PT ADARO ENERGY
Disusun oleh:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan hidayah nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“TAMBANG BATUBARA PT ADARO ENERGY” sebagai salah satu
syarat dalam memenuhi tugas Mata Kuliah geologi dasar.
Palembang,September 2019
Penyusun
1
BATUBARA
Batubara merupakan sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah bentuk yang
awalnya berakumulasi di rawa dan tanah gambut. Pembentukan batubara dimulai sejak
Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman
batu bara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu
dari setiap batubara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lamanya waktu pembentukan
yang disebut sebagai “maturitas organik” (World Coal Institute, 2009). Indonesia dikenal
sebagai negara yang memiliki potensi sumber daya alam melimpah. Produksi batubara
Indonesia akan mengalami kenaikan di masa yang akan datang. Prediksi kenaikan produksi
batubara di Indonesia didominasi oleh batubara peringkat rendah (lignit) yaitu sekitar (60-
70)% dari total cadangan batubara. Batubara kualitas rendah belum banyak dieksploitasi
karena masih mengalami kendala dalam transportasi dan pemanfaatan. Batubara peringkat
rendah mempunyai kandungan air total cukup tinggi sehingga nilai kalor menjadi rendah. Oleh
karena itu diperlukan teknologi khusus, salah satunya adalah menggunakan teknologi gasifikasi
dengan sistem fluidizedbed untuk memanfaatkan batu bara peringkat rendah agar dapat
digunakan sebagai pengganti batubara peringkat tinggi yang cadangannya sudah mulai
menipis.
Sifat kimia dari batubara dapat digambarkan dari unsur yang terkandung di dalam batubara,
antara lain sebagai berikut:
a. Karbon
Jumlah karbon yang terdapat dalam batubara bertambah sesuai dengan peningkatan
derajat batubaranya, kenaikan derajatnya dari 60% hingga 100%. Persentase akan lebih kecil
daripada lignit dan menjadi besar pada antrasit dan hampir 100% dalam grafit. Unsur karbon
dalam batubara sangat penting peranannya sebagai sumber panas. Karbon dalam batubara
tidak berada dalam unsurnya tetapi dalam bentuk senyawa. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah
karbon yang besar yang dipisahkan dalam bentuk zat terbang.
b. Hidrogen
Hidrogen yang terdapat dalam batubara berangsur-angsur habis akibat evolusi metan.
Kandungan hidrogen dalam liginit berkisar antara 5%, 6% dan 4.5% dalam batubara berbitumin
sekitar 3% hingga 3,5% dalam antrasit.
c. Oksigen
2
Oksigen yang terdapat dalam batubara merupakan oksigen yang tidak reaktif.
Sebagaimana dengan hidrogen kandungan oksigen akan berkurang selama evolusi atau
pembentukan air dan karbondioksida. Kandungan oksigen dalam lignit sekitar 20% atau lebih.
3
Sedangkan dalam batubara berbitumin sekitar 4% hingga 10% dan sekitar 1,5% hingga 2%
dalam batubara antrasit.
d. Nitrogen
Nitrogen yang terdapat dalam batubara berupa senyawa organik yang terbentuk
sepenuhnya dari protein bahan tanaman asalnya dan jumlahnya sekitar 0,55% hingga 3%.
Batubara berbitumin biasanya mengandung lebih banyak nitrogen daripada lignit dan antrasit.
e. Sulfur
Sulfur dalam batubara biasanya dalam jumlah yang sangat kecil dan kemungkinan berasal
dari pembentuk dan diperkaya oleh bakteri sulfur. Sulfur dalam batubara biasanya kurang dari
4%, tetapi dalam beberapa hal sulfurnya bisa mempunyai konsentrasi yang tinggi. Sulfur
terdapat dalam tiga bentuk, yaitu :
Sulfur Piritik (Piritic Sulfur), Sulfur Piritik biasanya berjumlah sekitar 20% hingga 80%
dari total sulfur yang terdapat dalam makrodeposit (lensa, urat, kekar, dan bola) dan
mikrodeposit (partikel halus yang menyebar).
Sulfur Organik, Sulfur Organik biasanya berjumlah sekitar 20% hingga 80% dari total
sulfur, biasanya berasosiasi dengan konsentrasi sulfat selama pertumbuhan endapan.
Sulfat Sulfur, Sulfat terutama berupa kalsium dan besi, jumlahnya relatif kecil dari
seluruh
jumlah sulfurnya.
4
MENGENAL PT ADARO ENERGY
Adaro Energy adalah perusahaan energi yang terintegrasi secara vertikal di Indonesia
dengan bisnis di sektor batubara, energi, utilitas dan infrastruktur pendukung. Adaro Energy
memiliki model bisnis terintegrasi yang terdiri dari delapan pilar: Adaro Mining, Adaro
Services, Adaro Logistics, Adaro Power, Adaro Land, Adaro Water, Adaro Capital dan Adaro
Foundation. Lokasi utama tambang Adaro Energy terletak di Kalimantan Selatan, tempat
ditambangnya Envirocoal, batubara termal dengan kadar polutan yang rendah. Adaro Energy
juga memiliki aset batubara metalurgi yang beragam mulai dari batubara kokas semi lunak
sampai batubara kokas keras premium di Indonesia dan Australia. Walaupun batubara tetap
merupakan DNA perusahaan, Adaro Energy terus mengembangkan bisnis non batubara untuk
mendapatkan dasar penghasilan yang lebih stabil dan mengimbangi volatilitas sektor batubara.
5
Penawaran produk batubara yang lengkap dengan cadangan signifikan.
Sebagai tambahan terhadap operasi batubara termal, kami telah mulai memproduksi batubara
metalurgi untuk memenuhi kebutuhan pasar berkembang di Asia. Pada tahun 2018, kami
menambahkan aset batubara metalurgi yang signifikan ke dalam portofolio dengan
mengakuisisi tambang batubara Kestrel sehingga portofolio produk kami saat ini meliputi
batubara termal subbituminus untuk pembangkit listrik sampai batubara kokas keras premium
yang merupakan komponen penting dan tidak tergantikan dalam produksi baja. Akuisisi ini
juga meningkatkan sumber daya batubara kami menjadi 15,47 miliar ton dan cadangan
menjadi 1,52 miliar ton (tidak disesuaikan dengan ekuitas).
6
pendapatan yang stabil dan mendukung profitabilitas, sehingga mengimbangi volatilitas
batubara. Pada tahun 2018, pilar non pertambangan batubara menyumbangkan sekitar 20%
dari EBITDA operasional.
7
Kandungan Nitrogen 0,9%-1% (daf)
• Envirocoal termasuk dalam 10 batubara dengan kandungan nitrogen terendah. • Kandungan
nitrogen yang rendah memungkinkan konsumen untuk mengurangi biaya terkait
menghilangkan nitrus oksida dari gas buang.
• Hal ini menghasilkan lebih banyak listrik untuk dijual dan menurunkan biaya produksi listrik.
8
9
1) Kualitas sampel batubara PT Adaro Indonesia dianalisa sesuai standar ASTM.
2) Kualitas sampel batubara dari SCM, LSA, PCS masing-masing telah dianalisa sesuai Standar ASTM. Perubahan nilai
kalori SCM dan LSA disebabkan oleh sampel pengeboran inti baru yang analisa.
3) Kualitas sampel batubara MIP telah dianalisa sesuai standar ISO. Kenaikan tingkat kandungan sodium di dalam
abu rata-rata 3% telah dinyatakan dalam cadangan batubara sesuai JORC tahun 2014.
10
CARA MELIHAT BATUBARA
11
Analisa batubara merupakan suatu kegiatan untuk dapat menentukan kualitas batubara
yang diperiksa berdasarkan sifat-sifat fisika dan kimia yang dimilikinya. Dalam kaitannya
dengan pendayagunaan dan pemanfaatan batubara, maka perl diketahui beberapa parameter
analisis yang juga dipergunakan dalam kegiatan perdagangan batubara.
Beberapa parameter analisa tersebut, antara lain :
Total Moisture
Total moisture adalah jumlah keseluruhan kadar air yang terkandung didalam batubara,
yang berasal dari free moisture dan residual moisture.
a. Free Moisture
Free moisture adalah istilah yang menggambarkan persentase jumlah air yang menguap
dari sampel batubara yang dikeringkan dalam kondisi ruangan (suhu dan kelembaban ruangan)
yang dilakukan sampai bobot konstan.
b. Residual Moisture
Residual Moisture adalah jumlah air yang menguap dari sample batubara yang sudah
kering (setelah free moisturenya menguap) apabila dipanaskan kembali pada suhu 105-1100C
dalam kurun waktu tertentu.
Oven Memmert
Analisis Proksimate
Moisture in The Analysis Sample yaitu kandungan air yang terdapat dalam batubara pada saat
diperiksa atau pada saat telah dikeringkan dengan udara. Besar kecilnya MAS ini dipengaruhi
oleh peringkat batubara dan temperature pada saat batubara dianalisa. Dan juga berpengaruh
pada preparasi sample sebelum MAS dianalisa. Kandungan air berhubungan erat dengan derajat
sample batubara asal. Untuk menentukan kadar air dalam batubara dapat dilakukan dengan dua
metoda yaitu standar ASTM, dengan menggunakan udara kering dan standar ISO, dengan
12
menggunakan gas Nitrogen. Kandungan air dalam sample dapat didefinisikan sebagai
persentase berat yang hilang jika sample batubara dipanaskan pada kondisi temperatur standar
yakni pada suhu 105o C.
Kandungan air dalam batubara dapat menyebabkan penurunan mutu batubara sebab:
a. Menurunkan nilai kalor batubara.
b. Menurunkan titik nyala.
c. Memperlambat proses pembakaran
Di dalam analisis batubara, abu didefinisikan sebagai sisa pembakaran yang tinggal jika
batubara dipijarkan. Sisa ini merupakan hasil perubahan kimia ketika proses pengabuan terjadi.
Sisa pembakaran yang tinggal adalah senyawa dari material anorganik, seperti MgO, SiO2,
Al2O3, Fe2O3, Na2O, K2O, P2O3, dan material organic lainnya dalam jumlah kecil seperti Cd, As,
Pb, Zn, Hg, dan Ni.
a. Kadar abu memberikan indikasi dasar terhadap kekotoran batubara sehingga dapat dipakai
sebagai dasar untuk perencanaan kelayakan pembakaran tanur.
b. Kadar abu mencerminkan banyaknya mineral dalam batubara dan secara tidak langsung
mencerminkan jumlah nilai kalor dari batubara. Bila kadar abu tinggi maka nilai kalor rendah.
Nilai kandungan abu suatu batubara selalu lebih kecil dari nilai kandungan mineralnya. Hal ini
terjadi karena selama pembakaran telah terjadi perubahan kimiawi pada batubara tersebut,
seperti menguapnya air kristal, karbon dioksida, dan oksida sulfur
ash furnace
13
iii. Volatile Matter (Kandungan Zat Terbang )
Volatile Matter adalah parameter yang menyatakan jumlah kandungan zat terbang yang mudah
menguap dalam batubara yang umumnya berupa senyawa karbon dalam bentuk gas. Volatile
matter merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam mengklasifikasikan batubara.
Kandungan zat terbang berpengaruh pada pembakaran batubara, karena dengan kadar zat
terbang yang tinggi relative mudah terbakar sehingga proses pembakaran berjalan cepat.
Sebaliknya batubara dengan kandungan zat terbang rendah relative sulit terbakar sehingga
proses pembakaran berjalan lama. Penilaian tersebut didasarkan pada rasio atau perbandingan
antara kandungan karbon (fixed carbon) dengan zat terbang, yang disebut dengan rasio bahan
bakar (fuel ratio).
14
Total Sulfur (Kandungan Sulfur)
Didalam batubara, sulfur merupakan bagian dari mineral carbonaceous atau bagian dari mineral
sulfat dan sulfide. Dengan sifatnya yang mudah bersenyawa dengan unsur hidrogan dan oksigen
dan membentuk senyawa asam, maka keberadaan sulfur diharapkan bisa seminimal mungkin
karena sifatnya yang merupakan pemicu polusi,jadi beberapa negara pengguna batubara
menerapkan batas kandungan maksimum hanya 1% untuk batubara yang dimanfaatkan untuk
keperluan industri.
Salah satu cara untuk menentukan kadar sulfur yaitu melalui pembakaran pada suhu tinggi.
Batubara dioksidasi dalam tube furnace dengan suhu mencapai 1350°C. Sulfur oksida (SOx)
yang terbentuk sebagai hasil pembakaran lalu ditangkap oleh detektor infra merah dan
dianalisa. Kandungan sulfur dibagi menjadi 2 bagian yaitu organic sulfur dan anorganik sulfur.
di proses pembakaran kandungan belerang di dalam batubara berubah menjadi gas SO2 dan
SO3. Selain menjadi penyebab terjadinya polusi udara, gas ini menjadi penyebab terjadinya
korosi di permukaan penghantar panas boiler.
Leco SC-144 DR
Salah satu parameter penentu kualitas batubara ialah nilai kalornya, yaitu seberapa banyak
energi yang dihasilkan per satuan massanya. Nilai kalor batubara diukur menggunakan alat yang
disebut bomb kalorimeter. Kalorimeter bom terdiri dari 2 unit yang digabungkan menjadi satu
alat. Unit pertama ialah unit pembakaran di mana batubara dimasukkan di dalam bom lalu
diinjeksikan oksigen lalu bom itu dimasukkan ke dalam bejana disini batubara dibakar dengan
adanya pasokan udara/ oksigen sebagai pembakar. Unit kedua ialah unit pendingin/ kondensor
(water handling).Nilai kalori dari sampel batubara ditetapkan dengan cara membakar sampel
dalam lingkungan berisi gas oksigen dengan tekanan 30 atm, Panas yang dilepaskan oleh
pembakaran setimbang dengan nilai kalori sampel. Nilai kalor yang diperoleh dikenal dengan
istilah Gross Calorivic Value (GCV).
15
Ultimate analysis
Serupa dengan coal proximate analysis, fungsi dari coal ultimate analysis adalah untuk
menentukan konstituen batu bara, melainkan dalam bentuk unsur kimia dasar. Ultimate analysis
menganalisis jumlah karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N), dan elemen lainnya dalam sampel
batubara.
1. Nilai karbon dan hidrogen dapat digunakan untuk menentukan jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk proses pembakaran dan untuk perhitungan efisiensi proses pembakaran.
2. Penentuan karbon dan hidrogen dapat digunakan dalam perhitungan material keseimbangan,
reaktivitas hasil produk yang sesuai dengan proses konversi batubara yaitu gasifikasi dan
pencairan.
3. Nilai karbon dan nitrogen dapat digunakan dalam perhitungan material balance yang
digunakan untuk tujuan perhitungan emisi.
16
Sifat ash pada suhu tinggi merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan kecocokan
batubara untuk penggunaan tungku pembakaran tertentu. Peralatan untuk penentuan suhu leleh
ash yang mempunyai suhu antara 1000oC sampai 1500oC, cetakan untuk membuat bentuk dari
sampel ash, dan pengamat terjadinya perubahan bentuk dari sampel yang dipanaskan sampai
meleleh. Pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan kamera video.
Prosedur pengujian ash yaitu ash batubara dibentuk dalam cone dan dipanaskan pada suhu awal
800OC. Perlahan-lahan suhu dinaikkan kira-kira 3-7oC/ menit. Setelah suhu 1000oC, setiap
kelipatan suhu 20oC diphoto (direkam).
Ash Analysis
Analisis Ash ini bertujuan untuk menentukan susunan ash berupa oksida-oksida dari silikon,
aluminium, magnesium, besi, kalsium, natrium, kalium, titanium, titanium, fosfow, dan sulfur.
Prinsip analisa ash menurut standar AS 1038 part 12 ialah melarutkan ash batubara dalam
campuran asam flourida, asam perklorat, dan asam nitrat. Logam yang terlarut kemudian
ditentukan dengan AAS.
Hasil analisa ash umumnya untuk unsur-unsur major dalam ash atau batuan sebagai bentuk
oksidanya, yang dapat dibagi menjadi tiga golongan ( dalam hal ini
istilah asam dan basa menurut ahli geologi).
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam analisa Ash adalah faktor slagging dan
faktor Fouling , dimana faktor slagging adalah akumulasi kerak yang meleleh padsa permukaan
pemindah panas yang terletak didalam ruang pembakaran. Dan faktor Fouling adalah bentuk
endapan ash yang menahan pemindahan panas atau menghalangi aliran gas ke bagian-
bagiannya.
17
Crucible Swelling Number
Crucible Sweling Number biasa disingkat CSN atau biasa juga disebut free swelling index
disingkat FSI, adalah nilai baik buruknya suatu batubara jika akan dibuat kokas. Penilaian CSN
ini diberikan angka 0 - 9.
18
Analisa Merkuri
Analisa Merkuri bertujuan untuk mengetahui kadar merkuri dalam suatu bahan, dalam hal ini
terutama analisa merkuri yang terdapat dalam batu bara. Prinsipnya Merkuri dalam sampel yang
akan dianalisa dilarutkan dengan memanaskan sejumlah sampel pada asam nitrat atau asam
hidroklorat kemudian ke wadah dimana merkuri yang terkandung akan diubah menjadi
unsurnya. Uap merkuri ditentukan melalui nameless cold-vapor atomic absorption
Spectroscopy.
unit merkuri
19
KESIMPULAN
Dari rangkuman diatas, saya dapat menyimpulkan bahwa batubara adalah tumbuhan
yang sudah mati lalu diolah dengan cara yang benar agar memperoleh batubara yang
berkualitas dan batubara adalah salah satu kekayaan alam yang diperlukan bagi
kehidupan manusia, karena jika tidak ada maka, tidak akan ada pembangkit listrik
tenaga uap, industry semen, dan sebagainya. Jadi kita perlu menjaga,memanfaatkan,
serta mengolah batubara dengan benar dan tepat. Karena sekarang banyak sekali
manusia yang mengolah batubara dengan cara yang tidak tepat seperti, pertambangan
liar batubara, dan lain-lain. Ada cara yang benar untuk pengolahan batubara yaitu, tahap
pertama adalah kominusi atau memperkecil batubara ada dua tahap, yaitu tahap
peremuk pertama dan tahap kedua. Tahap kedua sizing atau pengelompokan material
(batubara) terbagi atas dua cara yaitu, screening dan classifying. Dan tahapan terakhir
adalah pencucian batubara. Pencucian batubara ada dua cara yaitu, secara fisik dan
secara kimia, namun cara kimia masih jarang digunakan karena menurut sebagian orang
cara fisik lebih mudah dibandingkan cara kimia. Ada beberapa jenis tumbuhan yang
bisa dijadikan batubara.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://aapsite.geoservices.id/2016/03/cara-mudah-mengetahui-baik-
buruknya.html
https://www.idx.co.id/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOUNCEMENTSTOCK
/From_EREP/201904/a5de2bce22_578e93dcb3.pdf
https://simpelmenarik.blogspot.com/2017/02/mengetahui-analisa-
batubara.html
21