Anda di halaman 1dari 35

KONTRAK PERKULIAHAN

Kriteria Penilaian
No Komponen Penilaian Bobot (%)

1 Tugas kelompok 10

2 Keaktifan menjawab 15

3 Ketepatan menyelesaikan soal 20

4 Diskusi (kualitas sumbang saran) 15

5 UAS 20

6 UTS 20

Total 100
PENGANTAR
Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam eksakta
(Natural Sciences).
Adalah Aristoteles (384-322 sebelum Masehi) yang diduga pertama kali
memperkenalkan istilah ini melalui karyanya Physika (Ilmu Alam).
Hingga pada abad ke 18 ilmu fisika meliputi ilmu alam yang wilayah
cakupannya lebih luas daripada apa yang ada sekarang; yakni meliputi
bidang astronomi, astrologi, biologi, kesehatan, meteorologi dan bidang
lainnya. Sedangkan kini bidang kajian fisika semakin menyempit,
seperti misalnya bidang mekanika, balistik dan optika geometri yang
telah mulai dipelajari secara intensif dalam bidang matematika.
MATERI PERKULIAHAN FISIKA UMUM
1. Pendahuluan
2. Kinematika dan Dinamika
3. Kerja, energi dan Daya
4. Momentum Linier dan tumbukan
5. Elastisitas
6. Fluida
7. Suhu dan Kalor
8. Hukum Coulomb Medan Listrik dan Potensial Listrik
9. Arus dan Rangkaian Listrik
10. Gelombang
11. Optik dan Alat Optik
12. Fisika Radiasi
BAB 1
P E N DA H U L UA N

1. SISTEM SATUAN

2. VEKTOR DAN SKALAR

3. FUNGSI MATEMATIK

- Deferensial
- Integral
PENDAHULUAN

Definisi Ilmu Fisika :


 Ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam
yang tidak hidup serta interaksinya dalam lingkup ruang
dan waktu.
 Dalam bahasa Yunani ilmu fisika disebut dengan
physikos yang artinya “alamiah”.
 Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang didasarkan
pada pengamatan eksperimental dan pengukuran
kuantitatif (Metode Ilmiah).
Ada dua fisikawan yang berperan penting
dalam pengembagan pilar utama fisika yaitu :

1. Galileo Galilei (1564-1642) sebagai


pendiri fisika eksperimental modern dan
2. Isaac Newton (1643-1727) yang
mengembangkan pemodelan dalam fisika
dengan bantuan matematika.
SISTEM
SATUAN
BESARAN DAN SATUAN

 Besaran :
Sesuatu yang dapat diukur  dinyatakan dengan angka (kuantitatif) Contoh
: panjang, massa, waktu, suhu, dll.

Mengukur :
Membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang sejenis yang
ditetapkan sebagai satuan.
Besaran Fisika baru terdefenisi jika :  ada nilainya (besarnya)
 ada satuannya
contoh : panjang jalan 10 km

satuan

nilai
 Satuan :
Ukuran dari suatu besaran ditetapkan sebagai satuan.
Contoh :  meter, kilometer  satuan panjang
 detik, menit, jam  satuan waktu
 gram, kilogram  satuan massa
 dll.

Sistem satuan : ada 2 macam


1. Sistem Metrik : a. mks (meter, kilogram, sekon)
b. cgs (centimeter, gram, sekon)
2. Sistem Non metrik (sistem British)

 Sistem Internasional (SI)


Sistem satuan mks yang telah disempurnakan  yang paling
banyak dipakai sekarang ini.
Dalam SI :
Ada 7 besaran pokok berdimensi dan 2 besaran pokok tak
berdimensi
7 Besaran Pokok dalam Sistem internasional (SI)

NO Besaran Pokok Satuan Singkatan Dimensi


1 Panjang Meter m [L]
2 Massa Kilogram kg [M]
3 Waktu Sekon s [T]
4 Arus Listrik Ampere A [I]
5 Suhu Kelvin K [θ]
6 Intensitas Cahaya Candela cd [j]
7 Jumlah Zat Mole mol [N]

Besaran Pokok Tak Berdimensi

NO Besaran Pokok Satuan Singkatan Dimensi


1 Sudut Datar Radian rad -
2 Sudut Ruang Steradian sr -
 Besaran Turunan
Besaran yang diturunkan dari besaran pokok.
Contoh :
a. Tidak menggunakan nama khusus

NO Besaran Satuan
1 Kecepatan meter/detik
2 Luas meter 2

b. Mempunyai nama khusus

NO Besaran Satuan Lambang


1 Gaya Newton N
2 Energi Joule J
3 Daya Watt W
4 Frekuensi Hertz Hz
Besaran Turunan dan Dimensi

No Besaran Pokok Rumus Dimensi

1 Luas panjang x lebar [L]2


2 Volume panjang x lebar x tinggi [L]3

3 Massa Jenis massa [M] [L]-3


volume
perpindahan
4 Kecepatan waktu [L] [T]-1

kecepatan
5 Percepatan waktu [L] [T]-2

6 Gaya massa x percepatan [M] [L] [T]-2


7 Usaha dan Energi gaya x perpindahan [M] [L]2 [T]-2
8 Impuls dan Momentum gaya x waktu [M] [L] [T]-1
Faktor Pengali dalam SI

NO Faktor Nama Simbol


1 10 -18 atto a
2 10 -15 femto f
3 10 -12 piko p
4 10 -9 nano n
5 10 -6 mikro μ
6 10 -3 mili m
7 10 3 kilo K
8 10 6 mega M
9 10 9 giga G
10 10 12 tera T
Contoh Soal

1. Tentukan dimensi dan satuannya dalam SI untuk


besaran turunan berikut :
1. Volume
2. Gaya
3. Berat Jenis
4. Tekanan
5. Usaha
6. Daya
2. Buktikan besaran-besaran berikut adalah identik :
a. Energi Potensial dan Energi Kinetik
b. Usaha/Energi dan Kalor

Jawab :

a. Energi Potensial : Ep = mgh


Energi potensial = massa x gravitasi x tinggi
= M x LT-2 x L = ML2T-2
Energi Kinetik : Ek = ½ mv2
Energi Kinetik = ½ x massa x kecepatan2
= M x (LT-1) 2
= ML2T-2

Keduanya (Ep dan Ek) mempunyai dimensi yang sama  keduanya identik

b. Usaha = ML2T-2
Energi = ML2T-2
Kalor = 0.24 x energi = ML2T-2

Ketiganya memiliki dimensi yang sama  identik


PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN
Pengukuran: merupakan aspek penting
mengingat suatu “hukum” dapat diberlakukan
kalau telah terbukti secara eksperimental, dan
eksperimental tidak dapat dipisahkan dari
pengukuran.
Pemberian hasil suatu pengukuran harus disertai
dengan “estimasi ketidakpastian”
Prosentasi ketidakpastian adalah rasio ketidak-
pastian terhadap harga ukur dikalikan dengan
100%
ANGKA SIGNIFIKAN (ANGKA BERARTI)

 Angka signifikan adalah angka-angka di dalam


suatu bilangan yang turut mempengaruhi hasil-
hasil perhitungan.
Empat angka signifikan pada bilangan 23,21 dan dua
angka signifikan pada pengukuran 0.062 cm.
Angka signifikan tidak bisa dipisahkan dari angka
pengukuran (skala terkecil alat ukur) 0,006 cm atau
0,002 cm, sehingga angka 6 dan 2 angka signifikan.
tetapi pada bilangan 36,900 memiliki angka signifikan
yang tidak jelas, mungkin tiga, empat, atau lima angka
signifikan: 3,69 x 104  3 AB 3,690 x 104  4 AB
VEKTOR
DAN
SKALAR
Pengertian
Besaran Vektor adalah besaran yang memiliki besar
dan arah. Contoh : posisi, kecepatan, percepatan,
gaya, momentum, medan magnet, medan listrik

Besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki


besar saja. Contoh : waktu, suhu, panjang, luas,
volume, massa

Notasi Besaran Vektor bisa berupa


huruf besar atau huruf kecil.
Boleh diberi panah di atas hurufnya,
 
contoh U atau u
atau di cetak tebal, contoh U atau u .
Dua buah vektor dikatakan sama besar bila besar dan
arahnya sama.

a a
b
b
Dua Vektor mempunyai
Dua vektor besar sama, arah
sama, a = b berbeda

a a
b b
Dua Vektor besar dan arah
Dua vektor arah sama, berbeda
besaran beda
Komponen Vektor
Penjumlahan Vektor

• Penjumlahan vektor menurut aturan segitiga dan aturan


jajaran genjang

u w=u+v v
v w=u+v

• Dalam bentuk pasangan bilangan sbb:


Penjumlahan
a c
Jika u    dan v   
b d 
a  c   a  c 
u  v         
    
b d b  d 
| u  v | (a  c) 2  (b  d ) 2
Pengurangan Vektor
Selisih dua vektor u dan v ditulis
u – v didefinisikan u + (-v)
u
u
v w=u-v
-v

Dalam bentuk pasangan bilangan


Pengurangan
a c
Jika u    dan v   
b d 
a  c   a  c 
u  v         
b   d  b  d 
| u  v | (a  c) 2  (b  d ) 2
Menentukan Arah Vektor Hasil
Penjumlahan dan Pengurangan

|uv| |u| |v|


 
v sin  sin(   ) sin 
u+v
β
 : arah vekto r hasil penjumlaha n
α
u

u-v |u v| |u| |v|


 
v
sin  sin(    ) sin 
α β  : arah vekto r hasil penguranga n
u
Menghitung Besar Vektor Hasil
Penjumlahan dan Pengurangan

v
u+v | u  v | | u |2  | v |2 2 | u || v | cos
θ
u

u-v
v
| u  v | | u |2  | v |2 2 | u || v | cos
θ
u
PERKALIAN TITIK (DOT PRODUCT)

Operasi perkalian vektor ada dua macam.


Yang pertama adalah ”perkalian titik”.
Diberi tanda ”” antara dua vektor, hasilnya adalah skalar.

A  B  A B cos   AB cos 

A  B  (A x i  A y j  Az k)  (Bx i  By j  Bz k)
 Ax Bx  A y By  Az Bz

i.i  j.j  k.k  1


i.j  j.k  k.i  0
PERKALIAN SILANG (CROSS PRODUCT)

Operasi perkalian vektor yang kedua adalah ”perkalian


silang”, diberi tanda ”x” antara dua vektor, hasilnya
adalah vektor

   
A  B  A B sin  ê  AB sin  ê
 
 
A  B  A x î  A y ĵ  A z k̂  Bx î  By ĵ  Bz k̂ 
  
 A y Bz  A z By î  A z Bx  A x Bz  ĵ  A x By  A y Bx k̂
î ĵ k̂ i * i   j* i  k
 
atau A  B  Ax Ay Az j* k  k * j  i
Bx By Bz k * i  i * k  j
Sifat-Sifat Operasi Vektor

• Komutatif  a + b = b + a
• Asosiatif  (a+b)+c = a+(b+c)
• Elemen identitas terhadap penjumlahan
• Sifat tertutup-> hasil penjumlahan vektor juga berupa
vektor
• Ketidaksamaan segitiga |u+v| ≤ |u| + |v|
• 1u=u
• 0 u = 0, m 0 = 0.
• Jika m u = 0, maka m = 0 atau u = 0
• (mn)u = m(nu)
• |mu| = |m||u|
• (-mu) = - (mu) = m (-u)
• Distributif : (m+n)u = mu + nu
• Distributif : m(u+v) = mu + mv
• u+(-1)u = u + (-u) = 0
FUNGSI
MATEMATIK
Deferensial
Integral
Dalam ilmu fisika-matematik, deferensial berhubungan dengan
Kecepatan dan Laju, tepatnya kecepatan dan laju sesaat.
Kecepatan sesaat merupakan kecepatan
yang terjadi pada saat itu saja. Contohnya pada saat
lampu merah kecepatan mobil sebesar nol, kemudian
saat lampu hijau mobil tersebut diberikan kecepatan 20
km/jam ke utara.

Secara matematik kecepatan sesaat ini dapat dirumuskan


sebagai deferensial atau turunan fungsi yaitu
fungsi posisi. Jadi kecepatan sesaat adalah deferensial
dari posisinya. 
 dr
v
dt
Sedangkan laju sesaat dapat ditentukan sama dengan besar kecepatan
sesaat. Laju sesaat inilah yang dapat diukur dengan alat yang dinamakan
speedometer. Sudah tahukah kalian dengan deferensial fungsi itu?
Tentu saja sudah. Besaran posisi atau kecepatan biasanya memenuhi
fungsi waktu. Deferensial fungsi waktu tersebut dapat memenuhi
persamaan berikut.
Jika  
 dr
r  t maka v   nt n1
n
dt
Pada gerak dua dimensi, persamaan A dan B
dapat dijelaskan dengan contoh gerak perahu seperti
pada Gambar 1. Secara vektor, kecepatan perahu dapat
diuraikan dalam dua arah menjadi vx dan vy. Posisi tiap
saat memenuhi P(x,y). Berarti posisi perahu atau benda
dapat memenuhi persamaan 1.1. dari persamaan itu dapat
diturunkan persamaan kecepatan arah sumbu x dan sumbu
y sebagai berikut.
r = xi + yj

v = vxi + vyj

Gambar 1
Gerak perahu dapat
diuraikan dalam dua sumbu
(dua arah)
Sama halnya dengan fisika-matematik deferensial, fisika matematik
integral juga berkaitan erat dengan kecepatan dan laju. Namun,
integral lebih dekat dengan “posisi dan kecepatan”
Jika kecepatan sesaat dapat ditentukan dengan
deferensial posisi maka secara matematis posisi dapat
ditentukan dari integral kecepatan sesaatnya. Integral ini
dapat dirumuskan sebagai berikut.

Definisi integral secara mendetail dapat kita pelajari di mata


pelajaran Matematika. Untuk mata pelajaran Fisika ini dikenalkan
untuk fungsi tn. Perhatikan persamaan berikut.
Contoh soal deferensial
Partikel bergerak dengan posisi yang berubah tiap detik sesuai persamaan :
r = (4t2 − 4t + 1) i + (3t2 + 4t − 8) j. dengan r dalam m dan t dalam s. i dan j masing-
masing adalah vektor satuan arah sumbu X dan arah sumbu Y. Tentukan:
a. posisi dan jarak titik dari titik acuan pada t = 2s,
b. kecepatan dan laju saat t = 2s!

Jawab:
r = (4t2 − 4t + 1) i + (3t2 + 4t − 8) j
b. Kecepatan sesaat
v=
a. Untuk t = 2s
r2 = (4.22 − 4.2 + 1) i + (3.22 + 4.2 − 8) j
=
r2 = 9 i + 12 j
jarak :
= (8t − 4)i + (6t + 4)j
untuk t = 2s:
v2 = (8.2 − 4)i + (6.2 + 4)j
= 12 i + 16 j
laju sesaatnya sama dengan besar
kecepatan sesaat
Contoh soal integral

Tentukan hasil integral-integral berikut

Anda mungkin juga menyukai