PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan penetapan kadar zat aktif dalam materi
biologis, yaitu teofilin dalam sampel urin manusia dengan metode Kromatografi
Lapis Tipis-Spektofotodensitometri. Penetapan kadar teofilin dalam urin
dilakukan karena teofilin memiliki indeks terapi yang sempit sehingga perlu
dilakukan therapeutic drug monitoring (TDM) terhadap penggunaan teofilin
secara klinis untuk memastikan kadar teofilin dalam tubuh berada pada kisaran
terapetik dan untuk menghindari efek toksik (Flanagan et al., 2005). Dalam
sediaan farmasi, teofilin merupakan suatu metabolit sekunder golongan alkaloid
yang memiliki efek farmakologi bronkodilator, yaitu perangsang SSP yang kuat
dan merelaksasi otot polos terutama bronkus (Ganiswarna, 1995).
Pada pemisahan dengan KLT maka tahap awal yang dilakukan adalah
pengkondisian plat. Plat KLT dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan
metanol untuk menghilangkan pengotor yang mungkin menempel pada
permukaan silika ketika penyimpanan plat. Setelah pencucian dilakukan aktivas
plat dengan tujuan untuk menghilangkan sisa metanol yang masih menempel pada
plat dan mengaktifkan sisi aktif dari gugus silanol. Aktivasi dilakukan selama 10
menit pada suhu 110oC (Gandjar dan Rohman, 2007). Suhu ini dipilih untuk
mengurangi kandungan air pada plat KLT karena air memiliki titik didih 100 0C.
Apabila digunakan suhu lebih rendah, maka air akan susah menguap dan apabila
digunakan suhu yang lebih tinggi, dikhawatirkan akan merusak gugus silanol
yang terdapat pada plat. Sedangkan waktu 10 menit dipilih agar tidak merusak
plat sehingga plat menjadi kering, mudah retak, maupun bengkok. Setelah aktivasi
plat dilakukan penotolan larutan seri, sampel, dann uji dengan konsentrasi yang
telah ditentukan dengan menggunakan pipet 2 µL dengan tujuan untuk
mengoptimalkan totolan yang sekecil-kecilnya karena penotolan yang menyebar
atau terlalu banyak akan menghasilkan pemisahan yang kurang baik seperti
terbentuknya puncak ganda ketika dianalisis dengan densitometri.
Sebelum plat dielusi, dilakukan penjenuhan chamber terlebuh dahulu.
Tujuannya adalah untuk meratakan tekanan uap yang ada dalam chamber
sehingga proses elusi dapat berlangsung dengan baik. Pengelusian selanjutnya
dilaukan secara ascending hingga batas pengembangan. Pada saat pengelusian,
totolan tidak boleh terendam dalam fase geraknya, karena apabila totolan
terendam maka larutan yang ditotolkan dapat larut bersama fase geraknya.
Pemisahan akan terjadi sesuai dengan afinitas analit terhadap fase diam dan fase
gerak yang digunakan (Gandjar dan Rohman, 2007).
Setelah proses elusi selesai plat diangin-anginkan dan dianalisis
menggunakan metode Spektrofotodensitometri. Spektrofotodensitometer
merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk analisis suatu senyawa dengan
intensitas radiasi yang direfleksikan pada permukaan lempeng ketika disinari
dengan lampu UV atau lampu sinar tampak. Solut-solut yang mampu menyerap
sinar akan dicatat sebagi puncak (peak) oleh pencatat (recorder). Plat KLT yang
berisi analit hasil pemisahan dianalisis menggunakan densitometri dimana proses
scanning dilakukan dengan metode absorpsi. Teofilin merupakan senyawa obat
yang mampu berfluoresensi kuat akibat dtrukturnya yang kuat dan kaku (rigid)
serta gugus kromofornya yang panjang. Scanning pada praktikum kali ini
dilakukan pada panjang gelombang eksitasinya yaitu 275 nm. Dari data absorpsi
pada panjang gelombang eksitasi akan diperoleh nilai Rf dan AUC dari spot seri,
sampel, dan uji.
Flanagan, Sean et. Al Biomechanics of heel raise exercise. Jurnal of aging and
physical activity 2005 ; Human Kinetics Publishers Inc.
Ganiswarna, S., 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 271-288 dan 800-810,
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Shargel, L., Yu, A., and Wu, S., 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika
Terapan, Edisi kedua, Airlangga University Press, Surabaya. 167 – 187.