MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
TENTANG USAHA PENGOLAHAN IKAN.
-3-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau
sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam
lingkungan perairan.
2. Hasil Perikanan adalah Ikan yang ditangani dan/atau
diolah dan/atau dijadikan produk akhir yang berupa
Ikan segar, Ikan beku, dan olahan lainnya untuk
konsumsi manusia dan/atau pakan.
3. Produk Perikanan adalah setiap bentuk produk pangan
yang berupa ikan utuh atau produk yang mengandung
bagian Ikan, termasuk produk yang sudah diolah dengan
cara apapun yang berbahan baku utama ikan.
4. Penanganan Ikan adalah suatu rangkaian kegiatan
dan/atau perlakuan awal terhadap Ikan tanpa mengubah
struktur dan bentuk dasar.
5. Keamanan Hasil Perikanan adalah jaminan bahwa Hasil
Perikanan tidak akan membahayakan konsumen ketika
disiapkan dan/atau dikonsumsi sesuai tujuan
penggunaannya.
6. Pengolahan Ikan adalah rangkaian kegiatan dan/atau
perlakuan dari bahan baku Ikan sampai menjadi produk
akhir untuk konsumsi manusia.
7. Usaha Pengolahan Ikan adalah usaha perikanan yang
berbasis pada kegiatan Pengolahan Ikan.
8. Nilai Tambah Hasil Perikanan adalah pertambahan nilai
Hasil Perikanan sebagai akibat dari kegiatan
penanganan, pengolahan, Distribusi atau penyimpanan
dalam suatu proses produksi.
9. Unit Pengolahan Ikan, yang selanjutnya disingkat UPI,
adalah tempat dan fasilitas untuk melakukan aktifitas
Pengolahan Ikan.
10. Surat Izin Usaha Perikanan, yang selanjutnya disebut
SIUP, adalah izin tertulis yang harus dimiliki perusahaan
-4-
BAB II
JENIS USAHA, DAN PERIZINAN PENGOLAHAN IKAN
Bagian Kesatu
Jenis Usaha Pengolahan Ikan
Pasal 2
Jenis Usaha Pengolahan Ikan meliputi:
a. penggaraman dan/atau pengeringan Ikan;
b. pemindangan Ikan;
c. pengasapan dan/atau pemanggangan Ikan;
d. peragian dan/atau fermentasi Ikan;
e. pengalengan Ikan;
f. pengekstraksian dan/atau pereduksian Ikan;
g. pembekuan Ikan;
h. pendinginan Ikan;
i. pengolahan berbasis lumatan daging Ikan/jelly Ikan atau
surimi; dan/atau
j. pengolahan kerupuk Ikan.
Pasal 3
Usaha pengolahan penggaraman dan/atau pengeringan Ikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a merupakan
kegiatan usaha yang memproses bahan baku menjadi produk
akhir dengan cara penambahan garam dan/atau pengeringan
untuk mengurangi kadar air dalam daging sampai batas
tertentu guna memperpanjang masa simpan.
-6-
Pasal 4
Usaha pengolahan pemindangan Ikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf b merupakan kegiatan usaha yang
memproses bahan baku menjadi produk akhir dengan cara
perebusan atau pengukusan dengan atau tanpa tekanan
tinggi untuk mendapatkan cita rasa tertentu dan mengurangi
kandungan mikroorganisme yang dapat mempengaruhi mutu
dan daya simpan produk.
Pasal 5
Usaha pengolahan pengasapan dan/atau pemanggangan Ikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c merupakan
kegiatan usaha yang memproses bahan baku menjadi produk
akhir dengan cara penggunaan media asap dan/atau panas
untuk membunuh mikroorganisme dan memberi cita rasa
yang khas.
Pasal 6
Usaha pengolahan peragian dan/atau fermentasi Ikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d merupakan
kegiatan usaha yang memproses bahan baku menjadi produk
akhir dengan cara perombakan protein Ikan secara enzimatis,
proteolitik, bakteriologis dalam derajat keasaman tertentu
untuk menghasilkan produk dengan cita rasa yang khas.
Pasal 7
Usaha pengolahan pengalengan Ikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf e merupakan kegiatan usaha yang
memproses bahan baku menjadi produk akhir dengan cara
penggunaan suhu tinggi (sterilisasi atau pasteurisasi) dalam
suatu wadah kaleng, kemasan plastik, botol, atau bahan lain
yang sejenis dengan cara mengeliminasi bakteri patogen dan
pembusuk secara komersial (sterilisasi) atau mengeliminasi
bakteri patogen dan mereduksi bakteri pembusuk
(pasteurisasi).
-7-
Pasal 8
Usaha pengolahan pengekstraksian dan/atau pereduksian
Ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf f
merupakan kegiatan usaha yang memproses bahan baku
menjadi produk akhir dengan cara pemisahan cairan dan
padatan dengan pengepresan atau pemusingan.
Pasal 9
Usaha pengolahan pembekuan Ikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf g merupakan kegiatan usaha yang
memproses bahan baku menjadi produk akhir dengan cara
penurunan suhu agar kandungan air dalam Ikan menjadi
beku.
Pasal 10
Usaha pendinginan Ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 huruf h merupakan kegiatan usaha yang memproses Bahan
Baku menjadi produk akhir dengan cara penyimpanan dingin
dan/atau pengesan dengan atau tanpa mengubah
karakteristik Ikan.
Pasal 11
Usaha pengolahan berbasis lumatan daging Ikan/jelly Ikan
atau surimi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf i
merupakan kegiatan usaha yang memproses bahan baku
menjadi produk akhir dengan cara pencampuran lumatan
daging Ikan segar atau surimi dengan penambahan bahan-
bahan lain untuk menghasilkan pasta dengan cita rasa,
kekenyalan, dan bentuk tertentu.
Pasal 12
Usaha pengolahan kerupuk Ikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf j merupakan kegiatan usaha yang
memproses bahan baku dengan cara pencampuran lumatan
daging Ikan segar dan bahan-bahan lain menjadi produk
akhir dengan bentuk dan ketebalan tertentu.
-8-
Bagian Kedua
Perizinan Pengolahan Ikan
Pasal 13
(1) Setiap Orang yang melakukan Usaha Pengolahan Ikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 wajib memiliki
SIUP.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan bagi Usaha Pengolahan Ikan dengan skala
mikro dan kecil.
(3) SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwajibkan
bagi Usaha Pengolahan Ikan dengan skala menengah dan
besar.
(4) Bagi Usaha Pengolahan Ikan dengan skala mikro dan
kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diterbitkan
TDU-PI.
(5) SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
selama 20 (dua puluh) tahun.
(6) TDU-PI sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berlaku
selama 5 (lima) tahun.
(7) Kriteria skala usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3), diatur dalam Peraturan Menteri.
Bagian Ketiga
Penerbitan SIUP dan TDU-PI
Pasal 14
(1) Menteri melimpahkan kewenangan penerbitan SIUP
kepada:
a. Direktur Jenderal, untuk Usaha Pengolahan Ikan
lintas daerah provinsi, lintas negara, dan/atau
menggunakan modal asing; dan
b. Gubernur untuk Usaha Pengolahan Ikan yang
berada di wilayah kabupaten/kota dan di lintas
daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah
Provinsi.
-9-
Bagian Keempat
Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan SIUP
Pasal 15
(1) Setiap Orang untuk memiliki SIUP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a harus
mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal
dengan melampirkan persyaratan:
a. rencana Usaha Pengolahan Ikan paling sedikit
memuat:
1. jenis usaha;
2. sumber dan nilai investasi;
3. jenis dan asal bahan baku;
4. sarana produksi yang digunakan;
5. gambaran proses produksi; dan
6. wilayah pemasaran.
b. fotokopi dokumen identitas penanggung jawab
perusahaan dengan menunjukkan aslinya;
c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Perusahaan dengan menunjukkan aslinya;
d. fotokopi akta notaris pendirian Perusahaan;
e. izin prinsip penanaman modal asing dari lembaga
yang menangani penanaman modal, bagi
perusahaan penanaman modal asing;
- 10 -
Pasal 16
(1) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 ayat (1), Direktur Jenderal melakukan penilaian
terhadap kelayakan rencana usaha dan kelengkapan
persyaratan lainnya paling lama 5 (lima) hari kerja sejak
diterimanya permohonan secara lengkap yang hasilnya
berupa persetujuan atau penolakan.
(2) Direktur Jenderal dalam melakukan penilaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membentuk Tim
Penilai.
(3) Tim Penilai memberikan hasil penilaian berupa
rekomendasi penerbitan atau penolakan.
(4) Dalam hal permohonan SIUP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disetujui, Direktur Jenderal menerbitkan
SIUP paling lama 2 (dua) hari kerja sejak rekomendasi
Tim Penilai diterima.
(5) Dalam hal permohonan SIUP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditolak, Direktur Jenderal menyampaikan
penolakan disertai alasan paling lama 2 (dua) hari kerja
sejak rekomendasi Tim Penilai diterima.
- 11 -
Pasal 17
(1) Setiap Orang untuk memiliki SIUP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf b harus
mengajukan permohonan kepada gubernur dengan
melampirkan persyaratan:
a. rencana Usaha Pengolahan Ikan paling sedikit
memuat:
1. jenis usaha;
2. sumber dan nilai investasi;
3. jenis dan asal bahan baku;
4. sarana produksi yang digunakan;
5. gambaran proses produksi; dan
6. wilayah pemasaran.
b. fotokopi dokumen identitas penanggung jawab
perusahaan dengan menunjukkan aslinya;
c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Perusahaan dengan menunjukkan aslinya;
d. fotokopi akta notaris pendirian Perusahaan;
e. rekomendasi dari pemerintah daerah
kabupaten/kota dimana lokasi usaha akan didirikan
yang menyatakan bahwa lokasi usaha sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah;
f. memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL); dan
g. surat pernyataan bermeterai cukup dari pemohon
yang menyatakan kebenaran data dan informasi
yang disampaikan.
(2) Apabila dikemudian hari persyaratan yang dilampirkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak benar, SIUP
yang telah diterbitkan dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 18
(1) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1), gubernur melakukan penilaian
terhadap kelayakan rencana usaha dan kelengkapan
persyaratan lainnya paling lama 5 (lima) hari kerja sejak
- 12 -
Bagian Kelima
Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan TDU-PI
Pasal 19
(1) Setiap orang untuk memiliki TDU-PI sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) harus mengajukan
permohonan kepada bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya, dengan melampirkan persyaratan:
a. rencana Usaha Pengolahan Ikan paling sedikit
memuat:
1. jenis usaha;
2. sumber dan nilai investasi;
3. jenis dan asal Bahan Baku; dan
4. wilayah pemasaran.
b. fotokopi kartu identitas pemilik usaha atau
penanggung jawab perusahaan dengan
menunjukkan aslinya;
c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemilik
usaha atau perusahaan dengan menunjukkan
aslinya; dan
- 13 -
Bagian Keenam
Kewajiban Pemegang SIUP dan TDU-PI
Pasal 21
(1) Setiap pemegang SIUP wajib memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a. merealisasikan pembangunan dan pengoperasian
UPI paling lama 4 (empat) tahun sejak SIUP
diterbitkan, dengan melaporkan kemajuan
pembangunan fisik dan realisasi pengoperasian
setiap 6 (enam) bulan;
b. memiliki SKP paling lama 1 (satu) tahun setelah
Usaha Pengolahan Ikan beroperasi;
c. memiliki tenaga kerja paling sedikit 1 (satu) orang
yang bersertifikat SPI sejak Usaha Pengolahan Ikan
beroperasi;
- 14 -
Pasal 22
Setiap pemegang TDU-PI untuk skala kecil wajib memenuhi
ketentuan memiliki SKP paling lama 2 (dua) tahun setelah
Usaha Pengolahan Ikan beroperasi.
Pasal 23
(1) Setiap Orang yang tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf f, Pasal 21
huruf g, dan Pasal 22 dikenakan sanksi administrasi.
(2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari:
a. peringatan tertulis;
b. pembekuan SIUP; dan
c. pencabutan SIUP.
(3) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dikenakan sebanyak 2 (dua) kali secara berturut-
turut masing-masing dalam jangka waktu 1 (satu) bulan.
(4) Pembekuan SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b dilakukan selama 1 (satu) bulan apabila sampai
dengan berakhirnya peringatan tertulis kedua tidak
memenuhi kewajiban.
- 15 -
Pasal 24
Setiap Orang yang tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a sampai
dengan huruf e, dikenakan sanksi administrasi berupa
pencabutan SIUP.
BAB III
PERUBAHAN, PERPANJANGAN, DAN PERGANTIAN
PERIZINAN PENGOLAHAN IKAN
Bagian Kesatu
Perubahan SIUP
Pasal 25
(1) Perubahan SIUP dilakukan apabila terdapat:
a. perubahan penanggung jawab perusahaan;
b. perubahan alamat perusahaan; dan/atau
c. perubahan jenis Usaha Pengolahan Ikan.
(2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diajukan paling singkat 6 (enam) bulan sejak SIUP
diterbitkan.
(3) Perubahan SIUP dapat diajukan sebelum 6 (enam) bulan
sejak SIUP diterbitkan dalam hal adanya perubahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.
Pasal 26
(1) Setiap Orang untuk melakukan perubahan SIUP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf a
dan huruf b harus mengajukan permohonan kepada
Direktur Jenderal atau gubernur sesuai dengan
kewenangannya dengan melampirkan persyaratan:
- 16 -
Pasal 27
(1) Setiap Orang untuk melakukan perubahan SIUP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c
harus mengajukan permohonan penerbitan SIUP baru
kepada Direktur Jenderal atau gubernur sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Syarat dan tata cara penerbitan SIUP baru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
Pasal 16 sampai dengan Pasal 18.
- 17 -
Bagian Kedua
Perpanjangan SIUP
Pasal 28
(1) Perpanjangan SIUP dapat diajukan 6 (enam) bulan
sebelum masa berlaku SIUP berakhir.
(2) Setiap orang untuk melakukan perpanjangan SIUP harus
mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal
dengan melampirkan:
a. laporan kegiatan usaha yang terdiri dari jenis usaha,
nilai investasi, sumber modal, domisili usaha, asal
bahan baku;
b. fotokopi SIUP yang lama;
c. bukti penyampaian SPT tahunan selama 3 (tiga)
tahun terakhir;
d. fotokopi SKP yang masih berlaku; dan
e. surat pernyataan bermeterai cukup dari pemohon
yang menyatakan kebenaran data dan informasi
yang disampaikan.
(3) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Direktur Jenderal melakukan penilaian terhadap
persyaratan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
diterimanya permohonan secara lengkap, yang hasilnya
berupa persetujuan atau penolakan.
(4) Dalam hal permohonan perpanjangan SIUP sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) disetujui, Direktur Jenderal
paling lama 2 (dua) hari kerja menerbitkan SIUP.
(5) Dalam hal permohonan perpanjangan SIUP sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditolak, Direktur Jenderal paling
lama 2 (dua) hari kerja menyampaikan penolakan disertai
alasan.
- 18 -
Bagian Ketiga
Penggantian SIUP
Pasal 29
(1) Penggantian SIUP dilakukan apabila SIUP asli rusak atau
hilang.
(2) Setiap Orang yang akan melakukan penggantian SIUP
harus mengajukan permohonan kepada Direktur
Jenderal dengan melampirkan persyaratan:
a. SIUP asli dalam hal SIUP rusak atau surat
keterangan hilang dari kepolisian dalam hal SIUP
hilang; dan
b. surat pernyataan bermeterai cukup atas kebenaran
data dan informasi yang disampaikan.
(3) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Direktur Jenderal menerbitkan SIUP pengganti
paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) secara
lengkap.
(4) Apabila dikemudian hari persyaratan yang dilampirkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak benar dan
dipergunakan untuk kepentingan yang merugikan negara
dan/atau merugikan pihak lain, SIUP yang dilaporkan
hilang dan SIUP pengganti dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Bagian Keempat
Perubahan TDU-PI
- 19 -
Pasal 30
(1) Perubahan TDU-PI dilakukan apabila terdapat:
a. perubahan alamat pemilik atau penanggung jawab
perusahaan untuk wilayah kabupaten/kota yang
sama;
b. pengembangan Usaha Pengolahan Ikan; dan/atau
c. perubahan jenis Usaha Pengolahan Ikan.
(2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diajukan paling singkat 3 (tiga) bulan sejak TDU-PI
diterbitkan.
Pasal 31
(1) Setiap Orang untuk melakukan perubahan TDU-PI
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengajukan
permohonan kepada Bupati/wali kota dengan
melampirkan persyaratan:
a. fotokopi akta notaris atau surat keterangan tentang
perubahan penanggung jawab perusahaan dan/atau
perubahan alamat Perusahaan;
b. fotokopi TDU-PI yang akan diubah;
c. jenis perubahan TDU-PI yang diminta; dan
d. surat pernyataan bermeterai cukup atas kebenaran
data dan informasi yang disampaikan.
(2) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) belum lengkap, bupati/wali kota mengembalikan
permohonan untuk dilengkapi.
(3) Bupati/wali kota harus menerbitkan TDU-PI perubahan
paling lama 3 (tiga) hari sejak persyaratan perubahan
dinyatakan lengkap oleh pejabat yang ditunjuk.
(4) Dalam hal permohonan perubahan TDU-PI sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditolak, bupati/wali kota
menyampaikan penolakan disertai alasan paling lama 2
(dua) hari kerja.
(5) TDU-PI perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan apabila TDU-PI lama yang telah dilakukan
perubahan dikembalikan kepada bupati/wali kota.
- 20 -
Bagian Kelima
Perpanjangan TDU-PI
Pasal 32
(1) Perpanjangan TDU-PI dapat diajukan dapat diajukan 6
(enam) bulan sebelum masa berlaku TDU-PI berakhir.
(2) Setiap orang untuk melakukan perpanjangan TDU-PI
harus mengajukan permohonan kepada bupati dengan
melampirkan:
a. laporan kegiatan usaha yang terdiri dari jenis usaha,
nilai investasi, sumber modal, domisili usaha, asal
bahan baku;
b. fotokopi TDU-PI yang lama;
c. bukti penyampaian SPT tahunan selama 3 (tiga)
tahun terakhir;
d. fotokopi SKP yang masih berlaku; dan
e. surat pernyataan bermeterai cukup dari pemohon
yang menyatakan kebenaran data dan informasi
yang disampaikan.
(3) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), bupati/wali kota melakukan penilaian terhadap
persyaratan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
diterimanya permohonan secara lengkap, yang hasilnya
berupa persetujuan atau penolakan.
(4) Dalam hal permohonan perpanjangan TDU-PI
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disetujui,
- 21 -
Bagian Keenam
Penggantian TDU-PI
Pasal 33
(1) Penggantian TDU-PI dilakukan apabila TDU-PI asli rusak
atau hilang.
(2) Setiap Orang yang akan melakukan penggantian TDU-PI
harus mengajukan permohonan kepada bupati/wali kota
dengan melampirkan persyaratan:
a. TDU-PI asli dalam hal TDU-PI rusak atau surat
keterangan hilang dari kepolisian dalam hal TDU-PI
hilang; dan
b. Surat pernyataan bermeterai cukup atas kebenaran
data dan informasi yang disampaikan.
(3) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), bupati/wali kota menerbitkan TDU-PI pengganti
paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) secara
lengkap.
(4) Apabila dikemudian hari persyaratan yang dilampirkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak benar dan
dipergunakan untuk kepentingan yang merugikan negara
dan/atau merugikan pihak lain, TDU-PI yang dilaporkan
hilang dan TDU-PI pengganti dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
- 22 -
Pasal 34
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata
cara penerbitan, perubahan, perpanjangan, dan
pergantian SIUP yang menjadi kewenangan gubernur,
diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi dengan mengacu
pada Peraturan Menteri ini.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata
cara penerbitan, perubahan, perpanjangan, dan
pergantian TDU-PI yang menjadi kewenangan bupati/wali
kota diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
dengan mengacu pada Peraturan Menteri ini.
BAB IV
PERSYARATAN PENGOLAHAN IKAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 35
Setiap Orang yang melakukan Usaha Pengolahan Ikan harus
memenuhi persyaratan mengenai:
a. Bahan Baku;
b. Proses pengolahan ikan; dan
c. Sarana dan prasarana.
Bagian Kedua
Bahan Baku
Pasal 36
(1) Setiap pemilik SIUP dan TDU-PI dalam melakukan Usaha
Pengolahan Ikan harus mengutamakan penggunaan
bahan baku yang berasal dari produksi perikanan dalam
negeri baik dari Ikan hasil tangkapan maupun
pembudidayaan Ikan.
- 23 -
Pasal 37
Penggunaan bahan baku sebagaimana dimaksud dalam Pasal
36 ayat (1) apabila tidak tersedia dan/atau tidak mencukupi
kebutuhan Usaha Pengolahan Ikan, dapat dilakukan
pemasukan bahan baku yang berasal dari luar negeri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 38
Untuk menjamin ketersediaan bahan baku Usaha Pengolahan
Ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a, Menteri
dapat membatasi pengeluaran jenis Ikan untuk bahan baku
Pengolahan Ikan.
- 24 -
Bagian Ketiga
Proses Pengolahan Ikan
Pasal 39
(1) Proses Pengolahan Ikan harus memenuhi dan
menerapkan persyaratan sistem jaminan mutu dan
keamanan hasil perikanan.
(2) Setiap proses Pengolahan Ikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus sesuai dengan SNI, persyaratan
nasional, dan/atau persyaratan internasional,
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 40
(1) Produk yang dihasilkan dari proses Pengolahan Ikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 harus memenuhi
persyaratan atau standar mutu dan keamanan produk
paling sedikit memiliki kandungan gizi yang baik dan
memenuhi SNI, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), produk yang dihasilkan dari proses
Pengolahan Ikan untuk tujuan ekspor harus memenuhi
standar negara tujuan.
(3) Produk perikanan yang memenuhi SNI sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan tanda SNI oleh
lembaga sertifikasi produk Hasil Perikanan yang telah
diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional.
(4) Lembaga sertifikasi produk Hasil Perikanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) di lingkungan Kementerian
dilaksanakan oleh unit kerja yang melaksanakan fungsi
pengujian dan penerapan Hasil Perikanan atau unit
pelaksana teknis yang telah terakreditasi oleh Komite
Akreditasi Nasional dan ditunjuk oleh Menteri.
(5) Pemberian tanda SNI sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 25 -
Bagian Keempat
Sarana dan Prasarana
Pasal 41
(1) Dalam rangka proses Pengolahan Ikan setiap UPI harus
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang menjamin
terselenggaranya kegiatan Pengolahan Ikan secara
optimal.
(2) Usaha pengolahan penggaraman dan/atau pengeringan
Ikan harus memiliki sarana dan prasarana paling sedikit
meja proses dan para-para pengeringan ikan.
(3) Usaha pengolahan pemindangan Ikan harus memiliki
sarana dan prasarana paling sedikit meja proses, tungku,
dan wadah perebusan.
(4) Usaha pengolahan pengasapan dan/atau pemanggangan
harus memiliki sarana dan prasarana paling sedikit meja
proses dan tempat pengasapan.
(5) Usaha pengolahan peragian dan/atau fermentasi Ikan
harus memiliki sarana dan prasarana paling sedikit meja
proses, tungku, dan wadah peragian.
(6) Usaha pengolahan pengalengan Ikan harus memiliki
sarana dan prasarana paling sedikit meja proses, wadah
perebusan, mesin penutup kaleng, dan retort.
(7) Usaha pengolahan pengekstraksian dan/atau
pereduksian Ikan harus memiliki sarana dan prasarana
paling sedikit meja proses, wadah penggorengan dan
spiner.
(8) Usaha pengolahan pembekuan Ikan harus memiliki
sarana dan prasarana paling sedikit meja proses, air blast
freezer (ABF), dan ruang beku (cold storage).
(9) Usaha pengolahan berbasis lumatan daging Ikan/jelly
Ikan atau surimi harus memiliki sarana dan prasarana
paling sedikit meja proses, cool box, dan wadah.
(10) Usaha pendinginan Ikan harus memiliki sarana dan
prasarana paling sedikit meja proses, mesin pelumat, dan
ruang beku (cold storage).
- 26 -
BAB V
PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN IKAN
Pasal 42
(1) Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota memfasilitasi
pengembangan Usaha Pengolahan Ikan.
(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
dalam bentuk:
a. pelayanan usaha berupa manajemen usaha,
pendampingan perizinan, deregulasi, dan
penyelesaian hambatan investasi;
b. promosi usaha perikanan melalui keikutsertaan
dalam pameran, temu bisnis, dan kegiatan sejenis;
c. kelembagaan berupa penguatan kelembagaan;
d. akses permodalan berupa pendampingan dan
mediasi akses permodalan kepada lembaga
keuangan;
e. kemitraan usaha berupa pendampingan dan
penguatan kemitraan antar pelaku usaha;
f. peningkatan kapasitas sumber daya manusia berupa
bimbingan teknis dan pendampingan Usaha
Pengolahan Ikan;
g. pengembangan produk bernilai tambah berupa
sosialisasi dan pelatihan; dan/atau
h. akses distribusi dan pemasaran berupa peningkatan
kerja sama dan perluasan jaringan pemasaran.
(3) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diutamakan bagi:
a. pengembangan usaha di lokasi rintisan;
b. pelaku usaha yang melakukan pengembangan
produk bernilai tambah;
c. pelaku usaha skala mikro, kecil, dan menengah;
dan/atau
- 27 -
Pasal 43
(1) Dalam rangka Pengembangan Usaha Pengolahan Ikan:
a. Menteri menyelenggarakan penelitian,
pengembangan, dan pengujian penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi Hasil Perikanan; dan
b. gubernur, bupati/wali kota menyelenggarakan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Hasil Perikanan.
(2) Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota
menyebarluaskan hasil-hasil penelitan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Hasil
Perikanan kepada pelaku usaha dalam rangka
meningkatkan produktivitasnya.
(3) Dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi, Menteri mengembangkan proyek-proyek
percontohan di bidang pengolahan ikan.
Pasal 44
(1) Menteri, gubernur, dan/atau bupati/wali kota
memfasilitasi pengembangan usaha berbasis kawasan
dengan pembentukan sentra pengolahan Ikan melalui
penentuan lokasi, penyediaan sarana dan prasarana,
pembentukan kelembagaan, dan pengembangan usaha,
serta pembinaan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan sentra
pengolahan Ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB VI
PELAPORAN
- 28 -
Pasal 45
(1) Setiap pemegang SIUP atau TDU-PI wajib membuat
laporan kegiatan Usaha Pengolahan Ikan setiap 6 (enam)
bulan dan menjelang perayaan hari besar keagamaan
yang memuat:
a. jenis dan kapasitas sarana dan prasarana;
b. perkembangan Usaha Pengolahan Ikan;
c. penggunaan tenaga kerja; dan
d. asal bahan baku, jenis, dan volume Ikan serta jenis
dan volume produk yang dihasilkan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/wali
kota sesuai dengan kewenangannya.
(3) Gubernur atau bupati/wali kota menyampaikan laporan
penerbitan SIUP atau TDU-PI dan perkembangan Usaha
Pengolahan Ikan di wilayahnya kepada Menteri.
(4) Bentuk dan format laporan kegiatan Usaha Pengolahan
Ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 46
(1) Setiap orang yang tidak melaksanakan kewajiban
menyampaikan laporan kegiatan Usaha Pengolahan Ikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1)
dikenakan sanksi administrasi.
(2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari:
a. peringatan tertulis;
b. pembekuan SIUP atau TDU-PI; dan
c. pencabutan SIUP atau TDU-PI.
(3) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dikenakan paling banyak 2 (dua) kali secara
berturut-turut masing-masing dalam jangka waktu 1
(satu) bulan.
- 29 -
BAB VII
PEMBINAAN USAHA PENGOLAHAN IKAN
Pasal 47
(1) Menteri, gubernur, bupati/wali kota, atau pejabat yang
ditunjuk melakukan pembinaan terhadap Usaha
Pengolahan Ikan sesuai dengan kewenangannya.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
peningkatan kualitas sumber daya manusia, pengelolaan
sarana dan prasarana pengolahan ikan, teknik
pengolahan ikan, peningkatan mutu, dan nilai tambah
Hasil Perikanan.
Pasal 48
Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota menyusun norma,
standar, prosedur, dan kriteria untuk melaksanakan Usaha
Pengolahan Ikan sesuai dengan kewenangannya.
BAB VIII
PENGAWASAN
Pasal 49
Pengawasan Usaha Pengolahan Ikan dilakukan oleh Pengawas
Perikanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
- 30 -
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 50
SIUP atau TDU-PI yang telah ada sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini tetap berlaku dan dalam jangka waktu
paling lama 1 (satu) tahun harus menyesuaikan dengan
Peraturan Menteri ini.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 51
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
SUSI PUDJIASTUTI
- 31 -
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
WIDODO EKATJAHJANA
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /PERMEN-KP/2017
TENTANG
USAHA PENGOLAHAN IKAN
PUSAT
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
MINISTRY OF MARINE AFFAIRS AND FISHERIES
FOTO
PENANGGUNG
JAWAB
NILAI INVESTASI ASING:
(4 x 6) berwarna
TANDA TANGAN AMOUNT OF FORIGN INVESTMENT
PHOTO
SIGNATURE
(NAMA LENGKAP):
FULL NAME NAMA PERUSAHAAN MITRA DI
INDONESIA:
COMPANY PARTNER IN INDONESIA
MULAI BERLAKU:
ENTRY INTO FORCE: KAPASITAS PRODUKSI PER BULAN:
PRODUCTION CAPACITY (MONTHLY):
SIUP BERLAKU SEJAK TANGGAL
PENERBITAN ASAL BAHAN BAKU:
VALID SINCE ISSUED ORIGIN OF RAW MATERIAL:
TUJUAN PEMASARAN:
MARKET DESTINATION:
CATATAN: JAKARTA, (TANGGAL), (BULAN),
NOTE: (TAHUN)
SIUP berlaku selala 20 Tahun sejak JAKARTA, DATE, MONTH, YEARS
- 34 -
tanggal penerbitan
DIREKTUR JENDERAL,
DIRECTOR GENERAL,
SUSI PUDJIASTUTI
- 35 -
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /PERMEN-KP/2017
TENTANG
USAHA PENGOLAHAN IKAN
(4 x 6) berwarna
- 36 -
LOKASI USAHA:
TANDA TANGAN
(NAMA LENGKAP)
NILAI INVESTASI:
MULAI BERLAKU:
ASAL BAHAN BAKU:
SIUP BERLAKU SEJAK TANGGAL
PENERBITAN
TUJUAN PEMASARAN:
CATATAN: DAERAH, (TANGGAL) (BULAN)
SIUP berlaku selala 20 Tahun sejak (TAHUN)
tanggal penerbitan GUBERNUR, BUPATI/WALI KOTA
SUSI PUDJIASTUTI
- 37 -
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /PERMEN-KP/2017
TENTANG
USAHA PENGOLAHAN IKAN
SUSI PUDJIASTUTI
- 39 -
LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /PERMEN-KP/2017
TENTANG
USAHA PENGOLAHAN IKAN
3. ………………volume………………
4. ………………volume………………
5. ………………volume………………
15. Pemilik :
...................................................................................................................
16. Struktur Manajemen : Direktur Utama :
...........................................................................
Direktur I :
...........................................................................
Direktur II :
...........................................................................
Komisaris Utama :
...........................................................................
Komisaris I :
...........................................................................
Komisaris II :
...........................................................................
17. Cold Storage : Jumlah :..................... unit
KapasitasTotal :..................... ton
b. Asing
Tetap Tidak Tetap
Pria Wanita Pria Wanita
b. Ekspor
- Jumlah ekspor : ……….kg
- % terhadap Total Produksi : ……%
- Negara Tujuan Utama : 1. ……………………… (sebutkan nama
Negara)
2. ………………………
3. ………………………
4. ………………………
5. ………………………
26. Lain-lain:
a. Penerapan teknologi olahan yang digunakan (uraikan)
………….,………………….20…
.
Pemilik/Penanggung Jawab
(………………………………….)
SUSI PUDJIASTUTI