Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 Nomor 2

P-ISSN: 2502-7638; E-ISSN: 2502-8391

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA


MELALUI PEMBELAJARAN CTL

Shinta Sangalia Sukmana Dewi1), Ekasatya Aldila Afriansyah2)


1,2
Program Studi Pendidikan Matematika IPI Garut
Email: 2e_satya@yahoo.com

Abstrak
Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa jarang mendapatkan perhatian dan guru hanya berfokus
pada aspek komputasi yang bersifat algoritmik sehingga menjadikan siswa kurang aktif dan cenderung pasif
sehingga tidak dapat menyampaikan ide matematiknya. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran
CTL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
mendapatkan model pembelajaran CTL lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan model pembelajaran
Konvensional. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 16 Garut dengan sampel
sebanyak dua kelas, yaitu: kelas XI-IPS 3 sebagai kelas kontrol yang mendapatkan model pembelajaran
Konvensional dan kelas XI-IPS 2 sebagai kelas eksperimen yang mendapatkan model pembelajaran CTL.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Statistika. Instrumen penelitian ini berupa tes dengan bentuk
uraian yang diberikan pada saat pretest dan postest serta diberikan tes skala sikap siswa. Dari hasil pretest
diperoleh Ho Tidak diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal
yang signifikan antara kelas yang mendapatkan model pembelajaran CTL dengan siswa yang mendapatkan
model pembelajaran Konvensional. Dari hasil postes diperoleh bahwa Ha Tidak diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan model
pembelajaran CTL lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan model pembelajaran Konvensionali. Tingkat
pencapaian materi siswa yang mendapatkan model CTL lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan model
pembelajaran Konvensional, tetapi daya serapnya masih rendah yaitu 29,73% yang memenuhi kriteria
ketuntasan minimal. Skala sikap siswa diolah dengan menggunakan skala Likert dan dapat disimpulkan bahwa
sikap siswa berinterpretasi cukup.

Kata Kunci: Kemampuan Komunikasi Matematis, CTL, Konvensional.

PENDAHULUAN urgensi ilmu matematika, tetapi juga untuk


Matematika sebagai suatu ke disiplin meningkatkan kemampuan siswa Indonesia
ilmu yang secara jelas mengandalkan proses (Afriansyah, 2017). Contextual Teaching
berpikir dipandang sangat baik untuk and Learning (CTL) dipilih sebagai model
diajarkan pada anak didik. Berdasarkan pembelajaran yang diharapkan dapat
Teori Perkembangan Kognitif Piaget, anak meningkatkan kemampuan siswa dan dapat
seusia SMP (1-15 tahun) belum sepenuhnya mengkaitkan antara materi yang dipelajari
dapat berpikir abstrak, dalam dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa
pembelajarannya kehadiran benda-benda (Muslich, 2007). Model pembelajaran ini,
konkrit masih diperlukan. Meski begitu melibatkan tujuh komponen utama
harus pula mulai dikenalkanbenda-benda pembelajaran, yaitu konstruktivisme,
semi konkrit. Namun pada level SMP ini, bertanya, menemukan, masyarakat belajar,
anak sudah mulai dapat menerapkan pola pemodelan, refleksi, dan penilaian otentik.
berpikir yang dapat menggiringnya untuk (Depdiknas, 2007).
memahami dan memecahkan permasalahan. Ruseffendi (2006) menyatakan bahwa
Akibatnya banyak sekolah meluluskan dari beberapa penelitian dan keyakinan ahli
siswa-siswa yang berpikir secara dangkal, teori belajar-mengajar, metode ekspositori
hanya berdiri di permukaan persoalan, ini merupakan cara mengajar yang paling
bukannya siswa – siswa yang mampu efektif dan efisien.
berpikir secara mendalam. Peningkatan Melalui model pembelajaran ini
kualitas pembelajaran matematika perlu diharapkan siswa mampu memanfaatkan
dilakukan tidak hanya semata-mata karna model (pemodelan) yang ada, kemudian
Shinta Sangalia Sukmana Dewi, Ekasatya Aldila Afriansyah: Kemampuan 145
Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran CTL│Halaman 145 – 155
mengkonstruksi pemahaman sendiri Penelitian dilakukan di dua kelas yang
(konstruktivis) terhadap apa yang terpilih sebagai sampel. Dimana satu kelas
dipelajarinya. Tentunya pembelajaran yang sebagai kelas Eksperimen (E)
dirancang demi tercapainya tujuan dalam pembelajarannya menggunakan metode
model kontekstual ini yakni melalui Contextual Teaching and Learning.
masyarakat belajar, dan penilaian yang Sedangkan satu kelas lainnya sebagai kelas
dilakukan tidak terpaku pada hasil akhir saja, Kontrol (K) pembelajarannya menggunakan
namun mempertimbangkan juga proses model konvensional. Dengan desain
selama pembelajaran berlangsung demi penelitian berbentuk nonequivalent control
mewujudkan penilaian yang menyeluruh group design dapat diformulasikan sebagai
dan sebenar-benarnya. berikut: (Sundayana, 2015)
Sementara itu, variable terikat yang O1 X O2
perlu ditingkatkan adalah kemampuan
komunikasi matematis siswa. Komunikasi O1 O2
matematis merupakan bentuk khusus dari
komunikasi, yakni segala bentuk Keterangan:
komunikasi yang dilakukan dalam rangka O1: Pre-test prasyarat kemampuan
mengungkapkan ide-ide matematika. Itu komunikasi matemati
menurut peneliti sebenarnya, atau kita akan O2: Post-test kemampuan komunikasi
bisa mengungkapkan pengertian komunikasi matematik.
matematis dengan melihat aspek-aspek apa X: Perlakuan dengan model pembelajaran
saja yang semestinya dipenuhi dalam Contextual Teaching and Learning.
komunikasi matematika tersebut. : Kedua kelompok tidak dipilih secara
Berdasarkan latar belakang masalah random
yang telah diuraikan diatas, maka peneliti Penelitian ini menggunakan dua cara
merumuskan masalah sebagai berikut: pengumpulan data yaitu dengan tes dan
1. Apakah terdapat peningkatan angket (Sundayana, 2015). Tes dilakukan
kemampuan komunikasi matematis sebelum dan sesudah pelaksanaan
siswa? pembelajaran pada kelas eksperimen dan
2. Bagaimana peningkatan kemampuan kelas kontrol. Angket hanya diberikan pada
komunikasi matematika siswa melalui kelas eksperimen untuk melihat sikap siswa
model pembelajaran Contextual terhadap mata pelajaran matematika, Model
Teaching and Learning? pembelajaran Learning Start with a
3. Bagaimana sikap siswa terhadap Model Question (LSQ) serta soal-soal yang
pembelajaran Contextual Teaching and berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
Learning? (Lestari & Yudhanegara, 2015).
Berdasarkan teknik pengumpulan data
METODE diatas, ada dua jenis data yang diperoleh
Populasi dalam penelitian adalah yaitu data berupa hasil tes kemampuan
seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 16 pemahaman matematis siswa dan data
Garut tahun pelajaran 2016/2017. berupa hasil skala sikap siswa.
Sedangkan sampel dalam penelitian yaitu
kelas XI – IPS 2 sebagai kelas eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN
dan kelas XI - IPS 3 sebagai kelas kontrol. Deskripsi data statistik hasil belajar
Penelitian ini dilaksanakan pada semester siswa meliputi rata-rata, standar deviasi dan
genap tahun ajaran 2016/2017 pada tanggal jumlah siswa berdasarkan pembelajaran
29 Maret sampai dengan 09 Mei 2017. yang digunakan. Hasil deskripsi tes awal
Adapun tempat pelaksanaan penelitian di (Pretest) maupun tes akhir (Posttest)
SMA Negeri 16 Garut. kemampuan pemahaman matematia kelas

146 Shinta Sangalia Sukmana Dewi, Ekasatya Aldila Afriansyah: Kemampuan


Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran CTL│Halaman 145 – 155
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 Nomor 2
P-ISSN: 2502-7638; E-ISSN: 2502-8391

eksperimen dan kelas kontrol diperoleh Seperti pada data yang diperoleh dari
sebagai berikut: kedua sampel yang diperoleh bahwa data
1. Analisis Data Hasil Pretest tersebut tidak berdistribusi normal., maka
Pretest diberikan pada kedua kelas untuk langkah selanjutnya adalah dilakukan
eksperimen, baik kelas yang mendapatkan uji statistik non parametrik yaitu dengan uji
model pembelajaran CTL dengan Mann Whitney.
pendekatan Konvensional sebagai kelas 1) Uji Mann Whitney
eksperimen 1 dengan jumlah siswa 36 orang Karena kedua kelompok data yang
maupun kelas yang mendapatkan model diperoleh dari hasil pretest tidak
pembelajaran CTL dengan pendekatan berdistribusi normal, maka selanjutnya
Konvensional sebagai kelas eksperimen 2 dilakukan uji Mann Whitney. Sebelum
dengan jumlah siswa 36 orang. Dari masing- melakukan perhitungan, penulis
masing kelas diperoleh hasil sebagai berikut: merumuskan hipotesis nol dan hipotesis
alternatifnya, yaitu:
Tabel 1 Data Hasil Pretest H0: Tidak terdapat perbedaan yang
Kelas Jml Skor Skor Rata- Simp. signifikan kemampuan awal komunikasi
sis Terke Terb rata Baku matematis siswa antara kelas Eksperimen
wa cil esar
1 dan kelas Eksperimen 2.
CTL 36 1 9 6,22 2,26
Konv 36 1 11 6,17 2,36 Ha: Terdapat perbedaan yang signifikan
ensio kemampuan komunikasi matematis
nal antara kelas Eksperimen 1 dan kelas
Keterangan: Skor ideal = 12 Eksperimen 2.
a. Uji Normalitas Melalui hasil Uji Mann Whitney,
Karena data yang diperoleh dalam diperoleh nilai dengan menggunakan uji dua
bentuk sebaran dan jumlah siswa kurang dari pihak dan taraf signifikan 0,05 diperoleh
50 orang, maka uji normalitas hasil pretest nilai ztabel = Z0,5(1-α) = Z0,5(1-0,05) = Z(0,475) =
menggunakan uji Lilliefors dengan taraf 1,96 karena nilai zhitung = 1,562 berada pada
signifikan 5%. daerah penerimaan Ho yaitu: zhitung < ztabel
Berdasarkan hasil uji normalitas data dapat disimpulkan bahwa: Tidak terdapat
tes awal dengan menggunakan uji Lilliefors, perbedaan yang signifikan kemampuan
hasilnya dapat dilihat dari tabel berikut: komunikasi matematis siswa antara kelas
Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Data Eksperimen 1 dan kelas Eksperimen 2.
Tes Awal 2. Analisis Data Hasil posttest
Kelas Nilai L Kriteria Posttest diberikan pada kedua kelas
Lmaks Ltabel eksperimen, sama seperti pada pretest. Dari
CTL 0,5000 0,1498 Tidak
masing-masing kelas diperoleh hasil sebagai
Berdistribusi
Normal berikut:
Konvensional 0,674 0,1476 Tidak Tabel 3 Deskripsi Data Hasil Tes Akhir
Berdistribusi Kelas Jml Skor Skor Skor Rata- Simp.
Normal Siswa Ideal Terke Terbes rata Baku
Pada tabel di atas, terlihat bahwa kelas cil ar
CTL 36 12 1 12 7,611 1,809
CTL mempunyai nilai Lmaks = 0,5000< Ltabel
Konven- 36 1 12 7,306 1,687
= 0,1498maka Ho diterima artinya data tes sional
awal Eksperimen 1 tidak berdistribusi Dari Tabel 3 terlihat bahwa data tes
normal. Sedangkan kelas Eksperimen 2 akhir yang diperoleh pada kelas CTL dan
mempunyai nilai Lmaks = 0,674> Ltabel = kelas kontrol mengalami perbedaan. Hal ini
0,1476maka Ho diterima artinya data hasil dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas CTL
tes awal kelas kontrol tidak berdistribusi yaitu 7,611 dan simpangan baku yaitu 1,809
normal.

Shinta Sangalia Sukmana Dewi, Ekasatya Aldila Afriansyah: Kemampuan 147


Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran CTL│Halaman 145 – 155
dan nilai rata-rata kelas kontrol yaitu 7,306 Ha : Kemampuan komunikasi matematis
dan simpangan baku yaitu 1,687. siswa antara yang mendapatkan model
Untuk mengetahui hasil penelitian ini, CTL lebih baik dari pada pendekatan
maka dilakukan pengolahan data sebagai Konvensional
berikut: Dengan menggunakan uji satu pihak,
a. Uji Normalitas diperoleh nilai ztabel = analisis pretes1,645,
Karena data yang diperoleh dalam karena nilai zhitung = 3,166 berada pada
bentuk sebaran dan jumlah siswa kurang dari daerah penerimaan Ha yaitu: zhitung  ztabel
50 orang, maka uji normalitas hasil pretest dapat disimpulkan bahwa: Kemampuan
menggunakan uji Lilliefors dengan taraf komunikasi matematis antara siswa yang
signifikan 5%. mendapatkan model pembelajaran CTL
Berdasarkan hasil uji normalitas data lebih baik dari pada pendekatan
tes akhir dengan menggunakan uji Lilliefors, Konvensional.
hasilnya dapat dilihat dari tabel berikut: 3. Analisis Data Hasil Gain Ternormalisasi
Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Data Tes Uji gain dilakukan untuk mengetahui
Akhir peningkatan kemampuan komunikasi
Kelas Nilai L Kriteria matematis siswa tiap individu pada kelas
Lmaks Ltabel Eksperimen 1 dan kelas Eksperimen 2. Uji
CTL 0,9645 0,1476 Tidak
Berdistribusi
Gain yang digunakan adalah uji gain
Normal ternormalisasi untuk mengetahui seberapa
konvensional 0,91708 0,1476 Tidak besar peningkatannya, adapun hasil
Berdistribusi Rekapitulasi analisis gain ternormalisasi
Normal sebagai berikut.
Pada tabel di atas, terlihat bahwa kelas Tabel 5 Data Persentase dari Gain
CTL mempunyai nilai Lmaks = 0,9645> Ltabel Ternormalisasi kelas Contexstual Teahing
= 0,1476 maka Ho diterima artinya data tes and Learning
akhir CTL tidak berdistribusi normal. No. Interpretasi Gain Fi Presentase %
Sedangkan kelas CTL mempunyai nilai Ternormalisasi
Lmaks = 0,91708 > Ltabel = 0,1476 maka Ho 1 Tinggi 10 27,78
tidak diterima, sehingga data hasil tes akhir Sedang 17 47,22
2
kelas Eksperimen 2 tidak berdistribusi
normal. 3 Rendah 9 25
Seperti pada data yang diperoleh Jumlah 36 100
bawah kedua sampel tidak berdistribusi
Tabel 6 Data Persentase dari Gain
normal, maka untuk langkah selanjutnya
Ternormalisasi kelas Konvensional
adalah dilakukan uji statistik non parametrik No. Interpretasi Gain Fi Presentase %
yaitu dengan uji Mann Whitney. Ternormalisasi
1) Uji Mann Whitney 1 Tinggi 4 11,11
Karena kedua kelompok data yang 2 Sedang 11 30,55
diperoleh dari hasil pretest tidak Rendah 21 58,33
3
berdistribusi normal, maka selanjutnya
Jumlah 36 100
dilakukan uji Mann Whitney.
Sebelum melakukan perhitungan, Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa
penulis merumuskan hipotesis nol dan data gain ternormalisasi yang diperoleh
hipotesis alternatifnya, yaitu: pada kelas CTL yaitu sebagai berikut:
H0 : Kemampuan komunikasi matematis jumlah siswa sebanyak 36 siswa dengan skor
siswa antara yang mendapatkan model terkecil 0,1 dan skor terbesar 1, maka
CTL tidak lebih baik dari pada diperoleh rata-rata gain ternormalisasi 0,302
pendekatan Konvensional. dan simpangan bakunya bernilai 0,278.

148 Shinta Sangalia Sukmana Dewi, Ekasatya Aldila Afriansyah: Kemampuan


Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran CTL│Halaman 145 – 155
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 Nomor 2
P-ISSN: 2502-7638; E-ISSN: 2502-8391

Hasil rata-rata gain ternormalisasi 0,302 Untuk mengetahui sikap siswa


terdapat pada rentang 0,30  g  0,70. Maka terhadap pembelajaran matematika dengan
peningkatan kemampuan komunikasi menggunakan model pembelajaran CTL
matematis siswa kelas CTL berinterprestasi dengan pendekatan Konvensional, maka
sedang. dilakukan tes skala sikap. Tes skala sikap
Sedangkan pada Tabel 6 kelas diberikan setelah pelaksanaan posttest.
Konvensional diperoleh data sebagai Aspek skala sikap ini meliputi: (1) Sikap
berikut: jumlah siswa sebanyak 36 siswa siswa terhadap pelajaran matematika, (2)
dengan skor terkecil 0,2 dan skor terbesar 1 Sikap siswa terhadap pembelajaran
maka diperoleh rata-rata gain ternormalisasi menggunakan model pembelajaran CTL, (3)
0,567 dan simpangan bakunya bernilai Sikap siswa terhadap soal-soal yang
0,311. Hasil rata-rata gain ternormalisasi berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
0,567 terdapat pada rentang 0,30 g  0,70. a. Analisis Skala Sikap Kelas Eksperimen 1
Maka peningkatan kemampuan komunikasi 1) Skala Siswa Terhadap Pelajaran
matematis siswa kelas Konvensional Matematika
berinterprestasi sedang. Tabel 8 Interpretasi Skala Sikap Siswa
Tabel 7 Data Hasil Gain Ternormalisasi Aspek 1 Kelas Eksperimen 1
Sikap Jumlah Interpretasi
Interp Sikap siswa 161 Baik
Skor Skor Rata Si
Jml retasi terhadap
Kelas Ter Ter - mp.
siswa Pening pelajaran
kecil besar Rata Ba
katan matematika
ku
CTL 36 0 1 0,576
0,3
Sedang
Dari Tabel 8 didapat bahwa sikap siswa
11 terhadap pembelajaran matematika
Konve berinterpretasi baik.
0,2
n 36 0 1 0,302 Sedang
78 2) Skala Sikap siswa terhadap
sional
Dari Tabel 7 bahwa untuk kelas pembelajaran menggunakan model
Eksperimen 1 diperoleh sebanyak pembelajaran CTL.
diperoleh, sebanyak 9 orang berinterpretasi Tabel 9 Interpretasi Sikap Siswa Aspek ke-
rendah dengan frekuensi relatif 25%, 2 Kelas Eksperimen 1
Sikap Jumlah Interpretasi
sebanyak 17 orang berinterpretasi sedang Sikap siswa terhadap 387 Baik
dengan frekuensi relatif 47,22%, sebanyak pembelajaran
10 orang berinterpretasi tinggi dengan menggunakan model
frekuensi relatif 27,78%., Sedangkan pada pembelajaran
kelas Eksperimen 2 diperoleh 21 orang Terhadap Metode
Pembelajaran
berinterpretasi Rendah dengan frekuensi (Contextual Teaching
relatif 58,33%, sebanyak 11 orang and Learning)
berinterpretasi Sedang dengan frekuensi Dari Tabel 9 didapat bahwa sikap
relatif 30,55%, 4 orang berinterpretasi tinggi siswa terhadap. pembelajaran menggunakan
dengan frekuensi relatif 11,11%, model pembelajaran CTL berinterpretasi
Adapun rata-rata untuk keseluruhan baik.
data yang diperoleh dari kelas eksperimen 1 3) Skala Sikap siswa terhadap soal-soal
yaitu 0,567 dan dari kelas eksperimen 2 yang berkaitan dengan kehidupan
yaitu 0, 302 dengan demikian diperoleh sehari-hari
bahwa peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa untuk kelas eksperimen 1
berinterpretasi sedang dan kelas eksperimen
2 berinterpretasi sedang. Tabel 10 Interpretasi Sikap Siswa Aspek
4. Analisis Skala Sikap ke-3 Kelas Eksperimen 1

Shinta Sangalia Sukmana Dewi, Ekasatya Aldila Afriansyah: Kemampuan 149


Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran CTL│Halaman 145 – 155
Sikap Jumlah Interpretasi 7) Skala Sikap Siswa Setiap Individu
Sikap siswa 106 Baik Tabel 14 Interpretasi Sikap Siswa
terhadap soal-soal
Aspek ke-3 Kelas Eksperimen 1
yang berkaitan
dengan kehidupan Sikap Jumlah Interpretasi
sehari-hari Terhadap soal-soal 93 Baik
kemampuan
Dari Tabel 10 didapat bahwa sikap komunikasi
siswa terhadap. Soal-soal yang berkaitan Dari Tabel 14 didapat bahwa sikap
dengan kehidupan sehari-hari berinterpretasi siswa terhadap. soal-soal yang berkaitan
baik. dengan kehidupan sehari-hari berinterpretasi
4) Skala Sikap Siswa Setiap Individu baik.
Tabel 11 Interpretasi Sikap Siswa Tabel 15 Frekuensi Relatif Sikap Siswa
Aspek ke-3 Kelas Eksperimen 1 Tiap Individu Kelas Eksperimen 1
Sikap Jumlah Interpretasi No Interpretasi Frekuensi Frekuensi
Menunjukan 93 Baik Sikap Siswa Relatif(%)
kesukaran terhadap 1 Sangat Jelek - 0,00%
pembelajaran
2 Jelek 4 11%
matematika dengan
3 Baik 27 73%
menggunakan
4 Sangat baik 6 16%
metode
pembelajaran CTL Jumlah 37 100,00%
Dari Tabel 11 didapat bahwa sikap Dari Tabel 15 diperoleh bahwa tidak
siswa terhadap. soal-soal yang berkaitan ada siswa yang berinterpretasi sangat jelek,
dengan kehidupan sehari-hari berinterpretasi sebanyak 4 siswa yang berinterpretasi jelek
baik. dengan frekuensi relatif 11%, sebanyak 27
5) Skala Sikap Siswa Setiap Individu siswa yang berinterpretasi baik dengan
Tabel 12 Interpretasi Sikap Siswa frekuensi relatif 73%%, sebanyak 6 siswa
Aspek ke-3 Kelas Eksperimen 1 yang berinterpretasi sangat baik dengan
Sikap Jumlah Interpretasi frekuensi relatif 16%. Dengan demikian
Menunjukan 314 Baik dapat disimpulkan berdasarkan rata-rata dan
kesukaran terhadap Tabel 4.16 diperoleh bahwa interpretasi
pembelajaran sikap siswa kelas eksperimen 1
matematika dengan
berinterpretasi baik.
menggunakan
metode b. Analisis Skala Sikap Kelas Eksperimen
pembelajaran CTL 2
Dari Tabel 12 didapat bahwa sikap 1) Skala Sikap siswa terhadap pelajaran
siswa terhadap. soal-soal yang berkaitan matematika
dengan kehidupan sehari-hari berinterpretasi Tabel 16 Interpretasi Sikap Siswa Aspek
baik. ke-1 Kelas Eksperimen 2
6) Skala Sikap Siswa Setiap Individu Sikap Jumlah Interpretasi
Sikap siswa 994 Baik
Tabel 13 Interpretasi Sikap Siswa
terhadap
Aspek ke-3 Kelas Eksperimen 1 pelajaran
Sikap Jumlah Interpretasi matematika
Menunjukan sikap 87 Baik
Dari tabel 16 didapat bahwa sikap
memahami dan
menguasai siswa terhadap pelajaran matematika
terhadap soal-soal berinterpretasi baik.
yang diberikan a) Skala Sikap siswa terhadap
Dari Tabel 13 didapat bahwa sikap pembelajaran menggunakan model
siswa terhadap. soal-soal yang berkaitan pembelajaran Konvensional.
dengan kehidupan sehari-hari berinterpretasi Tabel 17 Interpretasi Sikap Siswa Aspek
baik. ke-2 Kelas Eksperimen 2
Sikap Jumlah Interpretasi

150 Shinta Sangalia Sukmana Dewi, Ekasatya Aldila Afriansyah: Kemampuan


Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran CTL│Halaman 145 – 155
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 Nomor 2
P-ISSN: 2502-7638; E-ISSN: 2502-8391

Sikap siswa 745 Baik terhadap model pembelajaran CTL dengan


terhadap pendekatan Konvensional.
pembelajaran
menggunakan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa
model tidak terdapat perbedaan hasil pretest dari
pembelajaran kedua kelas, dan terdapat perbedaan dari
Konvensional hasil posttest kedua kelas yaitu kelas
Dari tabel 17 didapat bahwa sikap Eksperimen 1 lebih baik dari kelas
siswa terhadap pembelajaran menggunakan Eksperimen 2, hal ini disebabkan oleh
model pembelajar Konvensinal. perbedaan perlakuan pada kedua kelas
b) Skala Sikap siswa terhadap soal-soal tersebut yakni pada kelas Eksperimen 1
yang berkaitan dengan kehidupan menggunakan model pembelajaran CTL dan
sehari-hari kelas Eksperimen 2 menggunakan model
Tabel 18 Interpretasi Sikap Siswa Aspek pembelajaran CTL, bahwa perbedaan hasil
ke-3 Kelas Eksperimen 2 pretest dan posttest diasumsikan merupakan
Sikap Jumlah Interpretasi efek dari perlakuan.
Sikap siswa 234 Baik Dalam pembahasan ini dibahas hal-hal
terhadap soal-
soal yang yang berkaitan dengan hasil dari penelitian
berkaitan yang sudah dilaksanakan. Adapun yang
dengan dibahas adalah faktor-faktor yang
kehidupan mempengaruhi penelitian, dan analisis hasil
sehari-hari belajar siswa setelah penerapan model
Dari tabel 18 didapat bahwa sikap pembelajaran. Adapun pembahasannya
siswa terhadap soal-soal yang berkaitan sebagai berikut:
dengan kehidupan sehari-hari. 1. Kemampuan menguasai materi dasar
c) Skala Sikap Siswa Tiap Individu Sebelum melaksanakan
Tabel 19 Frekuensi Relatif Sikap Siswa pembelajaran, siswa melakukan tes
Tiap Individu Kelas Eksperimen 2 kemampuan awal terlebih dahulu. Tes ini
No Interpretasi Frekuensi Frekuensi
Sikap Siswa Relatif(%)
dimaksudkan untuk mengetahui apakah
1 Sangat Jelek - 0,00% siswa sudah mengetahui materi dasar
2 Jelek 8 21% sebagai penunjang untuk menyelesaikan
3 Baik 24 61% soal-soal komunikasi matematis. Jika siswa
4 Sangat baik 7 18% sudah menguasai materi dasar dengan baik
Jumlah 39 100,00% maka siswa tersebut lebih mudah untuk
Dari Tabel 19 diperoleh bahwa ada menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
siswa yang berinterpretasi sangat jelek, Setelah melakukan tes awal, penulis
sebanyak 8 siswa yang berinterpretasi jelek melakukan analisis data hasil pretest.
dengan frekuensi relatif 21%, sebanyak 24 Berdasarkan hasil pretest, diperoleh bahwa
siswa yang berinterpretasi baik dengan kedua kelas tidak berdistribusi normal,
frekuensi relatif 61%%, sebanyak 7 siswa sehingga pada uji statistik selanjutnya
yang berinterpretasi sangat baik dengan digunakan uji statistik non parametrik yaitu
frekuensi relatif 18%. Dengan demikian uji Mann Whitney. Dari data yang diperoleh
dapat disimpulkan berdasarkan rata-rata dan didapat kesimpulan bahwa Zhitung berada
Tabel 4.19 bahwa interpretasi sikap siswa pada daerah penerimaan Ho dengan taraf
kelas eksperimen 2 berinterpretasi baik. siginifikan 5%. Hal ini menunjukan bahwa
Pembahasan akan dilakukan rata-rata kemampuan awal kedua kelas sama
berdasarkan data hasil penelitian yang telah karena kedua kelas tersebut belum
dianalisis yaitu mengenai kemampuan mempelajari materi tersebut.
komunikasi matematis serta sikap siswa a. Aktivitas siswa belajar dikelas

Shinta Sangalia Sukmana Dewi, Ekasatya Aldila Afriansyah: Kemampuan 151


Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran CTL│Halaman 145 – 155
Setelah dilakukan pretest, pertemuan telah dimiliki. Adapun penelitian yang
selanjutnya diisi dengan kegiatan dilaksanakan di SMAN 16 Garut bahwa
pembelajaran pada kedua kelas secara garis memang penerapan proses pembelajaran
besar meliputi tiga tahap, yaitu tahap melalui CTL dapat meningkatkan
pendahuluan, tahap aktivitas pembelajaran kemampuan komunikasi matematika dan
dan tahap penutup. Perbedaan perlakuan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
antara kedua kelas terletak pada aktivitas juga penerapan pendekatan pembelajaran
pembelajaran berlangsung. CTL membantu terciptanya kegiatan
1) Aktivitas kelas Eksperimen 1 pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
Pada kelas Ekperimen 1 guru mengurangi dominasi pendidik dalam
menggunakan pola kegiatan bertahap, kegiatan pembelajaran.
dimana guru membentuk kelompok terlebih Dalam penelitian ini pun didapatkan
dahulu kemudian memberikan stimulus fakta bahwa memang pembelajaran di kelas
kepada siswa agar memunculkan rasa ingin Eksperimen 1 membuat siswa begitu aktif
tau siswa terhadap pembelajaran tersebut, dan tidak jarang ada sebagian siswa yang
kemudian setelah siswa paham maksud dari malah merasa tertantang untuk mengerjakan
pembelajaran tersebut barulah guru soal dalam bentuk lain, hal ini pun sangat
memberikan soal-soal yang dapat membantu dalam mentransfer pengetahuan
mengembangkan kemampuan tingkat tinggi siswa untuk memahami masalah dunia nyata
siswa. Menurut Johnson (2014), CTL juga pembelajaran matematika realistik
merupakan adalah sebuah sistem belajar memberikan pengertian yang jelas kepada
yang didasari pada filosofi bahwa siswa siswa tentang kehidupan sehari-hari dan
mampu menyerap pelajaran apabila mereka kegunaan pada umumnya bagi manusia, hal
menangkap makna dalam materi akademis ini dapat dilihat juga dari hasil observasi
yang mereka terima, dan mereka menangkap siswa yang dilihat oleh peneliti, sikap siswa
makna dalam tugas-tugas sekolah jika pada saat pembelajaran dari pertemuan satu
mereka bisa mengaitkan informasi baru sampai pertemuan akhir terdapat
dengan pengetahuan dan pengalaman yang peningkatan dari siswa yang tidak mau
sudah mereka miliki sebelumnya. memperhatikan pelajaran hingga dia tertarik
Soal-soal tersebut disajikan dengan untuk menyelesaikan beberapa persoalan,
menggunakan pendekatan Konvensional tak hanya itu sikap siswa dikelas pun mudah
yaitu dalam bentuk cerita yang diambil dari untuk dikondisikan, siswa pun lebih aktif
kehidupan sehari-hari siswa, sehingga dan termotivasi untuk menyelesaikan soal-
mereka dapat berimajinasi dan soal yang diberikan dan terlihat adanya
membayangkan dengan mudah untuk peningkatan kualitas belajar dapat dilihat
kemungkinan menyelesaikan solusinya. dari hasil tes mereka yang meningkat.
Menurut Wijaya (2012) “CTL tidak hanya
menunjukkan adanya keterkaitan dengan
dunia nyata tetapi lebih mengacu pada fokus
pendidikan matematika realistik yaitu
penekanan pada penggunaan situasi yang
dapat dibayangkan oleh siswa, matematika
realistik ini berangkat dari kehidupan anak,
yang dapat dengan mudah dipahami oleh
anak, nyata, dan terjangkau oleh
imajinasinya, dan dapat dibayangkan
sehingga mudah baginya untuk mencari
kemungkinan penyelesaiannya dengan Gambar 4.1. Siswa secara berkelompok
menggunakan kemampuan matematis yang sedang mengerjakan soal

152 Shinta Sangalia Sukmana Dewi, Ekasatya Aldila Afriansyah: Kemampuan


Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran CTL│Halaman 145 – 155
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 Nomor 2
P-ISSN: 2502-7638; E-ISSN: 2502-8391

2) Aktivitas kelas Eksperimen 2


Pada kelas Eksperimen 2 perlakuan
pertama yang dilakukan dikelas sama hal
nya dengan kelas Eksperimen 1 namun
dibedakannya dalam segi pemberian bentuk
soal-soal latihan dikelas, pada kelas ini siswa
dihadapkan dengan pendekatan Konensional
dimana bentuk soal yang disajikan
bentuknya soal terbuka jadi setiap siswa
kemungkinan menjawab soal dengan
beragam cara yang berbeda namun memiliki
jawaban yang sama.
Memang dari pembelajaran ini siswa
memiliki kesempatan untuk berpartisipasi
secara lebih aktif, siswa memiliki
kesempatan lebih banyak menerapkan
pengetahuan serta keterampilan matematika
secara komprehensif, siswa dari kelompok
lemah sekalipun tetap memiliki kesempatan Gambar 4.2. Siswa secara berkelompok
untuk mengekspresikan penyelesaian sedang mengerjakan soal.
masalah yang diberikan dengan cara mereka
sendiri, siswa terdorong untuk membiasakan Analisis Hasil Belajar Siswa Setelah
diri memberikan bukti atas jawaban yang Diberikan Perlakuan
mereka berikan, hal ini juga dapat dilihat Dilihat dari uji normalitas kelas
berdasarkan data hasil observasi yang dilihat Eksperimen 1 dan 2 memang dari keduanya
oleh peneliti, tidak berbeda dengan kelas tidak ada perbedaan yang signifikan karena
Eksperimen 1 antusias siswa dalam keduanya memang belum diberikan materi
mengikuti pembelajaran dari pertemuan satu pelajaran tersebut, namun jika dilihat dari
hingga pertemuan terakhir semakin nilai rata-rata hasil pretest dan standar
meningkat, mereka mau mengikuti deviasi nya terlihat kelas Eksperimen 1 lebih
pembelajaran dengan baik. baik dari kelas Eksperimen 2. Dan setelah
Namun saat dilakukan tes soal-soal mendapatkan pelajaran dari hasil posttest,
latihan masih banyak siswa yang kemudian dari kualitas peningkatannya, dari
kebingungan dan tidak percaya diri karena lembar observasi siswa dan dilihat dari skala
bentuk jawaban terbuka jadi memiliki sikap sangat jelas bahwa kelas Eksperimen 1
banyak cara, sehingga terkadang siswa lebih baik dari kelas Eksperimen 2. Dari
merasa takut salah ketika akan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
mempresentasikan atau memperlihatkan kemampuan komunikasi matematis siswa
pada guru, dalam pembelajaan ini juga yang menggunakan model pembelajaran
terkadang guru sulit menyajikan situasi CTL lebih baik. Tetapi meskipun dari hasil
masalah matematika yang bermakna bagi pretest, posttest, kualitas peningkatan, dan
siswa, juga karena jawaban bersifat bebas, sikap siswa kelas Eksperimen 1 lebih
siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa dominan dari kelas Eksperimen 2, tetapi
ragu atau mencemaskan jawaban mereka, pada dasarnya dari kedua kelas telah terjadi
dan ada sebagian siswa yang merasa bahwa peningkatan kualitas belajar. Hal ini sejalan
kegiatan belajar mereka tidak dengan harapan peneliti, melalui penelitian
menyenangkan karena kesulitan yang Purnama & Afriansyah (2016) dan Alamiah
mereka hadapi. dan Afriansyah (2017), perlakuan model
pembelajaran yang berbeda dapat

Shinta Sangalia Sukmana Dewi, Ekasatya Aldila Afriansyah: Kemampuan 153


Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran CTL│Halaman 145 – 155
menghasilkan peningkatan kemampuan 3. Sikap siswa terhadap pembelajaran
komunikasi matematis yang berbeda pula. matematika dengan menggunakan
Kelebihan dari Model Pembelajaran model pembelajaran CTL
CTL adalah pembelajaran menjadi lebih memperlihatkan tanggapan positif
bermakna dan real. Artinya siswa dituntut Penulis menyadari sepenuhnya
untuk dapat menangkap hubungan antara bahwa dalam penelitian ini masih banyak
pengalaman belajar di sekolah dengan kekurangan. Namun demikian, hasil
kehidupam nyata. Hal ini sangat penting, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sebab dengan dapat mengorelasikan materi sumbangan yang berarti dalam upaya
yang ditemukan dengan kehidupan nyata, peningkatan kualitas belajar matematika
bukan saja bagi siswa materi itu akan siswa.
berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajari akan tertanam erat DAFTAR PUSTAKA
dalam memori siswa, sehingga tidak akan Afriansyah, E. A. (2014). What Students’
mudah dilupakan. Pembelajaran akan lebih Thinking about Contextual Problems
produktif dan mampu kepada siswa karena is. International Seminar On
model pembelajaran CTL menganut aliran Innovation in Mathematics and
konstruktivisme, dimana seorang siswa Mathematics Education. 279-288.
dituntut untuk menemukan pengetahuannya ISSN 978-602-1037-00-3.
sendiri, melalui landasan filosofis http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/2430
konstruktivisme siswa dapat diharapkan 9
belajar melalui “mengalami” bukan
“menghafal”. Afriansyah, E. A. (2017). Desain Lintasan
Pembelajaran Pecahan melalui
SIMPULAN Pendekatan Realistic Mathematics
Dari hasil pengolahan data yang telah Education. Jurnal Mosharafa, 6 (3),
dilakukan melalui tes dan angket skala sikap 463-474.
yang kemudian diolah dengan menggunakan Alamiah, U. S. dan Afriansyah, E. A.
statistik yang berkaitan dengan (2017). Perbandingan Kemampuan
permasalahan tersebut, yang sebelumnya tes Komunikasi Matematis Siswa Antara
dan angket skala sikap tersebut diberikan yang Mendapatkan Model
kepada siswa kelas XI SMA Negeri 16 Garut Pembelajaran Problem Based
mengenai pengaruh model pembelajaran Learning dengan Pendekatan Realistic
CTL maka sejalan dengan rumusan masalah Mathematics Education dan Open-
dapat disimpulkan bahwa: Ended. Jurnal Mosharafa, 6 (2), 207-
1. Terdapat peningkatan kemampuan 216.
komunikasi matematis siswa yang
Depdiknas. (2007). Kajian Kebijakan
mendapatkan model pembelajaran CTL
Kurikulum Mata Pelajaran
untuk kelompok atas berkategori sedang
Matematika. Jakarta: Pusat Kurikulum
serta kelompok sedang berkategori
Balitbang Depdiknas.
tinggi dan kelompok bawah berkategori
sedang. Johnson, E. B. (2014). Contextual Teaching
2. Kemampuan komunikasi matemats and Learning: Menjadikan kegiatan
siswa yang mendapatkan model Belajar-Mengajar mengasyikan dan
pembelajaran CTL lebih baik Bermakna. Chaedar A,. Guru Besar
dibandingkan dengan siswa yang Universitas Pendidikan Indonesia.
mendapatkan pembelajaran Bandung: Kaifa Learning.
Konvensional. Kurnia, R. D. M., Mulyani, I., Rohaeti, E.
E., dan Fitrianna, A. Y. (2018).

154 Shinta Sangalia Sukmana Dewi, Ekasatya Aldila Afriansyah: Kemampuan


Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran CTL│Halaman 145 – 155
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 Nomor 2
P-ISSN: 2502-7638; E-ISSN: 2502-8391

Hubungan Antara Kemandirian UPGRIS, 1 (1), 46-55. DOI:


Belajar dan Self Efficacy Terhadap 10.26877/jipmat.v1i1.1082
Kemampuan Komunikasi Matematis Ruseffendi, E. T. (2006). Pengantar Kepada
Siswa SMK. Jurnal Ilmiah Pendidikan Membantu Guru Mengembangkan.
Matematika UPGRIS, 3 (1), 59-64. Kompetensinya dalam Pengajaran
DOI:
Matematika. Bandung: Tarsito.
http://dx.doi.org/10.26877/jipmat.v3i
1.2183 Sritresna, T. (2017). Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis
Lestari, K. E. dan Yudhanegara, M. R. dan Self-Confidence Siswa melalui
(2015). Penelitian Pendidikan Model Pembelajaran Cycle 7E. Jurnal
Matematika. Bandung: Refika Mosharafa, 6 (3), 419-430.
Aditama.
Sundayana, R. (2015). Media dan Alat
Muslich, M. (2007). KTSP Pembelajaran
Peraga Dalam Pembelajaran
Berbasis Kompetensi dan Matematika. Bandung: Alfabeta.
Kontekstual. Jakarta: PT. Bumi
Angkasa. Sundayana, R. (2015). Statistika Penelitian
Pendidikan. Garut: STKIP Garut Press
Purnama, I. L. dan Afriansyah, E. A. (2016).
Kemampuan Komunikasi Matematis Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika
Siswa Ditinjau melalui Model Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Complete Sentence dan Team Quiz.
Jurnal Pendidikan Matematika
UNSRI, 10 (1), 27-42.
Rahmi, M., Yerizon, dan Musdi, E. (2017).
Tahap Preliminary Research
Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Berbasis Penemuan
Terbimbing untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis
Peserta Didik Kelas VIII MTs/SMP.
Jurnal Mosharafa, 6 (2), 237-246.
Rani. (2015). Penerapan Konvensional
Dengan Pendekatan Contextual
Teaching and Learning Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Dan
Tanggungjawab Siswa Kelas XI
Materi Statistika. Skripsi Jurusan
Pendidikan Matematika STKIP.Garut:
Tidak diterbitkan.
Rubowo, M. R. (2016). Pembelajaran
Kooperatif Tipe Keliling Kelompok
(Round Club) untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematik
Mahasiswa Pendidikan Matematika
Universitas PGRI Semarang pada
Mata Kuliah Matematika Diskrit.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
Shinta Sangalia Sukmana Dewi, Ekasatya Aldila Afriansyah: Kemampuan 155
Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran CTL│Halaman 145 – 155

Anda mungkin juga menyukai