Anda di halaman 1dari 13

EVIDANCE BASED PRACTIC (FISIOTERAPI DADA)

DENGAN KASUS TUBERCLOSIS PADA ANAK

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 7
1) NIA USNIAH
2) NUR HASTUTIK
3) RIAN FIRDAYANTI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2018
KATA PENGHANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, karena berkat
rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “EVIDANCE BASED
PRACTIC ( FISIOTERAPI DADA DENGAN KASUS TUBERCLOSIS PADA ANAK”tepat
pada waktunya. Makalah ini penulis susun untuk melengkapi tugas
Penulis mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Baik kepada dosen maupun pihak sekitarnya Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat
memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.

Mataram,19 Juli 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................4

A. Latar Belakang ...........................................................................................................4


B. Rumusan Masalah ......................................................................................................4
C. Tujuan .......................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................5

A. Devinisi ......................................................................................................................5
B. Tujuan Fsioterapi Dada ..............................................................................................6
C. Indikasi .......................................................................................................................6
D. Kontraindikasi ............................................................................................................6
E. Pengarauh Fisioterapi Dada Pada Kasus Tuberculosis Pada Anak ...........................7
F. Aspek keamanan dan keselamatan dalam tindakan fisioterapi dada .........................7
G. Anatomi Daerah Target Tindakan .............................................................................8
H. Alat dan Bahan ...........................................................................................................10
I. Prosedur Tindakan ....................................................................................................10
J. Hal penting yang Harus Dicatat .................................................................................11
BAB III PENUTUP ..............................................................................................................12
A. Kesimpulan ...............................................................................................................12
B. Saran .........................................................................................................................12
Daftar Pustaka ........................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
mikrobacterium tuberkulosis, yang mana mikroorganisme ini bersifat aerob, yakni
menyukai daerah dengan kadar oksigen tinggi, sehingga tuberkulosis lebih banyak
menyerang organ paru. Reaksi inflamasi dan fagositosis terhadap microbacterium
tuberkulosis menyebabkan penumpukan eksudat didalam alveoli. Sputum yang tidak
dikeluarkan dapat menyebabkan bersihan jalan nafas menjadi tidak efektif, sehingga
suplai oksigen akan terganggu dan dapat mengakibatkan timbulnya sianosis, kelelahan,
apatis serta merasa lemah.
Menurut World Health Organization (WHO) pada Global Tuberculosis Report
(2016), Indonesia merupakan negara dengan urutan ke-33 di dunia dengan penyakit
tuberkulosis terbanyak pada tahun 2015, dengan jumlah total 1.020.000 penderita TB
yang diantaranya terdapat 75.000 penderita pada usia 0-14 tahun dan 942.000 untuk
usia > 14 tahun. Berdasarkan konferensi dunia yang dilakukan oleh WHO dalam
agenda SDGs yang dilaskukan pada Desember 2016 dikatakan bahwa tuberkulosis
merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian diseluruh dunia. Pada tahun 2015
diperkirakan kasus TB mencapai 10,4 juta kasus dan menyebabkan 1,8 juta kematian .

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari fisioterapi dada?
2. Apa tujuan dan manfaat fisioterapi dada?
3. Apa indikasi tindakan fisioterapi dada?
4. Apa kontraindikasi tindakan fisioterapi dada?
5. Bagaimana pengaruh tindakan fisioterapi dada pada anak dengan tuberklosis?
6. Apa Saja Aspek keamanan dan keselamatan dalam tindakan fisioterapi dada?
7. Bagaiman Anatomi Daerah Target Tindakan?
8. Apa Saja Alat dan Bahan Fisioterapi Dada ?
9. Bagaimana Prosedur Tindakan?
10. Hal Penting Apa Saja yang Harus Dicatat?
C. Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Devinisi
Fisioterapi dada adalah suatu metode terapi untuk membuka jalan nafas dan
mengencerkan dahak dengan cara penguapan, pemanasan, pemijatan, postural
drainage, latihan bernafas dan suction.
Tindakan drainase postural merupakan tindakan dengan menempatkan pasien dalam
berbagai posisi untuk mengalirkan sekret di saluran pernapasan. Tindakan drainase
postural diikuti dengan tindakan clapping (penepukan) dan vibrasi. Clapping dilakukan
dengan menepuk dada posterior dan memberikan getaran (vibrasi) tangan pada daerah
dada. Dalam memberikan fisioterapi pada anak harus diingat keadaan anatomi dan
fisiologi anak seperti pada bayi yang belum memiliki mekanisme batuk yang baik
sehingga mereka tidak dapat membersihkan jalan nafas secara sempurna. Sebagai
tambahan dalam memberikan fisioterapi harus didapat kepercayaan dari anak-anak
karena anak-anak sering tidak kooperatif.
1. Perkusi
Perkusi atau disebut juga clapping adalah pukulan kuat, bukan berarti sekuat-
kuatnya, pada dinding dada dan punggung dengan tangan dibentuk seperti
mangkuk. Tujuannya dalah secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat
pada dinding bronkus.
2. Vibrasi
Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilan oleh tangan perawat yang
diletakkan datar pada dinding dada klien.Vibrasi ini digunakan setelah perkusi
untuk meningkatkan turbulensi udara ekskresi danh melepaskan mukus yang kental.
3. Postural drainage
Postural drainage yaitu salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai
sekmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu yang terbaik
untuk melakukannya adalah sekitar satu jam sebelum sarapan pagi dan sekitar satu
jam sebelum tidur malam.

5
B. Tujuan
Fisioterapi dada secara umum bertujuan untuk membantu membersihkan dan
mengeluarkan sekret serta melonggarkan jalan nafas, fisioterapi dada dilakukan dengan
3 teknik yaitu postural drainage, perkusi (clapping) dan getaran (vibrating)
(Maidartati, 2014).

C. Indikasi fisioterapi dada


1. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada :
a. Pasien yang memakai ventilasi
b. Pasien yang melakukan tirah baring yang lama
c. Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik atau
bronkiektasis
d. Pasien dengan batuk yang tidak efektif .

2. Mobilisasi sekret yang tertahan :


Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret
a. Pasien dengan abses paru
b. Pasien dengan pneumonia
c. Pasien pre dan post operatif
d. Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau
batuk.
D. Kontraindikasi
1. Mutlak
a. kegagalan jantung
b. status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif
2. Relatif
a. infeksi paru berat
b.patah tulang atau luka baru bekas operasi
c. tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang
rangsang.

6
E. Pengaruh Tindakan Fisioterapi Dada Pada Anak Dengan Tuberclosis
Sebelum dilakukan fisioterapi dada, pasien diposisikan posterior basal segmen
dengan meletakan bantal pada perut hingga bagian kaki, sehingga posisi bagian tubuh
atas pasien lebih rendah dari bagian tubuh bawah dan meletakan pot sputum tepat
dibawah mulut pasien. Selanjutnya melakukan clapping, dengan menepuk punggung
pasien dengan kedua tangan dan posisi tangan membentuk mangkuk selama 3 menit
pada satu bagian punggung dari bawah kearah leher kemudian dilanjutkan dengan
vibrating yang dilakukan selama 3 menit dengan menggetarkan tangan dari arah
bahwah kearah leher. Setelah dilakukan fisioterapi dada, sputum keluar pada hari
pertama implementasi sebanyak ± 4 cc dengan warna kuning, tekstur sputum kental.
Sputum yang kental, peningkatan volume sputum dan sifat sputum menjadi asam serta
terjadi perubahan kimia merupakan akibat dari adanya infeksi bakteri pada saluran
pernafasan (Sutedjo, 2013). Warna kuning, hijau atau coklat pada sputum menandakan
adanya infeksi bakteri. Sputum yang berwarna kuning kecoklatan (karena bercampur
darah) menandakan penyakit Tuberkulosis. Namun warna kuning pada sputum bisa
diakibatkan karena jumlah eosinofil yang banyak, dengan demikian kondisi ini
menandakan alergi, bukan infeksi. Sputum yang selalu bercampur dengan darah dapat
ditemukan pada pasien yang menderita karsinoma (Morton dkk, 2012). Pada hari kedua
implementasi sputum keluar sebanyak ± 4 cc, penulis mengajarkan kepada ibu pasien
cara membuat larutan lisol dan menganjurkan untuk mencoba melakukan fisioterapi
dada sebelum pasien tidur pada malam hari. Pada implementasi hari ke tiga sputum
yang keluar masih sama seperti implementasi hari pertama dan kedua yaitu sebanyak ±
4 cc, dan ibu pasien mengatakan bahwa ia mencoba untuk melakukan fisioterapi dada
pada pasien sebelum tidur didapatkan bahwa sputum keluar namun tidak sebanyak saat
penulis melakukan fisioterapi dada.

F. Aspek keamanan dan keselamatan dalam tindakan fisioterapi dada


1. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah yang mudah terjadi cedera, seperti
mammae, sternum, dan ginjal
2. Saat melakukan tindakan perkusi dan vibrasi pada anak harus diperhatikan
tekanannya jangan sampai menimbulkan fraktur
3. Sebelum melakukan fisioterapi dada sebaiknya apabila anak belum minum air
hangat anjurkan untuk minum air hangat untuk membantu mengencerkan sekretnya.

7
G. Anatomi Daerah Target Tindakan
Sistem pernapasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan paru.
1. Hidung
Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh
darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus
yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi
memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang
rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh
kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk
oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang
halus dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah :
conchae superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane
mukosa.
2. Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
Maka letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian
dari faring merrupakan gabungan sistem respirasi dan pencernaan.
3. Laring
Laring terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit,
glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan
bagian atas esopagus. Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas
cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago
arytenoidea serta membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain
dan dengan os. Hyoideum, membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang
bekerja pada plica vokalis.
4. Trakea
Trakea adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar
2,5 cm. Trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan
leher dan dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut
manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata
torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronckus (bronchi).
Trachea tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak lengkap yang berupa cincin tulang

8
rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran
disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot
5. Bronkus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan
dilapisi oleh sel yang sama. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan
lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus
lobus bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus
lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus
menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi
bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung
alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang
lebih 1 mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi
dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran
udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran
penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke
tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus
dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada
dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus
alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut
lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali
percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan
oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

9
H. Alat dan Bahan
1.Tempat duduk atau kursi
2. Handuk kecil 1 buah
3. Tempat sputum tertutup berisi cairan desinfektan
4. Bengkok
5. Kom berisi tissue 1 buah
6. Stetoskop dan spygnomanometer
7. Jam tangan
8. Perlak dan alas
9. Bantal 2 buah
10. Botol untuk bahan pemeriksaan sputum

I . Prosedur Tindakan
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur pada anak
c. Kaji status anak; analisa kelayakan prosedur; modifikasi rencana bila diperlukan
d. Sediakan bantal, percussion device (pada bayi), nebulizer jika dibutuhkan.
e. Pilih postural drainage yang tepat yaitu dengan melakukan auskultasi bagian paru anak
untuk melihat letak sputum.
Atur posisi anak dengan menempatkan anak pada diatas pangkuan dan letakkan handuk
atau bantal dibawah punggung anak
f. Lakukan teknik perkusi dan clapping dengan cara memposisikan telapak tangan seperti
mangkuk selama kurang lebih selama 1-2 menit
g. Minta anak menarik nafas dan lakukan vibrasi saat mengeluarkan nafas, ulangi sampai
pernapasan 3 kali. Jika anak sudah mengerti perintah berikan pujian.
h. Minta anak untuk tarik nafas dalam dan batuk untuk mengeluarkan secret. Jika dalam
posisi berbaring tidak bisa batuk ganti dalam posisi duduk (untuk anak yang sudah
mengerti perintah).
i. Auskultasi kembali untuk memastikan pembersihan secret
j. Reposisi, perkusi dan vibrasi area dada pada posisi drainage sesuai ketentuan hasil
auskultasi tersebut dimana letak secret.
k. Tindakan dapat diulangi setelah anak istirahat

10
J. Hal penting yang Harus Dicatat
a. Banyaknya sputum
b. Warna sputum
c. Respon anak
d. Lamanya tindakan

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Fisioterapi dada adalah suatu metode terapi untuk membuka jalan nafas dan
mengencerkan dahak dengan cara penguapan, pemanasan, pemijatan, postural drainage,
latihan bernafas dan suction. Tindakan drainase postural merupakan tindakan dengan
menempatkan pasien dalam berbagai posisi untuk mengalirkan sekret di saluran
pernapasan. Tindakan drainase postural diikuti dengan tindakan clapping (penepukan) dan
vibrasi. Clapping dilakukan dengan menepuk dada posterior dan memberikan getaran
(vibrasi) tangan pada daerah dada.
Fisioterapi dada secara umum bertujuan untuk membantu membersihkan dan
mengeluarkan sekret serta melonggarkan jalan nafas, fisioterapi dada dilakukan dengan 3
teknik yaitu postural drainage, perkusi (clapping) dan getaran (vibrating) (Maidartati,
2014).
B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu penulis meminta agar pembaca berkenan memberikan kritik dan saran demi
kesempurnaan di masa mendatang, amien yaa robbal alamien.

12
DAFTAR PUSTAKA

Curley, M.A.Q dan Harmon, P.M. (2001). Critical Care Nursing of Infant and Childrens.
Philadelphia: W.B Saunders Company.
Greenberg, V.R. (2008). Pediatric Nursing Procedures. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins.
Hidayat, A.A. (2007). Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
WHO. (2016). First WHO Global Ministerial Conference Ending Tuberculosis in The
Ssusantainable Development Era: A Multisectoral Response. Restrived
from (www.who.int/tb/features_archiveGlobal_MininsterialConf_TB/en/)

(2016). TB Burden Estimates, Notification and Treatment Outcomes For Individual


Countries, WHO Regions And The World, Global Tuberculosis Report 2016 . Restrived
from (www.who.int/tb/data)

13

Anda mungkin juga menyukai