BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui dan mampu memberikan asuhan keperawatan lansia dengan masalah sosio
cultural.
2.1. Definisi
Menarik diri adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri pencapaian ideal diri /cita-
cita /harapan langsung menghasilkan perasaan berharga .Harga diri dapat diperoleh
melalui penghargaan diri sendiri maupun dari orang lain.Perkembangan harga diri juga
ditentukan oleh perasaan diterima,dicintai,dihormati oleh orang lain,serta keberhasilan
yang pernah dicapai individu dalam hidupnya (Hidayat,2006).
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain
tetapi tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 )
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam(Towsend,1998)
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan
orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai
kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan
dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi
pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).
Dari segi kehidupan sosial cultural, interaksi sosial adalah merupakan hal yang
utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya kerusakan interaksi
sosial : menarik diri akan menjadi suatu masalah besar dalam fenomen kehidupan, yaitu
terganggunya komunikasi yang merupakan suatu elemen penting dalam mengadakan
hubungan dengan orang lain atau lingkungan disekitarnya.
2.2. Etiologi
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, yang
ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang, dan juga
dapat mencederai diri (Carpenito,L.J,1998:352)
2.3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan
perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang
lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang
lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan.
Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan yang
parah. Teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor penyebab yang mungkin bekerja sendiri
atau dalam kombinasi.
1. Faktor genetik, dianggap mempengaruhi tranmisi gangguan efektif melalui riwayat keluarga
atau keturunan.
2. Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah
yang ditujukan kepada diri sendiri.
3. Teori kehilangan objek, merujuk kepada perpisahan traumatik individu dengan benda atau
yang sangat berarti.
4. Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri
rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap sesuatu
5. Model kognitif menyatakan bahwa defresi, merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh
evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang, dunia seseorang, dan masa depan
seseorang.
2.8 Permasalahan
Berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan Lanjut Usia,
antara lain sebagai berikut :
1. Permasalahan Umum
a. Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b. Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang
diperhatikan, dihargai dan dan dihormati, berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan
keluarga yang secara fisik lebih mengarah pada bentuk kelurga kecil.
c. Lahirnya kelompok masyarakat industri, yang memiliki ciri kehidupan yang lebih bertumpu
kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas dan
efisien, yang secara tidak langsung merugikan kesejahteraan lanjut usia.
d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia dan masih
terbatasnnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi lanjut usia dengan berbagai bidang
pelayanan pembinaan kesejahteraan lanjut usia.
e. Belum membudaya dam melembaganya kegiatan pembinaan kesejateraan lanjut usia.
2. Permasalahan Khusus
Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1998), berbagai permasalahan khusus yang
berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia adalah sebagai berikut:
a. Berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental
maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang menyebabkan penuaan peran sosialnya dan
dapat menjadikan mereka lebih tergantung kepada pihak lain.
b. Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan kegiatan Lanjut Usia
menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi sosial psikologis mereka yang merasa
sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat lingkungan sekitarnya.
c. Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga kerja muda dan tingkat
pendidikan serta ketrampilan yang rendah, menyebabkan mereka tidak dapat mengisi
lowongan kerja yang ada, dan terpaksa menganggur.
d. Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga diperlukan bantuan dari
berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta mempunyai penghasilan cukup.
e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan masyarakat
individualistik, sehingga Lanjut Usia kurang dihargai dan dihormati serta mereka tersisih dari
kehidupan masyarakat dan bisa menjadi terlantar. Di samping itu terjadi pergeseran nilai
budaya tradisional, dimana norma yang dianut bahwa orang tua merupakan bagian dari
kehidupan keluarga yang tidak dapat dipisahkan dan didasarkan kepada suatu ikatan
kekerabatan yang kuat, dimana orang tua dihormati serta dihargai, sehingga seseorang anak
mempunyai kewajiban untuk mengurus orang tuanya. Di pihak lain, dapat terjadi sebagian
generasi muda beranggapan bahwa para lanjut usia tidak perlu lagi aktif dalam urusan hidup
sehari-hari. Hal ini akan memperburuk integrasi sosial para lanjut usia dengan
masyrakatlingkungannya, sehingga dapat terjadi kesenjangan antara-generasi tua dan muda.
Dengan demikian, sulit untuk mempertahankan dan melestarikan budaya bangsa ini secara
terus-menerus dari generasi ke generasi selanjutnya.
f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti dampak lingkungan, polusi dan
urbanisasiyang dapat mengganggu kesehatan fisik lanjut usia. Terkosentrasinya dan
penyebaran pembangunan yang belum merata menimbulkan ketimpangan antara penduduk
lanjut usia di kota dan di desa.
Setiabudhi, Tony dan Hardywinoto. 2005. Panduan Gerontologi: Tinjauan dari Berbagai
Aspek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
E. Doenges, Marilyon. dkk. 1919. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.