Abstrak
Tujuan: Untuk mengevaluasi pengaruh aktivitas fisik aerobik sedang di dalam air
Metode: Dalam uji coba kontrol non-acak, 133 wanita hamil berpartisipasi dalam
kelompok usia kehamilan (24-27, 28-31, 32-35 dan 36-40 minggu). Digunakan tes
Hasil: Tidak ada variasi secara signifikan yang ditemukan antara nilai sebelum
dan pasca-aktivitas fisik terhadap denyut jantung janin (FHR), sejumlah gerakan
tubuh janin (FM) atau akselerasi (A), rasio FM/A atau adanya deselerasi.
Variabilitas pada FHR secara signifikan lebih tinggi setelah latihan hanya pada
Latar belakang
Di masa lalu, latihan aktivitas fisik pada wanita hamil selalu dikelilingi
oleh ketidakpastian dan dianggap tabu. Selain itu, ketakutan bahwa wanita bisa
memperoleh infeksi alat kelamin akibat berendam dalam air menyebabkan para
ahli kesehatan berusaha menghilangkan anggapan ini [1]. Saat ini, terdapat
melakukan latihan aktivitas sedang tidak menimbulkan risiko untuk ibu hamil
selama tidak ada komplikasi kandungan atau kondisi yang sudah ada sebelumnya,
risiko rendah adalah aman bagi ibu dan janin ketika denyut jantung maternal tidak
melebihi 140x/menit selama lebih dari 15 menit [3]. Panduan baru yang
sedang dengan intensitas selama 30 menit atau lebih, sebaiknya setiap hari dalam
seminggu; walaupun demikian, berapa denyut jantung maksimal ibu untuk latihan
kehamilan telah ditentukan batas denyut jantung ibu untuk setiap kelompok usia
pasien. Oleh karena itu, untuk wanita di bawah usia 20 tahun, denyut jantung
(HR) antara 140 dan 155x/menit dianjurkan; untuk wanita usia 20-29 tahun, HR
berkisar antara 135 dan 150x/menit, usia 30-39 tahun, HR berkisar antara antara
3
130 dan 145 x/menit; dan untuk wanita> 40 tahun, HR berkisar antara 125 dan
140x/menit [5].
Efek dari latihan fisik yang rutin selama kehamilan terhadap aktivitas
jantung janin dan vitalitasnya belum diteliti secara mendalam, walaupun beberapa
studi telah menunjukkan hubungan antara aktivitas fisik ibu dan respon fisiologis
peningkatan denyut jantung janin [6-8]. Beberapa penelitian telah dilakukan pada
ibu hamil dalam air dan banyak pertanyaan belum terjawab tentang hal ini,
meskipun telah dilaporkan tidak ada efek yang merugikan dari latihan dengan cara
rinci mengenai denyut jantung dan parameter homeostasis janin lainnya, dengan
kardiotokografi janin antepartum (CTG) sebelum dan setelah latihan fisik pada
usia kehamilan yang berbeda pada trimester kedua dan ketiga. Variabel terdiri
dari: denyut jantung janin basal (FHR); gerakan tubuh janin (FM); akselerasi (A);
rasio antara gerakan janin dan akselerasi (FM/A); variabilitas pada denyut jantung
Metode
sebelum/setelah percobaan klinis yang dilakukan pada wanita hamil dengan umur
sebelum dan setelah latihan fisik sedang dalam air. Besar sampel dihitung dengan
dan setelah berenang pada usia kehamilan 35 minggu [9] untuk mendeteksi
perbedaan minimum 4x/menit antara dua periode, dengan kesalahan alpha dan
beta sebesar 5%, mengakibatkan ukuran sampel menjadi minimum dari 58 kasus
penelitian ini diambil antara bulan Maret 2004 dan September 2006. Kriteria
inklusi terdiri dari: wanita hamil yang menetap sebelumnya dengan usia
latihan fisik, hipertensi dari berbagai etiologi, plasenta previa, riwayat abortus
menggunakan obat secara rutin dan berpartisipasi dalam program kegiatan latihan
fisik secara teratur. Semua wanita yang diikutsertakan dalam penelitian ini telah
disiapkan dengan otoritas tertulis dari dokter yang bertanggung jawab atas
disediakan tiket untuk transportasi, serta materi yang mereka perlukan untuk
berpartisipasi dalam tahapan kegiatan aerobik air (Baju renang, topi, handuk, tas,
sandal, dll).
kolam, dengan suhu berkisar (28-30°C). Setiap tahap berlangsung 50 menit dan
terdiri dari aktivitas fisik dengan intensitas sedang, mengikuti protokol ACOG
[10] di mana empat tahapan aktivitas yang dianjurkan untuk keselamatan yang
lebih besar, meliputi: pemanasan dan latihan peregangan, tahap aerobik, latihan
dengan intensitas sedang berarti bahwa denyut jantung yang ideal dihitung harus
prediksi usia seseorang [11,12]. Hal ini diikuti dengan menggunakan sebuah
counter denyut jantung pada sebuah sabuk yang ditempatkan pada dada wanita.
Tahapan ini dilakukan di bawah bimbingan seorang ahli pendidikan jasmani atau
fisioterapis, dan diawasi oleh seorang perawat terlatih, yang juga bertanggung
pada tengah-pagi hari atau tengah-sore hari, sekitar dua jam terpisah dari sarapan
Printer Care. Para wanita dimonitor selama 20 menit sebelum masuk tahap
aerobik air dan segera setelahnya, pada posisi dekubitus lateral atau duduk. Pada
mendata setiap gerakan dengan penanda yang terkait dengan monitor janin. Hasil
pemeriksaan tercatat pada perangkat, yang kemudian data DJJ dicetak untuk
normal, dan adanya abnormalitas. Selain itu, bentuk kardiotokografi ini, hasil
pemeriksaan secara bebas dinilai oleh dua pemeriksa lain dan nilai-nilai yang
masing-masing parameter.
Sebuah database yang diperoleh dengan mencatat data ganda dari semua
digunakan untuk contoh yang berkaitan dengan evaluasi DJJ. Uji non-parametrik
jumlah gerakan tubuh janin (janin gerakan tubuh seperti yang dirasakan dan
Hasil
dilakukan pada empat periode waktu selama trimester kedua dan ketiga kehamilan
(pada 24-27, 28-31 32-35 dan 36-40 minggu kehamilan) terhadap 133 wanita
hamil, yang mewakili rata-rata 1,8 evaluasi per wanita. Hasil yang dilaporkan di
sini terdiri dari variabel-variabel yang diukur dengan kardiotokografi sebelum dan
segera setelah melakukan latihan fisik ringan dalam air (aerobik air). Seperti
terlihat pada Tabel 1, sebagian besar wanita pada penelitian antara 25 dan 34
dan sesudah melakukan aerobik air, tidak ada variasi yang signifikan secara
statistik yang terdaftar pada DJJ basal antara dua periode waktu. Demikian juga,
tidak ada perbedaan yang signifikan dalam jumlah rata-rata gerakan tubuh janin
atau akselerasi yang tercatat dalam jangka waktu 20 menit dari pemeriksaan.
Selain itu, variabilitas DJJ secara umum tidak berbeda secara nyata sebelum dan
setelah melakukan aerobik air kecuali pada kelompok usia kehamilan dini (24-27
minggu) ketika DJJ secara signifikan lebih tinggi setelah melakukan aerobik air
(minimal 2/2 dalam 20 menit), serta pada deselerasi spontan, yang jarang dan
tidak berbeda nyata sebelum dan sesudah melakukan aerobik air, seperti yang
usia kehamilan 32-35 minggu, di mana tidak ada episode deselerasi yang tercatat,
episode ini terjadi baik secara fisiologis sebelum dan sesudah tahapan aerobik air
Tabel 3 Proporsi perubahan rasio antara gerakan tubuh janin dan akselerai (FM/A)
dan adanya deselerasi dicatat oleh kardiotokografi (CTG) sebelum dan setelah
latihan fisik sedang dalam air, menurut usia kehamilan
11
Gambar 2. Persentase perubahan pada rasio FM/A sebelum dan setelah aktivitas
fisik sedang di dalam air, berdasarkan usia kehamilan
Diskusi
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum, tidak ada variasi
sebelum dan segera setelah melakukan aerobik air pada ibu hamil berdasarkan
janin, yang secara signifikan lebih besar setelah latihan fisik hanya pada wanita
dengan usia kehamilan antara 24 dan 27 minggu. Selain itu, temuan penting lain
dari penelitian ini adalah adanya perubahan pada rasio antara jumlah gerakan
janin dan akselerasi, yang bervariasi dari 34% pada 24-27 minggu 7-17% pada
36-40 minggu, namun secara statistik tidak ada perbedaan signifikan yang
12
spontan DJJ yang terdeteksi dalam persentase kecil sekitar 2-7% dari pemeriksaan
kardiotokografi pada sebagian besar kelompok usia kehamilan. Sekali lagi, tidak
Tidak adanya variasi yang signifikan pada DJJ basal antara dua periode
waktu sesuai dengan data yang telah dipublikasikan dalam literatur pada peneltian
wanita hamil yang melakukan aktivitas fisik dalam air [9,13,14]. Keamanan ini
berkaitan dengan detak jantung janin yang tampaknya menjadi karakteristik yang
lebih khusus terkait untuk aktivitas fisik intensitas sedang yang dipraktikkan di
keluar dari air, beberapa studi juga menunjukkan bahwa dengan melakukan
latihan fisik tidak menunjukkan perubahan secara signifikan yang mengubah DJJ
[7,16,17]. Hal yang sama akan tampak benar untuk gerakan janin, secara statistik
tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam jumlah rata-rata gerakan tubuh janin.
Menurut literatur, gerakan tubuh janin jarang diteliti. Salah satu studi yang relatif
lama mengacu pada peningkatan gerakan latihan fisik sedang ini [18] dan lain
mengacu pada pengurangan gerakan tubuh janin dalam lima menit pertama
setelah dilakukan latihan dengan bersepeda [19]. Hasil ini secara tidak langsung
program serupa yaitu aerobik air bagi wanita hamil risiko rendah pada
pengukuran yang dilakukan sebelum dan setelah latihan fisik, keadaan ini akan
dalam penelitian yang telah dipublikasikan pada wanita hamil yang berolahraga
dalam air, namun tren dengan cara ini telah dilaporkan sebelumnya pada wanita
hamil yang melakukan latihan fisik dengan bersepeda [7]. Namun demikian,
pengaruh kecil atau tidak ada dari latihan aktivitas fisik yang dilakukan wanita
hamil pada variabel ini [7,16,17,19], dan jarang ada penurunan jumlah akselerasi
setelah latihan [22]. Namun demikian, peneliti berpikir bahwa layak untuk
perubahan rasio antara gerakan tubuh janin dan akselerasi tanpa patologis yang
bermakna.
terdapat peningkatan yang cukup signifikan yang ditemukan antara pra-dan pasca-
latihan, secara khusus pada kelompok wanita dengan usia kehamilan yang rendah.
Hasil ini agak tak terduga. Meskipun variabel ini belum menyeluruh dipelajari
menunjukkan tidak adanya hubungan antara variabilitas pada DJJ dan aktivitas
fisik ibu [7], atau bahkan peningkatan proporsi kasus di mana pengurangan latihan
Perubahan rasio FM/A, serta deselerasi spontan, yang jarang dan tidak
antara gerakan tubuh janin dan akselerasi terhadap DJJ hingga saat ini masih lebih
banyak dipelajari, terutama pada wanita yang berendaman dalam air. Di sisi lain,
penelitian lain sampai dengan 20% dari kasus wanita hamil yang mempraktikkan
pada wanita yang melakukan aktivitas bersepeda daripada berenang [9]. Hasil ini
penting karena menunjukkan bahwa deselerasi pada DJJ dapat berkaitan dengan
praktik latihan fisik sedang selama kehamilan dan dengan istirahat, dan bahwa
parameter ini tidak memiliki signifikansi patologis. Ini juga dapat dikaitkan
dengan status aktivitas janin. Walaupun temuan ini telah dicetak ulang secara
konsisten, masih ada sedikit data yang tersedia untuk profesi kesehatan atas
karakteristik dari DJJ, dan ini mungkin secara teoritis mengarah pada tindakan
DJJ pada berbagai usia kehamilan dan untuk mengevaluasi variasi pada studi
parameter dari waktu ke waktu. Sayangnya, ini tidak mungkin karena wanita
(objek penelitian) sering tidak menghadiri tahap kegiatan aerobik air sesuai jadwal
karena alasan keluarga atau komitmen profesional. Oleh karena itu, sampel yang
berbeda dari wanita harus digunakan untuk setiap kelompok usia kehamilan, oleh
15
karena itu, peneliti tidak mampu melaksanakan evaluasi yang telah direncanakan.
Faktor lain mungkin bisa ditunjukkan, seperti peningkatan volume cairan ketuban
setelah melakukan aerobik air [23] yang dapat mempengaruhi jumlah gerakan
tubuh janin, walaupun hal ini tidak ditemukan, sebuah kemungkinan terjadinya
penurunan glukosa ibu akibat penggunaan energi selama aktivitas fisik [24], yang
melakukan aerobik air. Kemungkinan ini hanya akan mungkin terjadi jika wanita-
wanita yang diteliti telah dipantau dengan USG dan secara metabolik dikontrol
selama latihan, dan hal ini tidak dilakukan. Aktivitas fisik saat ini sering dikaitkan
dengan pemeliharaan kesehatan fisik dan mental. Penelitian yang dilakukan pada
wanita hamil risiko rendah yang berolahraga menunjukkan manfaat baik kepada
ibu dan janin, baik itu karena latihan fisik intensitas sedang, di air maupun di
darat, bersifat aman. Untuk wanita, latihan aktifitas fisik di air menawarkan
beberapa keuntungan antara lain: mengurangi edema tungkai bawah [25], serta
dan pernapasan, tanpa perubahan DJJ [26]. Walaupun penelitian yang lebih
terperinci perlu dilakukan pada fisiologi janin selama aktivitas fisik ibu dalam air,
temuan saat ini tersedia, termasuk data yang dihasilkan dari penelitian sekarang,
menunjukkan bahwa aerobik air ini aman, dan hal ini perlu direkomendasikan
REFERENSI
1. Katz VL: Exercise in water during pregnancy. Clin Obstet Gynecol 2003,
46(2):432-41.
2. Artal R, O’Toole M: Guidelines of the American College of Obstetricians
and Gynecologists for exercise during pregnancy and the postpartum period.
Br J Sports Med 2003, 37:6-12.
3. ACOG - American College of Obstetricians and Gynecologists: Exercise
during pregnancy and the postnatal period. Techn Bull 1985, 189:1-5.
4. Duncombe D, Skouteris H, Wertheim EH, Kelly L, Fraser V, Paxton SJ:
Vigorous exercise and birth outcomes in a sample of recreational exercisers:
a prospective study across pregnancy. Austr N Z J Obstet Gynaecol 2006,
46:288-92.
5. RCOG - Royal College of Obstetricians and Gynaecologists: Exercise in
pregnancy. Statement No 4 2006 [http://www.rcog.org.uk/index.asp?
PageID=1366], Accessed on 27/02/2010.
6. Kramer MS, McDonald SW: Aerobic exercise for women during pregnancy
(Cochrane Review). The Cochrane Library Oxford: Update Software 2009,
2.
7. Brenner IK, Wolfe LA, Monga M, McGrath MJ: Physical conditioning
effects on fetal heart rate responses to graded maternal exercise. Med Sci
Sports Exerc 1999, 31:792-9.
8. Clapp JF, Kim H, Burciu B, Lopez B: Beginning regular exercise in early
pregnancy: effect on fetoplacental growth. Am J Obstet Gynecol 2000,
183:1484-8.
9. Watson WJ, Katz VL, Hackney AC, Gall MM, McMurray RG: Fetal
responses to maximal swimming and cycling exercise during pregnancy.
Obstet Gynecol 1991, 77:382-6.
10. ACOG - American College of Obstetricians and Gynecologists: Exercise
during pregnancy and the postpartum period. ACOG Technical Bulletin
Number 189 - February 1994. Int J Gynaecol Obstet 1994, 45:65-70.
11. Davies GAL, Wolfe LA, Mottola MF, Mackinnon C: Joint SOGC/CSEP
Clinical Practice Guideline: Exercise in Pregnancy and the Postpartum
Period. Can J Appl Physiol 2003, 28(3):330-341.
12. American College of Obstetricians and Gynecologists: ACOG Committee
Opinion. Exercise during pregnancy and the postpartum period. Int J
Gynecol Obstet 2002, 77:79-81, Number 267.
17