Anda di halaman 1dari 14

GANGGUAN DELUSIONAL

A. DEFINISI
Gangguan delusional didefinisikan sebagai suatu gangguan yang diklasifikasikan
karena tidak diketahui penyebabnya dan memiliki gejala utama adalah waham. Mekipun isi
yang spesifik dari waham ini dapat bervariasi pada suatu kasus ke kasus yang lain,
timbulnya waham, persistensi, pengaruhnya pada perilaku serta prognosisnya memberikan
suatu diagnosa yang berbeda. Sebelumnya gangguan ini disebut juga sebagai “gangguan
paranoid” atau “paranoia”. Namun sekarang tidak lagi digunakan karena isi waham pada
gangguan ini ternyata bervariasi yaitu dapat bersifat kebesaran/grandiose, cemburu, kejar
atau persekutorik, somatic campuran.
Gangguan delusional adalah suatu gangguan pada alam pikiran yaitu isi pikir,
wahamnya biasanya bersifat sistematis yang biasanya berasal dari pola sentral dan bila
ditentang, orang tersebut akan menunjukkan gejala waham non bizarre dengan paling sedikit
durasi penyakitnya berlangsung selama 1 bulan yang tidak dapat digabungkan dengan
gangguan psikiatri yang lain. Waham non-bizarre artinya adalah suatu waham yang harus
dapat terjadi pada kehidupan yang nyata, seperti merasa diikuti, terinfeksi, dicintai dari
kejauhan, dan mereka terlihat seolah-olah mempunyai fenomena yang meskipun tidaknyata
tetapi juga tidak mustahil. Ada banyak tipe dari waham dan yang predominan itulah yang
akan menentukan tipe dari waham pada diagnosis.

B. EPIDEMIOLOGI
Usia onset rata-rata adalah kira-kira 40 tahun, tetapi rentang usia untuk onset adalah
dari 18 tahun sampai 90 tahunan. Terdapat sedikit lebih banyak pasien perempuan. Banyak
yang sudah menikah dan bekerja, tetapi mungkin terdapat hubungan dengan status
sosioekonomi yang rendah.

C. ETIOLOGI
Penyebab gangguan delusional tidak diketahui. Gangguan delusional terjadi jauh lebih
jarang daripada skizofrenia atau gangguan afektif, jadi menyatakan bahwa gangguan ini
adalah gangguan yang terpisah. Di samping itu, gangguan delusional mempunyai onset yang
lebih lambat daripada skizofrenia dan mempunyai predominasi perempuan yang jauh lebih
kurang daripada yang ditemukan pada gangguan afektif. Gangguan ini bukan semata-mata
suatu stadium dini dalam perkembangan salah satu atau kedua gangguan tersebut.

Faktor Biologis
Keadaan neurologis yang paling sering berhubungan dengan waham adalah kelainan
yang mempengaruhi sistem limbik dan ganglia basalis. Pasien yang memiliki waham yang
disebabkan oleh kondisi neurologis tanpa adanya gangguan kecerdasan cenderung memiliki
waham yang kompleks yang mirip dengan yang ditemukan pada pasien dengan gangguan
delusional.
Sebaliknya, pasien yang menderita gangguan neurologis dengan gangguan kecerdasan
seringkali memiliki waham yang sederhana yang tidak sama dengan yang ditemukan pada
pasien dengan gangguan delusional. Jadi mungkin gangguan delusional melibatkan patologi
dalam sistem limbik atau ganglia basalis pada pasien dengan fungsi kortikal serebral yang
intak. Hipotesis bergantung pada adanya pengalaman mirip halusinasi yang perlu dijelaskan.
Adanya pengalaman halusinasi tersebut pada gangguan delusional belum dibuktikan.

Patogenesis
Walaupun patogenesis waham tidak diketahui dengan pasti, namun ada beberapa teori
yang sudah dikembangkan. Pada hipotesis pembentukan waham, kiranya perlu
dipertimbangkan beberapa hal yang berikut ini, yaitu :
1. Waham terdapat pada penyakit-penyakit umum dan psikiatrik.
2. Tidak semua orang dengan gangguan tersebut mengalami waham.
3. Isi waham menentukan tipe-tipe waham.
4. Waham dapat hilang bila diberi pengobatan terhadap gangguan yang mendasar.
5. Waham dapat menetap atau menjadi sistematik.
6. Waham dapat menyertai perubahan persepsi seperti halusinasi dan gangguan
sensorik.
7. Keberadaan waham dapat dikaburkan bila fungsi sosial, intelektual dan emosional
tidak terganggu.
Ada 3 kategori dari Teori Pembentukan Waham :
1. Waham yang timbul pada sistem kognitif muncul karena adanya pola yang
berbeda dari motivasi yang ada (mekanisme psikodinamika dan teori fungsi
sosial).
2. Waham timbul sebagai akibat dari defek kognitif fundamental yang
mengakibatkan kapasitas pasien untuk membuat kesimpulan dari bukti-bukti
(gangguan hubungan sebab akibat).
3. Waham yang timbul dari proses kognitif yang normal menunjukkan adanya
pengalaman persepsi abnormal (mekanisme psikobiologik, hipotesis pengalaman
yang menyimpang)
Teori-teori ini penting untuk tidak saling mengistimewakan satu dengan yang lainnya.
Keyakinan delusional yang demikian merupakan hasil yang berbeda dan melibatkan 1 atau
lebih dari mekanisme psikodinamika.

Faktor Psikodinamika
Pada tahun 1911, Freud menerbitkan “Psychoanalytic Notes Upon an
autobiographical Account of a Case of Paranoia (Dementia Paraniods)”. Interpretasinya
dari kasus ini, yang menjadi dasar teori psikodinamika dari paranoia, didasari pada hasil
bacaannya dari pengalaman seorang hakim ketua pengadilan di Dresden yaitu Daniel Paul
Schreber yang menderita episode penyakit psikiatrik di tahun 1884, 1885 dan 1893. Episode
kedua menyebabkannya dirawat di rumah sakit untuk waktu yang lama dimana pasien keluar
pada tahun 1902.
Freud menyatakan bahwa Schreber pada tahun 1903 mengeluarkan penjelasan,
Memoirs of My Nervous Illnes, yang memberikan dasar teori “penderita paranoia tidak dapat
dipaksa untuk menghadapi masalah internal, dan…dalam banyak kasus, mereka hanya
mengatakan apa yang ada dalam pikiran mereka…”. Freud berargumentasi bahwa kasus yang
tercatat merupakan pengenalan personal; dan pada kasus Schreber, Freud tidak pernah
melihat pasiennya. Namun ia menyatakan bahwa kasus Schreber menggambarkan suatu
mekanisme umum dari pembentukan waham yang meliputi penyangkalan atau kontradiksi,
proyeksi represi dari impuls homoseksual yang timbul dari alam bawah sadar pasien
paranoid. Bentuk-bentuk waham dari paranoia dapat timbul sebagai kontradiksi “I (seorang
laki-laki) love him (seorang laki-laki)”. Ada nuansa homoseksual.

Secara lebih rinci, contoh-contoh berikut menggambarkan bentuk-bentuk yang tidak logis :
1. Waham kejar
Karena secara sadar homoseksual tidak dapat diterima, maka pikiran “I love him”
diingkari dan dengan menggunakan reaksi formasi, berubah menjadi “It is not I
who hate him, it is him who hates me”.Pada keadaan paranoid yang kemudian
berkembang penuh, pikiran itu menjadi “I am persecuted by him”. Kemudian
pasien merasionalisasikan kemarahannya dan secara sadar menjadi apa yang ia
persepsikan akan membenci dirinya. Pasien bukannya menjadi sadar akan adanya
impuls homoseksualitas, malahan ia menolak cinta siapapun, kecuali dirinya
sendiri.
2. Waham erotomania
Pasien pria akan merubah “I love him” menjadi “I love her”, dan pikiran ini
melalui proyeksi menjadi “She love me and so I love her”
3. Waham cemburu
Freud percaya bahwa homoseksualitas merupakan penyebab terbentuknya waham
cemburu. Dalam upaya mennghilangkan impuls-impuls yang menyakitkan, maka
pasien berpreokupasi dengan pikiran-pikiran cemburu. Dengan demikian pasien
dapat menjadi asertif. “I don’t love him” diubah menjadi “She love him”.
4. Waham kebesaran (megalomania)
Di sini terdapat kontradiksi “I do not love him – I love myself”.

Berdasarkan teori psikoanalisis, inti teori ini adalah waham yang menunjukkan usaha
untuk mengatasi impuls homoseksual yang tidak disadari. Dinamika dari impuls homoseksual
yang tidak disadari adalah serupa, pada pasien paranoid laki-laki maupun perempuan.
Beberapa kejadian klinis yang kurang mendukung teori Freud, seperti misalnya :
pasien yang jelas memperlihatkan gejala gangguan delusional tidak menunjukkan adanya
indikasi homoseksual. Sebaliknya pasien-pasien homoseksual, kebanyakan diantaranya tidak
menunjukkan simptom paranoid atau waham.
Mekanisme Freud tentang waham membedakan antara isi dan bentuk dalam
psikopatologik. Ia mengajukan kesimpulan tentang proses waham tetapi tidak mejelaskan
dengan baik bagaimana waham itu dibentuk dibandingkan dengan gejala lain seperti
halusinasi. Kebenaran dari mekanisme hipotesis ditentukan dengan adanya bukti bahwa
waham berhubungan dengan kecenderungan homoseksual.
Teori ini telah dibenarkan karena tidak adanya homoseksualitas yang mempunyai
waham kebesaran. Beberapa usaha fundamental yang telah dilakukan untuk menguji
hipotesis ini tidak dapat mencapai suatu kesimpulan.
Beberapa kecenderungan homoseksual dapat ditemukan pada beberapa pasien
delusional, dan kondisi ini dapat melawan mekanisme bawah sadar dari homoseksualitas.
Pendekatan klasik menunjukkan bahwa konsep psikoanalisis yang penting seperti
proyeksi dan suatu kewaspadaan bahwa pengalaman perkembangan dapat mempengaruhi isi
pikir delusional.
Paranoid komunitas semu (paranoid pseudocommunity). Norman Cameron
menggambarkan tujuh situasi yang memungkinkan perkembangan gangguan delusional, yaitu
:
1. Peningkatan keinginan untuk mendapatkan terapi yang sadistik.
2. Situasi yang meningkatkan kecurigaan dan ketidakpercayaan.
3. Isolasi sosial.
4. Situasi yang meningkatkan kecemburuan dan iri hati.
5. Situasi yang merendahkan harga diri.
6. Situasi yang menyebabkan seseorang melihat kecacatan dirinya pada orang lain.
7. Situasi yang meningkatkan potensi untuk merenungi tentang arti dan motivasi.

D. GAMBARAN KLINIS
STATUS MENTAL
Deskripsi Umum
Pasien biasanya berdandan dengan baik dan berpakaian rapi, tanpa adanya bukti-bukti
adanya disintegrasi nyata pada kepribadian atau aktifitas harian. Tetapi, pasien mungkin
terlihat eksentrik, aneh, pencuriga atau bermusuhan. Pasien seringkali cerdik dan membuat
kecenderungan yang jelas bagi pemeriksa. Apa yang biasanya paling luar biasa, tentang
pasien dengan gangguan delusional adalah bahwa pemeriksaan status mental menunjukkan
bahwa mereka adalah sangat normal kecuali adanya sistem waham abnormal yang jelas.
Mood, Perasaan, dan Afek
Mood pasien sejalan dengan isi waham. Seorang pasien dengan waham kebesaran
adalah euforik; seorang pasien dengan waham kejar adalah pencuriga. Adapun sifat sistem
wahamnya, pemeriksa mungkin merasakan adanya kualitas depresif ringan.
Gangguan Persepsi
Menurut definisinya, pasien dengan gangguan delusional tidak memiliki halusinasi
yang menonjol atau menetap. Menurut DSM IV, halusinasi raba dan cium mungkin
ditemukan jika hal tersebut adalah sejalan dengan wahamnya. Beberapa pasien dengan
gangguan delusional mengalami halusinasi lain, hampir semua adalah halusinasi dengar,
bukan visual.

Pikiran
Gangguan isi pikiran terutama dalam bentuk waham merupakan gejala utama dari
gangguan. Waham biasanya sistematis dan karakteristiknya adalah sesuatu yang mungkin,
contohnya, waham dikejar-kejar, pasangan tidak jujur, terinfeksi oleh virus,dicintai orang
terkenal. Contoh isi pikiran itu berbeda dengan waham bizzare pada pasien skizofrenia.

Sensorium dan kognisi


Orientasi : Pasien dengan gangguan delusional biasanya tidak memiliki gangguan
dalam orientasi, kecuali bila mereka memiliki waham spesifik tentang orang, tempat, waktu.
Daya ingat : Daya ingat dan proses kognitif pada pasien dengan gangguan delusional
tidak terganggu.

Pertimbangan dan tilikan


Pasien dengan gangguan delusional hampir seluruhnya tidak memiliki tilikan terhadap
kondisi mereka dan hampir selalu dibawa ke rumah sakit oleh orang lain. Keputusan terbaik
dapat diperoleh dengan menilai perilaku pasien di masa lalu, sekarang dan perilaku yang
direncanakan.
Kejujuran
Pasien dengan gangguan delusional, biasanya dapat dipercaya informasinya, kecuali
jika hal tersebut membahayakan sistem wahamnya.

TIPE-TIPE DARI GANGGUAN DELUSIONAL


1. Tipe erotomanik
Di dalam tipe erotomanik waham inti adalah bahwa pasien yang terkena dicintai mati-
matian oleh orang lain-biasanya seorang yang terkenal, seperti bintang film, atau atasan
ditempat kerja. Pasien dengan waham erotik adalah sumber gangguan bermakna terhadap
tokoh masyarakat. Gangguan delusional tipe erotomanik juga dinamakan erotomania,
psychose passionelle, dan sindroma de Clerambault. Onset gejala dapat mendadak dan
seringkali menjadi pusat perhatian utama pada kehidupan seseorang yang terkena. Usaha
untuk berhubungan dengan obyek wahamnya biasanya dilakukan pertelepon, surat, mengirim
hadiah, mengawasi atau mengintai, walaupun pasien biasanya merahasiakan wahamnya.
Beberapa orang dengan gangguan ini, khususnya laki-laki, melakukan konflik dengan
hukum dalam usaha mereka mengejar objek didalam waham mereka atau dalam usaha yang
salah jalan untuk membebaskan diri mereka dari suatu bahaya yang dikhayalkan. Sebagai
contohnya, seorang laki-laki dengan gangguan delusional mungkin berusaha membunuh
suami dari seorang wanita yang dianggapnya jatuh cinta kepada dirinya.
Orang yang terkena seringkali ditemukan hidup terisolisasi dan menarik diri. Mereka
biasanya hidup sendirian dan mempunyai kontak seksual yang terbatas, biasanya mereka
bekerja dalam pekerjaan-pekerjaan yang sederhana.

2. Tipe Grandios (kebesaran)


Gangguan delusional tipe ini disebut juga dengan istilah megalomania. Bentuk yang
paling uum dari waham kebesaran adalah keyakinan bahwa seseorang memiliki bakat atau
wawasan yang luar biasa tetapi tidak diketahui atau membuat penemuan penting.
Waham kebesaran mungkin memiliki isi religius dan orang dengan waham dapat
menjadi pemimpin sekte religius. Contohnya di Jepang adanya sekte Aum Shin Rikyo
dimana pemimpinnya adalah Asahara. Asahara mengaku dirinya sebagai Tuhan, diapun
mengatakan bahwa perbuatan dosa yang paling besar adalah membunuh hewan khususnya
yang berjenis serangga. Sedangkan bila pengikut sekte melakukan pembunuhan itu bukan
dosa.

Latar belakang sosial-budaya dan lingkungan (di Jepang) :


Mungkin dinegara Jepang setiap warga negara diberikan kebebasan untuk percaya
atau tidak kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan pada pendidikan tingkat dasar, sampai tingkat
tinggi tidak terdapat pendidikan Agama secara formal. Sehingga hal tersebut mungkin
menjadi faktor pencetus timbulnya waham kebesaran yang memiliki isi religius.

3. Tipe cemburu
Gangguan delusional tipe cemburu juga dikenal, jika waham mempermasalahkan
kesetiaan pasangan, maka tipe ini dikenal sebagai paranoia konjugal dan sindrom othello.
Laki-laki lebih sering terkena dibandingkan wanita. Gangguan ini adalah jarang, mengenai
kemungkinan kurang dari 0,2 persen dari semua pasien psikiatrik. Onset sering kali
mendadak, dan gejala menghilang hanya setelah perpisahan atau kematian pasangan. Waham
cemburu dapat menyebabkan penyiksaan verbal dan fisik yang bermakna terhadap pasangan
dan bahkan dapat menyebabkan pembunuhan pasangan.
Jika seseorang terkena gangguan delusional tipe cemburu, kumpulan “bukti-bukti“
seperti pakaian yang kusut dan noda pada seperai, dapat dikumpulkan dan digunakan untuk
memutuskan waham.

4. Tipe kejar
Tipe ini adalah tipe dari gangguan delusional yang paling sering ditemukan, dan
merupakan tipe yang terasing. Bentuk waham presekutoriknya mungkin sederhana atau lebih
rumit dan biasanya menyangkut tema tunggal atau seri tema yang berhubungan seperti,
komplotan perlawanan, diburu, ditipu, dibicarakan orang, dibuntuti, diracuni, difitnah
dengan penuh kebencian, dihalangi dalam mencapai tujuan jangka panjang. Hinaan kecil
dapat diperbesar dan menjadi pusat sistem waham. Orang dengan waham kejar seringkali
membenci dan marah, dan mereka mungkin melakukan kekerasan terhadap orang lain yang
diyakininya akan menyerang dirinya.

5. Tipe somatik
Gangguan delusional tipe somatik juga dikenal sebagai psikosis hipokondriakal
monosimptomatik. Perbedaan antara hipokondriasis dan gangguan delusional tipe somatik
terletak pada derajat keyakinan yang dimiliki pasien dengan gangguan delusional tentang
anggapan adanya penyakit pada dirinya. Waham yang paling sering diderita adalah infeksi,
infestasi serangga di atas atau di dalam kulit, dismorfobia, waham tentang bau badan yang
berasal dari kulit, mulut, atau vagina, dan waham bahwa bagian tubuh tertentu seperti usus
besar tidak berfungsi. Tipe ini mengenai kedua jenis kelamin dengan persentasi yang sama
dan diperkirakan jarang ditemui, walaupun sebagian besar pasien kemungkinan pergi berobat
ke dokter nonpsikiatrik. Riwayat penyalah gunaan zat atau cedera kepala mungkin sering
ditemukan pada pasien dengan ganggguan ini. Frustasi yang disebabkan oleh gejala dapat
menyebabkan beberapa pasien bunuh diri.

E. DIAGNOSIS
Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Delusional :
1. Waham yang tidak aneh (yaitu melibatkan situasi yang terjadi dalam kehidupan
nyata seperti sedang diikuti, diracuni, ditulari infeksi, dicintai dari jarak jauh,
atau dikhianati oleh pasangan atau kekasih, atau menderita suatu penyakit)
selama sekurangnya satu bulan.
2. Kriteria A untuk skizofrenia tidak pernah terpenuhi. Catatan : Halusinasi taktil
dan cium mungkin ditemukan pada gangguan delusional jika berhubungan
dengan tema waham.
3. Terlepas dari pengaruh waham-waham atau percabangannya, fungsi adalah tidak
terganggu dengan jelas dan perilaku tidak jelas aneh atau kacau.
4. Jika episode mood telah terjadi secara bersama-sama dengan waham, lama
totalnya adalah relatif singkat dibandingkan dengan lama periode waham.
5. Gangguan adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

Sebutkan tipe (tipe berikut ini disusun berdasarkan tema waham yang menonjol) :
1. Tipe erotomanik : Waham bahwa orang lain, biasanya dengan status
yang lebih tinggi adalah mencintai pasien.
2. Tipe kebesaran : Waham peningkatan kemampuan, kek uatan,
pengetahuan, identitas atau hubungan khusus dengan
dewa atau orang terkenal.
3. Tipe cemburu : Waham bahwa pasangan seksual pasien adalah tidak
jujur.
4. Tipe kejar : Waham bahwa pasien (atau seseorang dekat dengan
pasien) adalah diperlakukan secara dengki.
5. Tipe somatik : Waham bahwa pasien memiliki suatu cacat fisik atau
kondisi medis umum.
6. Tipe campuran : Karakteristik waham salahsatu atau lebih tipe diatas
tetapi tidak ada satu tema yang menonjol.
7. Tipe tidak ditentukan

F. DIAGNOSIS BANDING

Delirium dan demensia perlu dipertimbangkan di dalam diagnosis banding pasien


dengan waham. Delirium dapat dibedakan dengan adanya fluktuasi tingkat kesadaran atau
gangguan kemampuan kognitif. Waham pada awal perjalanan penyakit yang Alzheimer,
dapat memberikan gambaran suatu gangguan delusional; tetapi, tes neurofisiologis biasanya
mendeteksi gangguan kognitif. Walaupun penyalahgunaan alkohol adalah ciri penyerta pada
pasien dengan gangguan delusional, gangguan delusional harus dibedakan dari gangguan
psikotik akibat alkohol dengan halusinasi. Intoksikasi dengan simpatomimetik, marijuana,
atau L-dopa kemungkinan menyebabkan gejala waham.
Diagnosis banding psikiatrik untuk gangguan delusional adalah berpura-pura dan
gangguan buatan. Gangguan yang bukan buatan di dalam diagnosis banding adalah
skizofrenia, gangguan afektif, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan somatoform, atau
gangguan kepribadian paranoid.

G. TERAPI

 Perawatan di rumah sakit


Pada umumnya pasien dengan gangguan delusional dapat diobati dengan rawat jalan,
tetapi ada sejumlah alasan tertentu dimana diperlukan perawatan di rumah sakit . Yaitu :
Pertama diperlukan pemeriksaan medis dan neurologis yang lengkap menunjukkan kondisi
medis nonpsikiatris yang menyebabkan gangguan delusional. Kedua jika pasien tidak mampu
mengendalikan impulsnya, sehingga dapat melakukan tindakan-tindakan kekerasan. Ketiga,
jika perilaku pasien tentang waham telah mempengaruhi fungsi kehidupannya, sehingga
kemampuannya untuk dapat berfungsi dalam keluarga dan masyarakat berkurang. Dengan
demikian memerlukan intervensi profesional untuk menstabilkan hubungan sosial atau
pekerjaan.
Jika dokter yakin bahwa pasien akan lebih baik jika diobati di rumah sakit, harus
diusahakan untuk membujuk pasien supaya menerima perawatan di rumah sakit; jika hal
tesebut gagal, komitmen hukum mungkin diindikasikan. Seringkali, jika dokter meyakinkan
pasien bahwa diperlukan perawatan di rumah sakit, pasien akan secara sukarela masuk ke
rumah sakit untuk menghindari komitmen hukum.

Farmakoterapi
Dalam keadaan gawat darurat, pasien yang teragitasi parah harus diberikan suatu obat
antipsikotik secara intramuskular. Walaupun percobaan klinik yang dilakukan secara adekuat
dengan sejumlah pasien belum ada, sebagian besar klinisi berpendapat bahwa obat
antipsikotik adalah obat terpilih untuk gangguan delusional. Pasien gangguan delusional
kemungkinan menolak medikasi karena mereka dapat secara mudah menyatukan pemberian
obat ke dalam sistem wahamnya. Dokter tidak boleh memaksakan medikasi segera setelah
perawatan di rumah sakit, malahan, harus menggunakan beberapa hari untuk mendapatkan
rapot dengan pasien. Dokter harus menjelaskan efek samping potensial kepada pasien,
sehingga pasien kemudian tidak menganggap bahwa dokter berbohong.
Riwayat pasien tentang respon medikasi adalah pedoman terbaik dalam memilih suatu
obat. Biasanya obat diberikan dalam dosis rendah dan ditingkatkan secara perlahan-lahan.
Jika respon gagal dalam masa percobaan selama 6 minggu, dapat dicoba antipsikotik dari
golongan lain. Adakalanya pasien dengan gangguan psikotik menolak pemberian medikasi
ini, karena mereka memasukkan hal ini ke dalam sistem wahamnya, misalnya pasien curiga
ada racun di dalam obat yang diberikan. Dalam hal ini perlu kebijaksanaan dokter untuk
menjelaskan kepada pasien secara perlahan-lahan, bahwa sama sekali tidak ada niat untuk
berbuat jahat pada dirinya.
Beberapa dokter menyatakan bahwa pimozide (oral) atau serotonin-dopamin
antagonis mungkin efektif dalam mengatasi gangguan delusional terutama pada pasien
dengan waham somatik. Penyebab kegagalan tersering adalah ketidakpatuhan.
Jika pasien tidak merespon terhadap pengobatan antipsikotik, obat harus dihentikan.
Dapat digunakan anti depresan atau anti konvulsan. Percobaan dengan obat-obat tersebut
dipertimbangkan jika pasien memiliki ciri suatu gangguan afektif.
Hasil dari pengobatan dengan serotonin-dopamin antagonis (contoh : clozapin
[Clozaril] dan risperidone olanzapine [Zyprexa]) berhyubungan dengan pengobatan
sebelumnya. Pada beberapa kasus berespon baik terhadap SSRIs (selective serotonin reuptake
inhibitors), terutama pada kasus-kasus gangguan morfologi tubuh.

Psikoterapi
Elemen terpenting dari suatu psikoterapi adalah menjalin hubungan yang baik antar
pasien dengan ahli terapinya. Terapi individual tampaknya lebih efektif daripada terapi
kelompok. Terapi suportif berorientasi tilikan, kognitif dan perilaku seringkali efektf. Ahli
terapi tidak boleh setuju atau menantang waham pasien, walaupun ahli terapi harus
menanyakan waham untuk menegakkan diagnosis. Dokter dapat menstimulasi motivasi untuk
mendapatkan bantuan dengan menekankan kemauannya untuk membantu pasien mengatasi
kecemasan dan iritabilitasnya, tanpa menyatakan bahwa waham yang diobati. Ahli terapi
tidak boleh secara aktif mendukung gagasan bahwa waham adalah kenyataan.
Kejujuran ahli terapi sangat penting. Ahli terapi harus tepat waktu dan terjadwal,
tujuannya adalah agar tercipta suatu hubungan yang kuat dengan pasien dan pasien dapat
percaya sepenuhnya pada ahli terapinya. Kepuasan yang berlebihan malahan dapat
meningkatkan permusuhan dan kecurigaan pasien karena disadari bahwa tidak semua
kebutuhan dapat dipenuhi. Ahli terapi dapat menghindari kepuasan yang berlebihan dengan
tidak memperpanjang periode perjanjian yang telah ditentukan, dengan tidak memberikan
perjanjian ekstra kecuali mutlak diperlukan, dan tidak toleran terhadap bayaran.
Ahli terapi tidak boleh membuat tanda-tanda yang meremehkan waham atau gagasan
pasien, tetapi dapat secara simpatik menyatakan pada pasien bahwa keasyikan mereka dengan
wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupannya yang
konstruktif. Jika pasien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, ahli terapi dapat meningkatkan
tes realitas dengan meminta pasien memperjelas masalah mereka.

 Terapi keluarga
Jika anggota keluarga hadir, klinisi dapat memutuskan untuk melibatkan mereka di
dalam rencana pengobatan. Tanpa menjadi terlihat berpihak pada musuh, klinisi harus
berusaha mendapatkan keluarga sebagai sekutu di dalam proses pengobatan. Sebagai
akibatnya, baik pasien dan anggota keluarganya perlu mengerti ahwa konfidensialitas dokter-
pasien akan dijaga oleh ahli terapi dan dengan demikian membantu pasien.
Hasil terapi yang baik tergantung pada kemampuan dokter psikiatrik untuk berespon
terhadap ketidakpercayaan pasien terhadap orang lain dan konflik interpersonal, frustasi, dan
kegagalan yang dihasilkannya. Tanda terapi yang berhasil mungkin adalah suatu kepuasan
penyesuaian sosial, bukannya menghilangkan waham pasien.
H. PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS
Beberapa klinisi dan beberapa data riset menyatakan bahwa stresor psikososial yang
dapat diidentifikasi seringkali ditemukan pada saat onset gangguan. Sifat stresor dapat
sedemikian rupa sehingga diperlukan suatu tingkat kecurigaan atau permasalahan pada pihak
pasien. Contoh dari stresor tersebut adalah imigrasi yang baru dilakukan, konflik sosial
dengan anggota keluarga atau teman, dan isolasi sosial. Pada umumnya, suatu onset yang
tiba-tiba diperkirakan lebih sering terjadi daripada suatu onset yang perlahan-lahan. Beberapa
klinisi percaya bahwa kepribadian pramorbid seorang pasien dengan gangguan delusional
kemungkinan ekstrovert, dominan dan hipersensitif. Beberapa klinisi juga percaya bahwa
seorang pasien dengan gangguan delusional kemungkinan memiliki kecerdasan yang
dibawah rata-rata. Kecurigaan atau permasalahan awal pasien secara bertahap menjadi besar
sehingga menyita sebagian besar perhatian pasien, dan akhirnya menjadi waham. Pasien
mungkin mulai berselisihan dengan teman kerjanya, mungkin mencari perlindungan dari FBI
atau polisi, atau mungkin mulai mendatangi banyak dokter medis atau bedah untuk
berkonsultasi. Jadi, kontak awal dengan pasien mungkin bukan dengan seorang dokter
psikiatrik, tetapi malahan dengan ahli hukum tentang gugatan, dokter pelayanan primer
tentang keluhan medis, atau polisi tentang kecurigaan yang bersifat waham.
Gangguan delusional diperkirakan merupakan diagnosis yang cukup stabil. Kurang
dari 25% dari semua pasien dengan gangguan delusional menjadi skizofrenia, kurang dari
10% pasien gangguan delusional menjadi gangguan afektif. Kira-kira 50% pasien pulih
dalam follow-up jangka panjang, 20% mengalami penurunan gejala dan 30% lain tidak
mengalami perubahan dalam gejalanya. Faktor-faktor berikut ini berikut ini berhubungan
dengan prognosis yang baik : tingkat pekerjaan yang baik, kehidupan sosial dan penyesuaian
fungsional yang tinggi, jenis kelamin wanita, onset dibawah umur 30 tahun, onset yang tiba-
tiba, lama penyakit yang singkat, dan adanya faktor pencetus. Walaupun data yang dapat
dipercaya adalah terbatas, pasien dengan waham kejar, somatik dan erotik diperkirakan
memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan waham kebesaran dan cemburu.

Anda mungkin juga menyukai