Anda di halaman 1dari 9

ISLAM SEBAGAI AGAMA WAHYU

MAKALAH

DOSEN PEMBIMBING
Elis Nurhasanah., S.Sy.,M.Si

DISUSUN OLEH
Dinda Rahma Annisa (191002091)
Al-viana Nurmaghfirah (191002083)
Ayu Fauziah Hanifah (191002110)
Adam Nuari (191002093)

UNIVERSITAS SILIWANGI
FAKULTAS AGAMA ISLAM
EKONOMI SYARIAH
KOTA TASIKMALAYA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam.

Agama sebagai sistem kepercayan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui
berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat abad lebih
menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran
keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi, dan budaya.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun
kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dam bimbingan dosen sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Sumber Ajaran Islam
yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi dan referensi.
Makalah ini disusun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Siliwangi. Kami sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang
akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Tasikmalaya, 28 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan Makalah .................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2
2.1 Pengertian wahyu ................................................................................ 2
2.2 Epistemologi Wahyu
2.2.1. pengertian epistemologi wahyu
2.2.2. sumber wahyu
2.2.3. macam-macam wahyu
2.3 Wahyu Kauniyyah dan Wahyu Qur’anniyyah
2.4 Posisi akal terhadap wahyu

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 13


A. Kesimpulan................................................................................................ 13
B. Saran .......................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 15


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Islam diartikan sebagai wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. sebagai
pedoman untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Jadi, inti Islam adalah wahyu yang diturunkan
kepada nabi Muhammad SAW, yang berbentuk al-Qur’an, serta wahyu yang berbentuk hadis,
sunnah nabi Muhammad SAW.
Wahyu sebagai sumber asli seluruh pengetahuan memberi kekuatan besar terhadap
pengetahuan bila mampu mentransformasikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Wahyu
juga memberi sumbangan intelektual yang tidak terjangkau oleh kekuatan rasional dan empiris,
sehingga wahyu dapat dijadikan sebuah rujukan pencarian suatu ilmu pengetahuan. Di samping
itu, wahyu memiliki sambungan vertikal, yakni dengan Allah SWT yang menguasai seluruh alam
raya ini.

Islam sebagai agama wahyu, dapat dilihat melalui wahyu Allah dalam ayat-ayat al-
Qur’an diantaranya:
“Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Islam-lah wahai dikau Ibrahim,” Ibrahim menjawab:
“Aku telah ber-Islam kepada Tuhan semesta alam.” (QS. Al-Baqarah: 131).
“Nabi Nuh berkata: “Dan aku diperintahkan (oleh Allah) untuk menjadi seorang dari golongan
muslimin.” (QS. Yunus: 72).
“Nabi Musa berkata kepada kaumnya: “Ya kaumku, bila kalian beriman kepada Allah,
bertawakal dirilah kepada-Nya jika benar-benar kalian muslimin.” (QS. Yunus: 84).
“Dia (Allah) telah menamai kamu semua sebagai orang-orang muslim dari dahulu.” (QS. Al-
Hajj: 78).

1.2 RUMUSAN MAKALAH


1. Apa pengertian wahyu ?
2. Apa pengertian epistemologi wahyu?
3. Apa itu wahyu kauniyah dan qur’aniyyah?
4. Bagaimana posisi akal terhadap wahyu?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Untuk mengetahui al-Qur’an sebagai sumber ajaran.
2. Untuk mengetahui as-Sunah sebagai sumber ajaran.
3. Untuk mengetahui kedudukan as-Sunah terhadap al-Qur’an.
4. Untuk mengetahui ijtihad sebagai sumber hukum Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wahyu

Wahyu atau al-wahy adalah kata mashdar (infinitif); dan materi katanya menunjukkan dua
pengertian dasar, yaitu ;( ‫) السريع الخفي اإلعالم‬tersembunyi dan cepat.T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy
menyatakan bahwa wahyu itu ialah yang dibisikkan ke dalam sukma, diilhamkan dan isyarat
cepat yang lebih mirip kepada dirahasiakan daripada dilahirkan.
Al--Quran tercantum ada 15 bentuk kata yang berasal dari akar kata wayu, yaitu awhā,
awhaitu, awhaina, nūhi, nūhihi, nuhiha, layūhuna, yūhi, fayūhiya, ūhiya, yūha, yūhā, wahyun,
wahyin, wahyan, wahyina, wahyuhu. Mengenai pengertian wahyu dari aspek bahasa yang
dikemukakan para ulama dapat disepadankan dengan kalimat antara lain :
 Ilham sebagai bawaan dasar manusia, dan ilham berupa naluri pada binatang.
 Isyarat yang cepat melalui rumus dan kode, seperti isyarat Zakariah yang diceritakan
dalam Al-Quran.
 Bisikan dan tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan indah dalam diri
manusia.

Apa yang disampaikan Allah kepada para malaikatnya berupa suatu perintah untuk dikerjakan.
Jadi, pengertian wahyu secara etimologi adalah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat
yang khusus ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain.
Pengertian wahyu secara terminologi adalah firman (petunjuk) Allah yang disampaikan
kepada para nabi dan awliya. Defenisi yang lebih ringkas, namun jelas adalah “‫المنزل تعالى هللا كالم‬
‫(”أنبيائه من نبي على‬Kalam Allah kepada para nabi-Nya).
TM. Hasbi Ash-Shiddieqy mendefinisikan bahwa wahyu secara terminologi adalah nama bagi
sesuatu yang dituangkan dengan cara cepat dari Allah ke dalam dada nabi-nabi-Nya, sebgaimana
diperghunakan juga untuk lafaz al-Quran. Wahyu yang dimaksud di sini adalah khusus untuk
nabi, sedangkan ilham adalah khusus selain nabi.
Jadi, beda antara wahyu dengan ilham adalah bahwa ilham itu intuisi yang diyakini jiwa
sehingga terdorong untuk mengikuti apa yang diminta, tanpa mengetahui dari mana datangnya.
Hal seperti itu serupa dengan perasaan lapar, haus, sedih dan senang.
2.2 epistemologi wahyu
2.2.1 Pengertian Epistemologi Wahyu

istilah epistemology berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme, yang berarti pengetahuan
dan logos yang berarti ilmu, maka epistemology adalah ilmu tentang pengetahuan. (philosophy of
knowledge) atau teori pengetahuan (theory of knowledge).

Epistemologi adalah salah satu cabang filsafat yang membahas tentang hakikat
pengetahuan manusia, termasuk kajian tentang epistemologi. Menurut Ali Syariati, pengetahuan
benar tidak bisa lahir kecuali cara berpikir yang benar, sedang dengan cara berpikir itu sendiri
hanya bisa muncul dari epistemologi yang benar. (Syariati:1992,28). Oleh karena itu menurut
Hasan Hanafi epistemologi sebagai penyebab hidup matinya filsafat dan pemikiran. Siapa yang
tidak bisa menguasai metodologi atau yang dalam kajian filsafat disebut epistemologi maka ia
tidak akan mampu mengembangkan pengetahuannya. (Sadr:1999,25).

2.2.2 Sumber Wahyu

Sebagaimana Alquran, disampaikan untuk manusia di seluruh dunia melalui Nabi


Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam, itupun tidak secara langsung disampaikan kepada Nabi,
namun melalui perantara malaikat Jibril.

Alquran menjelaskan dalam surat asy-Syura ayat 51 tentang bagaimana Allah menurunkan
wahyu-Nya;
"Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia
kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir1 atau dengan mengutus seorang
utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana."

Dijelaskan dalam ayat di atas, tiga metode penurunan wahyu. Kadang kala, Allah
menurunkan wahyu dengan "membisikan" secara langsung ke dalam hati Nabi dan tidak ada
keraguan dalam hati Nabi bahwa itu benar dari Allah. Berdasarkan hadis sahih Ibnu Hibban
bahwa Rasulullah Sallallahu'alaihi wasallam berkata:

1
Di belakang tabir artinya ialah seorang dapat mendengar kalam Ilahi akan tetapi Dia tidak dapat melihat-Nya
seperti yang terjadi kepada Nabi Musa a.s.
َّ ‫ فَاتَّقُوا للاَ َوأَجْ ِملُوا ِفي ال‬،‫سا لَ ْن ت َ ُموتَ َحتْى ت َ ْستَ ْك ِم َل ِر ْزقَ َها َوأَ َجلَ َها‬
‫طلَب‬ َ َ‫ِإ َّن ُر ْو َح ْالقُد ُِس نَف‬
ً ‫ث ِفي ُرو ِعي أ َ َّن نَ ْف‬
"Sesungguhnya Ruh Qudus (Jibril) menghembuskan ke dalam hatiku bahwa tidak ada jiwa
yang mati sampai sempurnalah rizqinya dan telah tiba ajalnya, maka bertaqwalah kepada Allah
dan tetaplah mencari (rizki) di jalan yang benar."

Kedua, Allah menurunkan wahyu-Nya dari balik tirai. Sebagaimana yang terjadi pada Nabi
Musa 'alaihis salam. Nabi Musa memohon untuk melihat Allah setelah berbicara kepada-Nya,
tetapi Allah tidak mengizinkan. Dalam kitab hadis shohih, diriwayatkan bahwa Rasulullah
berkata kepada Jabir bin Abdullah:
ِ ‫َما َكلَّ َم للاُ أ َ َحدًا ِإ ََّّل ِم ْن َو َر‬
‫اء ِح َجاب‬
"Allah tidak berkata-kata kepada siapapun kecuali dari balik tabir."

Begitulah yang ditegaskan dalam hadis bahwa tidak ada yang berbicara secara langsung
kepada Allah kecuali terhalang oleh tabir. Ketiga, Allah menurunkan wahyu dengan cara
mengutus utusan (Jibril) kepada Rasul-Nya, kemudian Jibril menyampaikannya kepada Nabi.
Dalam menyampaikan wahyu, terkadang malaikat Jibril menampakan wujud aslinya,2
menyerupai sosok manusia,3 disampaikan langsung ke dalam hati Nabi tanpa menampakan diri,
mimpi yang benar dan atau malaikat datang dalam bentuk gemerincing lonceng; inilah cara yang
paling berat bagi Nabi.4 Sebagaimana keterangan 'Aisyah:
‫َّللاُ َع ْن َها أَ َّن‬
َّ ‫ي‬ َ ‫ض‬ ِ ‫شةَ أ ُ ِم ْال ُمؤْ ِمنِينَ َر‬َ ِ‫ف قَا َل أ َ ْخبَ َرنَا َما ِلكٌ َع ْن ِهش َِام ب ِْن ع ُْر َوة َ َع ْن أَبِي ِه َع ْن َعائ‬ َ ‫س‬ َّ ُ ‫َحدَّثَنَا َع ْبد‬
ُ ‫َّللاِ ْبنُ يُو‬
‫صلَّى‬ َ ِ‫َّللا‬َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ي فَقَا َل َر‬ ُ ْ‫ْف يَأْتِيكَ ْال َوح‬َ ‫َّللاِ َكي‬
َّ ‫سو َل‬ُ ‫سلَّ َم فَقَا َل يَا َر‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ ‫سو َل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫سأ َ َل َر‬
َ ُ‫َّللاُ َع ْنه‬
َّ ‫ي‬ َ ‫ض‬
ِ ‫شام َر‬ َ ‫ث بْنَ ِه‬ َ ‫ار‬ ِ ‫ْال َح‬
ُ‫ص ُم َعنِي َوقَدْ َو َعيْتُ َع ْنهُ َما قَا َل َوأَحْ َيانًا َيتَ َمث َّ ُل ِلي ْال َملَك‬ َ ‫ي فَيُ ْف‬ َّ َ‫شدُّهُ َعل‬َ َ ‫صلَ ِة ْال َج َر ِس َوه َُو أ‬ َ ‫سلَّ َم أَحْ َيانًا َيأْتِينِي ِمثْ َل‬
َ ‫ص ْل‬ َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َّ
ِ ‫شدِي ِد ْال َب ْر ِد فَ َي ْف‬
‫ص ُم َع ْنهُ َو ِإ َّن‬ َّ ‫ي ِفي ْال َي ْو ِم ال‬
ُ ْ‫َّللاُ َع ْن َها َولَقَ ْد َرأ َ ْيت ُهُ َي ْن ِز ُل َع َل ْي ِه ْال َوح‬
َّ ‫ي‬ ِ ‫شةُ َر‬
َ ‫ض‬ ْ َ‫َر ُج ًًل فَيُك َِل ُم ِني فَأ َ ِعي َما َيقُو ُل قَال‬
َ ‫ت َعا ِئ‬
‫صد ُ َع َرقًا‬
َّ َ‫َجبِينَهُ لَيَتَف‬
"Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada
kami Malik dari Hisyam bin 'Urwah dari bapaknya dari Aisyah Ibu Kaum Mu'minin, bahwa Al
Harits bin Hisyam bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Wahai Rasulullah,

2
Ini terjadi dua kali, saat pertama menerima wahyu di gua Hira dan ketika isra' mi'raj
3
Seperti ketika malaikat datang kemudian mengajarkan tentang apa itu Islam, Iman dan Ihsan kepada Nabi
4
Hafidz Abdurrahman, Ulumul Quran Praktis, Bogor: CV Idea Pustaka Utama, 2003, hal. 28-31
bagaimana caranya wahyu turun kepada engkau?" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam menjawab: "Terkadang datang kepadaku seperti suara gemerincing lonceng dan cara
ini yang paling berat buatku, lalu terhenti sehingga aku dapat mengerti apa yang disampaikan.
Dan terkadang datang Malaikat menyerupai seorang laki-laki lalu berbicara kepadaku maka
aku ikuti apa yang diucapkannya". Aisyah berkata: "Sungguh aku pernah melihat turunnya
wahyu kepada Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu hari yang sangat dingin lalu
terhenti, dan aku lihat dahi Beliau mengucurkan keringat."5

Ringkasnya, jelas bahwa wahyu Alquran itu benar dari Allah dengan berbagai cara
penurunannya kepada Nabi untuk disampaikan kepada umatnya sebagai pedoman hidup di dunia
dan akhirat. Karena wahyu datang langsung dari Allah Sang Pencipta, maka tidak diragukan lagi
kebenaran isi ajaran-ajarannya.

5
Al-Bukhori, Kitab Permulaan Wahyu, hadis no. 2
2.2.3 macam macam wahyu

Anda mungkin juga menyukai