Anda di halaman 1dari 8

KONSEP DASAR BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling Sekolah

Dosen Pengampu:
Dr. Abdul Muhid, M. Si

Oleh:
Natasya Dewi M.
J71216075

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2019
A. Konsep Dasar Pengertian Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Istilah bimbingan atau guidance dalam bahasa Inggris dimaknai dengan


menunjukkan, menentukan, atau mengemudikan. Secara harfiah istilah bimbingan (guidance)
berasal dari akar kata guide yang berarti mengarahkan (to direct), memandu (to pilot),
mengelola (to manage), dan menyetir (to steer)

Menurut Rochman Natawidjaja, bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses


pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya
individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan
dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan
sekolah, keluarga dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan
dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti
kepada kehidupan masyarakat pada umumnya.

Sedangkan Moh. Surya mengungkapkan bahwa bimbingan ialah suatu proses pemberian
bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar
tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.

Menurut Suherman (2009: 10) arti bimbingan adalah proses bantuan kepada individu
sebagian dari program pendidikan yang dilakukan oleh tenaga ahli agar individu mampu
memahami dan mengembangkan potensinya secara optimal dengan tuntutan lingkungan.
Dari beberapa pengertian dia atas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah
suatu proses bantuan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki profesionalitas sebagai
guru agar konseli memiliki suatu pemahaman diri, dapat mengarahkan diri, memiliki
kemampuan dalam memecahkan permasalahan yg dihadapi sehingga memiliki kemampuan
dlm mengambil keputusan dalam membuat suatu pilihan sesuai dengan potensi yg dimiliki.

B. Pengertian Konseling

Menurut bahasa konseling adalah terjemahan dari “counseling” yang berasal dari kata
kerja “to counsel” dalam kata lain berarti “to give advice” atau memberikan saran dan nasihat
atau memberi anjuran kepada orang lain secara tatap muka (face to face). Dalam bahasa
Indonesia, pengertian konseling juga dikenal dengan istilah penyuluhan.

Selanjutnya Rochman Natawidjaja mendefinisikan bahwa konseling merupakan satu


jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat diartikan
sebagai hubungan timbale balik antara dua individu, dimana yang seorang (konselor)
berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri
dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.
Lebih lanjut Prayitno, mengemukakan bahwa: koseling adalah pertemuan empat mata
antara klien dan konselor yang berisi usaha yang laras, unik dan human (manusiawi), yang
dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku.

Adapun menurut Suherman (2009: 15) konseling merupakan hubungan yang bersifat
membantu agar konseli dapat tumbuh ke arah yang dipilihnya juga agar dapat memecahkan
masalah-masalah yang dihadapainya.

Menurut Willis (2004 : 18) konseling adalah suatu upaya bantuan terhadap individu
agar berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalahnya, dan mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang senantiasa berubah. Berdasarkan definisi
konseling yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa konseling
merupakan kegiatan tatap muka antar konselor dengan konseli (klien) dalam rangka
pemberian bantuan yang dilakukan untuk memahami diri dan permasalahan yang
dihadapinya yang merupakan sebuah proses terpadu dari bimbingan.

Jadi, yang dimaksud bimbingan dan konseling merupakan usaha-usaha pemberian bantuan
kepada individu oleh konselor agar individu mampu mengembangkan diri secara optimal
serta mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

C. Fungsi Bimbingan Konseling

Uman Suherman yang dikutip oleh Sudrajat (2008)mengemukakan sepuluh fungsi bimbingan
dan konseling, yaitu:

1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan
mampu
mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan secara dinamis dan konstruktif;
2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor
memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari
perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat
digunakan adalah pelayanan
orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu
diinformasikan
kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak
diharapkan,
diantaranya: bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop
out, dan pergaulan bebas (free sex);
3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih
proaktif dari fungsifungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli.
Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork
berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan
secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah
pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming),
home room, dan karyawisata;
4. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif.
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah
mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching;
5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan
penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri
kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama
dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan;
6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program
pendidikan
terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli.
Dengan
menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor
dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam
memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses
pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan
kecepatan konseling;
7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif;
8. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak
(berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap
konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan
yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang
produktif dan normatif;
9. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh
aspek dalam diri konseli.
10. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta
dalam dirinya
D. Tujuan Bimbingan Konseling

Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai tugas-tugas


perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan, sosial, dan pribadi. Lebih lanjut
tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu dalam mencapai:

a. kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan,


b. kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat,
c. hidup bersama dengan individu-individu lain,
d. harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya.

Dengan demikian peserta didik dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberi
sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat umumnya Untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut, peserta didik harus mendapatkan kesempatan untuk:

1. mengenal dan melaksanakan tujuan hidupnya serta merumuskan rencana hidup yang
didasarkan atas tujuan itu;
2. mengenal dan memahami kebutuhannya secara realistis;
3. mengenal dan menanggulangi kesulitan-kesulitan sendiri;
4. mengenal dan mengembangkan kemampuannya secara optimal;
5. menggunakan kemampuannya untuk kepentingan pribadi dan untuk kepentingan
umum dalam kehidupan bersama;
6. menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan di dalam lingkungannya;
7. mengembangkan segala yang dimilikinya secara tepat dan teratur, sesuai dengan tugas
perkembangannya sampai batas optimal.

Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ialah agar peserta didik, dapat:

1. mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin;


2. mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri;
3. mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi lingkungan
sekolah, keluarga, pekerjaan, sosial-ekonomi, dan kebudayaan;
4. mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya;
5. mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan bakatnya dalam
bidang pendidikan dan pekerjaan;
6. memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar sekolah untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah tersebut.

Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik agar memiliki kompetensi
mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau mewujudkan nilai-nilai yang
terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasainya sebaik mungkin.
Pengembangan potensi meliputi tiga tahapan, yaitu: pemahaman dan kesadaran (awareness),
sikap dan penerimaan (accommodation), dan keterampilan atau tindakan (action)
melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

E. Asas Bimbingan dan Konseling

Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh
diwujudkannya asas-asas berikut, yaitu:

 Asas kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya
segenap data dan keterangan tentang konseli (konseli) yang menjadi sasaran
pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh
orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan
menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benarbenar terjamin.
 Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
adanya kesukaan dan kerelaan konseli (konseli) mengikuti/menjalani
pelayanan/kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing
berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
 Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak
berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun
dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya. Dalam
hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli
(konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan
adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi sasaran pelayanan/ kegiatan.
Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka
dan tidak berpura-pura.
 Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli
(konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam
penyelenggaraan pelayanan/ kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing
perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan
konseling
yang diperuntukan baginya.
 Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan
umum bimbingan dan konseling, yakni: konseli (konseli) sebagai sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan
ciriciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil
keputusan,
mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu
mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya
bagi berkembangnya kemandirian konseli.
 Asas Kekinian yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek
sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli (konseli)
dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau
kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang
ada dan apa yang diperbuat sekarang.
 Asas Kedinamisan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi
pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu
bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai
dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
 Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh
guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu.
Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan.
Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

 Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak
boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama,
hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku.
Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat
dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan
norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh,
pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan
kemampuan konseli (konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan
norma tersebut.

 Asas Keahlian yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah
profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan
konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam
penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam
penegakan kode etik
bimbingan dan konseling.
 Asas Alih Tangan Kasus yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan
konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli (konseli)
mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing
dapat menerima alih
tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain; dan demikian pula guru
pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan
lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Nurihsan, A. Juntika. 2007. Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.
Bandung: Refika Aditama.

Natawidjaja, R. Konseling Kelompok, Konsep Dasar dan Pendekatan,Bandung. Rizqi Press.

Suherman. (2008). Konsep dan Aplikasi Bimbingan Konseling. Bandung. Jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan Universitas Pendidikan Indonesia.

Surya, M. (2009).Psikologi Konseling .Bandung. Maestro.

Prayitno, Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai