Anda di halaman 1dari 44

PERATURAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR /PERMEN-KP/2016
TENTANG
USAHA PENGOLAHAN IKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 25 ayat (2) dan


Pasal 32 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 45 Tahun 2009, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan tentang Usaha Pengolahan Ikan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang


Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5073);
-2-

2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5360);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 294, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5603);
5. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian
Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 5);
6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1227);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
TENTANG USAHA PENGOLAHAN IKAN.
-3-

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau
sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam
lingkungan perairan.
2. Hasil Perikanan adalah Ikan yang ditangani dan/atau
diolah dan/atau dijadikan produk akhir yang berupa
Ikan segar, Ikan beku, dan olahan lainnya untuk
konsumsi manusia dan/atau pakan.
3. Produk Perikanan adalah setiap bentuk produk pangan
yang berupa ikan utuh atau produk yang mengandung
bagian Ikan, termasuk produk yang sudah diolah dengan
cara apapun yang berbahan baku utama ikan.
4. Penanganan Ikan adalah suatu rangkaian kegiatan
dan/atau perlakuan awal terhadap Ikan tanpa mengubah
struktur dan bentuk dasar.
5. Keamanan Hasil Perikanan adalah jaminan bahwa Hasil
Perikanan tidak akan membahayakan konsumen ketika
disiapkan dan/atau dikonsumsi sesuai tujuan
penggunaannya.
6. Pengolahan Ikan adalah rangkaian kegiatan dan/atau
perlakuan dari bahan baku Ikan sampai menjadi produk
akhir untuk konsumsi manusia.
7. Usaha Pengolahan Ikan adalah usaha perikanan yang
berbasis pada kegiatan Pengolahan Ikan.
8. Nilai Tambah Hasil Perikanan adalah pertambahan nilai
Hasil Perikanan sebagai akibat dari kegiatan
penanganan, pengolahan, Distribusi atau penyimpanan
dalam suatu proses produksi.
9. Unit Pengolahan Ikan, yang selanjutnya disingkat UPI,
adalah tempat dan fasilitas untuk melakukan aktifitas
Pengolahan Ikan.
10. Surat Izin Usaha Perikanan, yang selanjutnya disebut
SIUP, adalah izin tertulis yang harus dimiliki perusahaan
-4-

perikanan untuk melakukan usaha perikanan dengan


menggunakan sarana produksi yang tercantum dalam
izin tersebut.
11. Tanda Daftar Usaha Pengolahan Ikan, yang selanjutnya
disingkat TDU-PI, adalah tanda daftar tertulis yang harus
dimiliki oleh Setiap Orang untuk melakukan Usaha
Pengolahan Ikan.
12. Bahan Baku adalah Ikan termasuk bagian-bagiannya
yang berasal dari hasil tangkapan maupun budidaya
yang dapat dimanfaatkan sebagai faktor produksi dalam
pengolahan Hasil Perikanan.
13. Sertifikat Kelayakan Pengolahan, yang selanjutnya
disingkat SKP, adalah sertifikat yang diberikan kepada
UPI yang telah menerapkan cara pengolahan yang baik
dan memenuhi persyaratan prosedur operasi sanitasi
standar.
14. Sertifikat Pengolah Ikan, yang selanjutnya disingkat SPI,
adalah sertifikat yang menerangkan bahwa seseorang
telah memiliki keterampilan dalam bidang teknologi
pengolahan Ikan dan manajemen mutu Hasil Perikanan.
15. Cara Penanganan Ikan yang Baik adalah pedoman dan
tata cara Penanganan Ikan hasil penangkapan atau
pembudidayaan untuk memenuhi persyaratan jaminan
mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.
16. Standar Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat
SNI, adalah standar yang ditetapkan oleh Badan
Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional.
17. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau badan
usaha yang berbentuk badan hukum maupun tidak
berbadan hukum.
18. Pengawas Perikanan adalah pegawai negeri sipil yang
mempunyai tugas mengawasi tertib pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perikanan.
19. Kementerian adalah kementerian yang membidangi
urusan perikanan.
-5-

20. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang perikanan.
21. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang
menyelenggarakan tugas teknis di bidang penguatan
daya saing produk kelautan dan perikanan dan
pengolahan ikan.
22. Dinas adalah satuan kerja perangkat daerah provinsi
atau kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang
perikanan.

BAB II
JENIS USAHA, DAN PERIZINAN PENGOLAHAN IKAN

Bagian Kesatu
Jenis Usaha Pengolahan Ikan

Pasal 2
Jenis Usaha Pengolahan Ikan meliputi:
a. penggaraman dan/atau pengeringan Ikan;
b. pemindangan Ikan;
c. pengasapan dan/atau pemanggangan Ikan;
d. peragian dan/atau fermentasi Ikan;
e. pengalengan Ikan;
f. pengekstraksian dan/atau pereduksian Ikan;
g. pembekuan Ikan;
h. pendinginan Ikan;
i. pengolahan berbasis lumatan daging Ikan/jelly Ikan atau
surimi; dan/atau
j. pengolahan kerupuk Ikan.

Pasal 3
Usaha pengolahan penggaraman dan/atau pengeringan Ikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a merupakan
kegiatan usaha yang memproses bahan baku menjadi produk
akhir dengan cara penambahan garam dan/atau pengeringan
untuk mengurangi kadar air dalam daging sampai batas
tertentu guna memperpanjang masa simpan.
-6-

Pasal 4
Usaha pengolahan pemindangan Ikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf b merupakan kegiatan usaha yang
memproses bahan baku menjadi produk akhir dengan cara
perebusan atau pengukusan dengan atau tanpa tekanan
tinggi untuk mendapatkan cita rasa tertentu dan mengurangi
kandungan mikroorganisme yang dapat mempengaruhi mutu
dan daya simpan produk.

Pasal 5
Usaha pengolahan pengasapan dan/atau pemanggangan Ikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c merupakan
kegiatan usaha yang memproses bahan baku menjadi produk
akhir dengan cara penggunaan media asap dan/atau panas
untuk membunuh mikroorganisme dan memberi cita rasa
yang khas.

Pasal 6
Usaha pengolahan peragian dan/atau fermentasi Ikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d merupakan
kegiatan usaha yang memproses bahan baku menjadi produk
akhir dengan cara perombakan protein Ikan secara enzimatis,
proteolitik, bakteriologis dalam derajat keasaman tertentu
untuk menghasilkan produk dengan cita rasa yang khas.

Pasal 7
Usaha pengolahan pengalengan Ikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf e merupakan kegiatan usaha yang
memproses bahan baku menjadi produk akhir dengan cara
penggunaan suhu tinggi (sterilisasi atau pasteurisasi) dalam
suatu wadah kaleng, kemasan plastik, botol, atau bahan lain
yang sejenis dengan cara mengeliminasi bakteri patogen dan
pembusuk secara komersial (sterilisasi) atau mengeliminasi
bakteri patogen dan mereduksi bakteri pembusuk
(pasteurisasi).
-7-

Pasal 8
Usaha pengolahan pengekstraksian dan/atau pereduksian
Ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf f
merupakan kegiatan usaha yang memproses bahan baku
menjadi produk akhir dengan cara pemisahan cairan dan
padatan dengan pengepresan atau pemusingan.

Pasal 9
Usaha pengolahan pembekuan Ikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf g merupakan kegiatan usaha yang
memproses bahan baku menjadi produk akhir dengan cara
penurunan suhu agar kandungan air dalam Ikan menjadi
beku.

Pasal 10
Usaha pendinginan Ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 huruf h merupakan kegiatan usaha yang memproses Bahan
Baku menjadi produk akhir dengan cara penyimpanan dingin
dan/atau pengesan dengan atau tanpa mengubah
karakteristik Ikan.

Pasal 11
Usaha pengolahan berbasis lumatan daging Ikan/jelly Ikan
atau surimi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf i
merupakan kegiatan usaha yang memproses bahan baku
menjadi produk akhir dengan cara pencampuran lumatan
daging Ikan segar atau surimi dengan penambahan bahan-
bahan lain untuk menghasilkan pasta dengan cita rasa,
kekenyalan, dan bentuk tertentu.

Pasal 12
Usaha pengolahan kerupuk Ikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf j merupakan kegiatan usaha yang
memproses bahan baku dengan cara pencampuran lumatan
daging Ikan segar dan bahan-bahan lain menjadi produk
akhir dengan bentuk dan ketebalan tertentu.
-8-

Bagian Kedua
Perizinan Pengolahan Ikan

Pasal 13
(1) Setiap Orang yang melakukan Usaha Pengolahan Ikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 wajib memiliki
SIUP.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan bagi Usaha Pengolahan Ikan dengan skala
mikro dan kecil.
(3) SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwajibkan
bagi Usaha Pengolahan Ikan dengan skala menengah dan
besar.
(4) Bagi Usaha Pengolahan Ikan dengan skala mikro dan
kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diterbitkan
TDU-PI.
(5) SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
selama 20 (dua puluh) tahun.
(6) TDU-PI sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berlaku
selama 5 (lima) tahun.
(7) Kriteria skala usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3), diatur dalam Peraturan Menteri.

Bagian Ketiga
Penerbitan SIUP dan TDU-PI

Pasal 14
(1) Menteri melimpahkan kewenangan penerbitan SIUP
kepada:
a. Direktur Jenderal, untuk Usaha Pengolahan Ikan
lintas daerah provinsi, lintas negara, dan/atau
menggunakan modal asing; dan
b. Gubernur untuk Usaha Pengolahan Ikan yang
berada di wilayah kabupaten/kota dan di lintas
daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah
Provinsi.
-9-

(2) Menteri melimpahkan kewenangan penerbitan TDU-PI


kepada bupati/wali kota untuk Usaha Pengolahan Ikan
yang berada di wilayahnya.
(3) Penerbitan SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dan penerbitan TDU-PI sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dalam pelaksanaannya dilakukan oleh
kepala Dinas atau pejabat yang ditunjuk.
(4) Bentuk dan format SIUP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dan huruf b serta TDU-PI sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam Lampiran I,
Lampiran II, dan Lampiran III yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Bagian Keempat
Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan SIUP

Pasal 15
(1) Setiap Orang untuk memiliki SIUP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a harus
mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal
dengan melampirkan persyaratan:
a. rencana Usaha Pengolahan Ikan paling sedikit
memuat:
1. jenis usaha;
2. sumber dan nilai investasi;
3. jenis dan asal bahan baku;
4. sarana produksi yang digunakan;
5. gambaran proses produksi; dan
6. wilayah pemasaran.
b. fotokopi dokumen identitas penanggung jawab
perusahaan dengan menunjukkan aslinya;
c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Perusahaan dengan menunjukkan aslinya;
d. fotokopi akta notaris pendirian Perusahaan;
e. izin prinsip penanaman modal asing dari lembaga
yang menangani penanaman modal, bagi
perusahaan penanaman modal asing;
- 10 -

f. rekomendasi dari pemerintah daerah


kabupaten/kota dimana lokasi usaha akan didirikan
yang menyatakan bahwa lokasi usaha sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah;
g. memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL); dan
h. surat pernyataan bermeterai cukup dari pemohon
yang menyatakan kebenaran data dan informasi
yang disampaikan.
(2) Apabila dikemudian hari persyaratan yang dilampirkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak benar, SIUP
yang telah diterbitkan dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 16
(1) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 ayat (1), Direktur Jenderal melakukan penilaian
terhadap kelayakan rencana usaha dan kelengkapan
persyaratan lainnya paling lama 5 (lima) hari kerja sejak
diterimanya permohonan secara lengkap yang hasilnya
berupa persetujuan atau penolakan.
(2) Direktur Jenderal dalam melakukan penilaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membentuk Tim
Penilai.
(3) Tim Penilai memberikan hasil penilaian berupa
rekomendasi penerbitan atau penolakan.
(4) Dalam hal permohonan SIUP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disetujui, Direktur Jenderal menerbitkan
SIUP paling lama 2 (dua) hari kerja sejak rekomendasi
Tim Penilai diterima.
(5) Dalam hal permohonan SIUP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditolak, Direktur Jenderal menyampaikan
penolakan disertai alasan paling lama 2 (dua) hari kerja
sejak rekomendasi Tim Penilai diterima.
- 11 -

Pasal 17
(1) Setiap Orang untuk memiliki SIUP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf b harus
mengajukan permohonan kepada gubernur dengan
melampirkan persyaratan:
a. rencana Usaha Pengolahan Ikan paling sedikit
memuat:
1. jenis usaha;
2. sumber dan nilai investasi;
3. jenis dan asal bahan baku;
4. sarana produksi yang digunakan;
5. gambaran proses produksi; dan
6. wilayah pemasaran.
b. fotokopi dokumen identitas penanggung jawab
perusahaan dengan menunjukkan aslinya;
c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Perusahaan dengan menunjukkan aslinya;
d. fotokopi akta notaris pendirian Perusahaan;
e. rekomendasi dari pemerintah daerah
kabupaten/kota dimana lokasi usaha akan didirikan
yang menyatakan bahwa lokasi usaha sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah;
f. memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL); dan
g. surat pernyataan bermeterai cukup dari pemohon
yang menyatakan kebenaran data dan informasi
yang disampaikan.
(2) Apabila dikemudian hari persyaratan yang dilampirkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak benar, SIUP
yang telah diterbitkan dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 18
(1) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1), gubernur melakukan penilaian
terhadap kelayakan rencana usaha dan kelengkapan
persyaratan lainnya paling lama 5 (lima) hari kerja sejak
- 12 -

diterimanya permohonan secara lengkap yang hasilnya


berupa persetujuan atau penolakan.
(2) Gubernur dalam melakukan penilaian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat membentuk Tim Penilai.
(3) Tim Penilai memberikan hasil penilaian berupa
rekomendasi penerbitan atau penolakan.
(4) Dalam hal permohonan SIUP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disetujui, gubernur menerbitkan SIUP
paling lama 2 (dua) hari kerja sejak rekomendasi Tim
Penilai diterima.
(5) Dalam hal permohonan SIUP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditolak, gubernur menyampaikan penolakan
disertai alasan paling lama 2 (dua) hari kerja sejak
rekomendasi Tim Penilai diterima.

Bagian Kelima
Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan TDU-PI

Pasal 19
(1) Setiap orang untuk memiliki TDU-PI sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) harus mengajukan
permohonan kepada bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya, dengan melampirkan persyaratan:
a. rencana Usaha Pengolahan Ikan paling sedikit
memuat:
1. jenis usaha;
2. sumber dan nilai investasi;
3. jenis dan asal Bahan Baku; dan
4. wilayah pemasaran.
b. fotokopi kartu identitas pemilik usaha atau
penanggung jawab perusahaan dengan
menunjukkan aslinya;
c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemilik
usaha atau perusahaan dengan menunjukkan
aslinya; dan
- 13 -

d. surat keterangan domisili Usaha Pengolahan Ikan.


(2) Apabila dikemudian hari persyaratan yang dilampirkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak benar, TDU-PI
yang telah diterbitkan dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 20
(1) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (1), bupati/wali kota melakukan penilaian
terhadap kelayakan rencana usaha dan kelengkapan
persyaratan lainnya paling lama 5 (lima) hari kerja sejak
diterimanya permohonan secara lengkap yang hasilnya
berupa persetujuan atau penolakan.
(2) Dalam hal permohonan TDU-PI sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disetujui, bupati/wali kota menerbitkan
TDU-PI paling lama 2 (dua) hari kerja sejak penilaian
dianggap telah sesuai.
(3) Dalam hal permohonan TDU-PI sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditolak, bupati/wali kota menyampaikan
penolakan disertai alasan paling lama 2 (dua) hari kerja.

Bagian Keenam
Kewajiban Pemegang SIUP dan TDU-PI
Pasal 21
(1) Setiap pemegang SIUP wajib memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a. merealisasikan pembangunan dan pengoperasian
UPI paling lama 4 (empat) tahun sejak SIUP
diterbitkan, dengan melaporkan kemajuan
pembangunan fisik dan realisasi pengoperasian
setiap 6 (enam) bulan;
b. memiliki SKP paling lama 1 (satu) tahun setelah
Usaha Pengolahan Ikan beroperasi;
c. memiliki tenaga kerja paling sedikit 1 (satu) orang
yang bersertifikat SPI sejak Usaha Pengolahan Ikan
beroperasi;
- 14 -

d. tidak menggunakan bahan baku yang berasal dari


kegiatan IUU Fishing;
e. tidak menggunakan bahan tambahan yang
melanggar ketentuan;
f. menerapkan AMDAL atau Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
g. tidak melanggar hak asasi manusia dari tenaga kerja
yang terlibat dalam kegiatan usaha pengolahan ikan.
(2) Dalam hal pemegang SIUP menggunakan tenaga kerja
asing, wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang ketenagakerjaan.

Pasal 22
Setiap pemegang TDU-PI untuk skala kecil wajib memenuhi
ketentuan memiliki SKP paling lama 2 (dua) tahun setelah
Usaha Pengolahan Ikan beroperasi.

Pasal 23
(1) Setiap Orang yang tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf f, Pasal 21
huruf g, dan Pasal 22 dikenakan sanksi administrasi.
(2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari:
a. peringatan tertulis;
b. pembekuan SIUP; dan
c. pencabutan SIUP.
(3) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dikenakan sebanyak 2 (dua) kali secara berturut-
turut masing-masing dalam jangka waktu 1 (satu) bulan.
(4) Pembekuan SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b dilakukan selama 1 (satu) bulan apabila sampai
dengan berakhirnya peringatan tertulis kedua tidak
memenuhi kewajiban.
- 15 -

(5) Pencabutan SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


huruf c dikenakan dalam hal jangka waktu pembekuan
SIUP telah berakhir dan tidak memenuhi kewajiban.

Pasal 24
Setiap Orang yang tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a sampai
dengan huruf e, dikenakan sanksi administrasi berupa
pencabutan SIUP.

BAB III
PERUBAHAN, PERPANJANGAN, DAN PERGANTIAN
PERIZINAN PENGOLAHAN IKAN

Bagian Kesatu
Perubahan SIUP

Pasal 25
(1) Perubahan SIUP dilakukan apabila terdapat:
a. perubahan penanggung jawab perusahaan;
b. perubahan alamat perusahaan; dan/atau
c. perubahan jenis Usaha Pengolahan Ikan.
(2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diajukan paling singkat 6 (enam) bulan sejak SIUP
diterbitkan.
(3) Perubahan SIUP dapat diajukan sebelum 6 (enam) bulan
sejak SIUP diterbitkan dalam hal adanya perubahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.

Pasal 26
(1) Setiap Orang untuk melakukan perubahan SIUP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf a
dan huruf b harus mengajukan permohonan kepada
Direktur Jenderal atau gubernur sesuai dengan
kewenangannya dengan melampirkan persyaratan:
- 16 -

a. fotokopi akta notaris atau surat keterangan tentang


perubahan penanggung jawab perusahaan dan/atau
perubahan alamat Perusahaan;
b. fotokopi SIUP yang akan diubah;
c. jenis perubahan SIUP yang diminta; dan
d. surat pernyataan bermeterai cukup atas kebenaran
data dan informasi yang disampaikan.
(2) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Direktur Jenderal atau gubernur sesuai dengan
kewenangannya melakukan penilaian terhadap
persyaratan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
diterimanya permohonan secara lengkap, yang hasilnya
berupa persetujuan atau penolakan.
(3) Dalam hal permohonan perubahan SIUP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disetujui, Direktur Jenderal atau
gubernur sesuai dengan kewenangannya paling lama 2
(dua) hari kerja menerbitkan SIUP perubahan.
(4) Dalam hal permohonan perubahan SIUP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditolak, Direktur Jenderal atau
gubernur sesuai dengan kewenangannya paling lama 2
(dua) hari kerja menyampaikan penolakan disertai
alasan.
(5) SIUP perubahan diberikan apabila SIUP lama yang telah
dilakukan perubahan dikembalikan kepada Direktur
Jenderal atau gubernur sesuai dengan kewenangannya.
(6) SIUP perubahan mulai berlaku sejak diterbitkan sampai
dengan berakhirnya masa berlaku SIUP yang diubah.

Pasal 27
(1) Setiap Orang untuk melakukan perubahan SIUP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c
harus mengajukan permohonan penerbitan SIUP baru
kepada Direktur Jenderal atau gubernur sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Syarat dan tata cara penerbitan SIUP baru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
Pasal 16 sampai dengan Pasal 18.
- 17 -

(3) SIUP baru diberikan apabila SIUP lama yang telah


dilakukan perubahan dikembalikan kepada Direktur
Jenderal atau gubernur sesuai dengan kewenangannya.
(4) SIUP baru mulai berlaku sejak diterbitkan dengan masa
berlaku selama 20 (dua puluh) tahun.

Bagian Kedua
Perpanjangan SIUP
Pasal 28
(1) Perpanjangan SIUP dapat diajukan 6 (enam) bulan
sebelum masa berlaku SIUP berakhir.
(2) Setiap orang untuk melakukan perpanjangan SIUP harus
mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal
dengan melampirkan:
a. laporan kegiatan usaha yang terdiri dari jenis usaha,
nilai investasi, sumber modal, domisili usaha, asal
bahan baku;
b. fotokopi SIUP yang lama;
c. bukti penyampaian SPT tahunan selama 3 (tiga)
tahun terakhir;
d. fotokopi SKP yang masih berlaku; dan
e. surat pernyataan bermeterai cukup dari pemohon
yang menyatakan kebenaran data dan informasi
yang disampaikan.
(3) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Direktur Jenderal melakukan penilaian terhadap
persyaratan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
diterimanya permohonan secara lengkap, yang hasilnya
berupa persetujuan atau penolakan.
(4) Dalam hal permohonan perpanjangan SIUP sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) disetujui, Direktur Jenderal
paling lama 2 (dua) hari kerja menerbitkan SIUP.
(5) Dalam hal permohonan perpanjangan SIUP sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditolak, Direktur Jenderal paling
lama 2 (dua) hari kerja menyampaikan penolakan disertai
alasan.
- 18 -

(6) SIUP perpanjangan diberikan apabila SIUP lama yang


telah dilakukan perpanjangan dikembalikan kepada
Direktur Jenderal.
(7) SIUP perpanjangan mulai berlaku sejak diterbitkan
dengan masa berlaku selama 20 (dua puluh) tahun.

Bagian Ketiga
Penggantian SIUP

Pasal 29
(1) Penggantian SIUP dilakukan apabila SIUP asli rusak atau
hilang.
(2) Setiap Orang yang akan melakukan penggantian SIUP
harus mengajukan permohonan kepada Direktur
Jenderal dengan melampirkan persyaratan:
a. SIUP asli dalam hal SIUP rusak atau surat
keterangan hilang dari kepolisian dalam hal SIUP
hilang; dan
b. surat pernyataan bermeterai cukup atas kebenaran
data dan informasi yang disampaikan.
(3) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Direktur Jenderal menerbitkan SIUP pengganti
paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) secara
lengkap.
(4) Apabila dikemudian hari persyaratan yang dilampirkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak benar dan
dipergunakan untuk kepentingan yang merugikan negara
dan/atau merugikan pihak lain, SIUP yang dilaporkan
hilang dan SIUP pengganti dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Bagian Keempat
Perubahan TDU-PI
- 19 -

Pasal 30
(1) Perubahan TDU-PI dilakukan apabila terdapat:
a. perubahan alamat pemilik atau penanggung jawab
perusahaan untuk wilayah kabupaten/kota yang
sama;
b. pengembangan Usaha Pengolahan Ikan; dan/atau
c. perubahan jenis Usaha Pengolahan Ikan.
(2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diajukan paling singkat 3 (tiga) bulan sejak TDU-PI
diterbitkan.

Pasal 31
(1) Setiap Orang untuk melakukan perubahan TDU-PI
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengajukan
permohonan kepada Bupati/wali kota dengan
melampirkan persyaratan:
a. fotokopi akta notaris atau surat keterangan tentang
perubahan penanggung jawab perusahaan dan/atau
perubahan alamat Perusahaan;
b. fotokopi TDU-PI yang akan diubah;
c. jenis perubahan TDU-PI yang diminta; dan
d. surat pernyataan bermeterai cukup atas kebenaran
data dan informasi yang disampaikan.
(2) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) belum lengkap, bupati/wali kota mengembalikan
permohonan untuk dilengkapi.
(3) Bupati/wali kota harus menerbitkan TDU-PI perubahan
paling lama 3 (tiga) hari sejak persyaratan perubahan
dinyatakan lengkap oleh pejabat yang ditunjuk.
(4) Dalam hal permohonan perubahan TDU-PI sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditolak, bupati/wali kota
menyampaikan penolakan disertai alasan paling lama 2
(dua) hari kerja.
(5) TDU-PI perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan apabila TDU-PI lama yang telah dilakukan
perubahan dikembalikan kepada bupati/wali kota.
- 20 -

(6) TDU-PI perubahan mulai berlaku sejak diterbitkan


sampai dengan berakhirnya masa berlaku TDU-PI yang
diubah.
(7) Dalam hal perubahan TDU-PI sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dan/atau huruf c berdampak pada
peningkatan skala usaha yang mengakibatkan kewajiban
memiliki SIUP, pemegang TDU-PI wajib mengajukan
permohonan SIUP baru kepada Direktur Jenderal atau
gubernur sesuai dengan kewenangannya.
(8) TDU-PI dicabut dan dinyatakan tidak berlaku sejak SIUP
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) diterbitkan.

Bagian Kelima
Perpanjangan TDU-PI
Pasal 32
(1) Perpanjangan TDU-PI dapat diajukan dapat diajukan 6
(enam) bulan sebelum masa berlaku TDU-PI berakhir.
(2) Setiap orang untuk melakukan perpanjangan TDU-PI
harus mengajukan permohonan kepada bupati dengan
melampirkan:
a. laporan kegiatan usaha yang terdiri dari jenis usaha,
nilai investasi, sumber modal, domisili usaha, asal
bahan baku;
b. fotokopi TDU-PI yang lama;
c. bukti penyampaian SPT tahunan selama 3 (tiga)
tahun terakhir;
d. fotokopi SKP yang masih berlaku; dan
e. surat pernyataan bermeterai cukup dari pemohon
yang menyatakan kebenaran data dan informasi
yang disampaikan.
(3) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), bupati/wali kota melakukan penilaian terhadap
persyaratan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
diterimanya permohonan secara lengkap, yang hasilnya
berupa persetujuan atau penolakan.
(4) Dalam hal permohonan perpanjangan TDU-PI
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disetujui,
- 21 -

bupati/wali kota paling lama 2 (dua) hari kerja


menerbitkan TDU-PI.
(5) Dalam hal permohonan perpanjangan TDU-PI
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditolak, bupati/wali
kota paling lama 2 (dua) hari kerja menyampaikan
penolakan disertai alasan.
(6) TDU-PI perpanjangan diberikan apabila TDU-PI lama
yang telah dilakukan perpanjangan dikembalikan kepada
bupati/wali kota.
(7) TDU-PI perpanjangan mulai berlaku sejak diterbitkan
dengan masa berlaku selama 5 (lima) tahun.

Bagian Keenam
Penggantian TDU-PI

Pasal 33
(1) Penggantian TDU-PI dilakukan apabila TDU-PI asli rusak
atau hilang.
(2) Setiap Orang yang akan melakukan penggantian TDU-PI
harus mengajukan permohonan kepada bupati/wali kota
dengan melampirkan persyaratan:
a. TDU-PI asli dalam hal TDU-PI rusak atau surat
keterangan hilang dari kepolisian dalam hal TDU-PI
hilang; dan
b. Surat pernyataan bermeterai cukup atas kebenaran
data dan informasi yang disampaikan.
(3) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), bupati/wali kota menerbitkan TDU-PI pengganti
paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) secara
lengkap.
(4) Apabila dikemudian hari persyaratan yang dilampirkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak benar dan
dipergunakan untuk kepentingan yang merugikan negara
dan/atau merugikan pihak lain, TDU-PI yang dilaporkan
hilang dan TDU-PI pengganti dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
- 22 -

Pasal 34
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata
cara penerbitan, perubahan, perpanjangan, dan
pergantian SIUP yang menjadi kewenangan gubernur,
diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi dengan mengacu
pada Peraturan Menteri ini.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata
cara penerbitan, perubahan, perpanjangan, dan
pergantian TDU-PI yang menjadi kewenangan bupati/wali
kota diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
dengan mengacu pada Peraturan Menteri ini.

BAB IV
PERSYARATAN PENGOLAHAN IKAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 35
Setiap Orang yang melakukan Usaha Pengolahan Ikan harus
memenuhi persyaratan mengenai:
a. Bahan Baku;
b. Proses pengolahan ikan; dan
c. Sarana dan prasarana.

Bagian Kedua
Bahan Baku

Pasal 36
(1) Setiap pemilik SIUP dan TDU-PI dalam melakukan Usaha
Pengolahan Ikan harus mengutamakan penggunaan
bahan baku yang berasal dari produksi perikanan dalam
negeri baik dari Ikan hasil tangkapan maupun
pembudidayaan Ikan.
- 23 -

(2) Dalam penggunaan bahan baku sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), setiap pemilik SIUP wajib melakukan
kemitraan dengan:
a. usaha penangkapan ikan;
b. usaha pembudidayaan ikan; dan/atau
c. pemasok ikan.
(3) Bahan baku yang berasal dari usaha penangkapan Ikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a harus
berasal dari usaha penangkapan Ikan yang memiliki
sertifikat Cara Penanganan Ikan yang Baik dan/atau
Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan.
(4) Bahan baku yang berasal dari usaha pembudidayaan
Ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b harus
berasal dari usaha pembudidayaan Ikan yang telah
bersertifikat cara budidaya Ikan yang baik.
(5) Bahan baku yang berasal dari pemasok sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c harus berasal dari
pemasok yang telah bersertifikat Cara Penanganan Ikan
yang Baik.
(6) Pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 37
Penggunaan bahan baku sebagaimana dimaksud dalam Pasal
36 ayat (1) apabila tidak tersedia dan/atau tidak mencukupi
kebutuhan Usaha Pengolahan Ikan, dapat dilakukan
pemasukan bahan baku yang berasal dari luar negeri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 38
Untuk menjamin ketersediaan bahan baku Usaha Pengolahan
Ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a, Menteri
dapat membatasi pengeluaran jenis Ikan untuk bahan baku
Pengolahan Ikan.
- 24 -

Bagian Ketiga
Proses Pengolahan Ikan

Pasal 39
(1) Proses Pengolahan Ikan harus memenuhi dan
menerapkan persyaratan sistem jaminan mutu dan
keamanan hasil perikanan.
(2) Setiap proses Pengolahan Ikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus sesuai dengan SNI, persyaratan
nasional, dan/atau persyaratan internasional,
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 40
(1) Produk yang dihasilkan dari proses Pengolahan Ikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 harus memenuhi
persyaratan atau standar mutu dan keamanan produk
paling sedikit memiliki kandungan gizi yang baik dan
memenuhi SNI, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), produk yang dihasilkan dari proses
Pengolahan Ikan untuk tujuan ekspor harus memenuhi
standar negara tujuan.
(3) Produk perikanan yang memenuhi SNI sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan tanda SNI oleh
lembaga sertifikasi produk Hasil Perikanan yang telah
diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional.
(4) Lembaga sertifikasi produk Hasil Perikanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) di lingkungan Kementerian
dilaksanakan oleh unit kerja yang melaksanakan fungsi
pengujian dan penerapan Hasil Perikanan atau unit
pelaksana teknis yang telah terakreditasi oleh Komite
Akreditasi Nasional dan ditunjuk oleh Menteri.
(5) Pemberian tanda SNI sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 25 -

Bagian Keempat
Sarana dan Prasarana

Pasal 41
(1) Dalam rangka proses Pengolahan Ikan setiap UPI harus
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang menjamin
terselenggaranya kegiatan Pengolahan Ikan secara
optimal.
(2) Usaha pengolahan penggaraman dan/atau pengeringan
Ikan harus memiliki sarana dan prasarana paling sedikit
meja proses dan para-para pengeringan ikan.
(3) Usaha pengolahan pemindangan Ikan harus memiliki
sarana dan prasarana paling sedikit meja proses, tungku,
dan wadah perebusan.
(4) Usaha pengolahan pengasapan dan/atau pemanggangan
harus memiliki sarana dan prasarana paling sedikit meja
proses dan tempat pengasapan.
(5) Usaha pengolahan peragian dan/atau fermentasi Ikan
harus memiliki sarana dan prasarana paling sedikit meja
proses, tungku, dan wadah peragian.
(6) Usaha pengolahan pengalengan Ikan harus memiliki
sarana dan prasarana paling sedikit meja proses, wadah
perebusan, mesin penutup kaleng, dan retort.
(7) Usaha pengolahan pengekstraksian dan/atau
pereduksian Ikan harus memiliki sarana dan prasarana
paling sedikit meja proses, wadah penggorengan dan
spiner.
(8) Usaha pengolahan pembekuan Ikan harus memiliki
sarana dan prasarana paling sedikit meja proses, air blast
freezer (ABF), dan ruang beku (cold storage).
(9) Usaha pengolahan berbasis lumatan daging Ikan/jelly
Ikan atau surimi harus memiliki sarana dan prasarana
paling sedikit meja proses, cool box, dan wadah.
(10) Usaha pendinginan Ikan harus memiliki sarana dan
prasarana paling sedikit meja proses, mesin pelumat, dan
ruang beku (cold storage).
- 26 -

(11) Usaha pengolahan kerupuk Ikan harus memiliki sarana


dan prasarana paling sedikit meja proses, mesin pelumat,
alat kukus, dan mesin pemotong.

BAB V
PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN IKAN

Pasal 42
(1) Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota memfasilitasi
pengembangan Usaha Pengolahan Ikan.
(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
dalam bentuk:
a. pelayanan usaha berupa manajemen usaha,
pendampingan perizinan, deregulasi, dan
penyelesaian hambatan investasi;
b. promosi usaha perikanan melalui keikutsertaan
dalam pameran, temu bisnis, dan kegiatan sejenis;
c. kelembagaan berupa penguatan kelembagaan;
d. akses permodalan berupa pendampingan dan
mediasi akses permodalan kepada lembaga
keuangan;
e. kemitraan usaha berupa pendampingan dan
penguatan kemitraan antar pelaku usaha;
f. peningkatan kapasitas sumber daya manusia berupa
bimbingan teknis dan pendampingan Usaha
Pengolahan Ikan;
g. pengembangan produk bernilai tambah berupa
sosialisasi dan pelatihan; dan/atau
h. akses distribusi dan pemasaran berupa peningkatan
kerja sama dan perluasan jaringan pemasaran.
(3) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diutamakan bagi:
a. pengembangan usaha di lokasi rintisan;
b. pelaku usaha yang melakukan pengembangan
produk bernilai tambah;
c. pelaku usaha skala mikro, kecil, dan menengah;
dan/atau
- 27 -

d. usaha yang tumbuh dan berkembang melalui


bantuan sarana dan prasarana dari pemerintah.

Pasal 43
(1) Dalam rangka Pengembangan Usaha Pengolahan Ikan:
a. Menteri menyelenggarakan penelitian,
pengembangan, dan pengujian penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi Hasil Perikanan; dan
b. gubernur, bupati/wali kota menyelenggarakan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Hasil Perikanan.
(2) Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota
menyebarluaskan hasil-hasil penelitan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Hasil
Perikanan kepada pelaku usaha dalam rangka
meningkatkan produktivitasnya.
(3) Dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi, Menteri mengembangkan proyek-proyek
percontohan di bidang pengolahan ikan.

Pasal 44
(1) Menteri, gubernur, dan/atau bupati/wali kota
memfasilitasi pengembangan usaha berbasis kawasan
dengan pembentukan sentra pengolahan Ikan melalui
penentuan lokasi, penyediaan sarana dan prasarana,
pembentukan kelembagaan, dan pengembangan usaha,
serta pembinaan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan sentra
pengolahan Ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB VI
PELAPORAN
- 28 -

Pasal 45
(1) Setiap pemegang SIUP atau TDU-PI wajib membuat
laporan kegiatan Usaha Pengolahan Ikan setiap 6 (enam)
bulan dan menjelang perayaan hari besar keagamaan
yang memuat:
a. jenis dan kapasitas sarana dan prasarana;
b. perkembangan Usaha Pengolahan Ikan;
c. penggunaan tenaga kerja; dan
d. asal bahan baku, jenis, dan volume Ikan serta jenis
dan volume produk yang dihasilkan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/wali
kota sesuai dengan kewenangannya.
(3) Gubernur atau bupati/wali kota menyampaikan laporan
penerbitan SIUP atau TDU-PI dan perkembangan Usaha
Pengolahan Ikan di wilayahnya kepada Menteri.
(4) Bentuk dan format laporan kegiatan Usaha Pengolahan
Ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 46
(1) Setiap orang yang tidak melaksanakan kewajiban
menyampaikan laporan kegiatan Usaha Pengolahan Ikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1)
dikenakan sanksi administrasi.
(2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari:
a. peringatan tertulis;
b. pembekuan SIUP atau TDU-PI; dan
c. pencabutan SIUP atau TDU-PI.
(3) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dikenakan paling banyak 2 (dua) kali secara
berturut-turut masing-masing dalam jangka waktu 1
(satu) bulan.
- 29 -

(4) Pembekuan SIUP atau TDU-PI sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) huruf b dilakukan selama 1 (satu) bulan
apabila sampai dengan berakhirnya peringatan tertulis
kedua tidak menyampaikan laporan.
(5) Pencabutan SIUP atau TDU-PI sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c dikenakan dalam hal jangka waktu
pembekuan SIUP atau TDU-PI telah berakhir dan tidak
menyampaikan laporan.

BAB VII
PEMBINAAN USAHA PENGOLAHAN IKAN

Pasal 47
(1) Menteri, gubernur, bupati/wali kota, atau pejabat yang
ditunjuk melakukan pembinaan terhadap Usaha
Pengolahan Ikan sesuai dengan kewenangannya.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
peningkatan kualitas sumber daya manusia, pengelolaan
sarana dan prasarana pengolahan ikan, teknik
pengolahan ikan, peningkatan mutu, dan nilai tambah
Hasil Perikanan.

Pasal 48
Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota menyusun norma,
standar, prosedur, dan kriteria untuk melaksanakan Usaha
Pengolahan Ikan sesuai dengan kewenangannya.

BAB VIII
PENGAWASAN

Pasal 49
Pengawasan Usaha Pengolahan Ikan dilakukan oleh Pengawas
Perikanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
- 30 -

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 50
SIUP atau TDU-PI yang telah ada sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini tetap berlaku dan dalam jangka waktu
paling lama 1 (satu) tahun harus menyesuaikan dengan
Peraturan Menteri ini.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 51
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN


REPUBLIK INDONESIA,

SUSI PUDJIASTUTI
- 31 -

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal

DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN,


KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ... NOMOR ...


- 32 -

LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /PERMEN-KP/2017
TENTANG
USAHA PENGOLAHAN IKAN

BENTUK DAN FORMAT SIUP


YANG DITERBITKAN OLEH DIREKTUR JENDERAL

PUSAT
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
MINISTRY OF MARINE AFFAIRS AND FISHERIES

SURAT IZIN USAHA PERIKANAN (SIUP)


FISHERIES ENTERPRISE LICENSE
NOMOR:
IDENTITAS JENIS USAHA
IDENTITY BUSINESS FIELDS
NAMA PERUSAHAAN: penggaraman dan/atau
COMPANY NAME: pengeringan
salting and/or drying
ALAMAT PERUSAHAAN: pemindangan
ADDRESS: boiling
pengasapan dan/atau
NO. TELEPON: pemanggangan
PHONE NUMBER: curing
peragian dan/atau fermentasi
NO. FAX: fermentation
FAXIMILE NUMBER: pengalengan
canning
- 33 -

NPWP PERUSAHAAN: pengekstraksian dan/atau


COMPANY’S TAXPAYER pereduksian
REGISTRATION NUMBER: extracting
pembekuan
NO AKTE PENDIRIAN PERUSAHAAN: freezing
DEED OF ESTABLISHMENT NUMBER: pendinginan
chiling
NAMA PENANGGUNG JAWAB pengolahan berbasis lumatan
PERUSAHAAN: daging ikan/jelly ikan atau surimi
RESPONSIBILITY INSURER: jelly fish product
pengolahan kerupuk
NO IDENTITAS PENANGGUNG fish crackers
JAWAB PERUSAHAAN: GAMBARAN USAHA:
IDENTITY NUMBER OF BUSINESS PROFILE
RESPONSIBILITY INSURER: LOKASI USAHA: . Provinsi...dan
provinsi.....
LOCATION

FOTO
PENANGGUNG
JAWAB
NILAI INVESTASI ASING:
(4 x 6) berwarna
TANDA TANGAN AMOUNT OF FORIGN INVESTMENT
PHOTO
SIGNATURE

(NAMA LENGKAP):
FULL NAME NAMA PERUSAHAAN MITRA DI
INDONESIA:
COMPANY PARTNER IN INDONESIA
MULAI BERLAKU:
ENTRY INTO FORCE: KAPASITAS PRODUKSI PER BULAN:
PRODUCTION CAPACITY (MONTHLY):
SIUP BERLAKU SEJAK TANGGAL
PENERBITAN ASAL BAHAN BAKU:
VALID SINCE ISSUED ORIGIN OF RAW MATERIAL:

TUJUAN PEMASARAN:
MARKET DESTINATION:
CATATAN: JAKARTA, (TANGGAL), (BULAN),
NOTE: (TAHUN)
SIUP berlaku selala 20 Tahun sejak JAKARTA, DATE, MONTH, YEARS
- 34 -

tanggal penerbitan
DIREKTUR JENDERAL,
DIRECTOR GENERAL,

(NAMA DAN TANDA TANGAN)


NAME AND SIGNATURE

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN


REPUBLIK INDONESIA,

SUSI PUDJIASTUTI
- 35 -

LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /PERMEN-KP/2017
TENTANG
USAHA PENGOLAHAN IKAN

BENTUK DAN FORMAT SIUP


YANG DITERBITKAN OLEH GUBERNUR

LOGO DAERAH (PROVINSI)


PEMERINTAH PROVINSI ......
SURAT IZIN USAHA PERIKANAN (SIUP)
NOMOR:

IDENTITAS JENIS USAHA


NAMA PERUSAHAAN: penggaraman dan/atau
pengeringan
ALAMAT PERUSAHAAN: pemindangan
pengasapan dan/atau
NO. TELEPON: pemanggangan
NO. FAX: peragian dan/atau fermentasi
NPWP PERUSAHAAN: pengalengan
NO AKTE PENDIRIAN PERUSAHAAN: pengekstraksian dan/atau
NAMA PENANGGUNG JAWAB pereduksian
PERUSAHAAN: pembekuan
pendinginan
NO IDENTITAS PENANGGUNG pengolahan berbasis lumatan
JAWAB PERUSAHAAN: daging ikan/jelly ikan atau surimi
pengolahan kerupuk
FOTO GAMBARAN USAHA:
PENANGGUNG
JAWAB

(4 x 6) berwarna
- 36 -

LOKASI USAHA:

TANDA TANGAN
(NAMA LENGKAP)
NILAI INVESTASI:

NAMA PERUSAHAAN MITRA:

KAPASITAS PRODUKSI PER BULAN:

MULAI BERLAKU:
ASAL BAHAN BAKU:
SIUP BERLAKU SEJAK TANGGAL
PENERBITAN
TUJUAN PEMASARAN:
CATATAN: DAERAH, (TANGGAL) (BULAN)
SIUP berlaku selala 20 Tahun sejak (TAHUN)
tanggal penerbitan GUBERNUR, BUPATI/WALI KOTA

(NAMA DAN TANDA TANGAN)

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN


REPUBLIK INDONESIA,

SUSI PUDJIASTUTI
- 37 -

LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /PERMEN-KP/2017
TENTANG
USAHA PENGOLAHAN IKAN

BENTUK DAN FORMAT TDU-PI

LOGO DAERAH (KABUPATEN/KOTA)


PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA …………….
TANDA DAFTAR USAHA PENGOLAHAN IKAN (TDU-PI)
NOMOR:
IDENTITAS JENIS USAHA
NAMA PEMILIK/PERUSAHAAN: penggaraman dan/atau
pengeringan
ALAMAT PEMILIK/PERUSAHAAN: pemindangan
pengasapan dan/atau
pemanggangan
NO. TELEPON: peragian dan/atau fermentasi
NO. FAX: pengalengan
NPWP PEMILIK/PERUSAHAAN: pengekstraksian dan/atau
NAMA PENANGGUNG JAWAB: pereduksian
NO IDENTITAS pembekuan
PEMILIK/PENANGGUNG JAWAB pendinginan
PERUSAHAAN: pengolahan berbasis lumatan
daging ikan/jelly ikan atau surimi
FOTO pengolahan kerupuk
PENANGGUNG GAMBARAN USAHA
JAWAB
TANDA TANGAN SKALA USAHA: MIKRO / KECIL*)
(4 x 6) berwarna (NAMA LENGKAP) NILAI INVESTASI:
- 38 -

MULAI BERLAKU: KAPASITAS PRODUKSI PER BULAN:


TDU-PI BERLAKU SEJAK TANGGAL ASAL BAHAN BAKU:
PENERBITAN TUJUAN PEMASARAN:
CATATAN: DAERAH, (TANGGAL) (BULAN)
(TAHUN)
SKPD KABUPATEN/KOTA
*TDU-PI berlaku selama 5 Tahun sejak NAMA PEJABAT:
tanggal penerbitan NIP:
*coret yang tidak perlu JABATAN:

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN


REPUBLIK INDONESIA,

SUSI PUDJIASTUTI
- 39 -

LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /PERMEN-KP/2017
TENTANG
USAHA PENGOLAHAN IKAN

BENTUK DAN FORMAT LAPORAN KEGIATAN USAHA PENGOLAHAN IKAN

LAPORAN KEGIATAN USAHA PENGOLAHAN IKAN


1. Nama Perusahaan/UPI :
...................................................................................................................
2. Provinsi :
...................................................................................................................
3. Kabupaten/Kota :
...................................................................................................................
4. AlamatPabrik :
...................................................................................................................
Kode Pos: …………………
Email: ................................... Website:
Telp: ....................................
Fax:.............................................
5. Alamat Kantor Pusat :
...................................................................................................................
Kode Pos: …………………
Email: ................................... Website:
Telp: ....................................
Fax:..............................................
6. NPWP :
.......................................................................................................
7. Sertifikasiyang Dimiliki : SKP, No: ....................................................
( )
GMP/SSOP, No: ………………………… ( )
HACCP, No: .............................................. ( )
- 40 -

Approval Number, No: …………………. ( )


No: ………………………………. ( )
ISO, No: ………………………………… ( )
Halal, No: ………………………………. ( )
PIRT, No: ………………………………. ( )
MD, No: ………………………………… ( )
Lain-lain, sebutkan …………………….. ( )
8. Izin yang dimiliki : Angka Pengenal Eksportir, No:
……………………. ( )
Tanda Daftar Perusahaan, No: ……………………..( )
SIUP, No:…………………………………………...( )
IUP, No: ……………………………………..…..…( )
Perizinan usaha lainnya, sebutkan ……………….. ( )
9. NilaiInvestasi saat ini : Rp……………………………. Sumber modal
…………………(sebutkan)
10. Debt Equity Ratio :
11. Omzet (Rp/bulan) :
12. Bulan danTahun Berdirinya Perusahaan/UPI: Bulan: …...
Tahun: ……...
Bulan danTahun Berproduksi (beroperasi) secara komersil: Bulan: …...
Tahun: ……...
13. Jenis Kegiatan UPI : 01. Penggaraman ( ) 06.
Pereduksian/Ekstraksi ikan ( )
02. Pemindangan ( ) 07. Pembekuan ikan
( )
03. Pengasapan dan/atau ( ) 08. Pendinginan
ikan ( )
Pemanggangan ikan
04. Peragian dan/ atau ( ) 09. Pengolahan
berbasis Pelumatan ( )
Fermentasi ikan Daging Ikan/Jelly
Ikan/Surimi
05. Pengalengan ikan ( ) 10. Pengolahan Kerupuk
ikan ( )

14. Produk yang dihasilkan : 1. ………………volume……………… (sebutkan)


2. ………………volume………………
- 41 -

3. ………………volume………………
4. ………………volume………………
5. ………………volume………………
15. Pemilik :
...................................................................................................................
16. Struktur Manajemen : Direktur Utama :
...........................................................................
Direktur I :
...........................................................................
Direktur II :
...........................................................................
Komisaris Utama :
...........................................................................
Komisaris I :
...........................................................................
Komisaris II :
...........................................................................
17. Cold Storage : Jumlah :..................... unit
KapasitasTotal :..................... ton

18. Jenis dan kapasitas Sarana dan Prasarana yang ada :

Jenis sarana dan


No Kapasitas/jumlah
prasarana
A Bangunan
1.
2.
3.
…dst

B Mesin dan peralatan


1.
2.
3.
…dst

19. Nilai Taksiran Seluruh Barang Modal yang Dimiliki:


- 42 -

a. Tanah : Rp. ........................................


b. Gedung : Rp. ........................................
c. Mesin : Rp. ........................................
d. Kendaraan : Rp. ........................................
e. Lain-lain : Rp. ........................................
20. Kapasitas Produksi : ....................... ton/tahun
21. Jumlah Hari Kerja per Tahun : ....................... hari
22. Tenaga Kerja :
a. Indonesia
Tetap Tidak Tetap
Pria Wanita Pria Wanita

b. Asing
Tetap Tidak Tetap
Pria Wanita Pria Wanita

23. Kondisi Bahan Baku saat ini :


a. Lokal
- % terhadap Total Bahan Baku : ……%
- JenisIkan : 1. ……………volume………, asal: ………………
(sebutkan nama Kabupaten/Kota)
2..……………volume………, asal: ……………… (sebutkan
nama Kabupaten/Kota)
3..……………volume………, asal: ……………… (sebutkan
nama Kabupaten/Kota)
4..……………volume………, asal: ……………… (sebutkan
nama Kabupaten/Kota)
…dst
b. Impor
- % terhadap Total Bahan Baku : ……%
- JenisIkan : 1. ….………volume…….……, asal: ……………(sebutkan
nama Negara Asal)
2. ………….volume…….……, asal: ……………(sebutkan nama
Negara Asal)
- 43 -

3 .....………volume …………, asal: ……………(sebutkan nama


Negara Asal)
4 .…………volume …………, asal: ……………(sebutkan nama
Negara Asal)
…dst
24. Pemasaran :
a. Lokal
- Jumlah penjualan : ……kg
- Daerah Pemasaran Utama : 1. ……………………… (sebutkan nama
Kabupaten/Kota)
2. ………………………
3. ………………………
4. ………………………
5. ………………………

b. Ekspor
- Jumlah ekspor : ……….kg
- % terhadap Total Produksi : ……%
- Negara Tujuan Utama : 1. ……………………… (sebutkan nama
Negara)
2. ………………………
3. ………………………
4. ………………………
5. ………………………

25. Mitra Usaha : (sebutkan Nama Perusahaan


(industri/UMKM) dan kemitraan dalam hal apa)
1. ………………………………..,perihal:
…………………………
2. ………………………………..,perihal:
…………………………
3. ………………………………..,perihal:
…………………………
4. ………………………………..,perihal:
…………………………
5. ………………………………..,perihal:
…………………………
- 44 -

26. Lain-lain:
a. Penerapan teknologi olahan yang digunakan (uraikan)

b. Kendala yang dihadapi (uraikan)

………….,………………….20…
.
Pemilik/Penanggung Jawab

(………………………………….)

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN


REPUBLIK INDONESIA,

SUSI PUDJIASTUTI

Anda mungkin juga menyukai