ciri – Ciri Contoh

1 Konidiospora a. Sel tunggal atau multi Penicillium


sel Aspergillum
b. Terbentuk pada ujung Alternaria
konidiospora Neurospora

2 Sporangiospora a. Sel tunggal Rizhopus


b. Terbentuk di dalam Mucor
sporangium pada Thamnidium
ujung sporangiospora

3 Arthrospora a. Sel tunggal Coccidioides


b. Terbentuk dari
pemisahan potongan
sel hifa
4 Khlamindospora a. Sel tunggal Candida
b. Berdinding tebal
c. Tahan terhadap
keadaan ekstrim

5 Zoospora a. Sel tunggal Saprolegnia


b. Motil dengan flagela

Gambar 1 Morfologi Berbagai Macam Spora Fungi


B. Spora Seksual

No Spora Seksual Ciri-Ciri Contoh

1 Oospora Terbentuk di dalam oogonium Saprolegnia

2 Zigospora Spora besar dikelilingi oleh dinding tebal Rhizopus

3 Askospora Sel-sel tunggal di dalam askus Neurospora

4 Basidiospora Sel-sel tunggal timbul pada basidium Agaricus

(Srikandi, 1989)
I.9 Klasifikasi Kapang

(Zulfiana, 2013)

1. Kapang nonseptat
a. Oomycetes

Anggota dalam oomycetes disebut dengan fungi tingkat rendah. Beberapa diantaranya adalah kapang
air, spesisesnya bervariasi dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Kapang air yang sederhana bersifat
uniseluler dan tidak membentuk miselium, tetapi spesises lainnya membentuk pertumbuhan dengan miselium.
Oomycota atau jamur air adalah kelompok Protista bersel tunggal (uniseluler) yang berfilamen. Angota-
anggotanya secara fisik mirip dengan fungi (jamur) sehingga organisme ini pernah dimasukkan sebagai anggota
fungi. Oomycota bersifat uniseluler dan tidak memiliki kloroplas. Jamur air memiliki dinding sel terbuat dari
selulosa, yang berbeda dengan dinding sel jamur sejati (Fungi) yang terbuat dari polisakarida yang disebut kitin.
Yang membedakan jamur air dengan jamur sejati adalah adanya sel biflagellata yang terjadi pada daur hidup
jamur air, sementara jamur sejati tidak memiliki flagella. Contoh anggota Oomycotina atau Oomycetes
adalah Saprolegnia sp., dan Phytoptora infestans.

Perbedaan Ciri Oomycota dengan Fungi


Oomycota Fungi
Dinding sel tersusun atas selulosa Dinding sel tersusun atas kitin
Dalam fase vegetatif dari pergiliran Dalam fase vegetatif dari pergiliran
keturunan, sel-selnya memiliki inti keturunan, sel-sel memiliki inti haploid
diploid (2n) (n)
Dalam siklus hidupnya, sel memiliki Dalam siklus hidupnya, sel tidak
dua flagella yang tidak sama panjang. memiliki flagella
(Anonim, 2017)
b. Zygomycetes

Zygomycota atau yang juga dikenal dengan sebutan jamur konjugasi adalah jamur yang memiliki
zygospora selama proses reproduksi generatifnya. Ciri utama lain dari zygomycota adalah mereka memiliki hifa
yang bersekat, dan pada hifanya tersebut tidak terdapat dinding sel. Zygomycota biasanya ditemukan sebagai
penyebab rusak atau busuknya roti dan beberapa makanan lain. Adapun struktur dan ciri zygomycota adalah :
a. Mengasilkan zygospora sebagai hasil reproduksi generatifnya.
b. Memiliki hifa bersekat dengan banyak inti sel.
c. Beberapa hifa berdiri tegak dan membentuk sporangiofor, dan pada ujung sporangiofor terdapat
sporangium berbentuk bulat. Di dalam sporangium yang berwarna kehitaman ini terdapat spora vegetatif.
d. Dapat melakukan reproduksi secara generatif (seksual) ataupun vegetatif (aseksual)
e. Hifa dapat berfungsi untuk menyerap makanan, bagian penyerap makanan disebut rhizoid.
Sedangkan perananan zygomycota adalah sebagaimana berikut ini :
a. Mucor Javanicus, berperan dalam pembuatan tapai karena jamur ini terdapat dalam suatu ragi tapai.
b. Rhizopus Sp. dapat memecah amilum, protein dan lemak dalam kedelai menjadi molekul yang lebih
sederhana. Tetapi apabila tumbuh pada makanan atau buah dapat bersifat merugikan karena dapat
mempercepat proses pembusukkan.
c. Mucor Mucedo, banyak ditemukan pada kotoran ternak.
(Anonim, 2017)
Zygomycota berkembang biak secara reproduksi aseksual dan reproduksi seksual. Reproduksi
zygomycotasecara aseksual dilakukan dengan gametogami. Gametogami adalah proses reproduksi menggunakan
zigospora. Sedangkan reproduksi zygomycota seecara seksual dilakukan dengan menghasilkan sporangium.
Organ reproduksi fungi jenis zygomycota disebut dengan zygosporangium. Adapun bentuk organ
reproduksi zygomycota dan ascomycota adalah berdinding tebal yang berwarna hitam. Berikut cara
reproduksi zygomycota secara seksual dan aseksual.
(Bahar. 2018 “Zygomycota”)

2. Kapang septat

A. Ascomycetes
Ascomycota merupakan salah satu filum dari kingdom fungi. Kata ascomycota sendiri berasal dari
kata ascus yang artinya kantung atau pundi-pundi. Askus ini merupakan semacam sporangium yang
menghasilkan askospora. Ascomycota dapat melakukan reproduksi secara seksual dan aseksual.
Ascomycota umumnya hidup sebagai pengurai bahan organik pada tumbuhan atau sisa organisme di dalam
tanah dan di laut. Hampir dari separuh dari spesies ascomycota yang ada hidup bersimbiosis dengan
ganggang membentuk lumut kerak. Habitat ascomycota ada di dalam tanah, laut, maupun pada tumbuhan,
ascomycota juga dapat di temukan pada sisa sisa makanan. Adapun ciri-ciri atau struktur dari ascomycota
adalah :
a. Termasuk dalam jenis jamur sejati (Eumycota)
b. Ada ascomycota yang merupakan multiseluler, adapula yang uniseluler
c. ascomycota memiliki sebuah bagian penghasil spora yang disebut askus, setiap askus
mengandung 8 spora
Sedangkan peranan dari jamur ascomycota adalah sebagaimana berikut:
a. Saccaharomyces, yaitu jamur ascomycota yang sering kita sebut dengan ragi dapat dimanfaatkan
untuk pembuatan tapai, roti dan anggor melalui proses fermentasi
b. Trichodermal resei, merupakan kelompok ascomycota yang dapat menghasilkan enzim selulase
(enzim yang menguraikan selulosa)
c. Penicillium dapat dimanfaatkan menjadi antibiotik
(Bahar, 2018)

Berikut merupakan cara bereproduksinya Ascomycota


1. Reproduksi Aseksual
a. Reproduksi Aseksual pada Ascomycota Uniseluler
Reproduksi aseksual pada uniseluler terjadi dengan pembentukan tunas yang disebut blastophora.
Pembentukan ini diawali dengan menonjolnya dinding tubuh. Selama proses pembentukan tunas, nukleus dalam
sel induk membelah dan akan bergerak ke sel tunas. Kemudian sel tunas tersebut akan memisahkan diri dari sel
induk untuk menjadi individu baru. Terkadang, sel tunas ini tetap menempel pada sel induk membentuk rantai
hifa semu yang disebut pseudohifa.
b. Reproduksi Aseksual pada Ascomycota Multiseluler
Pada ascomycota multiseluler, reproduksi aseksual ini dapat terjadi melalui dua cara, yaitu :
Melalui fragmentasi hifa yang membuat hifa dewasa akan berpisah dengan induknya dan tumbuh menjadi
hifa jamur yang baru. Pembentukan spora aseksual yang disebut konidiospora. Hifa haploid yang sudah dewasa
akan menghasilkan tangkati yang disebut konidiofor. Pada ujung tangkai ini akan terbentuk spora. Lalu spora
tersebut diterbangkan angin. Spora yang diterbangkan ini dikenal dengan istilah konidia. Ketika kondisi
lingkungan menguntungkan, maka konidia akan berkecambah menjadi hifa yang haploid. Hifa tersebut akan
bercabang membentuk miselium yang berkromosom haploid.

2. Reproduksi Seksual
a. Reproduksi Seksual pada Ascomycota Uniseluler
Reproduksi seksual pada ascomycota uniseluler diawali dengan konjugasi (penyatuan dua sel haploid
yang berbeda jenis). Hasil penyatuan tersebut akan membentuk zigot. Lalu zigot ini akan tumbuh menjadi askus
diploid. Inti dari askus diploid ini akan membelah secara miosis dan menghasilkan 4 inti haploid. Kemudian akan
terbentuk dinding sel di sekitar 4 inti tadi. Ketika askus sudah matang, mereka akan pecah dan mengeluarkan
askopsora, apabila askospora jatuh di tempat yang cocok, maka mereka akan berkembang menjadi individu baru.
b. Reproduksi Seksual pada Ascomycota Multiseluler
Reproduksi seksual pada scomycota multiseluler terjadi dengan pertemuan hifa (+) dengan hifa (-) yang
masing-masing memiliki kromosom haploid. Hifa (+) membentuk askogonium (alat reproduksi betina),
sedangkan hifa (-) membentuk anteridium (alat reproduksi jantan). Askogonium kemudian akan membuat sebuah
saluran yang menuju anteridium yang disebut trikogin. Nah melalui trikogin ini akan terjadi proses plasmogami
(penyatuan dua atau lebih protoplasma).

Kemudian askogonium akan tumbuh menjadi hifa dikariotik yang bercabang-cabang dan tergabung dalam
askokarp (tubuh buah). Ujung-ujung dari hifa di askokarp ini akan membentuk suatu askus dikariotik. Di dalam
askus akan terjadi kariogami (peleburan inti) sehingga akan terbentuk suatu inti yang berkromosom diploid. Inti
diploid ini kemudian membelah secara meiosis dan menghasilkan 4 nukleus haploid. Masing masing dari nukleus
tersebut akan membelah secara mitosis sehingga menghasilkan 8 nukleus. Kemudian disekitar nukleus tersebut
akan terbentuk dinding sel serta askospora yang berkromosom haploid. Jika askus sudah matang, maka askospora
akan membesar, ketika askus pecah, askospora yang jatuh pada tempat yang cocok akan berkecambah dan
menjadi hifa haploid yang baru.
(Anonim. 2017 “Ascomycota”)

B. Basidiomycetes

Basidiomycota berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata basidium yaitu suatu tahapan diploid dalam
daur hidup Basidiomycota yang berbentuk seperti gada. Jamur basidiomycota ini sering disebut dengan si cantik
yang mematikan, karena jamur Basidiomycota tersebut ada yang mengandung racun. Jamur beracun umumnya
memiliki warna yang cerah dan mencolok serta pada batangnya terdapat cincin, contohnya jamur Amanita
Muscaria. Jamur basidiomycota ini juga dapat hidup bersimbiosis mutualisme dengan akar tumbuhan dengan
membentuk mikoriza, namun ada pula yang hidup parasit pada organisme lainnya. Adapun ciri-ciri dan struktur
dari jamur basidiomycota ini adalah sebagaimana berikut :
a. Merupakan jamur makroskopis, dapat dilihat langsung, dan mempunyai ukuran besar
b. Multiseluler (bersel banyak)
c. Mempunyai tubuh buah yang bentuknya seperti payung yang terdiri dari bagian batang dan
tudung. Pada bagian bawah tudung tampak adanya lembaran-lembaran (bilah) yang merupakan
tempat terbentuknya basidium. Tubuh buah disebut basidiokarp
d. Warna tubuh buah beraneka ragam (bewarna-warni)
e. Setiap basidium mengandung 2 atau 4 basidiospora, masing-masing berinti satu dan haploid
Sedangkan peranan jamur basidiomycota adalah berikut ini :

a. Amanita Phalloides, merupakan jamur basidiomycota yang tampilannya menarik, tetapi mereka
sangat beracun. Jamur ini hidup sebagai saprofit pada kotoran hewan ternak, biasanya berbentuk
seperti payung
b. Volvariella volvacea (jamur merang) jamur ini merupakan sumber protein, kadar kalorinya tinggi,
tetapi kadar kolesterolnya rendah. Karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, jamur ini banyak
dibudidayakan
c. Lentinous edodes, jenis jamur ini selain dapat dikonsumsi manusia juga dapat dipergunakan
sebagai bahan obat

Cara perkembangbiakan Basidiomycota dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu secara generatif (seksual)
dan secara vegetatif (aseksual).

1. Reproduksi Seksual Basidiomycota

Adapun tahapan perkembangbiakan Basidiomycota secara seksual atau generatif adalah sebagai berikut.

a) Spora berinti haploid+ dan haploid– tumbuh menjadi hifa+ dan hifa– .
b) Hifa+ dan hifa– akan melebur menjadi hifa dikariotik (2 inti).
c) Hifa dikariotik tumbuh menjadi miselium dan akhirnya membentuk tubuh buah (basidiokarp).
d) Ujung-ujung hifa pada basidiokarp menggelembung (disebut basidium) dan dua inti haploid menjadi
satu inti diploid.
e) Inti diploid membelah secara meiosis menjadi 4 inti haploid. Basidium membentuk 4 tonjolan dan
masing-masing tonjolan diisi 1 inti haploid yang akan berkembang menjadi spora disebut basidiospora.
f) Basidiospora yang sudah masak akan terlepas dari basidium dan jika jatuh di tempat yang cocok akan
tumbuh menjadi hifa.

2. Reproduksi Aseksual Basidiomycota

Reproduksi secara aseksual terjadi dengan membentuk konidiospora. Konidia adalah spora yang dihasilkan
dengan jalan membentuk sekat melintang pada ujung hifa atau dengan diferensiasi hingga terbentuk banyak
konidia.Hifa haploid yang sudah dewasa akan menghasilkan konidiofor (tangkai konidia).
Pada ujung konidiofor kemudian terbentuk spora. Lalu spora tersebut akan diterbangkan oleh angin. Apabila
kondisi lingkungan menguntungkan, maka konidia akan berkecambah menjadi hifa yang haploid.
(Anonim, 2018)

C. Deuteromycetes
Deuteromycota adalah jamur yang belum diketahui cara reproduksi seksualnya. Karena itu
Deuteromycota sering disebut sebagai jamur yang tidak sempurna. Jamur ini tidak bisa dimasukkan kedalam
kelompok ascomycota karena tidak memiliki askus, juga tidak dapat dikategorikan sebagai basidiomycota karena
tidak mempunyai basidium. Nama lain dari Deuteromycota adalah fungi imperfecti (jamur tidak sempurna).
Mungkin apabila suatu saat nanti reproduksi seksualnya diketahui, mungkin jamur tersebut akan memiliki dua
nama yang disematkan pada fase berbeda dalam siklus hidupnya. Terdapat sekitar 25.000 spesies yang telah
dikenali dari Deuteromycota.

Jamur deuteromycota banyak yang bersifat saprofit pada materi organik, sebagai parasit pada tumbuhan
tingkat tinggi dan sebagai penyebab dari rusaknya beberapa tanaman budidaya. Deuteromycota juga dapat
menyebabkan penyakit pada manusia, contohnya penyakit kurap dan panu. Selain itu mereka juga menimbulkan
pelapukan pada kayu.

Jamur Deuteromycota bereproduksi secara seksual maupun aseksual. Berikut merupakan cara jamur
Deuteromycota bereproduksi:
 Reproduksi aseksual terjadi dengan menghasilkan konidia atau menghasilkan hifa khusus yang disebut
konidiofor.
 Meskipun tidak memiliki reproduksi seksual, tetapi rekombinasi genetiknya masih dapat terjadi,
sehingga disebut denagn paraseksualitas. Siklus paraseksual ini merupakan proses mengirim materi
genetik tanpa melalui pembelahan meiosis dan perkembangan dari struktur seksual.
Selain itu, jamur Deuteromycota memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Multiseluler.
 Hifa bersekat dengan tubuh yang berukuran mikroskopis.
 Bersifat parasit pada inangnya dan banyak juga yang hidup saprofit pada sampah.
 Reproduksi aseksualnya dengan konidia dan seksualnya belum diketahui.
 Menyebabkan penyakit dan bersifat merusak pada hewan ternak, manusia dan tanaman.
 Biasanya hidup di tempat yang lembab.
Dan beriukut yang merupakan contoh dari jamur Deuteromycota:
 Epidermophyton Floocosum (penyebab kutu air)
 Melazasia fur-fur (penyebab panu)
 Altenaria sp. (Parasit pada tanaman kentang)
 Fusarium (Menjadikan tanaman tomat sebagai inangnya)
 Trychophyton tonsurans (penyebab ketombe)
(Anonim. 2017 “ Deuteromycota”)

I.10. Tabel Perbedaan Hewan, Tumbuhan, dan Protista

Perbedaan Hewan Tumbuhan Protista


Dinding Sel Tidak Ada Ada Kebanyakan Ada yang punya dan
dari selulosa ada yang tidak
punya
Pergerakan Aktif (Kaki, Pasif atau Tidak Aktif dan Pasif
Sayap, Sirip Bisa Berpindah (Contoh Aktif :
dan lainnya) Tempat mempunyai flagella)
Sumber Energi Zat Organik Matahari dan Air Matahari, Air, dan
(C,H,O,N) Zat Organik
Khlorofil Tidak Ada Ada, dapat Ada dan Tidak Ada
berfotosintesis
Sumber Cadangan Makanan Lemak dan Pati Pati, Glikogen, dan
Glykogen Lemak
Inti Sel Eukariotik Eukariotik Eukariotik dan
Prokariotik

II. 1 Morfologi Khamir

Menurut morfologinya, khamir dibagi menjadi 2 yaitu :


1. Khamir Sejati
Pada dasarnya, kelompok khamir sejati termasuk ke dalam kelas Ascomycetes. Khamir sejati berciri-ciri
memiliki spora. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah spesies Saccharomyces, Schizosaccharomyces,
Zygosaccharomyces, Pichia, Hansenula, Debaryomyces dan Hanseniaspora.
Sedangkan pada kelompok jenis kelompok khamir sejati ini spesies yang umum digunakan dalam industri
adalah Saccharomyces cerevisiae yaitu untuk pembuatan roti, minuman beralkohol, glyserol dan enzim
invertase.
2. Khamir Liar
Kelompok khamir liar ini merupakan kelompok khamir yang tidak memiliki spora. Kelompok khamir liar
ini pertumbuhannya ada yang diharapkan dan ada juga yang tidak diharapkan. Yang termasuk ke dalam kelompok
khamir liar ini adalah Candida, Torulopsis, Brettanomyces, Rhodotorula, Trichosporon, dan Kloeckera.
Dengan memperhatikan aktivitas kelompok khamir yang sangat reaktif dan beragam terhadap bahan
makanan, maka dapat dikatakan khamir mempunyai potensi yang besar selain sebagai agen fermentasi, dapat
memberi perubahan yang sangat signifikan baik dalam rasa, aroma maupun tekstur dari pangan tersebut. Seperti
kita lihat selain pada pembuatan roti dan minuman yang beraroma alkohol, atau dari sayur dan buah fermentasi
secara umum pemanfaatan khamir dalam mengembangkan produk pangan.
Namun, disisi lain khamir juga dapat menyebabkan kerusakan. Seperti contohnya, khamir hanya memiliki
sedikit resisten terhadap pemanasan dan kebanyakan khamir akan terbunuh pada suhu 60oC. Jika makanan
kaleng busuk karena pertumbuhan khamir, maka dapat diduga pemanasan makanan tersebut tidak cukup atau
kaleng telah bocor. Pada umumnya kebusukan karena khamir disertai dengan pembentukan alkohol dan gas
CO2 yang menyebabkan kaleng menjadi kembung. Khamir dapat membusukkan buah kaleng, jam dan jelly serta
dapat menggembungkan kaleng karena produksi CO2. Seperti halnya kapang, khamir yang tumbuh pada
makanan yang diolah dengan pemanasan tidak menyebabkan penyakit pada manusia.
(Kurniawan, 2011)

II.2 Habitat Khamir


Khamir memiliki habitat yang sangat luas yang meliputi daratan, perairan, dan udara. Sebagai contohnya,
Khamir dapat tumbuh di tanaman, makanan, dan buah-buahan. Selain itu, salah satu habitat Khamiur adalah
perairan, terlbih pada air tawar, air payau, dan air laut. (Wati, 2017)
Selain itu, Khamir juga sering ditemukan pada substrat yang banyak mengandung sumber karbon organik.
Khamir sendiri merupakan organisme uniseluler yang menempati area lembab, termasuk getah pohon dan
jaringan hewan. Namun lebih sering ditemukan pada bagian tumbuhan, khususnya buah dan sisa-sisa tumbuhan.
Khamir kebanyakan tumbuh paling baik pada kondisi dengan air yang cukup. Khamir dapat tumbuh pada
medium dengan gula atau garam yang tinggi, sehingga Khamir kebutuhan air untuk pertumbuhan lebih sedikit
dibandingkan dengan bakteri. Batas aktivitas air pada Khamir terendah untuk pertumbuhan berkisar antara 0,88-
0,94. Selain itu, banyak Khamir yang bersifat osmofilik, yakni dapat tumbuh pada medium dengan aktivitas air
relatif rendah, yaitu 0,62-0,65.
Kisaran suhu untuk pertumbuhan kebanyakan Khamir pada umumnya hamper sama dengan kapang, yaitu
suhu optimum 25-30 °C dan suhu maksimum 34-47 °C, tetapi beberapa Khamir dapat tumbuh pada suhu 0 °C.
Kebanyakan Khamir lebih cepat tumbuh pada pH 4,0-4,5 dan tidak dapat tumbuh dengan baik pada medium
alkali, kecuali jika telah beradaptasi. (Candra, 2014)
II.3 Reproduksi Khamir
Khamir dapat melakukan reproduksi atau perkembangbiakan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Pertunasan
2. Pembelahan
3. Pembelahan tunas, yaitu kombinasi antara pertunasan dan pembelahan
4. Sporulasi atau pembentukan spora yang dapat dibedakan atas dua macam yaitu :
a. Spora aseksual
b. Spora seksual
Reproduksi dengan cara pertunasan, pembelahan, pembelahan tunas dan pembentukan spora seksual disebut
reproduksi vegetatif, sedangkan reproduksi dengan cara membentuk spora seksual disebut reproduksi seksual.

II.3.1 Pertunasan Sel


Pertunasan merupakan cara reproduksi paling umum pada khamir, dimana suatu saluran terbentuk dari
vakuola didekat nukleus menuju dinding sel yang terdekat dengan vakuola. Karena penipisan dinding sel, maka
protoplasma pada dinding sel akan tersembul keluar dan membesar, serta diisi dengan komponen-komponen
nukleus dan sitoplasma dari induk melalui saluran yang terbentuk.
Tunas tumbuh dan membentuk dinding sel baru dan jika tunas hampir sama besar dengan induk, komponen
nukleus terpisah menjadi dua dan terbentuk dinding penyekat. Lalu, anak sel melepaskan diri dari induknya atau
tetap menempel pada induk dan membentuk tunas baru.

Macam bentuk pertunasan khamir :


1. Pertunasan multilateral, dimana tunas muncul disekitar ujung sel. Misalnya pada sel berbentuk oval
(Saccharomyces) dan silinder.
2. Pertunasan disetiap tempat pada permukaan sel yaitu terjadi pada sel khamir berbentuk bulat misalnya
Debaryomyces
3. Pertunasan polar, dimana tunas muncul hanya pada salah satu atau kedua ujung sel (pertunasan bipolar)
yang memanjang. Misalnya pada sel berbentuk lemon (spikulat) seperti Hanseniaspora dan Kloeckera.
4. Pada jenis Trigonopsis yang mempunyai bentuk triangular, pertunasan dapat terjadi pada ketiga ujung sel
yang memanjang
5. Tunas kadang tidak terlepas dari induknya dan terus tumbuh serta bertunas membentuk pseudomiselium
II.3.2 Pembelahan Sel
Mula-mula sel khamir membengkak/ memanjang, nukleus terbagi dua dan terbentuk septa atau dinding
penyekat tanpa mengubah dinding sel. Kemudian, septa terbagi menjadi dua dinding dan kedua sel melepaskan
diri satu sama lain. Pembelahan sel terjadi pada Endomyces dan Schizosaccharomyces.

II.3.3 Pembelahan Tunas


Contoh khamir yang bereproduksi dengan cara ini adalah Saccharomycodes, Nadsonia, Pityrosporium
yang berbentuk botol.
Mula-mula terbentuk tunas, tetapi tempat melekatnya tunas pada induk relatif besar, kemudian terbentuk
septa yang memisahkan tunas dari induk selnya.
II.3.4 Pembentukan Spora Aseksual
Sporulasi vegetatif atau aseksual pada khamir terjadi melalui pembentukan spora yang dibedakan menjadi
arthrospora, blastospora, ballistospora, dan khlamidospora.
1. Pembentukan arthrospora terjadi pada jenis Trichosporon. Khamir ini tumbuh dalam bentuk hifa dan
membentuk dinding penyekat pada interval tertentu. Kemudian hifa-hifa terpecah pada dinding penyekat,
membentuk arthrospora atau oidia
2. Blastospora tidak melepaskan diri dari induknya tetapi membentuk kumpulan tunas yang menempel pada
sel yang memanjang atau pseudomiselium. Tunas tersebut mungkin tetap berbentuk bulat sampai oval, atau
memanjang sehingga membentuk cabang baru.
3. Ballistospora diproduksi oleh khamir yang termasuk Sporobolomycetaceae misalnya Sporobolomyces. Spora
ini tumbuh pada ujung sel yang meruncing, satu demi satu, dan dilepaskan dari sel dengan tekanan. Droplet
yang terbentuk selama pembentukan ballistopora akan dibawa oleh spora sewaktu dilepaskan.
4. Khlamidospora adalah bentuk spora istirahat yang mempunyai dinding sel tebal dan dibentuk oleh beberapa
jenis khamir.

II.3.5 Pembelahan Spora Seksual


Khamir membentuk spora seksual yang terdiri dari basidiospora dan askospora. Khamir yang membentuk
basidiospora digolongkan ke dalam Basidiomycetes dan yang membentuk askospora digolongkan ke dalam
Ascomycetes, sedangkan yang tidak membentuk spora seksual disebut Fungi Imperfecti (kelas Deuteromycetes)
Khamir dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan jumlah kromosoma didalam inti sel yaitu :
1. Khamir diploid, inti sel terbentuk dari penggabungan inti dua sel haploaid (1n) atau dua askospora dan
mengandung jumlah khromosoma sebanyak 2n. Selama proses meiosis, inti sel diploid akan terbelah lagi
menjadi jumlah khromosoma haploid (1n)
2. Khamir haploid, misalnya Schizosaccharomyces, inti sel vegetatif mengandung jumlah kromosom dasar (1n)
sehingga sebelum terjadi sporulasi harus terlebih dulu terjadi penggabungan dua inti menjadi inti diploid
Gambar Siklus vegetative pada S.Cereviciae
Askospora yang dibentuk oleh berbagai sel khamir bervariasi bentuk, ukuran, warna, dan jumlah spora
per askus.
1. Spora berbentuk bulat atau oval dengan permukaan halus ditemukan pada Saccharomycess dan yang
lainnya.
2. Spora berbentuk kacang ditemukan pada Fabospora.
3. Endomycopsis selenospora memproduksi spora berbentuk bulan sabit.
4. Hanseluna membentuk spora seperti topi
5. Pichia membentuk spora seperti topi helmet.
6. Debaryomyces membentuk spora bulat dengan dinding bergerigi kasar

Gambar Bentuk Askospora


(Firman, 2016)

II.4 Peran Khamir dalam Industri


II.4.1 Dalam bidang pangan
Dengan memperhatikan aktivitas yeast yang sangat reaktif dan beragam terhadap bahan makanan, maka
dapat dikatakan yeast mempunyai potensi yang besar selain sebagai agen fermentasi, dapat memberi perubahan
yang sangat signifikan baik dalam rasa, aroma maupun tekstur dari pangan tersebut. Seperti kita lihat selain pada
pembuatan roti dan minuman yang beraroma alkohol, atau dari sayur dan buah fermentasi. Orang-orang Mesir
zaman dahulu telah menggunakan yeast dan proses fermentasi dalam memproduksi minuman beralkohol dan
membuat roti pada lebih dari 5000 tahun yang lalu. Setelah ditemukannya mikroskop Louis Pasteur pada akhir
tahun 1860 menyimpulkan bahwa yeast merupakan mikroba hidup yang bertindak sebagai agen dalam proses
fermentasi dan digunakan sejak zaman dahulu untuk menaikan adonan roti.
Tidak lama setelah penemuan tersebut, dilakukan upaya untuk mengisolasi yeast secara murni. Dengan
kemampuan ini mulailah dilakukan produksi yeast secara komersial untuk keperluan pembuatan roti. Jenis yang
dikembangkan adalah Saccharomycescerevisiae yang disebut dengan Baker·s yeasts.
Secara umum pemanfaatan yeast dalam mengembangkan produk pangan dapat diketahui seperti di bawah
ini :
a. Susu dan produk olahannya
Beberapa contoh produk yang dihasilkan oleh Khamir:
Produk Yeast spesies
Susu segar, Rhodotorula spp., Candida famata, C. diffluens, C. curvata,
pasteurisasi Kluyveromyces marxianus, Cryptococcus flavus.
Rhodotorula rubra, R. glutinis, Candida famata, C. diffluens,
Mentega
C. lipolytica, Cryptococcus laurentii.
Kluyveromyces marxianus, Candida famata,
Yogurt Debaryomyces hansenii, Saccharomyces cerevisiae,
Hansenula anomala
Kluyveromyces marxianus, C. lipolytica, Candida famata
Keju Cottage dan
dan Candida yang lain, Debaryomyces hansenii,
segar
Cryptococcus laurentii, Sporobolmyces roseus.
Keju lunak Kluyveromyces marxianus, Candida famata, Candida
dimatangkan lipolytica, Pichia membranafaciens, P. fermentans,
dengan jamur Debaryomyces hansenii, Saccharomyces cerevisiae,
(mold) Zigosaccharomyces rouxii.
b. Daging dan produk olahannya
Produk Yeast spesies
Daging segar Candida spp., Rhodotorula spp., Debaryomyces spp.,
merah dan ungags Trichosporon (jarang diteliti).
Daging Domba Cryptococcus laurentii, Candida zeylanoides,
beku Trichosporon pullulans.
Daging kalkun
Cryptococcus laurentii, Candida zeylanoides.
beku
Candida lipolytica, C. zeylanoides, C. lambica, C. sake,
Daging potong atau
Cryptococcus laurentii, Debaryomyces hansenii, Pichia
cincang
membranaefaciens.
Daging yang diolah
Debaryomyces hansenii, Candida spp., Rhodotorula spp.
(sosis, ham)

II.4.2 Dalam bidang non pangan


Khamir merupakan salah satu mikroorganisme yang telah diproduksi secara komersial. Salah satu
manfaat utama dari ragi atau khamir adalah pembentukan alkohol dari bahan baku karbohidrat. Selain
dimanfaatkan dalam industri pangan seperti pembuatan minuman, roti dan bir, ragi juga dimanfaatkan dalam
bidang nonpangan. Beberapa contoh khamir yang dimanfaatkan dalam bidang nonpangan antara lain:
a. Saccharomycopsis lipolityca digunakan untuk memproduksi protein mikroba dari produk minyak tanah
b. Candida utilis digunakan untuk memproduksi Riboflavin dari limbah industri kertas.
II.4.3 Peranan khamir dalam industri kimia
Penggunaan khamir dalam industri seperti pada fermentasi alkohol, industri biomassa dan bahan baku
karbohidrat.
Pada kondisi anaerob pada tumbuhan dan beberapa fungi terjadi penimbunan alkohol khususnya etanol.
Penghasil alkohol (etanol) adalah ragi terutama dari Saccharomyces cerevisiae. Seperti halnya fungi, ragi
bernafas aerob dalam lingkungan terisolasi dari udara, ragi akan meragikan karbohidrat menjadi etanol dan
karbondioksida. Pada beberapa bakteri anaerob termasuk anaerob fakultatif pada peragian heksosa dan pentosa
menghasilkan alkohol sebagai produk utama. Gay-lussac merumuskan proses pengubahan glukosa menjadi
etanol dalam reaksi sebagai berikut:
C6H12O6 2 CO2 + 2 C2H5OH
Peragian dari glukosa menjadi etanol dan karbondioksida oleh ragi Saccharomyces cerevisiae
berlangsung melalui alur fruktosa difosfat. Piruvat didekarboksilasi menjadi asetaldehid oleh piruvat
dekarboksilase dengan bantuan tiamin pirofosfat. Asetaldehid oleh alkohol dehidrogenase direduksi dengan
NADH2 menjadi etanol. (Riza, 2015)

II.5 Contoh
Saccharomyces cerevisiae merupakan salah satu jenis khamir yang telah dikenal secara luas dan banyak
dimanfaatkan terutama dalam proses fermentasi. Organisme ini sudah sejak lama digunakan memfermentasikan
gula dari beras, gandum, gerst dan jagung untuk memproduksi minuman beralkohol dan juga digunakan oleh
industri makanan sebagai pengembang adonan roti. Proses fermentasi yang dilakukan khamir menghasilkan gas
karbondioksida dan etanol. Karbondioksida terperangkap di dalam gelembung-gelembung kecil sehingga roti
dapat mengembang. Khamir sering diolah menjadi suplemen vitamin karena khamir mengandung 50% protein
serta merupakan sumber vitamin B, niacin dan asam folat yang sangat baik.
Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir yang sangat penting dalam bioindustri. Toleransinya terhadap
etanol merupakan karakter yang menentukan sehingga mikroorganisme ini dapat digunakan sebagai sumber
biofermentasi. Toleransi yang tinggi terhadap etanol disebabkan komposisi lipid yang unik dari membran
plasmanya yang menyintesis lebih banyak ergosterol dibandingkan dengan kolesterol dan fosfolipid. Kolesterol
dan fosfolipid mengandung residu asam lemak tidak jenuh dalam proporsi yang sangat tinggi. (Yudha. 2013)
II.2 Morfologi Alga (Ganggang)

Sel ganggang memiliki struktur mirip sel tumbuhan, yaitu bersifat eukariotik (memiliki membran inti)
serta memiliki dinding sel dan kloroplas. Dinding sel ganggang ada yang mengandung selulosa, hemiselulosa,
silika, kalsium karbonat, polisakarida, pektin, algin, agar, dan karagenan. Bahan-bahan tersebut membentuk gel
sehingga ganggang terasa berlendir atau seperti karet. Ganggang jenis Euglena tidak memiliki dinding sel, tetapi
memiliki pelikel yang lentur untuk menyokong membran sel. Bentuk kloroplas pada sel ganggang bervariasi,
antara lain berbentuk bulat, jala, spiral, cakram (diskoid), bintang, seperti mangkuk, dan seperti pita. Di dalam
kloroplas sel terdapat ribosom, DNA, pirenoid, dan klorofil. Jenis klorofil, antara lain klorofil a, klorofil b,
klorofil c, dan klorofil d, yang semuanya berfungsi untuk fotosintesis. Selain klorofil, ganggang juga memiliki
tambahan pigmen fotosintetik lainnya, yaitu karoten (kuning kemerahan), xantofil (kuning), fikoeritin (merah),
fikosianin (biru), dan fukosantin (cokelat). Campuran warna antara warna hijau klorofil dengan beberapa pigmen
lainnya membuat ganggang tampak berwarna warni.
Hasil fotosintesis ganggang digunakan untuk metabolisme sel dan kelebihannya disimpan sebagai
cadangan makanan di dalam pirenoid. Cadangan makanan yang disimpan dapat berupa amilum, protein, tepung
florid, floridosid, minyak, laminarin, paramilon, dan leukosin. Ganggang juga memiliki organel sel seperti yang
dimiliki Protista lain, misalnya mitokondria, ribosom, badan golgi, retikulum endoplasma, dan inti sel. Pada
ganggang uniseluler yang dapat bergerak (misalnya Euglena dan Chlamydomonas) terdapat vakuola kontraktil
untuk osmoregulasi (pengaturan tekanan osmotik cairan sel) dan bintik merah yang disebut stigma, yang
berfungsi sebagai organel fotoreseptor.
Beberapa jenis ganggang yang uniseluler yang memiliki satu atau lebih flagela untuk bergerak dan
berenang di dalam air, misalnya Euglena, Chlamydomonas, Volvox, Synura, Orhromonas, Chromulina,
Prymnesium, Isochrysis, dan Chrysochromulina. Ganggang multiseluler yang hidup menempel pada batu akan
membentuk struktur menyerupai akar yang disebut boldfast.
II.3 Habitat Ganggang
Semua ganggang fotoautotrof dapat melakukan fotosintesis. Fotosintesis dilakukan oleh sel-sel yang
mengandung klorofil dan pigmen fotosintetik lainnya. Ganggang hidup di habitat yang lembap, basah atau
perairan, baik air tawar maupun air laut yang masih dapat ditembus oleh cahaya matahari. Di dalam perairan,
ganggang merupakan penyusun fitoplankton. Fitoplankton berperan sebagai penyedia bahan makanan dan
oksigen bagi organisme perairan lainnya. Ganggang yang hidup melayang-layang di dalam air disebut
neuston. Sementara ganggang yang hidup melekat di dasar perairan atau melekat pada organisme lainnya
disebut bentuk. Bentik dapat dibedakan menjadi epilitik (melekat di batu), epipelik (melekat pada lumpur
atau pasir), epifitik (melekat pada tanaman) dan epizoik (hidup di atau melekat pada hewan).
Berdasarkan tempat hidupnya di perairan, ganggang dibedakan ke dalam beberapa kelompok berikut.
 Ganggang subaerial, hidup di permukaan air.
 Ganggang intertidal, secara periodik muncul ke permukaan air karena terbawa oleh pasang surut air.
 Ganggang sublitoral, berada di bawah permukaan air.
 Ganggang edafik, hidup di lumpur atau pasir di dasat perairan.
Ganggang ada yang hidup soliter, berkoloni, atau bersimbiosis dengan organisme lain. Ganggang yang
berkoloni terbentuk karena pada saat pembelahan biner sel-sel ganggang tetap berikatan satu dengan yang
lainnya melalui untaian sitoplasma atau matriks bergelatin. Sel tidak dapat melakukan reproduksi bila
diisolasi dari sel lainnya. Contohnya koloni Volvox yang terdiri atas ratusan hingga ribuan sel biflagelata
(berflagela dua).
Beberapa jenis ganggang hidup bersimbiosis dengan organisme lain. Contohnya Paramecium bursaria
(Ciliata) yang hidup bersama dengan sel-sel ganggang Zoochlorella, alga hijau dengan hewan spons, dan
ganggang hijau uniseluler yang bersimbiosis dengan jamur membentuk lichen (lumut kerak).
Ganggang cokelat yang hidup di perairan beriklim sedang, misalnya Macrocytis, dapat tumbuh hingga
panjangnya mencapai 60 meter, dan membentuk hutan kelp. Hutan kelp menyediakan habitat dan makanan
bagi kehidupan ikan atau organisme laut lainnya.

II.4 Bagian-bagian Ganggang

Bagian tubuh ganggang yang menyerupai batang disebut stipe , sedangkan bagian yang menyerupai daun
disebut blade . Pada beberapa jenis ganggang cokelat, blade dilengkapi dengan pelampung sehingga blade dapat
tetap berada di permukaan air untuk dapat berfotosintesis, misalnya Sargassum . Struktur ganggang yang
bentuknya seperti tumbuhan tingkat tinggi, tetapi tidak memiliki akan, batang, daun yang sejati, disebut talus
(Yunani, thallos = kecambah).
Berikut fungsi dari tiap struktur algae :
 Flagela digunakan oleh sel-sel dan organisme uniseluler untuk gerakan, sensasi dan transduksi sinyal.
 Vakuola kontraktil adalah organel yang memompa kelebihan air pada kebanyakan sel Protista secara
osmosis.
 Mitokondria ini berfungsi sebagai tempat untuk memproduksi energi bagi sel.
 Nukleus juga merupakan organel yang tertutup membran sel (eukariotik) disebut juga inti sel. Nukleus
berisi sebagian besar materi genetik sel berupa molekul DNA linear panjang yang kompleks dengan
berbagai macam protein seperti histon. Nukleus berfungsi untuk membentuk kromosom.
 Stigma disebut juga eyespot (bintik mata) bewarna merah yang menonjol di dekat dasar flagela pada
kutub anterior. Stigma terdiri dari 30-50 butir karotenoid yang disisipkan dalam matriks tak bewarna.
Stigma berperan dalam fototaksis (gerakan yang terjadi pada organisme ketika menanggapi rangsangan
cahaya).
 Kloroplas dibungkus oleh sistem membran ganda. Pigmen yang terkandung dalam kloroplas, yaitu
klorofil a dan klorofil b, beta-karoten dan berbagai xantofil, Luten, violaxanthin, zeaxanthin. Kloroplas
dalam sel yang terletak dengan bentuk dinding sel (parietal),. Variasi kloroplas sebagai berikut:
 Bentuk mangkuk, misalnya Chlamydomonas
 Bentuk belt (sabuk), contoh: Ulothrix
 Bentuk disk, contoh: Chara
 Bentuk anyaman, contoh: Oedogonium
 Bentuk spiral, contoh: Spirogyra
 Bentuk bintang, contoh: Zygnema
 Pati sebagai cadangan makanan pada tumbuhan tingkat tinggi terdiri sebagai rantai glukosa bercabang
yaitu amilosa dan amilopektin rantai bercabang. Seringkali granula pati terbentuk dalam tubuh bersama
dengan protein dalam plastida disebut piretinoid, pirenoid umumnya ditutupi oleh granula pati, pirenoid
ini berasal dari hasil asimilasi berupa tepung dan lemak.Tetapi beberapa jenis tidak memiliki pirenoid
seperti jenis dan ini adalah kelompok yang memiliki tingkat tinggi Chlorophyta. Total pirenoid umumnya
tiapel tertentu dan digunakan sebagai alat taksonomi.
 Pirenoid merupakan pusat fiksasi karbon dioksida di dalam kloroplas ganggang. Pirenoid tidak terikat
pada membran. Pirenoid adalah area khusus plastid yang mengandung kadar karboksilase oksigenase
ribulosa-1,5-bifosfat tinggi (RubisCO).
 Dinding Sel terletak di luar membran sel yang berfungsi untuk memberikan kekakuan, kekuatan,
dukungan structural dan perlindungan terhadap stress mekanik dan infeksi

II.5 Pembagian Kelas Alga (Ganggang)

1. Cyanophyta (Ganggang Hijau Biru)

Ganggang hijau biru termasuk kedalam monera, karena struktur selnya sama dengan struktur sel bakteri,
yaitu bersifat prokariotik. Ganggang hijau biru berukuran mikroskopis. Ganggang hijau biru tersebar luas, banyak
ditemukan di perairan tanah yang lembab, permukaan dinding tembok, pot, batu karang yang lembab. Bahkan
ditemukan pula di tempat yang kurang menguntungkan lingkungannya. Beberapa jenis dijumpai pada sumber air
panas seperti mata air panas Yellow Stone Park di Amerika. Ciri-ciri dan sifat ganggang hijau biru:

 Tumbuhan bersel satu, benang (filamen) dan hidup berkoloni


 Memiliki klorofil, karotenoid serta pigmen fikobilin yang terdiri dari fikosianin dan fikoeritin (sering
disebut ganggang hijau biru)
 Dinding sel mengandung peptida, hemiselulosa dan selulosa, kadang -kadang berlendir Inti sel tidak
memiliki membran (prokarion) Contoh:
 Bentuk unisel (satu sel): Chroococcus, Gloeocapsa
 Bentuk koloni: Polycystis
 Bentuk filamen: Oscilatoria, Nostoc, Anabaena, Rivularia.

2. Chloropyta (ganggang hijau)

Mempunyai pigmen klorofil a, klorofil b, karoten dan xantofil. Ganggang ini juga dapat melakukan
fotosintesis. 90% hidup di air tawar dan 10% hidup di laut. Yang hidup di air umumnya sebagai plankton atau
bentos, juga menempel pada batu dan tanah. Ganggang hijau merupakan kelompok ganggang yang paling banyak
jumlahnya diantara gangganga lain.Cara reproduksi dengan fragmentasi dan konjugasi.

Adapun contoh-contohnya yaitu:

 Chlorella : bersel satu, bentuk bulat, kloroplas menyerupai mangkuk atau lonceng, hidup di air tawar/
laut/ payau/ darat, pembiakan vegetatif dengan pembelahan sel dan tiap sel membentuk 4 sel anakan.
Beberapa ahli beranggapan ganggang ini dapat dimanfaatkan kelak untuk memproduksi bahan makanan
baru bagi manusia, yakni protein, lemak dan karbohidrat.
 Ulva : terdapat di dasar pantai berbatu, berupa lembaran yang disebut selada air dan dapat dimakan.
 Spiroggyra: berbentuk benang (filamen) silindris, hidup di kolam, sawah atau perairan yang airnya tidak
deras, reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, generatif dengan konyugasi yaitu dua Spirogyra yang
bertonjolan berdekatan, kemudian dua tonjolan bergabung membentuk pembuluh, protoplasma isi sel
yang berlaku sebagai gamet, gamet sel yang satu pindah ke gamet sel yang lain dan terjadilah
plasmogami dan diikuti kariogami, hasil persatuan ini berupa zigospora diploid, zigospora mengadakan
meiosis dan tumbuh menjadi benang baru yang haploid, dan hanya satu sel yang menjadi individu baru.
 Chlamidomonas: berbentuk bulat telur dengan dua flagelum, satu vakuola dan satu nukleus. Ditemukan
butir stigma dan pirenoidyang berfungsi sebagai pusat pembentukan tepung (amilum). Reproduksi
dilakukan membelah diri dan konyugasi.
 Euglena: juga dikelompokan ke dalam protozoa (hewan), karena selain mempunyai klorofil juga dapat
berpindah tempat.
 Hydrodictyon: ditemukan di air tawar dan koloninya berbentuk jala. Reproduksi vegetatif dengan
fragmentasi (pemisahan) sel koloni menghasilkan zoospora, sedang generatif dengan konyugasi sel
gamet yang dilepas dari induknya menghasilkan zigospora.
 Oedogonium: biasanya melekat pada tanaman air, rumaha siput dan lain-lain.
 Chara : bentuknya seperti tumbuhan tingkat tinggi, terdapat di air tawar. Batang beruas-ruas dan tiap
ruas bercabang kecil.

3. Phaeophyta (ganggang coklat/ perang)

Phaeophyceae atau Ganggang coklat adalah salah satu kelas dari dari ganggang berdasarkan zat warna
atau pigmentasinya. Pigmen yang lebih dominan adalah pigmen xantofil yang menyebabkan ganggang berwarna
coklat. Pigmen lain yang terdapat dalam Phaeophyceae adalah klorofil A dan C serta karoten. Sebagian besar
Phaeophyceae terdapat dilaut, hanya ada tiga jenis saja yang hidup di air tawar dan jenis-jenis ini merupakan
jenis yang langka. Phaeophyceae banyak terdapat didaerah yang beriklim dingin. Alga ini banyak mendominasi
bagian lateral daerah artik dan antartik. Walaupun demikian, ada jenis-jenis lainnya yang hidup didaerah tropic
dan subtropik. Sebagian besar dari phaeophyceae hidup melekat pada subtract karang dan lainnya. Beberapa
diantaranya hidup sebagai epifit.

Paeophyta atau ganggang coklat dibagi menjadi tiga golongan, berdasarkan tipe pergantian keturunan.
Ganggang coklat ini hidup pada air laut, hanya beberapa jenis saja yang di temukan di air laut,hanya bebepa saja
yang hidup di air tawar, di laut samudra, di daerah iklim sedang dan dingin.

Ganggang coklat ini masuk dalam satu kelompok yang sangat besar, Heterokontopyta,suatu eukaryotic
kelompok organisma yang di bedakan secara mencolok, ganggang ini lebih banyak di temukan irtidal, terutama
pada daerah belahan utara. Anggota phaeophyta di temukan sekitar 500 genus dengan 5600 spesies. Pada daerah
tropis, beberapa spesies ini dapat membentuk biomasa penting.Hidup di pantai, warna coklat karena adanya
pigmen fikosantin (coklat), klorofil a, klorofil b dan xantofil. Tubuh berbentuk seperti benang atau lembaran
yang dapat mencapai puluhan meter.Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi,c sedangkan generatif dengan
isogami dan oogami. Contoh-contoh ganggang cokelat : Laminaria, Fucus, Turbinaria, dan Sargasum

4. Rhodophyta (ganggang merah)

Umumnya hidup di laut dan beberapa jenis di air tawar, mengandung pigmen kklorofi a, klorofil d,
karoten, fikoeritrin, fikosianin.Tubuh bersel banyak menyerupai benang atau lembaran.Reproduksi vegetatif
dengan spora. Contoh : Batrachospermum, Gelidium, Eucheuma, Gracililaria, Chondrus, Porphyra,
Polysiphonia, Nemalion, dll.

5. Chrysophyta ( ganggang keemasan)

Bersel tunggal atau banyak, mempunyai pigmen klorofil a, klorofil c, karoten, xantofil dan fikosantin.Hidup di
tempat yang basah, laut, air tawar, dan merupakan fitoplankton. Contoh :

 Vaucheria : hidup di air atau tempat yang basah, berbentuk benang sering bercabang.
 Ochromonas : sel berbentuk bola, berstigma, flagel dua sama panjang, kloroplas berupa lembaran
melengkung warna kekuningan.
 Diatome (Navicula atau ganggang kersik): hidup di air tawar, laut sebagai epifit dan mayoritas sebagai
plankton. Contoh yang terkenal dari Diatome adalah Pinnularia sp. Cangkok Diatome dibuat dari bahan
gelas yaitu silica.

II.6 Proses Reproduksi Ganggang Secara Aseksual

Dalam reproduksi aseksual pada ganggang terjadi dengan pembelahan biner fragmentasi dan pembentukan spora
vegetatif, proses reproduksi aseksual ialah sebagai berikut :

1. Pembelahan Biner

Reproduksi aseksual secara pembelahan biner pada ganggang terjadi pada ganggang ( alga ) uniseluler, seperti
Euglenoid, Chlorella dan Pyrrophyta ( ganggang api ), pada Euglenoid, pembelahan biner terjadi dengan
membujur. Pembelahan tersebut diawali dengan pembelahan inti diikuti dari pembelahan sitoplasma, dari satu
sel induk yang dihasilkan ke dua sel anakan yang tumbuh menjadi ganggang baru.

2. Fragmentasi

Fragmentasi merupakan pemutusan sebagian tubuh ganggang, bagian tubuh yang terlepas di tubuh induk tumbuh
menjadi ganggang baru. Fragmentasi yang pada ganggang multiseluler berbentuk filament dan talus. Contohnya
pada Cladophora, Sargassum, Spirogyra, Macroctis dan Laminaria.
3. Pembentukan Spora Vegetatif

Pembentukan spora vegetatif terjadi dalam sel induk yang menghasilkan zoospore, pembentukan spora secara
vegetatif terjadi jika kondisi lingkungan mendukung dan jumlah makanan mencukupi. Hal tersebut dapat terjadi
pada ganggang ( alga ) yang bersifat uniseluler maupun yang multiseluler, contohnya pada Hydrodictyon,
Ulothrix, Chlamydomonas dan Vaucheria.

Contoh Siklus Hidup Chalmydomonas

 Chlamydomonas dewasa yang berflagela dan berkromosan haploid ( n ).


 Di tahap reproduksi aseksual dimulai dengan menghilangnya flagella, selanjutnya terjadi pembelahan
secara mitosis yang berlangsung sebanyak dua kali atau lebih sehingga menghasilkan sel anak yang
berjumlah 4 atau lebih.
 Sel-sel anak membentuk dinding sel dan flagella yang menjadi zoospore, bila dinding sel induk pecah,
maka keluarlah zoospore yang dapat berenang. Zoospore kemudian tumbuh menjadi Chlamydomonas
yang baru berhaploid ( n ).
 Jika persediaan makanan berkurang atau lingkungannya kering, Chalmydomonas akan bereproduksi
secara seksual yang diawali dengan pembentukan gamet haploid ( n ) dengan pembelahan mitosis secara
berulang kali Gamet kemudian dilepaskan dari sel induk.
 Terjadi singami antara gamet yang berbeda jenis ( + ) dan ( – ) dengan menghasilkan zigot diploid ( 2n ).
 Zigot kemudian membentuk selubung yang kuat dan resisten yang disebut dengan zigospora.
 Zigospora ( 2n ) kemudian mengalami pembelahan yang terjadi secara miosis dengan menghasilkan
empat individu baru yang haploid ( n ).
II.7 Proses Reproduksi Ganggang ( Alga ) Secara Seksual

Reproduksi seksual pada ganggang ( alga ) dapat terjadi secara konjugasi singami dan anisogami, proses
reproduksi seksual pada ganggang ialah sebagai berikut :

1. Konjugasi

Konjugasi merupakan proses saling berlekatannya dua individu yang berbeda jenis, dengan diikuti terjadinya
plasmogami ( peleburan plasma sel ) dan juga kariogami ( peleburan inti sel ). Contohnya ganggang yang
berproduksi secara konjugasi ialah spirogyra yang berbentuk filament tak bercabang. Mekanisme konjugasi pada
spirogyra ialah sebagai berikut :

 Filament Spirogyra yang berhaploid ( n ) yang berbeda jenis dengan saling berdekatan.
 Sel-sel yang akan saling berdekatan dengan membentuk tonjolan merupakan jembatan konjugasi.
 Protoplasma sel yang satu ( + ) berpindah ( mengalir ) ke sel pasangannya ( – ).
 Terjadi plasmogami diikuti dengan kariogami.
 Konjugasi menghasilkan zigospora yang berdiploid ( 2n )
 Zigospora ( 2n ) membelah secara miosis dengan menghasilkan 4 sel haploid ( n ).
 Dari 4 sel haploid yang kemudian dihasilkan, umumnya hanya terdapat satu yang dapat tumbuh menjadi
benang Spirogyra baru.
2. Singami

Singami ( isogami ) ialah peleburan antara dua sel gamet yang sama dengan bentuk dan ukurannya tetapi berbeda
jenisnya ( + ) dan ( – ) yang kemudian diikuti dengan terjadinya peleburan inti. Singami menghasilkan zigot yang
diploid ( 2n ). Contoh gangang yang melakukan singami ialah ganggang hijau Ulva.

3. Anisogami

Anisogami merupakan peleburan antara sel gamet yang ukuran dan bentuknya berbeda, anisogami dapat berupa
oogami yakni masuknya sel gamet jantan yang berflagel ( sperma ) ke sel yang gamet betina ( ovum ) kemudian
terjadi peleburan inti, hasil dari fertilisasi ialah zigot. Contoh ganging yang melakukan oogami ialah Laminaria.

II.8 Manfaat Ganggang dalam Industri


Manfaat ganggang atau algae banyak sekali, baik manfaat bagi organisme lain, ekosistem, maupun
manusia sebagai makhluk yang banyak sekali memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di dunia ini.

Di bidang industri, ganggang dimanfaatkan dalam :

 Industri tekstil = asam alginat yg dihasilkan oleh ganggang coklat


 Industri farmasi = asam alginat (ganggang coklat) yang dimanfaatkan dalam pembuatan tablet, pil, salep,
dll
 Industri kosmetik = ganggang merah, yg digunakan sebagai tambahan dalam pembuatan kosmetik
 Industri makanan = ganggang merah ( bahan pembuat sup dan agar-agar), ganggang coklat (sebagai
pengental dalam pembuatan eskrim)
 Industri kaca = ganggang keemasan, dinding sel mengandung zat kersik yg dimanfaatkan dalam
pembuatan kaca
 Dll

Menurut manfaat dari beberapa jenis ganggang adalah sebagai berikut:

b. Ganggang cokelat (Macrocrytis pyrifera)

Ia mengandung yodium yang mengandung Na, P, N, dan Ca yang bisa digunakan sebagai suplemen untuk
hewan ternak. Selain itu, ganggang cokelat yang mengandung asam alginat juga bisa dimanfaatkan sebagai
pengental produk makanan, industri, dan alat-alat kecantikan (Laminaria, Macrocystis, Ascophylum, dan
Fucus).

c. Ganggang merah

Ganggang yang satu ini bisa dimanfaatkan untuk makanan suplemen kesehatan (Porphyra), sumber
makanan (Rhodymenia palmata), pembuatan agar (Gellidium), dan penghasil karagenan (pengental es krim).

d. Diatom

Dinding sel diatom mengandung zat kersik sehingga ganggang keemasan sering disebut juga ganggang
kersik. Zat kersik ini sangat berguna bagi industri, seperti bahan penggosok, penyaring, industri kaca, dan
bahan isolasi.

II.9 Sifat pada Alga

ALGA
Sifat Hewan Tumbuhan Protista Mirip
Tumbuhan
Alat gerak Ada - Ada

Fotosintesis - Ada Ada

Dinding sel - Ada Ada

Pigmen Warna - - Ada

Sel Eukariotik Eukariotik Eukariotik


Pohon Sejati - Ada -

Klorofil - Ada Ada


Autotrof /
Sumber Makanan Heterotrof Autotrof
Heterotrof

A. Morfologi
Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai pompa untuk
mengeluarkan kelebihan air darisel, atau untuk mengatur tekanan osmosa. Jumlah dan letak vakuola
kontraktil berbeda pada setiap spesies.Protozoa dapat berada dalam bentuk vegetatif (trophozoite), atau
bentuk istirahat yang disebut kista. Protozoa pada keadaan yang tidak menguntungkan dapat membentuk
kista untuk mempertahankan hidupnya. Saat kista berada pada keadaan yang menguntungkan, maka akan
berkecambah menjadi sel vegetatifnya.

Gambar Amoba, Ciliata


dan paramecium

Protozoa tidak mempunyai dinding sel, dan tidak mengandung selulosa atau khitin seperti pada
jamur dan algae. Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk spesifik,yang ditandai dengan fleksibilitas
ektoplasma yang ada dalam membran sel.Beberapa jenis protozoa seperti Foraminifera mempunyai
kerangka luar sangat keras yang tersusun dari Si dan Ca. Beberapa protozoa seperti Difflugia, dapat
mengikat partikel mineral untuk membentuk kerangka luar yang keras. Radiolarian dan Heliozoan dapat
menghasilkan skeleton. Kerangka luar yang keras ini sering ditemukan dalam bentukfosil. Kerangka luar
Foraminifera tersusundari CaO2 sehingga koloninya dalam waktu jutaan tahun dapat membentuk batuan
kapur.Protozoa merupakan sel tunggal, yang dapat bergerak secara khas menggunakan pseudopodia(kaki
palsu), flagella atau silia, namun ada yang tidak dapat bergerak aktif.

Berdasarkan alat gerak yang dipunyai dan mekanisme gerakan inilah protozoa dikelompokkan
kedalam 4 kelas. Protozoa yang bergerak secara amoeboid dikelompokkan kedalam Sarcodina, yang
bergerak dengan flagella dimasukkan kedalam Mastigophora, yang bergerak dengan silia dikelompokkan
kedalam Ciliophora, dan yang tidak dapat bergerak serat merupakan parasit hewan maupun manusia
dikelompokkan kedalam Sporozoa.
Mulai tahun 1980, oleh Commitee on Systematics and Evolution of the Society ofProtozoologist,
mengklasifikasikan protozoa menjadi 7 kelas baru, yaitu Sarcomastigophora, Ciliophora, Acetospora,
Apicomplexa, Microspora, Myxospora,dan Labyrinthomorpha. Pada klasifikasi yang baru ini, Sarcodina
dan Mastigophora digabung menjadi satu kelompok Sarcomastigophora, dan Sporozoa karena anggotany
asangat beragam, maka dipecah menjadi lima kelas.Contoh protozoa yang termasuk Sarcomastigophora
adalah genera Monosiga,Bodo, Leishmania, Trypanosoma, Giardia, Opalina, Amoeba, Entamoeba, dan
Difflugia.Anggota kelompok Ciliophora antara lain genera Didinium, Tetrahymena,
Paramaecium,dan Stentor. Contoh protozoa kelompok Acetosporaadalah genera Paramyxa.Apicomplexa
beranggotakan genera Eimeria, Toxoplasma, Babesia, Theileria. Genera Metchnikovella termasuk
kelompok Microspora. Genera Myxidium dan Kudoa adalah contoh anggota kelompok Myxospora.

Gambar Klasifikasi Kelas Protozoa

B. Reproduksi Protozoa
a) Aseksual (vegetatif) dengan cara :
1. Pembelahan mitosis (biner), yaitu pembelahan yang diawali dengan pembelahan inti dan diikuti
pembelahan sitoplasma, kemudian menghasilkan 2 sel baru. Pembelahan biner terjadi pada Amoeba.
Paramaecium, Euglena. Paramaecium membelah secara membujur/ memanjang setelah terlebih dahulu
melakukan konjugasi.Euglena membelah secara membujur /memanjang (longitudinal).

Proses pembelahan secara langsung disebut juga pembelahan amitosis atau pembelahan biner.
Pembelahan biner adalah proses pembelahan dari 1 sel menjadi 2 sel tanpa melalui fase-fase atau tahap
tahap pembelahan sel. Pembelahan biner banyak dilakukan organism euniseluler (berselsatu), seperti
bakteri, protozoa, dan mikroalga (alga bersel satu yang bersifat mikroskopis). Setiap terjadi pembelahan
biner, satu sel akan membelah menjadi dua sel yang identik (sama satu sama lain). Dua sel ini akan
membelah lagi menjadi empat, begitu seterusnya.

Pembelahan biner dimulai dengan pembelahan inti sel menjadi dua, kemudian diikuti pembelahan
sitoplasma. Akhirnya, sel terbelah menjadi dua sel anakan. Pembelahan biner dapat terjadi pada organism
prokariotik atau eukariotik tertentu. Perbedaan antara organism prokariotik dan eukariotik, terutama
berdasarkan pada ada tidaknya membran inti selnya. Membran inti sel tersebut membatasi cairan pada
inti sel (nukleoplasma) dengan cairan di luar inti sel, tempat terdapatnya organe lsel (sitoplasma).

Organisme prokariotik tidak mempunyai membran inti sel, sedangkan organism eukariotik mempunyai
membran inti sel. Oleh karena itu, eukariotik dikatakan mempunyai inti sel (nukleus) sejati.
Pembelahan biner pada organism prokariotik terjadi pada bakteri. DNA bakteri terdapat pada daerah
yang disebut nukleoid. DNA pada bakteri relative lebih kecil dibandingkan dengan DNA pada
Sel eukariotik. DNA pada bakteri berbentuk tunggal, panjang dan sirkuler sehingga tidak perlu
dikemasmenjadi kromosom sebelum pembelahan. Proses pembelahan sel pada bakteri dapat kalian lihat
pada gambar pembelahan diatas.

Contoh organism eukariotik yang mengalami pembelahan biner adalah Amoeba. Proses pembelahan
sel pada Amoeba dapat kalian pelajari pada gambar berikut:

2. Spora, Perkembangbiakan aseksual pada kelas Sporozoa


(Apicomplexa) dengan membentuk spora melalui proses sporulasi di dalam tubuh nyamuk
Anopheles. Spora yang dihasilkan disebut sporozoid.

b) Seksual (Generatif) dengan Cara

1. Konjugasi, Peleburan inti sel pada organisme yang belum jelas alat kelaminnya. Pada
Paramaecium mikronukleus yang sudah dipertukarkan akan melebur dengan makronukleus,
proses ini disebut singami.
Konjugasi adalah peristiwa transfer bahan genetic (yaitu plasmid
F+ pada bakteri dan mikronukleuspada Protozoa) dari satu individu kepada individu lainnya.
Mekanisme pertukaran bahan genetic ini terjadi pada bakteri dan beberapa protozoa.
Penyatuan gamet terjadi pada salah satu individu. Secara morfologi tidak diketahui jenis
kelaminnya,karena itu individu yang terlibat disebut sebagai individu positif (+) dan negatif (-).
Proses konjugasi diawali dari pembentukan berkas-berkas yang bergerak saling berdekatan dari
kedua individu. Sel yang berdekatan saling membentuk tonjolan. Ujung kedua tonjolan yang
bersentuhan saling melebur membentuk saluran konjugasi. Lewat saluran itu terjadilah
aliran protoplasma dari satu sel ke sel yang lain. Kedua plasma melebur,
disebut plasmogami.Pada bakteri selanjutnya terjadi transfer plasmid dari satu bakteri kepada
bakteri partner. Pada protozoa, seperti Paramecium,terjadi transfer mikronukleus dua arah (saling
bertukar).
2. Peleburan gamet Sporozoa (Apicomplexa) telah dapat menghasilkan gamet jantan dengan
gamet betina. Peleburan gamet ini berlangsung di dalam tubuh nyamuk.

C. Habitat Protozoa
Protista bisa ditemukan di sungai,danau,maupun laut. Misalnya saja : zooplankton,
amoeba,paramecium. Hidup di tanah dan tempat lembab , seperti : amoeba,arcella.
Hidup parasit maupun bersimbiosis dengan organisme lain, seperti : Isospora Belli dan Isospora Hominis
(usus ), plasmodium (sel darah), Triconympha (bersimbiosis dengan rayap)

D. Peran Protozoa dalam Industri


1. Foraminifera, kerangkanya yang telah kosong mengendap di dasar laut membentuk tanah globigerina,
yang berguna sebagai petunjuk adanya minyak bumi.
2. Ordo Radiolaria, kerangkanya dari kersik, jika mengendap di dasar laut menjadi tanah radiolaria yang
dapat digunakan sebagai bahan penggosok alat-alat rumah tangga dan bahan peledak.
3. Protozoa kelas ciliata seperti Metapus sp, Saprodinium sp, Epulxis sp digunakan untuk penanggulangan
limbah cair industri kertas
4. Bidang makanan dan industri, seperti metode pengawetan makanan, metode fermentasi makanan, dan
penemuan makanan tambahan
5. Bidang kesehatan, seperti identifikasi penyakit baru, obat dan pengobatan, pencegahan penyakit;
vaksinasi, imunisasi, kemoterapi
6. Bidang Lingkungan dan Energi, seperti ditemukannya bahan bakar hayati (metanol dan etanol),
bioremediasi, pertambangan
7.
E. Perbedaan Protozoa

F. Fungsi Protoplasma

EKTOPLASMA
MEMILIKI FUNGSI :
1. SEBAGAI SENSORIK
2. SEBAGAI PROTEKTIF (MELINDUNGI DIRI)
3. SEBAGAI LOKOMOTIF (GERAK)

ENDOPLASMA
MEMILIKI FUNGSI :
1. SEBAGAI NUTRITIF (MENGOLAH MAKANAN)
2. SEBAGAI REPRODUKTIF (GEN)
II.2 Ciri-ciri Virus
Ciri-ciri Virus yaitu sebagai berikut :
1. Virus bersifat aseluler (tidak mempunyai sel)
2. Virus berukuran antara 20 – 300 nm
3. Virus memiliki RNA atau DNA saja,
4. Virus dapat dibekukan dengan cara dikristalkan
5. Virus memerlukan asam nukleat untuk bereproduksi
6. Virus tidak melakukan aktivitas metabolisme karena tidak memiliki sitoplasma,
7. Berukuran lebih kecil dari bakteri, bentuknya bervariasi, hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.

II.3 Sifat-Sifat Virus


Adapun sifat-sifat khusus virus menurut Lwoff, Home dan Tournier(1966) adalah :
1. Bahan genetik virus terdiri dari asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksiribonukleat (DNA), akan tetapi
bukan gabungan dari kedua jenis asam nukleat tersebut.
2. Struktur virus secara relatif sangat sederhana, yaitu dari pembungkus yang mengelilingi atau melindungi asam
nukleat.
3. Virus mengadakan reproduksi hanya dalam sel hidup yaitu dalam nukleus, sitoplasma atau di dalam keduanya
dan tidak mengadakan kegiatan metabolisme jika berada di luar sel hidup.
4. Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan biner. Partikel virusbaru dibentuk dengan suatu proses
biosintesis majemuk yang dimulai dengan pemecahan suatu partikelvirusinfektif menjadi lapisan protein
pelindung dan komponen asam nukleat infektif.
5. Asam nukleat partikel virus yang menginfeksi sel mengambil alih kekuasaan dan pengawasan sistem enzim
hospesnya, sehingga selaras dengan proses sintesis asam nukleat dan protein virus.
6. Virus yang menginfeksi sel mempergunakan ribosom sel hospes untuk keperluan metabolismenya.
7. Komponen-komponen virus dibentuk secara terpisah dan baru digabung di dalam sel hospes tidak lama setelah
dibebaskan.
8. Selama proses pembebasan, beberapa partikel virus mendapat selubung luar yang mengandung lipid, protein,
dan bahan-bahan lain yang sebagian berasal dari sel hospes.
9. Partikel virus lengkap disebut Virion dan terdiri dari inti asam nukleat yang dikelilingi lapisan protein yang
bersifat antigenik yang disebut kapsid dengan atau tanpa selubung di luar kapsid.

II.4 Ukuran Virus


Virus memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil, 1/1.000.000 mm). Virus yang berukuran kecil memiliki
diameter tubuh kurang lebih 20 nm (lebih kecil dari ribosoma). Misalnya Poliovirus yang menyerang susunan
saraf pusat. Apthovirus yang menyebabkan penyakit kaki dan mulut p Coksackie B Virus yang menyerang
jantung, hati, pancreas dan selaput pleura manusia. Sementara itu, virus yang berukuran besar memiliki ukuran
tubuh antara 150 atau lebih, misalnya Parainfluenza virus yang menyerang saluran pernafasan. Paramyxovirus
yang menyebabkan penyakit gondong. Morbilivirus yang menyebabkan penyakit campak dan TMV yang
menyebabkan penyakit mosaic pada tembakau.
Untuk mengetahui ukuran tubuh virus, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain sebagai
berikut :
1. Observasi langsung menggunakan mikroskop
Mikroskop electron berbeda dengan mikroskop cahaya yang biasa d laboratorium. Mikroskop electron
menggunakan berkas elektron dan lensa elektromagnetik, sedangkan mikroskop cahaya menggunakan
gelombang cahaya dan lensa kaca. Pengamatan virus dengan mikroskop electron pertama kali dilakukan
sekitar tahun 1930. Untuk pengamatan virus digunakan ekstrak atau sayatan ultratipis dan jaringan makhluk
hidup yang terinfeksi.
2. Filtrasi melalui selaput Kolodion yang mempunyai porositas bertingkat
Sediaan virus dilewatkan melalui serangkaian selaput yang ukurannya Ukuran virus dapat diperkirakan
berdasarkan selaput mana yang bisa dilewati dan selaput mana yang menahan partikel virus.
3. Sedimentasi dalam Ultrasentrifugasi
Partikel virus disuspensikan kedalam suatu cairan, kemudian partikel akan mengenda dengan kecepatan yang
sebanding ukuran partikel. Hubungan antara partikel dan bentuk partikel dengan laju pengendapan
memungkinkan penentuan ukuran partikel.
4. Pengukuran Perbandingan
Metode ini menggunakan teknik acuan, yaitu membandingkan ukuran suatu virus dengan ukuran virus tertentu
yang dijadikan sebagai acuan. Contoh virus acuan antara lain bakteriofaga yang memiliki ukuran 10 – 100 nm

II.5 Struktur Virus

Gambar 1. Struktur sel virus

1. Kepala Virus
Bagian kepala virus terdiri atas kapsid dan asam nukleat.
a. Kapsid merupakan selubung protein yang berfungsi sebagai pemberi bentuk pada virus, melindungi asam
nukleat virus dari kerusakan, misalnya oleh enzim pencernaan (nuklease) serta berfungsi untuk
menyediakan protein enzim untuk menembus membran sel inang ketika melakukan infeksi. Protein
penyusun kapsid disebut kapsomer. Kapsid berisi asam nukleat yang disebut nukleokapsid.
b. Asam nukleat merupakan substansi genetik yang berfungsi untuk membawa kode pewarisan sifat virus.
Setiap jenis virus hanya tersusun atas satu jenis asam nukleat yaitu DNA atau RNA saja. Contohnya
adalah bakteriofag dan virus cacar yang asam nukleatnya adalah DNA serta virus influenza dan HIV yang
asam nukleatnya adalah RNA.
2. Leher Virus
Tidak semua jenis virus memiliki leher. Hanya virus yang berbentuk kompleks saja yang memiliki leher.
Bagian leher virus terdiri atas leher dan juga kerah (collar), leher virus berfungsi sebagai tempat menyangga
kepala virus.
3. Ekor Virus
Ekor merupakan bagian tubuh virus yang penting untuk melekatkan diri dengan sel inang serta
memasukkan materi genetik virus ke dalam sel inang tersebut. Bagian ekor virus terdiri atas selubung ekor,
serabut ekor, lempeng dasar dan juga jarum penusuk.
Selubung ekor berfungsi untuk menginjeksi DNA virus ke dalam sel hospes dan juga tempat penghubung
antara kepala virus dan lempeng dasar virus. Lempeng dasar berfungsi sebagai tempat melekatnya serabut
ekor dan jarum penusuk. Serabut ekor berfungsi sebagai penerima rangsangan (reseptor) dan juga untuk
menempel pada sel inang. Dan jarum penusuk berfungsi untuk melubangi sel inang agar DNA virus dapat
masuk ke sel inang.

II.6 Habitat Virus


Virus menunjukkan kehidupannya ketika ada di dalam sel makhluk hidup lain atau sel inangnya. Sel
inangnya berupa makhluk hidup seperti bakteri, sel yang terdapat pada tumbuhan, hewan dan manusia dan juga
pada mikroorganisme eukariot. Virus yang menyerang tumbuhan dapat masuk ke dalam tumbuhan lain, terutama
melalui perantara serangga. Virus yag menyerang tubuh hewan atau manusia dapat masuk ke dalam tubuh hewan
atau manusia lain misalnya melalui makanan, minuman, udara, darah, luka atau gigitan.

II.7 Reproduksi Virus

1. Siklus Litik (Lisis)


Siklus lisis adalah siklus reproduksi atau replikasi genom virus yang pada akhirnya menyebabkan
kematian sel inang. Istilah lisis mengacu pada tahapan akhir dari infeksi, yaitu saat sel inang bakteri lisis atau
pecah dan melepaskan fage yang dihasilkan di dalam sel inang tersebut. Virus yang hanya dapat bereplikasi
melalui siklus lisis disebut dengan virus virulen.
Tahapan siklus lisis :
a. Adsorbsi (fase penempelan).
Pada tahap ini, ekor virus mulai menempel di dinding sel bakteri. Virus hanya menempel pada dinding
sel yang mengandung protein khusus yang dapat ditempeli protein virus. Menempelnya virus pada
dinding sel disebabkan oleh adanya reseptor pada ujung serabut ekor. Setelah menempel, virus akan
mengeluarkan enzim lisozim yang dapat menghancurkan atau membuat lubang pada sel inang.

b. Penetrasi/injeksi/Infeksi (fase memasukkan asam nukleat).


Proses injeksi DNA ke dalam sel inang ini terdiri atas penambatan lempeng ujung, kontraksi sarung, dan
penusukan pasak berongga kedalam sel bakteri. Pada peristiwa ini, asam nukleat masuk ke dalam sel,
sedangkan selubung proteinnya tetap berada di luar sel bakteri. Jika sudah kosong, selubung protein ini
akan terlepas dan tidak berguna lagi.
c. Sintesis (fase pembentukan), Eklifase, Replikasi.
Enzim penghancur yang dihasilkan oleh virus akan menghancurkan DNA bakteri yang menyebabkan
sintesis DNA bakteri terhenti. Posisi ini digantikan oleh DNA virus yang kemudian mengendalikan
kehidupannya. Dengan fasilitas dari DNA bakteri yang sudah tidak berdaya, DNA virus akan mereplikasi
diri berulang kali. DNA virus ini kemudian akan mengendalikan sintesis DNA dan protein yang akan
dijadikan kapsid virus.
d. Perakitan.
Pada tahap ini, kapsid virus yang masih terpisah-pisah antara kepala, ekor, dan serabut ekor akan
mengalami proses perakitan menjadi kapsid yang utuh. Kemudian, kepala yang sudah selesai terbentuk
diisi dengan DNA virus. Proses ini dapat menghasilkan virus sejumlah 100 – 200 buah.
e. Lisis (fase pemecahan sel inang / Pembebasan).
Dinding sel bakteri yang sudah dilunakkan olen enzim lisozim akan pecah dan diikuti oleh pembebasan
virus-virus baru yang siap untuk mencari sel-sel inang yang baru. Pemecahan sel-sel bakteri secara
eksplosif dapat diamati dengan mikroskop lapangan gelap. Jangka waktu yang dilewati lima tahap ini dan
jumlah virus yang dibebaskan sangat bervariasi, tergantung dari jenis virus, bakteri, dan kondisi
lingkungan.

2. Siklus Lisogenik
Siklus lisogenik merupakan siklus replikasi genom virus tanpa menghancurkan sel inang, setelah adsobsi
dan injeksi DNA Virus (fage) berintegrasi ke dalam kromosom bakteri, integrasi ini disebut profage (gen asing
yang bergabung dengan kromosom bakteri). Dalam hal ini DNA virus tidak langsung mensintesis DNA
Bakteri, karena bakteri memiliki imunitas. Setelah imunitasnya hilang baru DNA Virus mengendalikan Dna
bakteri, yang tahap selanjutnya seperti pada siklus lisis.
Tahapan siklus lisogenik :
a. Tahap adsorbsi
Pada tahapan ini, sama dengan yang terjadi pada daur litik. Virus akan menempel pada sel inang dan
melubanginya dengan enzim lisozim.
b. Tahap injeksi
Tahap injeksi juga sama seperti yang terjadi pada daur litik, dimana virus mulai memasukkan asam
nukleat ke dalam sel inang dan melepaskan kapsid sudah tidak digunakan.
c. Tahap penggabungan
Pada tahap penggabungan, virus akan memutus ikatan asam nukleat yang dimiliki sel inang dan masuk
kedalamnya untuk menghubungkan rantai itu lagi. Jadi pada tahapan ini, virus tidak mengambil alih asam
nukleat sel inang, melainkan membaur untuk membentuk satu kesatuan yang disebut profage.
d. Tahap pembelahan
Pada tahapan ini, asam nukleat virus yang telah tergabung dengan DNA sel inang menjadi profage.
Profage hanya akan bereplikasi ketika asam nukleat sel inang bersintesis dan melakukan pembelahan.
Profage ikut membelah ketika DNA bereplikasi, sehingga jumlah profage akan sama dengan jumlah DNA
hasil replikasi sel inang. Dengan cara ini, tentu saja virus tidak merusak sel inang, melainkan membaur
menjadi satu dan mensubtitusi beberapa bagian asam nukleat sel inang. Reproduksi virus dilakukan
bersamaan dengan reproduksi sel inang dimana sel inang akan mewariskan asam nukleat (materi genetik)
virus pada proses reproduksi sel inang. Pada tahap ini virus dapat terus membelah mengikuti sel inang,
atau memasuki daur litik.
e. Tahap pemisahan (memasuki daur litik)
Pada saat kondisi lingkungan buruk, profage yang semula tenang dan tidak merusak akan menjadi aktif.
Hal ini biasanya dipengaruhi oleh kedaaan lingkungan sekitar seperti radiasi ultraviolet misalnya. Profage
yang aktif akan mulai memisahkan diri dari DNA sel inangnya, kemudian mulai mengambil alih
perananan DNA dalam hal sintesis protein.

II.8 Bentuk - Bentuk Virus


Meski tersusun atas struktur tubuh yang sama, virus ternyata dapat mempunyai bentuk tubuh yang sangat
bervariasi. Sedikitnya ada 5 macam bentuk tubuh virus yang telah berhasil diidentifikasi oleh para ilmuan.
Macam-macam bentuk virus tersebut antara lain oval, bulat, batang, polihedral, dan huruf T. Berikut macam-
macam bentuk tubuh virus tersebut lengkap dengan contohnya.

1. Bentuk tubuh bulat/bola dimiliki oleh virus-virus penyebab penyakit AIDS, ebola, dan influenza.
2. Bentuk tubuh oval dimiliki oleh virus penyebab penyakit rabies.
3. Bentuk tubuh batang dimiliki oleh virus TMV (Tobaccao Mosaic Virus).
4. Bentuk tubuh polihidris dimiliki oleh virus Adenovirus penyebab demam.
5. Bentuk tubuh huruf T pada bacteriophage, virus menyerang bakteri E. coli

II.9 Peranan Virus dalam Kehidupan


 Peranan virus yang menguntungkan
1. Pembuatan Antitoksin
Antitoksin dapat dibuat dengan menggabungkan DNA virus dan gen yang mempunyai sifat
menguntungkan sehingga jika virus menginfeksi bakteri, di dalam sel bakteri tersebut terkandung gen
yang menguntungkan. Gen manusia adalah gen yang menguntungkan yang dapat mengendalikan
produksi antitoksin. Jika oleh DNA virus, DNA manusia disambungkan dengan DNA bakteri, sel bakteri
tersebut akan mengandung gen manusia penghasil antitoksin.
2. Melemahkan Bakteri
Virus yang menyerang bakteri patogen merupakan virus yang menguntungkan. Jika DNA virus lisogenik
menginfeksi DNA bakteri patogen, bakteri tersebut menjadi melemah atau tidak berbahaya.
3. Memproduksi Vaksin
Vaksin digunakan manusia untuk memperoleh kekebalan tubuh/antibodi. Vaksin ini sebenarnya
merupakan bibit penyakit yang telah dilemahkan dan apabila menyerang manusia tidak akan berbahaya
lagi. Contoh Vaksin : vaksin cacar, vaksin polio, campak, sebagai Vektor dalam Teknik Rekayasa
Genetika

 Peranan Virus yang Merugikan


Virus pada umumnya merugikan, karena menyebabkan penyakit baik pada manusia, hewan, maupun
tumbuhan.
a. Penyakit pada Manusia
1. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom)
AIDS adalah penyakit yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh. Penyakit ini disebabkan
oleh virus HIV (Human Immunodeficiensy Virus). Penyakit itu dapat ditularkan melalui kontak
biasa seperti melauli luka-luka di kulit, selaput lendir, hubungan seksual, transfusi darah,
penggunaan jarum suntik yang tidak steril, dari ibu yang menderita penyakit AIDS kepada anak yang
sedang dikandungnya. Hingga kini belum ada vaksin untuk mencegah penyakit AIDS
2. Hepatitis (Pembengkakan Hati)
Disebabkan oleh virus hepatitis. Ada tiga tipe hepatitis, yaitu hepatitits A, hepatitis B, dan hepatitis
C. Gejala-gejalanya: demam, mual, muntah-muntah, perubahan warna kulit dan selaput lendir
berwarna kuning. Hepatitis A cenderung menimbulkan hepatitis akut, hepatitis B cenderung
menimbulkan kronis, hepatitis C cenderung beresiko menderita kanker hati. Penularannya melalui
minuman yang terkontaminasi virus, jarum suntik yang tidak steril, dan transfusi darah.
3. DB (Demam Berdarah)
Disebabkan oleh virus dengue. Virus ini dapat menyebabkan menurunnya kadar trombosit dan
menyebabkan pecahnya kapiler darah sehingga gejala-gejala yang tampak adalah adanya bercak-
bercak merah pada kulit, demam panas tinggi, sakit kepala, mimisan lebih parah lagi pendarahan
pada organ-organ tubuh dan dapat menyebabkan kematian. Vektor penyebab penyakit ini adalah
nyamuk Aedes aegypti.
4. SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).
Penyakit ini disebabkan oleh virus corona yang dibawa oleh mamalia golongan musang dan rakun.
Virus ini mudah sekali mengalami mutasi. Gejala-gejala penyakit ini antara lain suhu tubuh di atas
40o C, menggigil, kelelahan otot, batuk kering, sakit kepala, sesak nafas, dan diare.
5. Influenza
Penyakit ini disebabkan oleh Orthomyxovirus. Morfologinya seperti bola, virus ini menyerang
saluran pernapasan sehingga penderita mengalami kesulitan bernapas. Penyakit ini ditularkan
melalui udara yang terserap masuk melalui saluran pernapasan. Gejala-gejalanya: demam,sakit
kepala, pegal linu, kehilangan nafsu makan.
6. Gondong (Parotitis)
Penyebab penyakit ini adalah Paramyxovirus. Virus yang hanya memiliki ARN (asam ribo nukleat)
saja. Penyakit ini ditandai dengan membengkaknya kelenjar paratiroid pada leher di bawah daun
telinga. Penyakit ini dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung dengan
penderita, melalui ludah, urin, dan muntahan. Jika seseorang telah sembuh dari penyakit gondong
mereka akan memiliki kekebalan terhadap penyakit gondong tersebut.
7. Herpes Simpleks
Herpes merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya bintik merah bernanah dan berkelompok
di kulit, dan disertai oleh demam. Penyebab herpes adalah virus anggota famili Herpertoviridae.
Virus herpes menyerang kulit dan selaput lender
8. Campak (Morbili)
Campak disebabkan oleh virus paramyxovirus yang tidak rnengandung enzim neurominidase.
Gejala campak adalah demam tinggi, batuk, dan rasa nyeri di seluruh tubuh.
9. Polio
Polio disebabkan oleh poliovirus. Serangan poliovirus menyebabkan lumpuh bila virus menginfeksi
selaput otak (meninges) dan merusak sel saraf yang berhubungan dengan saraf tepi. Gejala klinik
infeksi virus polio adalah demam, malaise, sakit tenggorokan, sakit kepala, meningitis aseptic,
poliomyelitis paralitik (lumpuh). Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi secara oral. Vaksin polio
ditemukan oleh John Salk.
10. Ebola
Disebabkan oleh virus ebola. Gejala awal vang ditimbulkan ebola mirip influenza, yaitu demam,
menggigil, sakit kepala, nyeri otot, dan hilang nafsu makan. Ebola ditularkan melalui kontak
langsung dengan cairan tubuh penderita ebola (darah, feses, urin, ludah, keringat). Sampai saat ini
belum ada obat penyembuhnya.
11. Mata Merah (Belek)
Gejala penyakit ini, antara lain mata meradang dan berwarna merah serta banyak mengeluarkan air
mata dan kotoran

b. Penyakit pada Hewan


1. Rabies (Anjing Gila)
Penyebab rabies adalah Rabdovirus. Rabies atau penyakit anjing gila disebabkan oleh virus rabies
yang menyerang sistem saraf pusat penderita. Virus rabies dapat menginfeksi semua hewan berdarah
panas, seperti anjing, serigala, dan kucing. Penularannya dapat melalui gigitan dari hewan yang telah
terinfeksi. Masa inkubasinya adalah 10 – 14 hari. Virus rabies juga dapat menginfeksi manusia.
Gejala yang ditimbulkan adalah hirdopobia (takut air), sakit kepala, tertawa tanpa sebab, lesu,
demam, gugup, dan lumpuh. Pengobatan penyakit rabies dapat dilakukan dengan pemberian vaksin
rabies. Vaksin rabies ditemukan oleh Louis Pastuer.
2. Food and Mouth Disease (FMD),
Penyebab penyakit kuku dan mulut pada hewan ternak seperti kerbau, sapi, domba, dan kuda.
Penyakit ini menyebabkan hewan ternak tidak dapat berjalan dan tidak dapat makan.
3. Tetelo (Sampar Ayam)
Penyakit Tetelo atau NCD (New Castle Disease) menyerang pada unggas. Ayam yang terinfeksi
virus tetelo akan mengalami gejala tersedak-sedak dan mencret sampai menyebabkan kematian. Jika
sembuh, ayam akan kehilangan keseimbangan yang ditandai dengan kepalanya tertekuk dan
berputar-putar.
4. Kanker pada Ayam
Disebabkan oleh RSV (Rous Sarcoma Virus)
5. Flu Burung
Disebabkan oleh Virus Avian influenza (H5N1), Virus Avian influenza umumnya menyerang
unggas, tetapi dapat pula menyerang burung-burung, hewan, bahkan manusia. Cara mencegah
meluasnya penularan flu burung ke manusia, yaitu dengan tindakan pemusnahan (depopulasi)
terhadap unggas yang terinfeksi virus flu burung

c. Penyakit pada Tumbuhan


1. Mozaik, ditandai bercak kuning pada tembakau. Disebabkan oleh TMV (Tobacco Mozaic Virus).
2. CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) penyebab penyakit pada jeruk, yang menyebabkan
rusaknya pembuluh angkut (floem).
3. Tungro, penyebab penyakit kerdil pada tanaman padi. Vektornya adalah wereng hijau dan wereng
cokelat

II.10 Perbedaan Virus dengan Bakteri


Adapun perbedaan virus dan bakteri, yaitu sebagai berikut :
Perbedaan Bakteri Virus
Ukuran Ukuran bakteri umumnya lebih Sementara virus ukurannya
besar dari 1000 nm lebih kecil, yaitu antara 20-
400 nm
Dinding Sel Dinding sel bakteri Sementara virus tidak
mengandung peptidoglikan memiliki dinding sel. Fungsi
atau lipopolisakarida dinding sel digantikan dengan
selubung protein
Ribosom Ada Tidak Ada
Jumlah sel Satu sel (uniseluler) Bukan sel karena tidak
memiliki kelengkapan organel
sel
Kehidupan Termasuk organisme hidup Dikatakan hidup jika
menempel pada organisme
hidup dan dikatakan mati jika
terdapat di alam
DNA dan RNA Mengambang bebas di Tertutup di dalam selubung
sitoplasma protein
Infeksi Lokal Sistemik
Reproduksi Mampu untuk bereproduksi Perlu sel hidup untuk
dengan sendirinya bereproduksi
Durasi penyakit Umum akan berlangsung lebih Berlangsung 2 sampai 10 hari
lama dari 10 hari
Demam Infeksi bakteri dikenal dapat Infeksi virus kadang bisa
menyebabkan demam menyebabkan demam dan
kadang juga tidak
menyebabkan demam
Keterlihatan Karena ukurannya cukup besar, Karena ukurannya sangat
bakteri dapat dilihat hanya kecil, virus hanya dapat
dengan mikroskop cahaya dilihat oleh mikroskop
elektron
Pengobatan Penyakit yang disebabkan oleh Sementara, penyakit yang
bakteri dapat diatasi dengan disebabkan oleh virus tidak
antibiotic dapat diatasi dengan antibiotik
Contoh Staphylococcus aureus, Vibrio HIV, Hepatitis A virus, Rhino
cholerae, dll Virus, dll
Penyakit Keracunan makanan, gastritis AIDS, influenza, cacar, dll
dan bisul, meningitis,
pneumonia, dll
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Virus adalah suatu jasad renik yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop
elektron yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi (hidup) didalam sel yang
hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel tersebut karena virus tidak memiliki perlengkapan seluler untuk
bereproduksi sendiri. Virus terdiri dari kepala virus, leher virus dan ekor virus. Virus menunjukkan kehidupannya
ketika ada di dalam sel makhluk hidup lain atau sel inangnya. Sel inangnya berupa makhluk hidup seperti bakteri,
sel yang terdapat pada tumbuhan, hewan dan manusia dan juga pada mikroorganisme eukariot. Bentuk – bentuk
virus yaitu ada bentuk bulat, oval, polihidris, batang dan bentuk T. Virus memiliki peranan yang menguntungkan
dan merugikan. Peranan menguntungkan contohnya untuk pembuatan antitoksin, melemahkan bakteri, dan
memproduksi vaksin. Peranan yang merugikan yaitu dapat menyebabkan penyakit pada manusia, hewan dan
tumbuhan.

III.2 Saran
Setiap unsur memiliki kerugian dan keuntungan begitu pula dengan virus. Virus memiliki kerugian dan
juga keuntungan bagi manusia. Semakin orang menjadi pintar semakin orang menyadari bahwa dirinya tidak
banyak tahu atas segala sesuatu. Dan kita tidak boleh menganggap ringan tintang hal yang kecil karena sesuatu
yang kecil itu bahkan lebih membahayakan dari pada hal yang besar.

Anda mungkin juga menyukai