Word Gugurnya 1 Sadadamatinya Daluwarsa
Word Gugurnya 1 Sadadamatinya Daluwarsa
PENDAHULUAN
Tetapi demikian, tidaklah semua tindak pidana yang terjadi dapat dituntut.
Oleh keadaan-keadaan tertentu, maka suatu peristiwa pidana tidak dapat dituntut
atau diteruskan ke pengadilan. Hapusnya atau gugurnya hak menuntut berarti
1
Hamzah, Andi. 2008. Asas-asas Hukum Pidana. PT Rineka Cipta. Jakarta.
2
Effendi, Erdianto. 2011. Hukum Pidana Indonesia : Suatu Pengantar. Refika Aditama. Bandung.
1
bahwa oleh keadaan tertentu, maka wewenang negara untuk menuntut seseorang
menjadi gugur atau hapus demi hukum. Hal ini berbeda dengan alasan pemaaf dan
alasan pembenar. Dalam alasan pemaaf dan pembenar terjadi peniadaan sifat
melawan hukum atas suatu tindak pidana. Suatu perbuatan itu tetaplah merupakan
tindak pidana, tetapi unsur tindak pidana menjadi tidak terpenuhi karena adanya
alasan atau keadaan yang meniadakan sifat melawan hukum suatu perbuatan.
Dalam hal gugur atau hapusnya wewenang menuntut, tidak ada peniadaan sifat
melawan hukum. Suatu perbuatan itu tetaplah tindak pidana, tetapi oleh keadaan
tertentu, maka atas perbuatan tersebut tidak lagi dapat dituntut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
4
http://www.hukum-ut.id/2017/03/hukum-pidana.html
3
Sehubungan dengan kewenangan Kejaksaan dalam bidang pidana
melakukan penuntutan (pasal 27 ayat (1) huruf a KUHAP) dan KUHAP sendiri
tidak memberikan wewenang kepada penuntut umum melakukan penyidikan,
maka timbul peretanyaan sejak kapan timbul kewenangan penuntut umum untuk
melakukan penuntutan terhadap perkara tindak pidana umum? Jawabnya adalah
sejak penuntut umum menerima penyerahan tanggung jawab hukum atas tersangka
dan barang bukti dari penyidik. Sebab sebelum adanya penyerahan tanggung
jawab hukum atas tersangka dan barang bukti dari penyidik kepada penuntut
umum, proses penyelesaian perkara tersebut berarti ada pada tahap penyidikan
yang dilakukan dan menjadi tanggung jawab yuridis penyidik. Jelas penuntut
umum belum berwenang untuk melakukan penuntutan atas perkara tersebut.
Kemudian bagaimanakah bila tersangka meninggal dunia pada saat
penyidikan belum selesai? Dalam hal terjadi tersangka meninggal dunia penyidik
dapat menghentikan penyidikannya demi hukum (pasal 109 ayat (2) KUHAP).
Penghentian penyidikan maupun penghentian penuntutan karena tersangka atau
terdakwa meninggal dunia adalah suatu hal yang wajar karena untuk adanya
penuntutan harus ada orang yang dapat dipertanggung jawabkan atas
perbuatannya. Sedangkan pertanggung jawaban pidana melekat pada si pembuat
(orang yang melakukan tindak pidana itu), jika orang yang harus dipertanggung
jawabkan atas perbuatannya tidak ada karena meninggal dunia tentunya
penyidikan ataupun penuntutannya harus dihentikan demi hukum.
Bila perkara pidana yang terdakwanya diketahui telah meninggal dunia
tetap dilakukan penuntutan maka tuntutan penuntut umum dinyatakan oleh
pengadilan tidak dapat diterima. Tetapi ada yang berpendapat, bila terdakwa
meninggal dunia lebih baik tuntutannya diteruskan karena ada kemungkinan
putusan hakim berbunyi “vrijspraak” bebas. Dengan demikian terdakwa yang telah
meninggal dunia akan dibersihkan namanya. Hal ini bila pengadilan telah
mengetahui bahwa terdakwa meninggal dunia, tuntutan penuntut umum pasti akan
ditolak ataupun apabila terdakwa meninggal dunia setelah perkara dilimpahkan
dan sudah pernah dilakukan pemeriksaan, pengadilan akan mengeluarkan
4
penetapan tentang tuntutan hukuman gugur atau tuntutan jaksa penuntut umum
tidak dapat diterima.5
Pengecualian pasal 77, terdapat dalam UU No. 31 Tahun 1999 TENTANG
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
Pasal 33
Dalam hal tersangka meninggal dunia pada saat dilakukan penyidikan, sedangkan
secara nyata telah ada kerugian keuangan negara, maka penyidik segera
menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan tersebut kepada Jaksa Pengacara
Negara atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk dilakukan gugatan
perdata terhadap ahli warisnya.
Pasal 34
Dalam hal terdakwa meninggal dunia pada saat dilakukan pemeriksaan di sidang
pengadilan, sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara, maka
penuntut umum segera menyerahkan salinan berkas berita acara sidang tersebut
kepada Jaksa Pengacara Negara atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan
untuk dilakukan gugatan perdata terhadap ahli warisnya.
Pasal 38 (5)
Dalam hal terdakwa meninggal dunia sebelum putusan dijatuhkan dan terdapat
bukti yang cukup kuat bahwa yang bersangkutan telah melakukan tindak pidana
korupsi, maka hakim atas tuntutan penuntut umum menetapkan perampasan
barang-barang yang telah disita.6
5
Alfitra, 2014, Hapusnya Hak Menuntut & Menjalankan Pidana, Raih Asa Sukses, Jakarta.
6
UU No. 31 Tahun 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA
KORUPSI
5
Hapusnya Kewenangan Menuntut Pidana dan Menjalankan Pidana), Pasal 78 – 85,
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pemberlakuan ketentuan tentang
daluwarsa.
Hak untuk melakukan penuntutan atas suatu perkara pidana hapus karena
daluwarsa. Daluwarsa berarti sudah lewat waktu sebagaimana ditentukan undang-
undang. Pasal 78 KUHP menentukan hak untuk menuntut perkara pidana hapus
karena daluarsa. Daluwarsa berarti sudah lewat waktu sebagaimana ditentukan
undang-undang.
Berapa lamakah tenggang lewatnya waktu pelaku tindak pidana untuk
menjadi tidak dapat dituntut karena daluwarsa? Dalam hal ini bergantung dari berat
ringannya pidana yang diancamkan pada tindak pidana yang diperbuat. Hal ini
tampak pada ketentuan pasal 78 ayat (1), yang menetapkan, bahwa hak menuntut
pidana menjadi hapus karena lewat waktu, yakni:
Pasal 78 ayat 1.
Kewenangan menuntut pidana hapus, karena lewat waktu:
1. Mengenai semua pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan dengan
percetakan, sesudah satu tahun
2. Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana denda, pidana
kurungan,
3. atau pidana penjara paling lama tiga tahun, sesudah enam tahun
4. Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana penjara lebih dari tiga
5. tahun, sesudah duabelas tahun
6. Mengenai kejahatan yang diancam pidana dengan pidana mati atau pidana
7. seumur hidup, sesudah delapanbelas tahun.
Pasal 78 ayat 2.
Bagi orang yang pada saat melakukan perbuatan umumnya belum delapanbelas
tahun masing-masing tenggang waktu diatas dikurangi menjadi sepertiga.
6
Menetapkan lamanya tenggang daluwarsa untuk peniadaan penuntutan pidana
yang didasarkan pada berat ringannya ancaman pidana atau berat ringannya tindak
pidana yang diperbuat, adalah bertitik tolak dari pandangan bahwa semakin berat
atau besar tindak pidana yang diperbuat akan semakin lama ingatan orang atau
masyarakat terhadap kejadian itu, yang juga artinya ialah lamanya penderitaan yang
dirasakan orang dan atau masyarakat sebagai akibat dari diperbuatnya tindak pidana
bergantung dari berat ringannya macam dan jenis tindak pidana yang diperbuat
orang. Semakin berat tindak pidana diperbuat akan semakin lama rasa penderitaan
yang dibawa oleh orang atau masyarakat sebagai akibat dari diperbuatnya tindak
pidana.7
Sejak kapan berlakunya tenggang daluwarsa hapusnya kewenangan penuntutan
pidana itu, ditetapkan secara umum (pasal 79 KUHP), yaitu pada hari sesudah
dilakukannya perbuatan, kecuali dalam tiga hal, yaitu:
a) mengenai pemalsuan atau perusakan mata uang, adalah pada hari
sesudah barang yang dipalsu atau mata uang yang dirusak itu digunakan;
b) mengenai kejahatan dalam pasal-pasal: 328, 329, 330 dan 333 KUHP,
dimulainya adalah pada hari sesudah orang yang langsung terkena
kejahatan (korban) dibebaskan atau meninggal dunia;
c) mengenai pelanggaran dalam pasal 556 KUHP sampai dengan pasal
558a KUHP, adalah dimulai pada hari sesudah daftar-daftar yang
memuat pelanggaran-pelanggaran itu telah disampaikan/diserahkan
pada Panitera Pengadilan yang bersangkutan8
Sebagai contoh daluwarsa: A melakukan tindak pidana pembunuhan biasa
(Pasal 338 KUHP) pada tanggal 1 Januari 2004 yang diancam pidana maksimal 15
tahun penjara. Jika A kemudian menghilang dan tidak tertangkap polisi, maka
kewenangan penuntutan terhadap A akan berakhir setelah waktu 12 tahun (1 Januari
2016).
Berjalannya waktu penghitungan lamanya tenggang daluwarsa, dapat
dihentikan oleh adanya tindakan penuntutan, asalkan penuntutan ini diketahui oleh
7
Chazawi, Adami. 2002. Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2. PT raja Grafindo Persada. Jakarta.
8
Hamzah, Andi. 2000. KUHP dan KUHAP. PT Rineka Cipta. Jakarta
7
orang yang dituntut atau telah diberitahukan kepadanya menurut cara yang
ditentukan Undang-undang. Setelah jalannya tenggang daluwarsa dihentikan oleh
adanya penuntutan ini, maka dimulainya lagi tenggang daluwarsa yang baru (pasal
80 KUHP). Yang dimaksud dengan tindakan penuntutan adalah tindakan Pejabat
Penuntut Umum yang menyerahkan berkas perkara Pidana ke Pengadilan yang
disertai dengan permintaan agar perkara itu diperiksa dan diputus (pasal 1 ayat 7
KUHAP).
Jadi terbitnya hitungan hari penuntutan ialah pada hari di mana Jaksa Penuntut
Umum (JPU) menyerahkan (berkas) perkara yang bersangkutan ke Pengadilan yang
berkompetensi. Tindakan Penyidik melakukan penyidikan tidak termasuk
pengertian penuntutan, dan oleh karenanya tindakan penyidikan tidak
menghentikan berjalannya proses tenggang daluwarsa hapusnya kewenangan
menuntut pidana.
Berjalannya tenggang daluwarsa dapat pula tertunda berhubung dengan adanya
penundaan (schorsing) penuntutan, yakni apabila terjadi "perselisihan yang harus
diputuskan lebih dahulu"/pra-yudisial (pasal 81 KUHP).
Tertundanya proses berjalannya tenggang daluwarsa karena adanya penundaan
penuntutan berhubung adanya perselisihan pra-yudisial (perselisihan yang harus
diputuskan lebih dahulu) berbeda dengan penghentian berjalannya tenggang
daluwarsa karena penuntutan pidana.
Contoh seseorang dituntut (diajukan ke sidang pengadilan) dengan didakwa
melakukan pencurian suatu barang milik orang lain. Tetapi di persidangan dia
memberikan keterangan bahwa barang itu adalah miliknya sendiri. Apabila tentang
kepemilikan ini terdapat kesukaran dalam hal pembuktiannya, karena Majelis
Hakim pidana tidak dibenarkan menetapkan tentang kepemilikan dari barang ini,
maka Majelis melakukan tindakan penghentian sementara penuntutan, dan
meminta pada orang itu mengajukan gugatan perdata untuk menentukan milik siapa
barang yang menurut dakwaan diambil oleh Terdakwa tersebut. Disini telah terjadi
keadaan yang disebut perselisihan pra-yudisial.
8
BAB III
KESIMPULAN
9
Pasal 34
Dalam hal terdakwa meninggal dunia pada saat dilakukan pemeriksaan di sidang
pengadilan, sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara, maka
penuntut umum segera menyerahkan salinan berkas berita acara sidang tersebut
kepada Jaksa Pengacara Negara atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan
untuk dilakukan gugatan perdata terhadap ahli warisnya.
Pasal 38 (5)
Dalam hal terdakwa meninggal dunia sebelum putusan dijatuhkan dan terdapat
bukti yang cukup kuat bahwa yang bersangkutan telah melakukan tindak pidana
korupsi, maka hakim atas tuntutan penuntut umum menetapkan perampasan
barang-barang yang telah disita.
Hak untuk melakukan penuntutan atas suatu perkara pidana hapus karena
daluwarsa. Daluwarsa berarti sudah lewat waktu sebagaimana ditentukan undang-
undang. Pasal 78 KUHP menentukan hak untuk menuntut perkara pidana hapus
karena daluarsa. Daluwarsa berarti sudah lewat waktu sebagaimana ditentukan
undang-undang.
Pasal 78 ayat 1.
Kewenangan menuntut pidana hapus, karena lewat waktu:
8. Mengenai semua pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan dengan
percetakan, sesudah satu tahun
9. Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana denda, pidana
kurungan,
10. atau pidana penjara paling lama tiga tahun, sesudah enam tahun
11. Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana penjara lebih dari tiga
12. tahun, sesudah duabelas tahun
13. Mengenai kejahatan yang diancam pidana dengan pidana mati atau pidana
14. seumur hidup, sesudah delapanbelas tahun.
10
Pasal 78 ayat 2.
Bagi orang yang pada saat melakukan perbuatan umumnya belum delapanbelas
tahun masing-masing tenggang waktu diatas dikurangi menjadi sepertiga.
11
DAFTAR PUSTAKA
Alfitra. 2014. Hapusnya Hak Menuntut & Menjalankan Pidana, Raih Asa Sukses,
Jakarta.
Chazawi, Adami. 2002. Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2. PT raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Effendi, Erdianto. 2011. Hukum Pidana Indonesia : Suatu Pengantar. Refika
Aditama. Bandung.
Hamzah, Andi. 2000. KUHP dan KUHAP. PT Rineka Cipta. Jakarta
http://www.hukum-ut.id/2017/03/hukum-pidana.html
12
Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana)
Fakultas Hukum
Universitas Bengkulu
13