Rangsangan Kimia
Sebelum diputus
Perlakuan ketiga yaitu rangsangan kimia yaitu dengan meneteskan 2 tetes HCl
1% ke saraf iskhiadikus sebelah kanan dan kiri, terlihat otot dari gastroknemius kanan
dan kiri tidak menunjukkan respon. Selanjutnya rangsangan kimia diberikan pada otot
gastroknemius kanan terjadi respon yang tidak terlalu kuat pada otot tersebut, namun
tidak ada respon sama sekali pada otot sebelah kiri. Selanjutnya pada otot
gastroknemius kiri terlihat otot gastroknemius kiri menunjukkan respon.
Berdasarkan hal tersebut maka hal ini tidak sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa sel otot akan menunjukkan respon apabila padanya diberikan
rangsangan lewat saraf atau langsung pada otot. Respon yang ditujukkan oleh sel otot
umumnya berupa kontraksi otot, sedangkan respon yang pada sel saraf tidak dapat
diamati, sebab berupa proses pembentukan potensial aksi yang kemudian dirambatkan
berupa impuls. Adanya respon sel saraf hanya dapat diamati pada efektornya
(Susilowati dkk, 2000). Impuls saraf merupakan gerakan potensial listrik yang
berlangsung cepat sehingga disebut potensial aksi (Subianto, 1994). Ketika impuls
masuk dalam suatu membran maka beda potensial dari membran tersebut berubah.
Jika impuls yang diberikan melampaui ambang batas maka impuls saraf tersebut
dapat diteruskan sehingga akan memberikan respon berupa kontraksi otot pada katak.
Tidak terjadinya respon pada otot gastroknemius kanan dan kiri katak ini
kemungkinan karena konsentrasi dari HCl yang rendah, sehingga respon yang
diberikan sangat kecil sekali, sehingga tidak terlihat dengan jelas.
ALAT BAHAN
1. Papan seksi
2. Satu set alat bedah
3. Pipet tetes
4. Gelas arloji.
5. Plastik
6. Ringer
7. Lampu spiritus
8. Batang pengaduk
9. Baterai
10. Kabel
11. Katak