Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Entitas mengukur pendapatan kontrak pada nilai wajar dari imbalan yang diterima atau akan diterima
(received or receivable). Pengukuran pendapatan kontrak dipengaruhi oleh beragam ketidakpastian yang
bergantung pada hasil dari peristiwa di masa depan. Estimasi sering kali perlu untuk direvisi sesuai
dengan realisasi dan hilangnya ketidakpastian. Oleh karena itu, jumlah pendapatan kontrak dapat
meningkat atau menurun dari satu periode ke periode berikutnya.
2. Biaya Kontrak
Biaya suatu kontrak (contract cost) konstruksi terdiri dari:
a) biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tertentu;
b) biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak secara umum dan dapat dialokasikan pada kontrak
tersebut; dan
c) biaya lain yang secara spesifik dapat ditagihkan ke pelanggan sesuai isi kontrak.
Dengan demikian, biaya kontrak meliputi biaya-biaya yang dapat di distribusikan pada suatu kontrak
selama periode sejak tanggal kontrak itu diperoleh sampai dengan penyelesaian akhir kontrak. Akan
tetapi, biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kontrak dan terjadi untuk memperoleh
kontrak juga dimasukkan sebagai bagian bagian dari biaya kontrak jjika biaya -biaya ini dapat di
identifikasikan secara terpisah dan dapat diukur secara andal dan kemungkinan besar kontraktersebut
dapat diperoleh. Jika biaya-biaya yang terjadi untuk memperoleh kontrak diakui sebagai beban pada
periode terjadinya, maka biaya-biaya tersebut tidak dimasukkandalam biaya kontrak ketika kontrak
tersebut diperoleh pada periode berikut.
a) Penghitungan jumlah pendapatan, beban, dan laba kotor yang diperoleh setiap tahun adalah sebagai
berikut:
b) Jurnal setiap tahun: mencatat (1) biaya yang terjadi atau biaya konstruksi, (2) tagihan atau termin, (3)
penerimaan kas dari tagihan, (4) pengakuan pendapatan dan laba kotor, dan (5) penyelesaian proyek atau
kontrak, untuk tiga tahun periode kontrak adalah sebagai berikut:
2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3
Untuk mencatat biaya
konstruksi
Konstruksi dalam Proses 1.000.000 1.916.000 1.134.000
Bahan, Kas, Utang, dan
Lainnya 1.000.000 1.916.000 1.134.000
Untuk mencatat termin
Piutang Usaha 900.000 2.400.000 1.200.000
Tagihan atas Kemajuan
Kontrak Konstruksi 900.000 2.400.000 1.200.00
Untuk mencatat hasil
penagihan
Kas 750.000 1.750.000 2.000.000
Piutang Usaha 750.000 1.750.000 2.000.000
Untuk mencatat
pendapatan, beban, dan
laba kotor
Beban Konstruksi 1.000.000 1.916.000 1.134.000
Konstruksi dalam Proses 125.000 199.000 126.000
Pendapatan dari Kontrak 1.125.000 2.115.000 1.260.000
Konstruksi Jangka
Panjang
Untuk mencatat
penyelesaian proyek
Tagihan atas Kemajuan
Kontrak Konstruksi 4.500.000
Konstruksi dalam Proses 4.500.000
Catatan: Biasanya bila piutang dari suatu penjualan dicatat, maka akun persediaan dikurangi. Akan
tetapi, menurut metode persentase penyelesaian baik piutang maupun persediaan terus tercatat.
Pengurangan saldo akun Termin atau Tagihan atas Kemajuan Kontrak Konstruksi akan mencegah
persediaan dihitung dua kali (perhitungan ganda).
Jika “Konstruksi dalam Proses” [Biaya yang terjadi ditambah Laba yang diakui dikurangi Kerugian
yang diakui”] melebihi “Termin”,selisihnya dilaporkan sebagai Aset Lancar (Tagihan Bruto dari
Pelanggan), dengan judul “Biaya dan Pengakuan Laba Melebihi Termin.” (“Costs and Recognized Profit
in Excess of Billings.”atau (“Tagihan Bruto dari Pelanggan.”)
Jika “Termin” melebihi “Konstruksi dalam Proses” [“Biaya yang terjadi ditambah Laba yang diakui
dikurangi Kerugian yang diakui”] selisihnya dilaporkan sebagai Liabilitas Lancar (Utang bruto kepada
Pelanggan), dengan judul “Termin Melebihi Biaya dan Pengakuan Laba.” (“Billings in Excess of Costs
and Recognized Profit.” atau (“Utang Bruto kepada Pelanggan.”)
Hal ini mungkin terjadi bahwa entitas sering kali mempunyai lebih dari satu proyek pada suatu waktu.
Apabila entitas mempunyai sejumlah proyek, serta biaya dan laba yang diakui dikurangi kerugian yang
diakui melebihi termin atas beberapa kontrak serta hasil termin melebihi biaya dan laba yang diakui
dikurangi kerugian yang diakui pada kontrak lainnya, maka kontrak tersebut harus dipisahkan (project-
by-project).
Sisi aset hanya akan mencakup “kontrak-kontrak dengan biaya dan laba yang diakui dikurangi
kerugian yang diakui melebihi termin.”
Sementara, sisi liabilitas hanya mencakup “kontrak-kontrak dengan termin yang melebihi biaya dan
laba yang diakui dikurangi kerugian yang diakui.”
b) Jurnal untuk mencatat biaya konstruksi, termin, dan hasil tagihan dari pelanggan akan sama dengan
metode persentase penyelesaian di atas. Perbedaan yang signifikan adalah bahwa entitas tidak akan
membuat jurnal untuk mengakui laba kotor pada tahun 2011 dan 2012.
2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3
Untuk mencatat
biaya konstruksi
Konstruksi dalam 1.000.000 1.916.000 1.134.000
Proses
Bahan, Kas, Utang, dan 1.000.000 1.916.000 1.134.000
lainnya
Untuk mencatat
termin 900.000 2.400.000 1.200.000
Piutang Usaha
Tagihan atas Kemajuan 900.000 2.400.000 1.200.00
Kontrak Konstruksi
Untuk mencatat hasil
penagihan
Kas 750.000 1.750.000 2.000.000
Piutang Usaha 750.000 1.750.000 2.000.000
Untuk mencatat
pendapatan, biaya,
dan laba kotor
Beban Konstruksi 1.000.000 1.916.000
Pendapatan dari 1.000.000 1.916.000
Kontrak Konstruksi
Jangka Panjang
Konstruksi dalam
Proses 450.000
Beban Konstruksi 1.134.000
Pendapatan dari
Kontrak Konstruksi 1.584.000
Jangka Panjang
Untuk mencatat
penyelesaian proyek
Tagihan atas Kemajuan
Kontrak Konstruksi 4.500.000
Konstruksi dalam 4.500.000
Proses
‘
c) Penyajian laporan keuangan
2011 2012 2013
Laporan laba rugi komprehensif
Pendapatan dari kontrak jangka Rp1.000.000 Rp1.916.000 Rp1.584.000
panjang 1.000.000 1.916.000 1.134.000
Biaya konstruksi Rp 0 Rp 0 Rp 450.000
Laba Kotor
Laporan posisi keuangan
Aset lancar
Piutang usaha Rp 150.000 Rp 800.000
Persediaan
Konstruksi dalam Proses Rp1.000.000
Kurang: Termin 900.000
Biaya melebihi Termin (Tagihan Rp 100.000
bruto)
Liabilitas Lancar Rp3.300.000
Termin 2.916.000
Kurang: Konstruksi dalam Proses Rp 384.000
Termin melebihi Biaya dan (Utang
bruto)
D. Revisi Estimasi
Dalam beberapa kasus, peningkatan dalam total biaya yang diestimasikan dapat menghasilkan pengakuan
kerugian. Dua jenis kerugian dapat timbul pada kontrak jangka panjang:
a) Kerugian pada periode berjalan atas kontrak yang menguntungkan (current loss on otherwise overall
profitable contract)
Kondisi ini timbul apabila, selama konstruksi, terdapat kenaikan yang signifikan dalam estimasi total
biaya kontrak tetapi kenaikan tersebut tidak menghilangkan semua laba kontrak. Hanya dalam metode
persentase penyelesaian, kenaikan estimasi biaya itu membutuhkan penyesuaian periode berjalan sebesar
kelebihan laba kotor yang diakui atas proyek itu selama periode sebelumnya. Penyesuaian ini dicatat
sebagai kerugian periode berjalan karena merupakan perubahan estimasi akuntansi.[1]
b) Kerugian atas kontrak yang tidak menguntungkan (loss on an overall unprofitable contract)
Estimasi biaya pada akhir periode berjalan mungkin menunjukkan bahwa kerugian akan terjadi
ketika seluruh kontrak berakhir. Ketika suatu kerugian atas kontrak diantisipasi, standar akuntansi
keuangan mengharuskan pelaporan kerugian tersebut secara keseluruhan di periode saat kerugian tersebut
pertama kali diantisipasi. Baik dalam metode persentase penyelesaian maupun metode pemulihan biaya,
keseluruhan taksiran rugi kontrak harus diakui dalam periode berjalan.
Dalam PSAK No 34 (revisi 2010), menyebutkan jika kemungkinan besar terjadi bahwa total biaya
kontrak akan melebihi total pendapatan kontrak, maka taksiran rugi segera diakui sebagai beban.
Jumlah kerugian tersebut ditentukan tanpa memerhatikan:
a) apakah pekerjaan kontrak telah dilaksanakan atau belum;
b) tahap penyelesaian aktivitas kontrak; atau
c) jumlah ekspektasi laba yang akan diperoleh pada kontrak lain yang tidak diperlakukan sebagai satu
proyek tunggal konstruksi.
Samudra (2008) mengungkapkan di dalam penelitiannya bahwa leasing pertama kali muncul dan
berkembang sebagai alat pembelanjaan atau pembiayaan perusahaan pada tahun 1949 dengan
dikeluarkannya Accounting Reaserch Bulletin No.38 tentang Disclosure of Long Term Lease on Financial
Statement of Lessees. Namun, kesepakatan mengenai akuntansinya dapat tercapai pada tahun 1964, 1966,
1972, 1974, dan 1976 dengan terbitnya Accounting Principles Board Opinion (APB) No.5, APB No.27 dan
APB No.31, dan Financial Accounting Standard No.13 yang memiliki tujuan untuk menggambarkan
keadaan yang sebenarnya mengenai ekonomi dari sewa guna usaha, dengan syarat bahwa sewa guna usaha
dalam jangka panjang dianggap sebagai tindakan pengadaan modal oleh penyewa dan sebagai penjualan
oleh yang menyewakan. Pernyataan akuntansi yang membahas mengenai sewa guna usaha ini kemudian
diamandemen dengan FASB No.17 tahun 1977, FASB No. 23 tahun 1978 dan FASB No.26 tahun 1979,
No. 27 dan No. 28 tahun 1979.
Terdapat beberapa defenisi mengenai leasing yang di jelaskan oleh beberapa pakar dan lembaga,
yaitu sebagai berikut: Baridwan (1982) menjelaskan bahwa:
“Leasing adalah suatu perjanjian yang memberikan hak untuk menggunakan harta, pabrik atau alat-alat
(tanah atau aktiva yang didepresiasi atau kedua-duanya) yang umumnya mempunyai jangka waktu
tertentu. “ Pihak-pihak yang langsung terlibat dalam perjanjian ini adalah: (1) Lessor: si pemilik aktiva
yang bersangkutan atau menyewakan aktiva (2) Lessee: yang memanfaatkan leasing yang bersangkutan
atau yang menyewakan aktiva.
Kemudian, Financial Accounting Standar Board (FASB) No. 13 mendefinisikan leasing sebagai
berikut:
”An agreement coonveying the right to use property, plant or equipment (land and/or depreciable assets)
usulally for a stated period of time”
Kieso, Weygandt dan Warfield (2002) pula mendefinisikan leasing sebagai berikut:
Perjanjian kontraktual antara lessor dengan seorang lessee yang memberi hak kepada lessee untuk
menggunakan properti tertentu, yang dimiliki oleh lessor, selama periode waktu tertentu dengan membayar
sejumlah uang (sewa) yang sudah ditentukan yang dilakukan secara periodik.
Leasing adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk mengunakan suatu
aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalanya, lessee melakukan pembayaran atau
serangkaian pembayaran kepada lessor.
AKUNTANSI UNTUK LESSEE
Jika lessee mengkapitalisasi lease, maka lessee akan mencatat aktiva dan kewajiban yang umumnya sama
dengan nilai sekarang pembayaran sewa. Lessor, yang sudah memindahkan secara substansial seluruh
manfaat dan resiko kepemilikan, mengakui penjualan dengan mengeluarkan aktiva dari neraca dan
menggantikannya dengan piutang.
Ayat jurnal khusus bagi lessor dan lessee, dengan asumsi peralatan dilease dan dikapitalisasi, adalah:
Lessee
Peralatan yang dilease xxx
Kewajiban lease xxx
Lessor
Piutang lease (bersih) xxx
Peralatan xxx
Karena sudah mengkapitalisasi aktiva, lessee akan mencatat penyusutan/depresiasi. Lessor dan lessee akan
memperlakukan pembayaran lease sebagai pembayaran pokok dan bunga. Jika kontrak lease tidak
dikapitalisasi, tidak ada aktiva yang dicatat oleh lessee dan tidak ada aktiva yang dikeluarkan dari
pembukuan lessor. Pada saat pembayaran lease dilakukan, lessee mencatat biaya sewa dan lessor mengakui
pendapatan sewa.
Untuk lease yang dicatat sebagai lease modal (capital lease), lease harus dianggap tidak dapat dibatalkan,
dan memenuhi 1 atau lebih dari 4 kriteria berikut ini:
Kriteria kapitalisasi (lessee)
Lease mentransfer kepemilikan properti kepada lessee
Lease memiliki opsi untuk membeli dengan harga khusus (bargain purchase option)
Jangka waktu lease sama dengan atau lebih 75% dari estimasi umur ekonomis aktiva yang dilease
Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum (tidak termasuk biaya executory) sama dengan atau
melebihi 90% dari nilai wajar aktiva yang dilease
Lease yang tidak memenuhi salah satu kriteria diatas diklasifikasikan sebagai lease operasional (operating
lease).
Konsep Penyusutan
Walaupun jumlah yang awalnya dikapitalisasi sebagai aktiva dan dicatat sebagai kewajiban telah dihitung
pada nilai sekarang yang sama, namun penyusutan aktiva dan pengurangan kewajiban adalah dua proses
akuntansi yang independen selama jangka waktu lease. Lessee harus menyusutkan aktiva yang dilease
dengan menggunakan metode penyusutan konvensional, garis lurus, jumlah angka tahun, saldo menurun,
unit produksi dan lainnya.
Metode Lease Modal (Lessee)
Lessor Company dan Lesse Company menandatangani perjanjian lease tertanggal 1 Januari 2002 dimana
Lessor Company meleasekan peralatan kepada Lessee Company mulai tanggal 1 Januari 2002. Jangka
waktu dan provisi dari perjanjian lease tersebut dan data terkait lainnya adalah:
1. Jangka waktu lease adalah 5 tahun, dan perjanjian lease tidak dapat dibatalkan, yang mengharuskan
pembayaran sewa yang sama sebesar Rp.25.981,62 pada awal setiap tahun (dasar anuitas jatuh tempo).
2. Peralatan tersebut memiliki nilai wajar pada awal lease sebesar Rp.100.000 dengan estimasi umur
ekonomis 5 tahun tanpa nilai residu.
3. Lessee Company membayar seluruh biaya executory secara langsung kepada pihak ketiga kecuali untuk
pajak properti sebesar Rp.2.000 per tahun, yang dimasukkan dalam pembayaran tahunan kepada lessor.
4. Lease ini tidak mencakup opsi pembaharuan, dan peralatan kembali menjadi milik lessor Company pada
akhir masa lease.
5. Suku bunga pinjaman incremental Lesse Company adalah 11% per tahun.
6. Lessee Company menyusutkan peralatan atas dasar garis lurus
7. Lessor Company menetapkan sewa tahunan untuk memperoleh tingkat pengembalian atas investasi
sebesar 10% per tahun; hal ini diberitahu kepada Lessee Company.
Lease ini memenuhi kriteria untuk diklasifikasikan sebagai lease modal, dengan alasan sebagai berikut:
- Jangka waktu lease selama 5 tahun yang sama dengan estimasi umur ekonomis peralatan selama 5 tahun,
memenuhi pengujian 75%,
- Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum (Rp.100.000 sesuai perhitungan dibawah) melebihi
90% dari nilai wajar properti (Rp.100.000)
Pembayaran lease minimum adalah Rp.119.908,1 (Rp.23.981,62 x 5), dan jumlah yang dikapitalisasi
sebagai aktiva yang dilease dihitung sebagai nilai sekarang dari pembayaran lease minimum (tidak
termasuk biaya executory – pajak properti sebesar Rp.2.000) sebagai berikut:
Setiap pembayaran lease sebesar Rp.25.981,62 terdiri dari tiga unsur. (1) pengurangan kewajiban lease, (2)
biaya pendanaan (biaya bunga) dan (3) biaya executory (pajak properti). Total biaya pendanaan (biaya
bunga) selama jangka waktu lease adalah Rp.19.908,10 yaitu merupakan selisih antara nilai sekarang
pembayaran lease (Rp.100.000) dan kas aktual yang dikeluarkan, dikurangi biaya
executory (Rp.119.908,10). Oleh karena itu, biaya bunga tahunan, dengan menggunakan metode bunga
efektif disajikan sebagai berikut:
LESSEE COMPANY
Skedul Amortisasi Lease
(Dasar anuitas jatuh tempo)
Tanggal Pembayaran Biaya Bunga (10%) Pengurangan Kewajiban
Lease Eksekutori atas kewajiban kewajiban lease (e)
Tahunan (a) (b) yang belum lease (d)
dibayar (c)
1/1/02 Rp.
100.000,00
1/1/02 25.981,62 2.000 0 23.981,62 76.018,38
1/1/03 25.981,62 2.000 7.601,84 16.379,78 59.638,60
1/1/04 25.981,62 2.000 5.963,86 18.017,76 41.620,84
1/1/05 25.981,62 2.000 4.162,08 19.819,54 21.801,30
1/1/06 25.981,62 2.000 2.180,32* 21.801,30 0
Total Rp. Rp. Rp. 19.908,10 Rp. -
129.908,10 10.000,- 100.000,-
* Dibulatkan
Pada tanggal 1 Januari 2002, jurnal untuk mencatat pembayaran lease tahun pertama adalah sebagai berikut:
Hutang – lease modal Rp.23.981,62
Biaya pajak properti Rp. 2.000
Kas Rp.25.981,62
Pada tanggal 31 Desember 2002, penyusutan/depresiasi atas peralatan yang dilease selama 5 tahun jangka
waktu lease (menggunakan metode garis lurus) dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut:
Biaya Depresiasi peralatan – lease modal Rp.20.000
Akumulasi Depresiasi Rp.20.000
(Rp.100.000 ÷ 5 tahun)
Ayat jurnal berikut mencatat pembayaran lease tahun kedua dan Penyusutan/depresiasi:
1 Januari 2003
Hutang – lease modal Rp.16.379,78
Biaya Pajak Properti Rp. 2.000
Biaya bunga Rp. 7.601,84
Kas Rp.25.981,62
31 Desember 2003
Biaya Depresiasi peralatan – lease modal Rp.20.000
Akumulasi Depresiasi Rp.20.000
Ayat jurnal hingga tahun 2006 akan mengikuti pola diatas. Biaya executory yang dikeluarkan oleh Lessee
Company akan dicatat dengan pola yang sama seperti digunakan untuk mencatat setiap biaya operasi
lainnya yang terjadi atas aktiva yang dimiliki oleh Lessee Company.
Pada saat berakhirnya masa lease, jumlah yang dikapitalisasi sebagai peralatan yang dilease telah
seluruhnya diamortisasi dan kewajiban lease telah seluruhnya dilunasi. Jika tidak dibeli, peralatan tersebut
akan dikembalikan ke lessor, serta peralatan yang dilease dan akun akumulasi penyusutan terkait akan
dihapus dari pembukuan.
Jika peralatan dibeli pada akhir masa lease dengan harga Rp.5.000 dan estimasi umur peralatan diubah dari
5 menjadi 7 tahun, maka ayat jurnal yang harus dibuat:
Ayat jurnal untuk mencatat pembayaran ini pada tanggal 1 Januari 2002 adalah:
Beban sewa Rp.25.981,62
Kas Rp.25.981,62
Aktiva yang disewa maupun setiap kewajiban jangka panjang untuk pembayaran sewa di masa depan tidak
dilaporkan dalam neraca. Beban sewa akan dilaporkan pada laporan laba rugi
Ekonomi Leasing
Lessor menentukan jumlah sewa, berdasarkan tingkat pengembalian – suku bunga implisit – yang
dibutuhkan untuk menjustifikasi leasing aktiva. Faktor-faktor penting yang dipertimbangkan dalam
menentukan tingkat pengembalian adalah posisi kredit lessee, lamanya lease, dan status nilai residu
(dijamin vs tidak dijamin).
aPV dari anuitas jatuh tempo sebesar 1 selama 5 tahun pada 10%
Lease tersebut memenuhi kriteria klasifikasi sebagai lease pembiayaan langsung, karena:
- Jangka waktu lease melebihi 75% estimasi umur ekonomis peralatan
- Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum melebihi 90% nilai wajar peralatan
- Tagihanpembayaran dipastikan secara layak
- tidak ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh lessor Company
Lease ini tidak termasuk lease jenis penjualan karena tidak ada selisih antara nilai wajar peralatan
(Rp.100.000) dengan biaya yang dikeluarkan oleh lessor (Rp.100.000)
Lease aktiva, piutang, dan pendapatan bunga diterima dimuka dicatat per 1 Januari 2002 (awal lease)
sebagai berikut:
Piutang pembayaran lease Rp.119.908,10
Peralatan Rp.100.000
Pendapatan diterima dimuka – lease Rp. 19.908,10
Seperti halnya perlakuan lessee terhadap bunga, lessor juga menerapkan metode bunga efektif dan
mengakui pendapatan bunga atas saldo investasi bersih. Ditunjukkan dalam tabel berikut:
LESSOR COMPANY
Skedul Amortisasi Lease
(Dasar anuitas jatuh tempo)
Tanggal Pembayaran Biaya Bunga (10%) Pemulihan Investasi
Lease Tahunan Eksekutori atas investasi investasi Bersih (e)
(a) (b) bersih (c) bersih (d)
1/1/02 Rp.
100.000,00
1/1/02 25.981,62 2.000 0 23.981,62 76.018,38
1/1/03 25.981,62 2.000 7.601,84 16.379,78 59.638,60
1/1/04 25.981,62 2.000 5.963,86 18.017,76 41.620,84
1/1/05 25.981,62 2.000 4.162,08 19.819,54 21.801,30
1/1/06 25.981,62 2.000 2.180,32* 21.801,30 0,00
Total Rp. Rp. Rp. 19.908,10 Rp. -
129.908,10 10.000,- 100.000,-
Pada tanggal 1 Januari 2002, jurnal untuk mencatat penerimaan pembayaran lease tahun I adalah sebagai
berikut:
Kas Rp.25.981,62
Piutang Pembayaran Lease Rp.23.981,62
Hutang Pajak Properti Rp. 2.000
Pada tanggal 31 Desember 2002, pendapatan bunga yang diperoleh selama tahun I diakui dengan ayat
jurnal berikut:
Pendapatan Bunga Diterima di Muka – Lease Rp.7.601,84
Pendapatan Bunga – Lease Rp.7.601,84
Ayat jurnal berikut mencatat penerimaan pembayaran lease tahun II dan pengakuan pendapatan bunga:
1 Januari 2003
Kas Rp.25.981,62
Piutang Pembayaran Lease Rp.23.981,62
Hutang Pajak Properti Rp. 2.000
31 Desember 2003
Pendapatan Bunga Diterima di Muka – Lease Rp.5.963,86
Pendapatan Bunga – Lease Rp.5.963,86
Ayat jurnal yang dibuat sampai tahun 2006 akan mengikuti pola yang sama kecuali tidak ada ayat jurnal
yang dicatat untuk pendapatan bunga pada tahun 2006 (tahun terakhir). Karena piutang akan ditagih
seluruhnya pada 1 Januari 2006, maka tidak ada saldo (investasi) yang beredar pada tahun 2006 dimana
Lessor Company akan menanggung setiap bunga. Pada saat lease berakhir, piutang kotor dan pendapatan
diterima di muka akan dihapus seluruhnya. Lessor Company tidak mencatat penyusutan.
Jika pada saat lease berakhir, peralatan dijual kepada Lessee Company seharga Rp.5.000, maka Lessor
Company akan mengakui disposisi peralatan sebagai berikut:
Kas Rp.5.000
Keuntungan penjualan peralatan yang dilease Rp.5.000
Jika Pajak Properti, asuransi, pemeliharaan, dan biaya operasi lainnya selama setahun adalah kewajiban
lessor, maka biaya-biaya ini dicatat sebagai biaya yang dapat dibebankan ke pendapatan sewa kotor.