Trauma Maksilofasial
Trauma Maksilofasial
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagian besar fraktur yang terjadi pada tulang rahang akibat trauma
maksilofasial dapat dilihat jelas dengan pemeriksaan dan perabaan serta
menggunakan penerangan yang baik. Trauma pada rahang mengakibatkan
1
2 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
2
3 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
3
4 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
2.2 Definisi
Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksa yang mengenai wajah dan
jaringan sekitarnya. Trauma pada jaringan maksilofasial dapat mencakup jaringan
lunak dan jaringan keras. Yang dimaksud dengan jaringan lunak wajah adalah
jaringan lunak yang menutupi jaringan keras wajah. Sedangkan yang dimaksud
dengan jaringan keras wajah adalah tulang kepala.6 :
4
5 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
2.3 Epidemiologi
2.4 Etiologi
Penyebab trauma maksilofasial bervariasi, mencakup kecelakaan lalu
lintas, kekerasan fisik, terjatuh, olah raga dan trauma akibat senjata api.
Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama trauma maksilofasial yang dapat
membawa kematian dan kecacatan pada orang dewasa secara umum dibawah usia
50 tahun dan angka terbesar biasanya terjadi pada pria dengan batas usia 21-30
tahun.6
Bagi pasien dengan kecelakaan lalu lintas yang fatal menjadi masalah
karena harus rawat inap di rumah sakit dengan cacat permanen yang dapat
mengenai ribuan orang per tahunnya. Berdasarkan studi yang dilakukan, 72%
kematian oleh trauma maksilofasial paling banyak disebabkan oleh kecelakaan
lalu lintas (automobile).6
5
6 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
2.5 Klasifikasi
Trauma maksilofasial dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu
trauma jaringan keras wajah dan trauma jaringan lunak wajah. Trauma jaringan
lunak biasanya disebabkan trauma benda tajam, akibat pecahan kaca pada
kecelakaan lalu lintas atau pisau dan golok pada perkelahian.8
a. Trauma jaringan lunak wajah
Gambar 1. (A) Laserasi yang menyilang garis Langer tidak menguntungkan mengakibatkan
penyembuhan yang secara kosmetik jelek. B. Insisi fasial ditempatkan sejajar dengan garis Langer
(Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut (Oral surgery). Alih bahasa Purwanto, Basoeseno.
Jakarta:EGC, 1987:226)
6
7 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
7
8 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
8
9 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
Gambar 4. (A). Le Fort I, Le Fort II, Le Fort III (pandangan anterior) (B). Le Fort I, Le Fort II, Le
Fort III (pandangan sagital) (London PS. The anatomy of injury and its surgical implication,
London: Butterworth-Heinemana Ltd. 1991:5)
9
10 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
c. Fraktur komunisi.
Benturan langsung terhadap mandibula dengan objek yang
tajam seperti peluru yang mengakibatkan tulang menjadi
bagian bagian yang kecil atau remuk.
Bisa terbatas atau meluas, jadi sifatnya juga seperti fraktur
kompoun dengan kerusakan tulang dan jaringan lunak.
d. Fraktur patologis.
Keadaan tulang yang lemah oleh karena adanya penyakit
penyakit tulang, seperti Osteomyelitis, tumor ganas, kista yang
besar dan penyakit tulang sistemis sehingga dapat
menyebabkan fraktur spontan.
4. Perluasan tulang yang terlibat.
a. Komplit, fraktur mencakup seluruh tulang.
b. Tidak komplit, seperti pada greenstik, hair line, dan kropresi
( lekuk ).
5. Konfigurasi ( garis fraktur ).
a. Tranversal, bisa horizontal atau vertikal.
b. Oblique ( miring ).
c. Spiral (berputar).
d. Comuniti (remuk).
6. Hubungan antar Fragmen.
Displacement, disini fragmen fraktur terjadi perpindahan
tempat.
Undisplacement, bisa terjadi berupa :
o Angulasi / bersudut.
o Distraksi.
o Kontraksi.
o Rotasi / berputar.
o Impaksi / tertanam.
10
11 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
11
12 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
12
13 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
13
14 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
14
15 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
15
16 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
2.7 Diagnosis
Dalam menegakkan sebuah kejadian yang dicurigai dengan fraktur
Maksilofasial, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Anamnesa
Anamnesa dapat dilakukan langsung dengan pasien atau dengan orang lain
yang melihat langsung kejadian. Yang harus ditanyakan adalah :1
Penyebab pasien mengalami trauma :
kecelakaan lalu lintas.
Trauma tumpul.
Trauma benda keras.
16
17 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
Terjatuh.
Kecelakaan olah raga.
Berkelahi.
Dimana kejadiannya.
Sudah berapa lama sejak saat kejadian sampai tiba di rumah sakit.
Apakah setelah kejadian pasien sadar atau tidak, jika tidak sadar, berapa
lama pasien tidak sadarkan diri.
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Secara sistematis bergerak dari atas ke bawah :
a. Deformitas, memar, abrasi, laserasi, edema.
b. luka tembus.
c. Asimetris atau tidak.
d. Adanya Maloklusi / trismus, pertumbuhan gigi yang abnormal.
e. Otorrhea / Rhinorrhea
f. Telecanthus, Battle's sign, Raccoon's sign.
g. Cedera kelopak mata.
h. Ecchymosis, epistaksis
i. defisit pendengaran.
j. Perhatikan ekspresi wajah untuk rasa nyeri, serta rasa cemas.
Palpasi
17
18 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
18
19 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
16. Memanipulasi setiap gigi individu untuk bergerak, rasa sakit, gingiva
dan pendarahan intraoral, air mata, atau adanya krepitasi.
17. Lakukan tes gigit pisau. Minta pasien untuk menggigit keras pada
pisau. Jika rahang retak, pasien tidak dapat melakukan ini dan akan
mengalami rasa sakit.
18. Meraba seluruh bahagian mandibula dan sendi temporomandibular
untuk memeriksa nyeri, kelainan bentuk, atau ecchymosis.
19. Palpasi kondilus mandibula dengan menempatkan satu jari di saluran
telinga eksternal, sementara pasien membuka dan menutup mulut. Rasa
sakit atau kurang gerak kondilus menunjukkan fraktur.
20. Periksa paresthesia atau anestesi saraf.
19
20 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
2.8 Penatalaksanaan
20
21 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
e. Cedera saraf
Uji anestesi pada wajah ( saraf infra orbita) dan geraham atas
(saraf gigi atas).
f. Cedera gigi
Raba giginya dan usahakan menggoyangkan gigi bergerak
abnormal dan juga disekitarnya. 24
21
22 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
Ada obstruksi.
Palatum mole tertarik ke bawah lidah, curiga adanya fraktur
Le Fort.
Lidahnya jatuh kearah belakang atau tidak, curiga adanya
Fraktur Mandibula.
22
23 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
23
24 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
24
25 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
25
26 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
26
27 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
2.9 Pencegahan
Kendati teknologi bedah memberi hasil yang baik, pencegahan trauma
merupakan langkah yang bijak. Pengendara motor yang berisiko tinggi terjadi
trauma hendaknya lebih memperhatikan keselamatan, terutama dibagian kepala.
Dari suatu penelitian, disimpulkan bahwa ternyata tidak ada perbedaan berarti
pada frekuensi kejadian trauma maksilofacial sebelum dan sesudah era wajib
helm. Hal ini kemungkinan disebabkan karena masih sangat sedikit pengendara
sepeda motor yang mengenakan helm dengan benar. Oleh karena itu, peran serta
pemerintah sangat diperlukan untuk memaksimalkan upaya preventif, sedangkan
kuratifnya kita serahkan pada ahli bedah.
27
28 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
Gambaran CT-scan
Gambar 14. (A) Gambaran CT-scan koronal, (B) CT scan 3D, (C) CT scan aksial
28
29 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
2.11 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering timbul berupa: 8
a. Aspirasi.
b. Gangguan Airway.
c. Scars.
bau, rasa.
f. Kronis sinusitis.
g. Infeksi.
j. Mal oklusi.
k. Perdarahan.8
29
30 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
2. 12 Prognosis
30
31 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
BAB III
KESIMPULAN
31
32 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
DAFTAR PUSTAKA
32
33 Penatalaksanaan Awal Pada Trauma Maksilofasial
33