Anda di halaman 1dari 4

A.

Muhammadiyah

Ketika Muhammadiyah didirikan oleh KH, Ahmad Dahlan pada tahun 1912, umat Islam sedang
dalam kondisi yang sangat terpuruk, Bersama seluruh bangsa Indonesia, mereka terbelakang
dengan tingkat pendidikan yang sangat rendah kemakmuran dan ekonomi yang parah serta
kemampuan politis yang tidak berdaya. Lebih memperhatinkan lagi identitas keislaman
merupakan salah satu poin negatif kehidupan umat, Islam waktu itu identik dengan profil kaum
santri yang selalu mengurusi kehidupan akhirat sementara tidak tahu dan tidak mau tahu dengan
perkembangan zaman, Sementara lembaga organisasi keagamaan juga masih berkelut dengan
urusan yang tidak banyak bersentuh dengan dinamika realitas sosial apalagi berusaha untuk
memajukan.

Arah perkembangan kedua adalah sistematisasi, yang merupakan rumusan turunaan dari prinsip
modernisme, sistematisasi ini tidak mengarah organisasional dengan dibentuknya berbagai
majelis dan organisasi otonom melainkan juga dalam kehidupan beragama, mulai di bentuk
lembaga untuk mensisitematisir pemahaman, pemikiran dan pelaksanaan peribadatan yaitu
majelis tarjih dan hasilnya disistematisir dalam sebuah manual himpunan putusan tarjih, kedua
trobosan tersebut, pertumbuhan, perkembangan, kemajuan dan upaya membangun masyarakat
umat islam dari masyarakat bodoh, miskin terbelakang dan terjajah hinga menjadi masyarakat
yang mandiri, makmur dan berpendidikan. (Abdul Munir Mulkhan. 1990, hal; 1-2) Dua arah
perkembangan tersebut di jadikan oleh organisasi Muhammadiyah dalam kerangka modernisasi
dan sistematisasi itu merupakan rumusan untuk memajukan agama islam yang murni menurut
Al-Qur’an dan sunnah rasul.

B. PERSIS (PERSATUAN ISLAM)

Sebagai organisasi yang berlebel Modernis lahirnya persatuan Islam di telah memberi warna
baru bagi sejarah peradaban islam di Indonesia, persis yang lahir pada abad ke-20 merupakan
respon terhadap kerakter keberagaman masyarakat islam di Indonesia yang cendrung sinkretik,
akibat pengaruh prilaku keberagaman masyarakat, Indonesia sebelum kedatangan islam praktik-2
sinkretisme ini telah berkembang subur, akibat sikap akomodatif para penyebar islam di
Indonesia terhadap adat-istidat yang sebelumnya telah mapan. Meskipun tidak dapat di pungkiri,
bahwa keberhasilan penyeberan islam juga tidak lepas dari sikap akomodatif. Bagi PERSIS,
praktik sinkretisme merupakan kesesatan yang tidak boleh dibiarkan berkembang dan harus
segera dihapus karena bias merusak sendi-sendi fundamental agama islam.

Hal lain yang mejadi sasaran reformasi yang dilakukan persis adalah kejumudan berfikir yang
dialami oleh sebagian besar umat islam Indonesia akibat taklid buta yamg mereka lakukan dalam
menjalankan syari’at agama. Sebagai mana diketahui, bahwa praktik peribadatan masyarakat
Indonesia pada umumnya didasarkan pada hasil rumusan para imam mazhab 800 tahun silam,
Mereka beranggapan bahwa, hasil ijtihad para imam mazhab tesebut merupakan keputusan
terbaik dan harus di ikuti apa adanya.

C. Sarekat Islam (SI)

Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI
diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dilakukan agar organisasi tidak hanya bergerak dalam
bidang ekonomi, tapi juga dalam bidang lain seperti politik. Jika ditinjau dari anggaran dasarnya,
dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan jiwa dagang.

2. Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha.

3. Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat.

4. Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam.

5. Hidup menurut perintah agama.

SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk masyarakat Jawa dan Madura saja. Tujuan SI
adalah membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di antara muslim dan
mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI terbuka untuk semua lapisan masyarakat
muslim..

D. Nahdatul Ulama (NU)


Nahdatul ulama (NU) lahir pada tanggal 31 januari 1926 di Surabaya, organisasi ini di prakarsai
oleh sejumlah ulama terkemuka, yang artinya kebangkitan para ulama, NU didirikan untuk
menampung gagasan keagamaan para ulama tradisional, atau sebagai reaksi atas prestasi ideologi
gerakan modernisme islam yang mengusung gagasan purifikasi puritanisme, pembentukan NU
merupakan upaya peorganisasian dan peran para ulama, pesantren yang sudah ada sebelumnya,
agar wilayah kerja keulamaan lebih ditingkatkan, dikembangkan dan di luaskan jangkauannya
dengan kata lain didirikannya NU adalah untuk menjadi wadah bagi usaha mempersatukan dan
menyatukan langkah-langkah para ulama dan kiai pesantren.

Dalam pandangan NU tidak semua tradisi buruk, usang, tidak mempunyai relevansi kekirian,
bahkan tidak jarang, tradisi biasa memberikan inspirasi bagi munculnya modernisasi islam
penegasan atas pemihakkan terhadap “warisan masa lalu “ islam di wujudkan dalam sikap
bermazhab yang menjadi typical NU, dalam memahami maksud Al-Qur’an dan hadist tanpa
mempelajari karya dan pemikiran-pemikiran ulama-ulama besar seperti, Hanafi, Syafi’I, Maliki,
dan Hambali hanya akan sampai pada pemahaman ajaran Islam yang keliru.

Demikian juga dalam pandangan kiai Hasyim yang begitu jelas dan tegas mengenai keharusan
umat Islam untuk memelihara dan menjaga tredisi islam ditorehkan para ulama klasik. Dalam
rangka memelihara system mazhab kiai Hasyim merumuskan gagasan ahlusunnah waljama’ah
yang bertumpa pada pemikiran, AbuHasan al-asyari, Mansur Al-Maturdi imam Hana fi, Maliki,
syafi’I, dan Hambali, serta ima Al-ghozali, junaid Albaghdadi dan imam mawrdi.

E. MASYUMI

Pada masa awal kemerdekaan Indonesia PNI menjadi partai Negara, namun menjelang Oktober
1945, PNI muncul dengan wajah baru karena di mulainya system banyak partai yang juga berarti
terbukanya kembali ruang bagi kalangan islam untuk ikut serta di dalamnya serta sebagai sarana
bagi mereka untuk menegakkan cita-cita islam. Kebijakan pemarintah dalam pendirian partai-
partai ini pada awalnya banyak disesalkan oleh kalangan Islam, argument mereka antara lain
didasarkan pada penikiran bahwa di waktu genting setelah proklamasi yang di butuhkan
persaudaraan rakyat bukan malah kebijakan atau penerapan sistem banyak partai justru dapat
memicu terjadinya perpecahan.

Masyumi didirikan pada 24 oktober 1943 sebagai pengganti MIAI karena jepang memerlukan
satu badan untuk menggalang dukungan masyarakat Indonesia melalui lembaga agama islam,
meskipun demikian, jepang tidak terlalu tertarik dengan partai-partai islam yang telah ada di
zaman belanda yang kebanyakan berlokasi di perkotaan dan berpola piker modern, sehingfga
pada minggu-minggu pertama, jepang telah melarang partai sarikat islam Indonesia (PSII) dan
partai islam Indonesia (PII).

F. PERTI

Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) adalah nama sebuah organisasi massa Islam nasional yang
berbasis di Sumatera Barat. Organisasi ini berakar dari para ulama Ahlussunnah wal
jamaahdi Sumatera Barat. Organisasi ini didirikan pada 20 Mei 1930 di Sumatera Barat.
Kemudian organisasi ini meluas ke daerah-daerah lain di Sumatera, dan juga
mencapaiKalimantan dan Sulawesi.

Perti ikut berjuang di kancah politik dengan bergabung ke dalam GAPI dalam aksi Indonesia
Berparlemen, serta turut memberikan konsepsi kenegaraan kepada Komisi Visman. Setelah
kemerdekaan Perti menjadi partai politik. Dalam Pemilihan Umum 1955 Perti mendapatkan
empat kursi DPR-RI dan tujuh kursi Konstituante. Setelah Konstituante dan DPR hasil Pemilu
dibubarkan oleh Presiden Soekarno, Perti mendapatkan dua kursi di DPR-GR. Pada masaOrde
Baru Perti bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai