Anda di halaman 1dari 30

ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA

Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam

Sumber: http://www.utdol.com/online/content/images/pedi_pix/Normal_ear_anatomy.jpg

a. Telinga luar
Telinga luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar meliputi daun telinga atau
pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau membrana
timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Daun telinga berfungsi untuk
membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga.
Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara dan bagian
terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang dan tulang rawan
yang dilapisi kulit tipis.
Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga luar dan tulang
di dua pertiga dalam. Liang telinga memiliki panjang kira-kira 2,5 - 3 cm. Di dalam liang telinga
1
terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau kotoran
telinga. Hanya bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut. Pada
ujung saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga tengah.

sumber : http://medicastore.com/images/anatomi_telinga_luar.jpg

b. Telinga tengah
Telinga tengah adalah ruangan yang berbentuk kubus. Isinya meliputi gendang telinga, 3
tulang pendengaran (malleus, incus, dan stapes). muara tuba Eustachii juga berada di telinga
tengah.
Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang pendengaran.
Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan getaran ke tulang berikutnya. Tulang
stapes yang merupakan tulang terkecil di tubuh meneruskan getaran ke koklea.

Telinga tengah dan saluran pendengaran akan terisi udara


dalam keadaan normal. Tidak seperti pada bagian luar, udara
pada telinga tengah tidak berhubungan dengan udara di luar

2
tubuh. Saluran Eustachius menghubungkan ruangan telinga tengah ke belakang faring. Dalam
keadaan biasa, hubungan saluran Eustachii dan telinga tengah tertutup dan terbuka pada saat
mengunyah dan menguap.

Sumber :http://gurungeblog.files.wordpress.com/2008/12/telinga-tengah.jpg?w=297&h=300

c. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari labirin osea, yaitu sebuah rangkaian rongga pada tulang pelipis
yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe & labirin membranasea, yang terletak lebih
dalam dan memiliki cairan endolimfe.
Di depan labirin terdapat koklea. Penampang melintang koklea terdiri atas tiga bagian yaitu
skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan
dengan tulang stapes melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala
timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat.
Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner dan
sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organ corti
yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organ corti terdiri dari sel rambut dan
sel penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang
lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak dengan
N.vestibulokoklearis.
Selain bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat indera keseimbangan. Bagian ini
secara struktural terletak di belakang labirin yang membentuk struktur utrikulus dan sakulus serta
tiga saluran setengah lingkaran atau kanalis semisirkularis. Kelima bagian ini berfungsi mengatur
keseimbangan tubuh dan memiliki sel rambut yang akan dihubungkan dengan bagian
keseimbangan dari N. vestibulokoklearis.1

3
Sumber : http://gurungeblog.files.wordpress.com/2008/12/telinga-dalam.gif?w=299&h=160

FISIOLOGI PENDENGARAN
Gelombang bunyi ditangkap oleh daun telinga dan diteruskan ke dalam liang telinga.
Gelombang bunyi akan diteruskan ke telinga tengah dengan menggetarkan gendang telinga.
Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar, maleus, incus dan stapes, ke foramen oval.
Getaran Struktur koklea pada tingkap lonjong akan diteruskan ke cairan limfe yang ada di
dalam skala vestibuli. Getaran cairan ini akan menggerakkan membrana Reissner dan
menggetarkan endolimfa. Sehingga akan menimbulkan gerakan relatif antara membran basalis
dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion akan terbuka dan terjadi pelepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius. Lalu di lanjutkan ke nukleus auditoris sampai korteks pendengaran di area
39-40 lobus temporalis. 1

Sumber : http://cache-
media.britannica.com/eb-
media/99/14299-004-
D2B5BCF9.gif

TINITUS

Definisi
Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya
rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun listrik. Keluhan suara yang di
dengar sangat bervariasi, dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, mengaum, atau

4
berbagai macam bunyi lainnya. Suara yang didengar dapat bersifat stabil atau berpulsasi.
Keluhan tinitus dapat dirasakan unilateral dan bilateral.
Serangan tinitus dapat bersifat periodik ataupun menetap. Kita sebut periodik jika serangan
yang datang hilang timbul. Episode periodik lebih berbahaya dan mengganggu dibandingkan
dengan yang berifat menetap. Hal ini disebabkan karena otak tidak terbiasa atau tidak dapat
mensupresi bising ini. Tinitus pada beberapa orang dapat sangat mengganggu kegiatan sehari-
harinya. Terkadang dapat menyebabkan timbulnya keinginan untuk bunuh diri.1,3
Tinitus dapat dibagi atas tinnitus objektif dan tinnitus subjektif. Dikatakan tinnitus objektif
jika suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa dan dikatakan tinnitus subjektif jika tinnitus
hanya dapat didengar oleh penderita.1,2

Klasifikasi Tinitus
Tinitus terjadi akibat adanya kerusakan ataupun perubahan pada telinga luar, tengah, telinga
dalam ataupun dari luar telinga. Berdasarkan letak dari sumber masalah, tinitus dapat dibagi
menjadi tinitus otik dan tinitus somatik. Jika kelainan terjadi pada telinga atau saraf auditoris,
kita sebut tinitus otik, sedangkan kita sebut tinitus somatik jika kelainan terjadi di luar telinga
dan saraf tetapi masih di dalam area kepala atau leher.1

Berdasarkan objek yang mendengar, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus objektif dan tinitus
subjektif.
a. Tinitus Objektif
Tinitus objektif adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa dengan
auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif biasanya bersifat vibratorik, berasal dari transmisi
vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga.
Umumnya tinitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular, sehingga tinitusnya berdenyut
mengikuti denyut jantung. Tinitus berdenyut ini dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi
arteriovena, tumor glomus jugular dan aneurisma. Tinitus objektif juga dapat dijumpai sebagai
5
suara klik yang berhubungan dengan penyakit sendi temporomandibular dan karena kontraksi
spontan dari otot telinga tengah atau mioklonus palatal. Tuba Eustachius paten juga dapat
menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke rongga tengah.
b. Tinitus Subjektif
Tinnitus objektif adalah tinnitus yang suaranya hanya dapat didengar oleh penderita saja.
Jenis ini sering sekali terjadi.tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses
iritatif dan perubahan degeneratif traktus auditoris mulai sel-sel rambut getar sampai pusat
pendengaran.
Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan frekuensi kejadiannya. Beberapa pasien dapat
mengeluh mengenai sensasi pendengaran dengan intensitas yang rendah, sementara pada orang
yang lain intensitas suaranya mungkin lebih tinggi.2

Berdasarkan kualitas suara yang didengar pasien ataupun pemeriksa, tinitus dapat dibagi
menjadi tinitus pulsatil dan tinitus nonpulsatil.
a. Tinitus Pulsatil
Tinitus pulsatil adalah tinitus yang suaranya bersamaan dengan suara denyut jantung. Tinitus
pulsatil jarang dimukan dalam praktek sehari-hari. Tinitus pulsatil dapat terjadi akibat adanya
kelainan dari vaskular ataupun di luar vaskular. Kelaianan vaskular digambarkan dengan sebagai
bising mendesis yang sinkron dengan denyut nadi atau denyut jantung. Sedangkan tinitus
nonvaskular digambarkan sebagai bising klik, bising goresan atau suara pernapasan dalam
telinga. Pada kedua tipe tinitus ini dapat kita ketahui dengan mendengarkannya menggunakan
stetoskop.
b. Tinitus Nonpulsatil
Tinitus jenis ini bersifat menetap dan tidak terputuskan. Suara yang dapat didengar oleh
pasien bervariasi, mulai dari suara yang berdering, berdenging, berdengung, berdesis, suara
jangkrik, dan terkadang pasien mendengarkan bising bergemuruh di dalam telinganya.
Biasanya tinitus ini lebih didengar pada ruangan yang sunyi dan biasanya paling menganggu
di malam hari sewaktu pasien tidur, selama siang hari efek penutup kebisingan lingkungan dan
aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan pasien tidak menyadari suara tersebut.4

Etiologi
6
Tinitus paling banyak disebabkan karena adanya kerusakan dari telinga dalam. Terutama
kerusakan dari koklea. Secara garis besar, penyebab tinitus dapat berupa kelainan yang bersifat
somatik, kerusakan N. Vestibulokoklearis, kelainan vascular, tinitus karena obat-obatan, dan
tinitus yang disebabkan oleh hal lainnya.
1. Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang
a. Trauma kepala dan Leher
Pasien dengan cedera yang keras pada kepala atau leher mungkin akan mengalami tinitus
yang sangat mengganggu. Tinitus karena cedera leher adalah tinitus somatik yang paling umum
terjadi. Trauma itu dapat berupa Fraktur tengkorak, Whisplash injury.
b. Artritis pada sendi temporomandibular (TMJ)
Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari penderita tinitus di Amerika berasal dari artritis sendi
temporomandibular.4 Biasanya orang dengan artritis TMJ akan mengalami tinitus yang berat.
Hampir semua pasien artritis TMJ mengakui bunyi yang di dengar adalah bunyi menciut. Tidak
diketahui secara pasti hubungan antara artritis TMJ dengan terjadinya tinitus.

2. Tinitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis


Tinitus juga dapat muncul dari kerusakan yang terjadi di saraf yang menghubungkan antara
telinga dalam dan kortex serebri bagian pusat pendengaran. Terdapat beberapa kondisi yang
dapat menyebabkan kerusakan dari n. Vestibulokoklearis, diantaranya infeksi virus pada n.VIII,
tumor yang mengenai n.VIII, dan Microvascular compression syndrome (MCV). MCV dikenal
juga dengan vestibular paroxysmal. MCV menyebabkan kerusakan n.VIII karena adanya
kompresi dari pembuluh darah. Tapi hal ini sangat jarang terjadi.

3. Tinitus karena kelainan vaskular


Tinitus yang di dengar biasanya bersifat tinitus yang pulsatil. Akan didengar bunyi yang
simetris dengan denyut nadi dan detak jantung. Kelainan vaskular yang dapat menyebabkan
tinitus diantaranya:
a. Atherosklerosis
Dengan bertambahnya usia, penumpukan kolesterol dan bentuk-bentuk deposit lemak lainnya,
pembuluh darah mayor ke telinga tengah kehilangan sebagian elastisitasnya. Hal ini

7
mengakibatkan aliran darah menjadi semakin sulit dan kadang-kadang mengalami turbulensi
sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi iramanya.
b. Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada pembuluh darah
koklea terminal.
c. Malformasi kapiler
Sebuah kondisi yang disebut AV malformation yang terjadi antara koneksi arteri dan vena
dapat menimbulkan tinitus.
d. Tumor pembuluh darah
Tumor pembuluh darah yang berada di daerah leher dan kepala juga dapat menyebabkan
tinitus. Misalnya adalah tumor karotis dan tumor glomus jugulare dengan ciri khasnya yaitu
tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa adanya gangguan pendengaran. Ini merupakan
gejala yang penting pada tumor glomus jugulare.

4. Tinitus karena kelainan metabolik


Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan tinitus. Seperti keadaan hipertiroid dan anemia
(keadaan dimana viskositas darah sangat rendah) dapat meningkatkan aliran darah dan terjadi
turbulensi. Sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi irama, atau yang kita kenal dengan
tinitus pulsatil.
Kelainan metabolik lainnya yang bisa menyebabkan tinitus adalah defisiensi vitamin B12,
begitu juga dengan kehamilan dan keadaan hiperlipidemia.

5. Tinitus akibat kelainan neurologis


Yang paling umum terjadi adalah akibat multiple sclerosis. multiple sclerosis adalah proses
inflamasi kronik dan demyelinisasi yang mempengaruhi system saraf pusat. Multiple sclerosis
dapat menimbulkan berbagai macam gejala, di antaranya kelemahan otot, indra penglihatan yang
terganggu, perubahan pada sensasi, kesulitan koordinasi dan bicara, depresi, gangguan kognitif,
gangguan keseimbangan dan nyeri, dan pada telinga akan timbul gejala tinitus.

6. Tinitus akibat kelainan psikogenik

8
Keadaan gangguan psikogenik dapat menimbulkan tinitus yang bersifat sementara. Tinitus
akan hilang bila kelainan psikogeniknya hilang. Depresi, anxietas dan stress adalah keadaan
psikogenik yang memungkinkan tinitus untuk muncul.

7. Tinitus akibat obat-obatan


Obat-obatan yang dapat menyebabkan tinitus umumnya adalah obat-obatan yang bersifat
ototoksik. Diantaranya :
a. Analgetik, seperti aspirin dan AINS lainnya
b. Antibiotik, seperti golongan aminoglikosid (mycin), kloramfenikol, tetrasiklin, minosiklin.
c. Obat-obatan kemoterapi, seperti Belomisisn, Cisplatin, Mechlorethamine, methotrexate,
vinkristin
d. Diuretik, seperti Bumatenide, Ethacrynic acid, Furosemide
e. lain-lain, seperti Kloroquin, quinine, Merkuri, Timah

8. Tinitus akibat gangguan mekanik


Gangguan mekanik juga dapat menyebabkan tinitus objektif, misalnya pada tuba eustachius
yang terbuka sehingga ketika kita bernafas akan menggerakkan membran timpani dan menjadi
tinitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius serta otot-otot palatum
juga akan menimbulkan tinitus.
9. Tinitus akibat gangguan konduksi
Gangguan konduksi suara seperti infeksi telinga luar (sekret dan oedem), serumen impaksi,
efusi telinga tengah dan otosklerosis juga dapat menyebabkan tinitus. Biasanya suara tinitusnya
bersifat suara dengan nada rendah.

10. Tinitus akibat sebab lainnya


a. Tuli akibat bising
Disebabkan terpajan oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Umumnya terjadi pada kedua telinga.
Terutama bila intensitas bising melebihi 85db, dapat mengakibatkan kerusakan pada reseptor
pendengaran korti di telinga dalam. Yang sering mengalami kerusakan adalah alat korti untuk

9
reseptor bunyi yang berfrekuensi 3000Hz sampai dengan 6000Hz. Yang terberat kerusakan alat
korti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 4000Hz.
b. Presbikusis
Tuli saraf sensorineural tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65 tahun, simetris kanan dan kiri,
presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000Hz atau lebih. Umumnya merupakan akibat dari
proses degenerasi. Diduga berhubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan,
metabolisme, aterosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya
fungsi pendengaran berangsur dan kumulatif. Progresivitas penurunan pendengaran lebih cepat
pada laki-laki disbanding perempuan.
c. Sindrom Meniere
Penyakit ini gejalanya terdiri dari tinitus, vertigo dan tuli sensorineural. Etiologi dari penyakit
ini adalah karena adanya hidrops endolimf, yaitu penambahan volume endolimfa, karena
gangguan biokimia cairan endolimfa dan gangguan klinik pada membrane labirin1,4,5,6

Diagram singkat yang menjelaskan mengenai etiologi tinitus


Sumber : http://www.wrongdiagnosis.com/bookimages/4/fig204.jpg

Patofisiologi

10
Pada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditoris yang menimbulkan perasaan adanya
bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang ditransformasikan,
melainkan berasal dari sumber impuls abnormal di dalam tubuh pasien sendiri. Impuls abnormal
itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus dapat terjadi dalam berbagai
intensitas. Tinitus dengan nada rendah seperti bergemuruh atau nada tinggi seperti berdenging.
Tinitus dapat terus menerus atau hilang timbul.
Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena
gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh gangguan konduksi, biasanya berupa bunyi
dengan nada rendah. Jika disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut (tinitus
pulsatil).
Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada sumbatan
liang telinga karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis dan lain-lainnya.
Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran merupakan gejala dini
yang penting pada tumor glomus jugulare.
Tinitus objektif sering ditimnbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya seirama dengan
denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat juga
mengakibatkan tinitus objektif, seperti tuba eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas
membran timpani bergerak dan terjadi tinitus.
Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, serta otot-otot palatum dapat
menimbulkan tinitus objektif. Bila ada gangguan vaskuler di telinga tengah, seperti tumor karotis
(carotid body tumor), maka suara aliran darah akan mengakibatkan tinitus juga.
Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina, streptomisin, dehidro-streptomisin, garamisin,
digitalis, kanamisin, dapat terjadi tinitus nada tinggi, terus menerus atupun hilang timbul. Pada
hipertensi endolimfatik, seperti penyakit meniere dapat terjadi tinitus pada nada rendah atau
tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung. Gangguan ini disertai dengan vertigo
dan tuli sensorineural.
Gangguan vaskuler koklea terminal yang terjadi pada pasien yang stres akibat gangguan
keseimbangan endokrin, seperti menjelang menstruasi, hipometabolisme atau saat hamil dapat
juga timbul tinitus dan gangguan tersebut akan hilang bila keadaannya sudah normal kembali. 1,4,6

11
Diagnosis
Untuk mendiagnosis pasien dengan tinitus, diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang baik.

a. Anamnesis
Anamnesis adalah hal yang sangat membantu dalam penegakan diagnosis tinitus. Dalam
anamnesis banyak sekali hal yang perlu ditanyakan, diantaranya:
- Kualitas dan kuantitas tinitus
- Lokasi, apakah terjadi di satu telinga ataupun di kedua telinga
- Sifat bunyi yang di dengar, apakah mendenging, mendengung, menderu, ataupun mendesis dan
bunyi lainnya
- Apakah bunyi yang di dengar semakin mengganggu di siang atau malam hari
- Gejala-gejala lain yang menyertai seperti vertigo dan gangguan pendengaran serta gangguan
neurologik lainnya.
- Lama serangan tinitus berlangsung, bila berlangsung hanya dalam satu menit dan setelah itu
hilang, maka ini bukan suatu keadaan yang patologik, tetapi jika tinitus berlangsung selama 5
menit, serangan ini bias dianggap patologik.
- Riwayat medikasi sebelumnya yang berhubungan dengan obat-obatan dengan sifat ototoksik
- Kebiasaan sehari-hari terutama merokok dan meminum kopi
- Riwayat cedera kepala, pajanan bising, trauma akustik
- Riwayat infeksi telinga dan operasi telinga
Umur dan jenis kelamin juga dapat memberikan kejelasan dalam mendiagnosis pasien dengan
tinitus. Tinitus karena kelainan vaskuler sering terjadi pada wanita muda, sedangkan pasien
dengan myoklonus palatal sering terjadi pada usia muda yang dihubungkan dengan kelainan
neurologi.
Pada tinitus subjektif unilateral perlu dicurigai adanya kemungkinan neuroma akustik atau
trauma kepala, sedangkan bilateral kemungkinan intoksikasi obat, presbikusis, trauma bising dan
penyakit sistemik. Jika pasien susah untuk mendeskripsikan apakah tinitus berasal dari telinga
kanan atau telinga kiri, hanya mengatakan di tengah kepala, kemungkinan besar terjadi kelainan
patologis di saraf pusat, misalnya serebrovaskuler, siringomelia dan sklerosis multipel.

12
Kelainan patologis pada putaran basal koklea, saraf pendengar perifer dan sentral pada
umumnya bernada tinggi (mendenging). Tinitus yang bernada rendah seperti gemuruh ombak
adalah ciri khas penyakit telinga koklear (hidrop endolimfatikus).1

b. Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan fisik dan penunjang yang baik, diharapkan sesuai dengan diagram berikut:

ear exam-->(audible sounds)-+-->sync w/respiration-->patent eustachian


| | tube
| |
| |
| |
| +-->sync w/pulse-->aneurysm, vascular tumor,
v | vascular malformation,
(no audible sounds) | venous hum
| |
| |
| |
| +-->continuous-->venous hum, acoustic
| emissions
|
|
v
neurological exam-->(normal)-->audiogram
| |
| |
| +-->normal-->idiopathic tinnitus
| |
| |
| +-->conductive hearing loss
v | |
(brain stem signs) | v
| | impacted cerumen, chronic
| | otitis, otosclerosis
| |
v |
multiple sclerosis, +-->sensorineural hearing loss
tumor, ischemic |
infarction v
13
BAER Test
|
v
+---------+--------------+
| |
| |
v v
abnormal (neural) normal cochlear
| |
| |
| |
v v
acoustic neuroma noise damage
other tumors ototoxic drugs
vascular compression labyrinthitis
Meniere's Disease
perilymph fistula
presbycusis
sumber : http://www.bixby.org/faq/tinnitus/diagnose.htm
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan tinitus dimulai dari pemeriksaan auskultasi dengan
menggunakan stetoskop pada kedua telinga pasien. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
menentukan apakah tinitus yang didengar pasien bersifat subjektif atau objektif. Jika suara tinitus
juga dapat didengar oleh pemeriksa, artinya bersifat subjektif, maka harus ditentukan sifat dari
suara tersebut. jika suara yang didengar serasi dengan pernapasan, maka kemungkinan besar
tinitus terjadi karena tuba eustachius yang paten. Jika suara yang di dengar sesuai dengan denyut
nadi dan detak jantung, maka kemungkinan besar tinitus timbul karena aneurisma, tumor
vaskular, vascular malformation, dan venous hum. Jika suara yang di dengar bersifat kontinua,
maka kemungkinan tinitus terjadi karena venous hum atau emisi akustik yang terganggu.
Pada tinitus subjektif, yang mana suara tinitus tidak dapat didengar oleh pemeriksa saat
auskultasi, maka pemeriksa harus melakukan pemeriksaan audiometri. Hasilnya dapat beragam,
di antaranya:
- Normal, tinitus bersifat idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya.
- Tuli konduktif, tinitus disebabkan karena serumen impak, otosklerosis ataupun otitis kronik.
- Tuli sensorineural, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan BERA (Brainstem Evoked Response
Audiometri). Hasil tes BERA, bisa normal ataupun abnormal. Jika normal, maka tinitus mungkin
disebabkan karena terpajan bising, intoksikasi obat ototoksik, labirinitis, meniere, fistula
perilimfe atau presbikusis. Jika hasil tes BERA abnormal, maka tinitus disebabkan karena
neuroma akustik, tumor atau kompresi vaskular.
Jika tidak ada kesimpulan dari rentetan pemeriksaan fisik dan penunjang di atas, maka perlu
dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa CT scan ataupun MRI. Dengan pemeriksaan tersebut,
14
pemeriksa dapat menilai ada tidaknya kelainan pada saraf pusat. Kelainannya dapat berupa
multipel sklerosis, infark dan tumor.7

Penatalaksanaan
Pengobatan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan fenomena
psikoakustik murni, sehingga tidak dapat diukur. Perlu diketahui penyebab tinitus agar dapat
diobati sesuai dengan penyebabnya. Misalnya serumen impaksi cukup hanya dengan ekstraksi
serumen. Tetapi masalah yang sering di hadapi pemeriksa adalah penyebab tinitus yang
terkadang sukar diketahui.
Ada banyak pengobatan tinitus objektif tetapi tidak ada pengobatan yang efektif untuk tinitus
subjektif. Pada umumnya pengobatan gejala tinitus dapat dibagi dalam 4 cara yaitu :
1. Elektrofisiologik yaitu dengan membuat stimulus elektro akustik dengan intensitas suara yang
lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinitus masker.
2. Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien bahwa
penyakitnya tidak membahayakan dan dengan mengajarkan relaksasi setiap hari.
3. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas diantaranya untuk
meningkatkan aliran darah koklea, tranquilizer, antidepresan, sedatif, neurotonik, vitamin, dan
mineral.
4. Tindakan bedah dilakukan pada tinitus yang telah terbukti disebabkan oleh akustik neuroma.
Pada keadaan yang berat, dimana tinitus sangat keras terdengar dapat dilakukan Cochlear nerve
section. Menurut literatur, dikatakan bahwa tindakan ini dapat menghilangkan keluhan pada
pasien. Keberhasilan tindakan ini sekitar 50%. Cochlear nerve section merupakan tindakan yang
paling terakhir yang dapat dilakukan.

Pasien tinitus sering sekali tidak diketahui penyebabnya, jika tidak tahu penyebabnya,
pemberian antidepresan dan antiansietas sangat membantu mengurangi tinitus. Hal ini
dikemukakan oleh Dobie RA, 1999. Obat-obatan yang biasa dipakai diantaranya Lorazepam atau
klonazepam yang dipakai dalam dosis rendah, obat ini merupakan obat golongan benzodiazepine
yang biasanya digunakan sebagai pengobatan gangguan kecemasan. Obat lainnya adalah
amitriptyline atau nortriptyline yang digunakan dalam dosis rendah juga, obat ini adalah
golongan antidepresan trisiklik.4
15
Pasien yang menderita gangguan ini perlu diberikan penjelasan yang baik, sehingga rasa takut
tidak memperberat keluhan tersebut. Obat penenang atau obat tidur dapat diberikan saat
menjelang tidur pada pasien yang tidurnya sangat terganggu oleh tinitus itu. Kepada pasien harus
dijelaskan bahwa gangguan itu sukar diobati dan dianjurkan agar beradaptasi dengan gangguan
tersebut.
Penatalaksanaan terkini yang dikemukakan oleh Jastreboff, berdasar pada model
neurofisiologinya adalah kombinasi konseling terpimpin, terapi akustik dan medikamentosa bila
diperlukan. Metode ini disebut dengan Tinnitus Retraining Therapy. Tujuan dari terapi ini adalah
memicu dan menjaga reaksi habituasi dan persepsi tinitus dan atau suara lingkungan yang
mengganggu. Habituasi diperoleh sebagai hasil modifikasi hubungan system auditorik ke sistem
limbik dan system saraf otonom. TRT walau tidak dapat menghilangkan tinitus dengan
sempurna, tetapi dapat memberikan perbaikan yang bermakna berupa penurunan toleransi
terhadap suara.
TRT biasanya digunakan jika dengan medikasi tinitus tidak dapat dikurangi atau dihilangkan.
TRT adalah suatu cara dimana pasien diberikan suara lain sehingga keluhan telinga berdenging
tidak dirasakan lagi. Hal ini bisa dilakukan dengan mendengar suara radio FM yang sedang tidak
siaran, terutama pada saat tidur. Bila tinitus disertai dengan gangguan pendengaran dapat
diberikan alat bantu dengar yang disertai dengan masking.8
TRT dimulai dengan anamnesis awal untuk mengidentifikasi masalah dan keluhan pasien.
Menentukan pengaruh tinitus dan penurunan toleransi terhadap suara sekitarnya, mengevakuasi
kondisi emosional pasien, mendapatkan informasi untuk memberikan konseling yang tepat dan
membuat data dasar yang akan digunakan untuk evaluasi terapi. 1,4
Terapi edukasi juga dapat kita berikan ke pasien. Diantaranya:
- Hindari suara keras yang dapat memperberat tinitus.
- Kurangi makanan bergaram dan berlemak karena dapat meningkatkan tekanan darah yang
merupakan salah satu penyebab tinitus.
- Hindari faktor-faktor yang dapat merangsang tinitus seperti kafein dan nikotin
- Hindari obat-obatan yang bersifat ototoksik
- Tetap biasakan berolah raga, istarahat yang cukup dan hindari kelelahan. 4

16
Berdasarkan Chicago Dizziness and Hearing Association dengan versi yang telah
diperbaharui pada tanggal 26 oktober 2008, berikut diagram penatalaksaan tinitus: 9

Tinnitus Management Flow Sheet


Chicago Dizziness and Hearing, Version Oct 26, 2008

Tinnitus (noise in ear)

Interview
Audiogram, Had diagnostic workup?
Tinnitus matching, Anxiolytics (Klonazepam,
OAE Aplrazolam)
ABR
Anxious, Antidepressants
ECOG
depressed Anxious, depressed, sleepless?
(Effexor, Nortriptyline, Paxil)
MRI if unilateral Sedatives (Lunesta, Klonazepam,
Trazedone)

Devices:
Masking (household noises, Tinnitus
Patient wishes to try CD’s)
Betahistine
Ear meds Medication, TRT, devices Hearing aid
Dyazide
Masker
Conditioning device (Neuromonics,
similar)
Neurontin,
Topamax, Anticonvulsan Schedule for TRT
Oxcarbamazine

Psychological Hypnosis,
Niacin 50 bid management Biofeedback
Pavabid 150 BID
Vasoactive
Persantine 25 TID
Trental 400 TID Neuroprobe 500
Electrical stimulators
Not appropriate for Ultrasonic
everyone (Ultraquiet,
Medrol dose pack Steroid Hisonic)

Ginkgo Surgery (last resort)


Acupuncture Alternative
Lipoflavenoid
s
Cochlear nerve section
Labyrinthectomy
Electrical stimulator implant
Sumber : http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/hearing/pdfs/tinnitus%20management.pdf

17
Klasifikasi KGB colli dan drainasennya.

Nodus Profunda

Rantai jugular profunda terbentang dari dasar tengkorak sampai klavikula dan membentuk
kelompok superior, media, dan inferior dari nodul-nodul limfe.

 Nodus jugular profunda superior menerima drainase utama dari palatum molle, tonsil,
palatoglossal, dan arcus palatofaringeal, lidah posterior, dasar lidah, sinus piriformis, dan
laring di atas vocal cord. Kelompok nodus limfe ini juga menerima drainase dari nodus
superior dari kepala bagian atas, dan leher (retrofaringeal, spinal aksesorius, parotis,
cervicalis superior, dan nodul submandibula).
 Nodus jugular profunda media menerima drainase utama dari laring di atas pita suara,
sinus piriformis bagian bawah, dan cricoid posterior. Sedangkan drainase sekunder dari
nodul jugular profunda di atasnya dan nodul retrofaringeal bagian bawah.
 Nodus jugular profunda inferior menerima drainase utama dari tiroid, trakea, dan
esofagus bagian cervical. Sedangkan drainase sekunder dari nodul jugular profunda di
atasnya dan nodul paratrakeal. Nodus retrofaringeal dan paratrakeal berada di posterior
dari visera bagian midline. Nodul ini menerima drainase dari organ visera dan struktur
organ dalam di midline kepala, contohnya : nasofaring, kavitas nasal bagian posterior,
sinus paranasal, orofaring posterior. Nodul ini drainesenya menuju rantai jugular
profunda.

Nodus Superfisial
Nodul superfisial cenderung mengalir menuju nodus profunda. Nodul superfisial terdiri
submental, cervical superficial, submandibular, spinal aksesorius, dan skalenus anterior.
 Nodus submental mengalir menuju dagu, bibir bawah bagian tengah, ujung lidah, dan
mulut bagian anterior. Nodul ini mengalir ke nodul submandibula.
 Nodul submandibula mengalir menuju nodul jugular profunda superior.
 Nodul cervical superfisial berada sepanjang vena jugularis externa, yang didrainese dari
kutaneus limfatik dari wajah, khususnya dari glandula parotis, belakang telinga, nodul
parotis dan oksipital.
 Nodus pada segitiga posterior berada sepanjang nervus spinalis aksesorius. Nodul ini
menerima aliran dari regio parietal dan oksipital dari kulit kepala. Nodus yang bagian

18
atas mengalirkan ke nodul profunda superior sementara yang bagian bawah mengalir
menuju nodul supraklavikular.
 Nodus skalenus anterior (Virchow) menerima drainase dari duktus thorasikus dan berada
pada sambungan dari duktus thorasikus dan vena subklavia kiri. Biasanya merupakan
tempat metastase dari tubuh bagian bawah.
 Nodul supraklavikular menerima drainase dari nodul spinalis aksesoris dan dari bagian
infraklavikular.

Semua sistem limfatik mengalir menuju sistem vena, bersamaan dengan duktus torasikus bagian
kiri atau duktus limfatikus kanan.

Sekitar 75 buah kelenjar limfa terdapat pada setiap sisi leher, kebanyakan berada pada
rangkaian jugularis interna dan spinalis asesorius. Kelenjar limfa yang selalu terlibat dalam
metastasis tumor adalah kelenjar limfe pada rangkaian jugularis interna, yang terbentang antara
klavikula sampai dasar tengkorak. Rangkaian jugularis interna ini dibagi dalam kelompok
superior, media, dan inferior. Kelompok kelenjar limfe yang lain adalah submental,
submandibula, servikalis supervisial, retrofaring, paratrakeal, spinalis asesorius, skalenus
anterior dan supraklavikula.

19
 Kelenjar limfe jugularis interna superior menerima aliran limfe yang berasal dari
daerah palatum mole, tonsil, bagian posterior lidah, dasar lidah, sinus piriformis dan
supraglotik laring. Juga menerima aliran limfa yang berasal dari kelenjar limfa
retrofaring, spinalis asesorius, parotis, servikalis superficial dan kelenjar limfa
submandibula.
 Kelenjar limfa jugularis interna media menerima aliran limfa yang berasal langsung
dari subglotik laring, sinus pirimormis bagian inferior dan daerah krikoid posterior.
Juga menerima aliran limfa yang berasal dari kelenjar limfa jugularis interna superior
dan kelenjar limfa retrofaring bagian bawah.
 Kelenjar limfa jugularis interna inferior menerima aliran aliran limfa yang berasal
lansung, glandula tiroid, trakea, esophagus, bagian servikal. Juga menerima aliran
limfa yang berasal dari kelenjar limfa jugularis interna superior dan media, dan
kelenjar limfa paratrakea.
 Kelenjar limfa submental, terletak pada segitiga submental di antara platisma dan M.
omohyoid di dalam jaringan lunak. Pembuluh aferen menerima aliran limfa yang
berasal dari dagu, bibir bawah bagian tengah, pipi, gusi, dasar mulut bagian depan
dan 1/3 bagian servikal bawah lidah. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar
limfa submandibula sisi homolateral atau kontralateral, kadang-kadang dapat
langsung ke rangkaian kelenjar limfa jugularis interna.
 Kelenjar limfa submandibula, terletak di sekitar kelenjar liur submandibula dan di
dalam kelenjar ludahnya sendiri. Pembuluh aferen menerima aliran limfa yang
berasal dari kelenjar liur submandibula, bibir bawah, rongga hidung, bagian anterior
rongga mulut, bagian kelopak mata, palatum mole dan 2/3 depan lidah. Pembuluh
eferen mengalirkan limfa ke kelenjar jugularis interna superior.
 Kelenjar limfa servikal superficial, terletak di sepanjang vena jugularis eksterna,
menerima aliran limfa yang berasal dari kulit muka, sekitar kelenjar parotis dan
kelenjar limfe oksipital. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa
jugularis interna superior.
 Kelenjar limfe retrofaring, terletak di antara faring dan fasia pravertebrata, mulai dari
dasar tengkorak sampai ke perbatasan leher dan toraks. Pembuluh aferen menerima
aliran limfa dari nasofaring, hipofaring, telinga tengah dan tuba eustachius. Pembuluh
eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa jugularis interna dan kelenjar limfa spinal
asesorius bagian superior.
20
 Kelenjar limfa paratrakea, menerima aliran limfa yang berasal dari laring bagian
bawah, hipofaring, esophagus bagian servikal, trakea bagian atas dan tiroid.
Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa jugularis interna inferior atau
kelenjar limfe mediastinum superior.
 Kelenjar spinal asesorius, terletak di sepanjang saraf spinal asesoris, menerima aliran
limfa yang berasal dari kulit kepala bagian parietal dan bagian belakang leher.
Kelenjar limfa parafaring menerima aliran limfa dari nasofaring, orofaring, dari sinus
paranasal. Pembuluh eferan mengalirkan limfa kelenjar limfa supraklavikula.

Rangkaian kelenjar jugularis interna megalirkan limfa ke trunkus jugularis dan


selanjutnya masuk ke duktus torasikus untuk sisi sebelah kiri, dengan untuk sisi yang sebelah
kanan masuk ke duktus limfatikus kanan atau langsung ke sistem vena pada pertemuan vena
jugularis interna dan vena subklavia. Juga duktus torasikus dan duktus limfatikus kanan
menerima aliran limfa dari kelenjar limfa supraklavikula.

Daerah Kelenjar Limfa Leher


Menurut Sloan Kattering Memorial Cancer Center Classification kelenjar limfe leher dibagi
dalam lima daerah penyebaran kelompok kelenjar, yaitu daerah:
1. Kelenjar yang terletak di segitiga submental dan submandibula.
2. Kelenjar yang terletak di sepertiga atas dan termasuk kelenjar limfa jugular superior,
kelenjar digastrik dan kelenjar servikal posterior superior.
3. Kelenjar limfa jugularis di antara bifurkasio karotis dan persilangan M. omohyoid dengan
M. sternokleidomastoideus dan batas posterior M. sternokleidomastoideus.
4. Kelompok kelenjar di daerah jugularis inferior dan supraklavikula.
5. Kelenjar yang berada di segitiga jugularis dan supraklavikula.

21
VERTIGO

Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar (2).Pengertian
vertigo adalah :sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat
disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh.
Vertigo (sering juga disebut pusing berputar, atau pusing tujuh keliling) adalah kondisi di mana
seseorang merasa pusing disertai berputar atau lingkungan terasa berputar walaupun badan orang
tersebut sedang tidak bergerak.

a. Etiologi
Vertigo berbeda dengan dizziness, suatu pengalaman yang mungkin pernah kita rasakan,
yaitu kepala terasa ringan saat akan berdiri. Sedangkan vertigo bisa lebih berat dari itu, misalnya
dapat membuat kita sulit untuk melangkah karena rasa berputar yang mempengaruhi
keseimbangan tubuh. Adanya penyakit vertigo menandakan adanya gangguan system deteksi
seseorang.
Asal terjadinya vertigo dikarenakan adanya gangguan pada sistem keseimbangan tubuh.
Bisa berupa trauma, infeksi, keganasan, metabolik, toksik, vaskular, atau autoimun. Sistem
keseimbangan tubuh kita dibagi menjadi 2 yaitu sistem vestibular (pusat dan perifer) serta non
vestibular (visual [retina, otot bola mata], dan somatokinetik [kulit, sendi, otot).
Penyebab umum dari vertigo:

22
1. Keadaan lingkungan
– Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)

2. Obat-obatan
– Alkohol
– Gentamisin

3. Kelainan sirkulasi
– Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran
darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler

4. Kelainan di telinga
– Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam
(menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
– Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
– Herpes zoster
– Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
– Peradangan saraf vestibuler
– Penyakit Meniere

Kelainan neurologis
– Sklerosis multipel
– Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau keduanya
– Tumor otak
– Tumor yang menekan saraf vestibularis.
Penyebab pasti penyakit meniere belum diketahui. Penambahan volume endolimfa
diperkirakan oleh adanya gangguan biokimia cairan endolimfa dan gangguan klinik pada
membran.
Berdasarkan gejalanya yang menonjol/klinis, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok
penyakit :
 Vertigo yang paroksismal
 Vertigo yang kronis

 Vertigo yang serangannya mendadak/akut, berangsur-angsur mengurang

23
Masing-masing kelompok tersebut dibagi lagi menurut gejala penyertanya menjadi 3 (tiga)
kelompok :
Vertigo yang Paroksismal
Yaitu vertigo yang datang serangannya mendadak, berlangsung selama beberapa menit atau hari,
kemudian menghilang sempurna. Tetapi suatu ketika nanti serangan tersebut muncul lagi. Di
antara serangan-serangan itu penderita sama sekali bebas dari keluhan vertigo.
Vertigo jenis ini dapat dibedakan lagi atas segala penyertanya, yaitu :
1. Yang disertai dengan keluhan telinga :
Kelompok penyakit ini memiliki kumpulan gejala/sindroma yang sama yang disebut sindrom
Meniere. Termasuk di dalam kelompok ini ialah :
Morbus Meniere, Araknoiditis ponto serebelaris, Sindrom Lermoyes, Serangan iskemia
sepintas orteria vertebralis, Sindroma Cogan, Tumor fosa kranii posterior, Kelainan
gigi/odontogen.
2. Yang tanpa disertai keluhan telinga. Termasuk di sini :
Serangan iskemia sepintas arteria vertebro basilaris, Epilepsi, Vertigo akibat lesi lambung,
Ekuivalen migren, Vertigo pada anak (vertigo de L’enfance), Labirin picu (Trigger labyrinth).
3. Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi. Termasuk di sini :
- Vertigo posisional paroksismal yang laten
- Vertigo posisional paroksismal benign (2)
Vertigo Kromis
Yaitu vertigo yang menetap lama, keluhannya konstan tidak membentuk serangan-serangan akut
Berdasarkan gejal penyertanya, dibedakan tiga kelompok:
1. Yang disertai dengan keluhan dari telinga :
Otitis media kronika, Meningitis TB, Labirintitis kronika, Lues serebri, Lesi labirin akibat
bahan ototoksik, Tumor serebelopontis.
2. Yang tanpa disertai keluhan dari telinga :
Kontusio serebri, Ensefalitis pontis, Sindrom pasca komosio, Pelagra, Siringobulbi,
Hipoglikemi, Sklerosis multipleks, Kelainan okuler, Intoksikasi obat-obatan, Kelainan Psikis,
Kelainan kardiovaskuler, Kelainan endokrin.
3. Vertigo yang timbulnya dipengaruhi posisi :
- Hipotensi ortostatik
24
- Vertigo servikalis
Vertigo yang Serangannya Mendadak/Akut, Berangsur-angsur Mengurang, tetapi penderita
tidak pernah bebas sama sekali dari keluhan.
Berdasarkan gejala penyertanya yang menonjol dibedakan atas dua kelompok :
1. Disertai dengan keluhan telinga :
Trauma labirin, Herpes zoster otikus, Labirinitis akuta, Perdarahan labirin, Neuritis nervus
VIII, cedera pada arteria auditiva interna/arteia vestibulokoklearis.
2. Tanpa disertai keluhan telinga :
Neuronitis vestibularis, Neuritis vestibularis, Sindrom arteria vestibularis anterior, Ensefalitis
vestibularis, Vertigo epidemika, Sklerosis multipleks, Hematobulbi, Sumbatan arteria serebeli
inferior posterior.

b. Patofisiologi

Setiap individu mampu berorientasi dengan lingkungan sekitar disebabakan adanya


informasi yang datang dari indra. Tetapi apabila terjadi hal yang menyimpang, unit pemroses
sentral tidak dapat memproses informasi secara wajar yang akhirnya memberikan tanda
peringatan. Tanda tersebut dapat dalam bentuk yang disadari, seperti:

1. Bersumber dari pusat vertibular ialah vertigo.

2. Bersumber dari sistem saraf otonom ialah mual, muntah, dll.

3. Bersumber dari system motorik ialah rasa tidak stabil.

Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa pada koklea
dan vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga disebabkan oleh :
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri
2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler
3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler
4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan cairan endolimfa.

Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal, ditemukan pelebaran dan perubahan


morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama di
daerah apeks koklea helikotrema. Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan
utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media di mulai dari daerah apeks koklea kemudian
25
dapat meluas mengenai bagian tengah dan basal koklea. Hal ini dapat menjelaskan terjadinya tuli
saraf nada rendah pada penyakit meniere.

Perubahan posisi dari tegak menjadi telentang dengan kepala menggantung dan telinga di
bawah, menyebabkan pergeseran hebat pada kupula kanalis posterior. Timbulnya vertigo
memerlukan waktu beberapa detik, karena untuk pergeseran massa tersebut diperlukan waktu.
Besarnya sensasi vertigo dan nistagmus dipengaruhi oleh besarnya pergeseran kupula. Vertigo
yang cepat hilang dapat disebabkan karena massa telah bergeser dan kupula kembali ke posisi
normal.

c. Manifestasipadatubuhmanusia

Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa
ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti
secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga
sampai beberapa tahun. Pada BPPV tidak didapatkan gangguan pendengaran.

Sistem vestibular sentral terletak pada batang otak, serebelum dan serebrum. Sebaliknya,
sistem vestibular perifer meliputi labirin dan saraf vestibular. Labirin tersusun dari 3 kanalis
semisirkularis dan otolit (sakulus dan utrikulus) yang berperan sebagai reseptor sensori
keseimbangan, serta koklea sebagai reseptor sensori pendengaran. Sementara itu, krista pada
kanalis semisirkularis mengatur akselerasi angular, seperti gerakan berputar, sedangkan makula
pada otolit mengatur akselerasi linear.
Segala input yang diterima oleh sistem vestibular akan diolah. Kemudian, diteruskan ke
sistem visual dan somatokinetik untuk merespon informasi tersebut. Gejala yang timbul akibat
gangguan pada komponen sistem keseimbangan tubuh itu berbeda-beda.
[Tabel 1 dan 2]
Tabel 1. Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non Vestibular
Gejala Vertigo Vestibular Vertigo Non Vestibular
Sifat vertigo rasa berputar melayang, hilang
Serangan episodik keseimbangan
Mual/muntah + kontinu
Gangguan pendengaran +/- -
Gerakan pencetus gerakan kepala -

26
Situasi pencetus - gerakan obyek visual
keramaian, lalu lintas

Tabel 2. Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral


Gejala Vertigo Vestibular Perifer Vertigo Vestibular Sentral
Bangkitan vertigo lebih mendadak lebih lambat
Derajat vertigo berat ringan
Pengaruh gerakan kepala ++ +/-
Gejala otonom (mual, ++ +
muntah, keringat) + -
Gangguan pendengaran - +
(tinitus, tuli)
Tanda fokal otak
Berdasarkan awitan serangan, vertigo dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu paroksismal,
kronik, dan akut. Serangan pada vertigo paroksismal terjadi mendadak, berlangsung beberapa
menit atau hari, lalu menghilang sempurna. Suatu saat serangan itu dapat muncul lagi. Namun
diantara serangan, pasien sama sekali tidak merasakan gejala. Lain halnya dengan vertigo kronis.
Dikatakan kronis karena serangannya menetap lama dan intensitasnya konstan. Pada vertigo
akut, serangannya mendadak, intensitasnya perlahan berkurang namun pasien tidak pernah
mengalami periode bebas sempurna dari keluhan.

[Tabel 3]
Jenis Vertigo Disertai KeluhanTidak DisertaiTimbul Karena
Berdasarkan Awitan Telinga Keluhan Telinga Perubahan Posisi
Serangan
Vertigo paroksismal Penyakit Meniere,TIA arteri vertebro-Benign paroxysmal
tumor fossa craniibasilaris, epilepsi,positional vertigo
posterior, transientvertigo akibat lesi(BPPV)
ischemic attack (TIA)lambung
arteri vertebralis
Vertigo kronis Otitis media kronis,Kontusio serebri,Hipotensi ortostatik,
meningitis sindroma paskavertigo servikalis

27
tuberkulosa, tumorkomosio, multiple
serebelo-pontine, lesisklerosis, intoksikasi
labirin akibat zatobat-obatan
ototoksik
Vertigo akut Trauma labirin, herpesNeuronitis -
zoster otikus,vestibularis, ensefalitis
labirinitis akuta,vestibularis, multipel
perdarahan labirin sklerosis
Terdapat trias atau sindrom Meniere yaitu vertigo, tinitus, dan tuli saraf. Serangan
pertama sangat berat, yaitu vertigo disertai muntah. Setiap kali berusaha untuk berdiri dia merasa
berputar, mual, dan terus muntah lagi. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu meskipun keadaannya berangsur baik. Penyakit ini bisa sembuh tanpa obat dan gejala
penyakit bisa hilang sama sekali. Pada serangan kedua kalinya dan selanjutnya dirasakan lebih
ringan tidak seperti serangan yang pertama kali. Pada penyakit Meniere vertigonya periodik yang
makin mereda pada serangan-serangan berikutnya.
Gejala penyakit Meniere lebih berat daripada BPPV. Selain vertigo, biasanya pasien juga
mengalami keluhan di telinga berupa tinitus, tuli sensorineural terhadap frekuensi rendah, dan
sensasi rasa penuh di telinga.

Ada 3 tingkat derajat keparahan penyakit Meniere.


Derajat I : gejala awal berupa vertigo yang disertai mual dan muntah. Gangguan vagal seperti
pucat dan berkeringat dapat terjadi. Sebelum gejala vertigo menyerang, pasien
dapat merasakan sensasi di telinga yang berlangsung selama 20 menit hingga
beberapa jam. Diantara serangan, pasien sama sekali normal.
Derajat II : gangguan pendengaran semakin menjadi-jadi dan berfluktuasi. Muncul gejala tuli
sensorineural terhadap frekuensi rendah.
Derajat III : gangguan pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun progresif memburuk. Kali ini
mengenai kedua telinga sehingga pasien seolah mengalami tuli total. Vertigo mulai
berkurang atau menghilang.

28
Pada setiap serangan disertai dengan gangguan pendengaran dan dalam keadaan tidak ada
serangan pendengaran dirasakan baik kembali. Gejala lain yang menyertai serangan adalah
tinitus kadang-kadang menetap meskipun di luar serangan. Gejala yang lain menjadi tanda
khusus adalah perasaan penuh di dalam telinga.
Dari keluhan vertigonya kita sudah dapat membedakan dengan penyakit yang lainnya yang juga
mempunyai gejala vertigo seperti penyakit Meniere, tumor N. VIII, sklerosis multipel, neuritis
vestibuler, ataubenign paroksismal positional vertigo (BPPV).
Pada tumor N. VIII serangan vertigo periodik, mula-mula lemah dan makin lama makin kuat.
Pada sklerosis multipel, vertigo periodik tetapi intensitas serangan sama pada setiap serangan.
Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak periodik dan makin lama makin menghilang.
Penyakit ini diduga disebabkan virus. Biasanya penyakit ini timbul setelah menderita influenza.
Vertigo hanya didapatkan pada permulaan penyakit. Penyakit ini
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar I, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku


Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI. 2008
2. Anonim. Tinitus. Dalam : http://en.wikipedia.org/wiki/Tinnitus. 2008. Diakses pada : Juli 29
2009.
3.Anonim.http://books.google.co.id/books?
id=xa_ne2pMEUYC&pg=PA118&lpg=PA118&dq=tinitus+dan+bunuh+diri&source=bl&ots=Dx
k5U-
kZmi&sig=LkgsLBKZaJi_TQxprMFapjoO6Cs&hl=id&ei=mYdxSoGTCMGdkAXUxI2FDA&s
a=X&oi=book_result&ct=result&resnum=7 diakses pada : Juli 30 2009
4. Hain TC. Tinnitus. http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/hearing/tinnitus.htm.
Diakses pada Juli 30 2009
5. Hain TC. Microvascular compression syndrome, Vestibular Paroxysmia, and Quick Spins.
http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/unilat/microvascular.htm. Diakses pada Juli 30
2009

29
6. Tinnitus and Deafness. http://www.wrongdiagnosis.com/w/wolframs_disease/book-diseases-
4a.htm. Diakses pada: Juli 30 2009
7. Saunders WB. http://www.bixby.org/faq/tinnitus/diagnose.html. Diakses pada: Juli 31 2009
8. Syartika L. Tinitus Telinga Berdenging. http://www.santosa-
hospital.com/document/tinnitus_drlisa_5_page_8.pdf. Diakses pada: Agustus 3 2009
9. Hain TC. Tinitus Management. http://www.dizziness-and-
balance.com/disorders/hearing/pdfs/tinnitus%20management.pdf. Diakses pada: 3 Agustus 2009

30

Anda mungkin juga menyukai