Anda di halaman 1dari 29

BAB I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN STRUMA

A. Pengertian Struma

Struma adalah perbesaran kelenjar tiroid yang menyebabkan pembengkakan di bagian


depan leher (Dorland, 2002).

Kelenjar tiroid terletak tepat dibawah laring pada kedua sisi dan sebelah anterior
trakea.Tiroid menyekresikan dua hormon utama, tiroksin (T4), dan triiodotironin (T3),
serta hormon kalsitonin yang mengatur metabolisme kalsium bersama dengan
parathormon yang dihasilkan oleh kelenjar paratiroid (Guyton and Hall, 2007).

Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar
tiroid.Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh kurangnya diet iodium yang
dibutuhkan untuk produksi hormon tiroid.Terjadinya pembesaran kelenjar tiroid
dikarenakan sebagai usaha meningkatkan hormon yang dihasilkan.

B. Etiologi Struma

Adanya struma atau pembesaran kelenjar tiroid dapat oleh karena ukuran sel-selnya
bertambah besar atau oleh karena volume jaringan kelenjar dan sekitarnya yang
bertambah dengan pembentukan struktur morfologi baru. Yang mendasari proses itu ada
4 hal utama.

1. Gangguan perkembangan, seperti terbentuknya kista (kantongan berisi cairan) atau


jaringan tiroid yang tumbuh di dasar lidah (misalnya pada kista tiroglosus atau tiroid
lingual).

2. Proses radang atau gangguan autoimun seperti penyakit Graves dan penyakit
tiroiditis Hashimoto.

3. Gangguan metabolik (misal, defisiensi iodium) serta hyperplasia, misalnya pada


struma koloid dan struma endemik.

4. Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor atau neoplasia meliputi adenoma –
sejenis tumor jinak – dan adenokarsinoma, suatu tumor ganas.

5. Defisiensi iodium
6. Konsumsi goitrogenik glikosida agent secara berlebihan (memakan sekresi hormon
tiroid).

7. Mengkonsumsi obat-obatan anti tiroid jangka panjang

8. Anomali

9. Peradangan atau tumor/neoplasma

C. TANDA DAN GEJALA STRUMA

Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan
pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan.
Peningkatan simaptis seperti; jantung menjadi berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak
tahan cuaca dingin, diare, gemetar, dan kelelahan.

D. Klasifikasi Struma

1. Berdasarkan fisiologisnya :

1.1 Eutiroid : aktivitas kelenjar tiroid normal

1.2 Hipotiroid : aktivitas kelenjar tiroid yang kurang dari normal

1.3 Hipertiroid : aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan

2. Berdasarkan klinisnya :

2.1 Non-Toksik (eutiroid dan hipotiroid)

a. Difusa : endemik goiter, gravid

b. Nodusa : neoplasma

2.2 Toksik (hipertiroid)

a. Difus : grave, tirotoksikosis primer

b. Nodusa : tirotoksikosis skunder

3. Berdasarkan morfologinya :

3.1 Struma Hyperplastica Diffusa


Suatu stadium hiperplasi akibat kekurangan iodine (baik absolut ataupun
relatif).Defisiensi iodine dengan kebutuhan excessive biasanya terjadi selama pubertas,
pertumbuhan, laktasi dan kehamilan. Karena kurang iodine kelenjar menjadi hiperplasi
untuk menghasilkan tiroksin dalam jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi
kebutuhan supply iodine yang terbatas. Sehingga terdapat vesikel pucat dengan sel epitel
kolumner tinggi dan koloid pucat. Vaskularisasi kelenjar juga akan bertambah. Jika
iodine menjadi adekuat kembali (diberikan iodine atau kebutuhannya menurun) akan
terjadi perubahan di dalam struma koloides atau kelenjar akan menjadi fase istirahat.

3.2 Struma Colloides Diffusa

Ini disebabkan karena involusi vesikel tiroid. Bila kebutuhan excessive akan tiroksin oleh
karena kebutuhan yang fisiologis (misal, pubertas, laktasi, kehamilan, stress, dsb.) atau
defisiensi iodine telah terbantu melalui hiperplasi, kelenjar akan kembali normal dengan
mengalami involusi. Sebagai hasil vesikel distensi dengan koloid dan ukuran kelenjar
membesar.

3.3 Struma Nodular

Biasanya terjadi pada usia 30 tahun atau lebih yang merupakan sequelae dari struma
colloides. Struma noduler dimungkinkan sebagai akibat kebutuhan excessive yang lama
dari tiroksin.Ada gangguan berulang dari hiperplasi tiroid dan involusi pada masing-
masing periode kehamilan, laktasi, dan emosional (fase kebutuhan).Sehingga terdapat
daerah hiperinvolusi, daerah hiperplasi dan daerah kelenjar normal.Ada daerah nodul
hiperplasi dan juga pembentukan nodul dari jaringan tiroid yang hiperinvolusi.

Tiap folikel normal melalui suatu siklus sekresi dan istirahat untuk memberikan
kebutuhan akan tiroksin tubuh. Saat satu golongan sekresi, golongan lain istirahat untuk
aktif kemudian. Pada struma nodular, kebanyakan folikel berhenti ambil bagian dalam
sekresi sehingga hanya sebagian kecil yang mengalami hiperplasi, yang lainnya
mengalami hiperinvolusi (involusi yang berlebihan/mengecil).

E. Patofisiologi

Berbagai faktor diidentifikasi sebagai penyebab terjadinya hipertrofi kelenjar tiroid


termasuk didalamnya defisiensi iodium, goitrogenik glikosida agent ( zat atau bahan ini
dapat memakan sekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung lobak, kangkung, kubis
bila dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali, peradangan atau
tumor atau neoplasma. Sedangkan secara fisiologis menurut Benhard (1991) kelenjar
tiroid dapat membesar sebagai akibat peningkatan aktivitas kelenjar tiroid sebagai upaya
mengimbangi kebutuhan tubuh yang meningkat pada masa pertumbuhan dan masa
kehamilan. Bahkan dikatakan pada kondisi stress sekalipun kebutuhan tubuh akan
hormon ini cenderung meningkat. Laju metabolisme tubuh pada kondisi-kondisi diatas
meningkat.

Berdasarkan kejadian atau penyebarannya ada yang disebut Struma Endemis dan
Sporadis.secara sporadis dimana kasus-kasus struma ini dijumpai menyebar diberbagai
tempat atau daerah. Bila dihubungkan dengan penyebab, maka struma sporadis banyak
disebabkan oleh faktor goitrogenik, anomali dan penggunaan obat-obatan anti tiroid,
peradangan dan neoplasma.Secara endemis dimana kasus-kasus ini struma ini dijumpai
pada sekelompok orang di suatu daerah tertentu, dihubungkan dengan penyebab
defisiensi iodium.Bahan dasar pembentukan hormon-hormon kelenjar tiroid adalah
iodium yang diperoleh dari makanan dan minuman yang mengandung iodium. Ion
iodium (iodida) darah masuk kedalam kelenjar tiroid secara transport aktif dengan ATP
sebagain sumber energi. selanjutnya sel-sel folikel kelenjar tiroid akan mensintesis
Tiroglobulin (sejenis glikoprotein) dan selanjutnya mengalami iodinisasi sehingga akan
terbentuk iodotironin (DIT) dan mono iodotironin (MIT). Proses ini memerlukan enzim
peroksida sebagai katalisator. Proses akhir adalah berupa reaksi penggabungan.
Penggabungan dua molekul DIT akan membentuk tetra iodotironin tiroxin (T4) dan
molekul DIT bergabung dengan MIT menjadi tri iodotironin (T3) untuk selanjutnya
masuk kedalam plasma dan berikatan dengan protein binding iodine. Reaksi
penggabungan ini dirangsang oleh hormon TSH dan dihambat oleh tiourasil, Tiourea,
sulfonamid dan metilkaptoimidazol.

Melihat proses singkat terbentuknya hormon tiroid maka pemasukan iodium yang
berkurang, gangguan berbagai enzim dalam tubuh, hiposekresi TSH, bahan atau zat yang
mengandung tiourea, tiourasil, sulfonamid, dan metilkaptoimidazol, glukosil goitrogenik,
gangguan pada kelenjar tiroid sendiri serta faktor pengikat dalam plasma sangat
menentukan adekuat tidaknya sekresi hormon tiroid. bila kadar hormon-hormon tiroid
kurang makan akan terjadi mekanisme umpan balik terhadap kelenjar tiroid sehingga
aktivitas kelenjar meningkat dan terjadi pembesaran (hipertropi). Dengan kompensasi ini
kadar hormon seimbang kembali.

Dampak struma thdp tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat
mempengaruhi kedudukan organ-organ disekitarya.Dibagian posterior medial kelenjar
tiroid terdapat trakea dan esofagus. Struma dapat mengarah kedalam sehingga
mendorong trakea, esofagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan
disfagia yang akan berdampak thdp gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan
dan elektrolit. penekanan pada pitasuara akan menyebabkan suara menjadi serak atau
parau. Bila pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat
simetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia. tentu dampaknya lebih
ke arah estetika atau kecantikan. perubahan bentuk leher dapat mempengaruhi rasa aman
dan konsep diri klien.
F. Manifestasi Klinis Struma

1. Berdebar-debar/meningkatnya denyut nadi

Berdebar-debar dan terasa berat pada bagian jantung akibat kerja perangsangan jantung,
sehingga curah jantung dan tekanan darah sistolik akan meningkat. Bila akhirnya
penyakit ini menghebat, bias timbul fibrilasi atrial dan akhirnya gagal jantung
kongestif.Tekanan nadi hampir selalu dijumpai meningkat (pulsus celer) Pulsus celer
biasanya terdapat pada peyakit 3A, 3B dan IN (anemia gravis, arterioveneus shunt, aorta
insufficiency, botali persisten, beri-beri, basedow dan nervositas. Pembuluh darah di
perifer akan mengalami dilatasi. Laju filtrasi glomerulus, aliran plasma ginjal, serta
traspor tubulus akan meningkat di ginjal, sedangkan di hati pemecahan hormone steroid
dan obat akan dipercepat.

2. Keringat

Metabolisme energi tubuh akan meningkat sehingga meningkatkan metabolisme panas,


proteolisis, lipolisis, dan penggunaan oksigen oleh tubuh. Metabolisme basal hampir
mendekati dua kalinya menyebabkan pasien tidak tahan terhadap hawa panas lalu akan
mudah berkeringat.

3. Konstipasi

Karena pada penderita kurang asupan nutrisi dan cairan, yang mengakibat kurangnya atau
tidak adanya nutrisi dan cairan yang bisa diserap oleh usus.Maka dari itu system
eliminasi pada penderita struma terganggung.

4. Gemetar

Kadang-kadang pasien menggerakkan tangannya tanpa tujuan tertentu, timbul tremor


halus pada tangan

5. Gelisah

Peningkatan eksitabilitas neuromuscular akan menimbulkan hiperrefleksia saraf tepi oleh


karena hiperaktifitas dari saraf dan pembuluh darah akibat aktifitas T3 dan T4. Gangguan
sirkulasi ceberal juga terjadi oleh karena hipervaskularisasi ke otak, menyebabkan pasien
lebih mudah terangsang.Nervous, gelisah depresi dan mencemaskan hal-hal yang sepele.

6. Berat badan menurun

Lipolisis (proses pemecahan lemak yang tersimpan dalam sel lemak tubuh) menyebabkan
berat badan menurun, asam lemak bebas dihasilkan menuju aliran darah dan bersirkulasi
ke tubuh.Lipolisis juga menyebabkan hiperlipidasidemia dan meningkatnya enzim
proteolitik sehingga menyebabkan proteolisis yang berlebihan dengan peningkatan
pembentukan dan ekresi urea.

7. Mata membesar

Gejala mata terdapat pada tirotoksikosis primer, pada tirotoksikosis yang sekunder, gejala
mata tidak selalu ada dan kalaupun ada tidak seberapa jelas.Pada hipertiroidisme
imunogenik (morbus Graves) eksoftalmus dapat ditambahkan terjadi akibat retensi cairan
abnormal di belakang bola mata; penonjolan mata dengan diplopia, aliran air mata yang
berlebihan, dan peningkatan fotofobia. Penyebabnya terletak pada reaksi imun terhadap
antigen retrobulbar yang tampaknya sama dengan reseptor TSH. Akibatnya, terjadi
inflamasi retrobulbar dengan pembengkakan bola mata, infiltrasi limfosit, akumulasi
asam mukopolisakarida, dan peningkatan jaringan ikat retrobulbar.

8. Nyeri pada tenggorokan ( Karena area trakea tertekan )

9. Kesulitan bernapas dan menelan ( Karena area trakea tertekan )

Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus, jika struma
mendorong trachea sehingga terjadi kesulitan bernapas yang akan berdampak pada
gangguan pemenuhan oksigen.

10. Suara serak

Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong pita suara, sehingga terdapat
penekanan pada pita suara yang menyebabkan suara menjadi serak atau parau.

G. Komplikasi

1. Suara menjadi serak/parau

Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong pita suara, sehingga terdapat
penekanan pada pita suara yang menyebabkan suara menjadi serak atau parau.

2. Perubahan bentuk leher

Jika terjadi pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat
simetris atau tidak.
3. Disfagia

Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus, jika struma
mendorong eshopagus sehingga terjadi disfagia yang akan berdampak pada gangguan
pemenuhan nutrisi, cairan, dan elektrolit.

4. Sulit bernapas

Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus, jika struma
mendorong trachea sehingga terjadi kesulitan bernapas yang akan berdampak pada
gangguan pemenuhan oksigen.

5. Penyakit jantung hipertiroid

Gangguan pada jantung terjadi akibat dari perangsangan berlebihan pada jantung oleh
hormon tiroid dan menyebabkan kontratilitas jantung meningkat dan terjadi takikardi
sampai dengan fibrilasi atrium jika menghebat. Pada pasien yang berumur di atas 50
tahun, akan lebih cenderung mendapat komplikasi payah jantung.

6. Oftalmopati Graves

Oftalmopati Graves seperti eksoftalmus, penonjolan mata dengan diplopia, aliran air mata
yang berlebihan, dan peningkatan fotofobia dapat mengganggu kualitas hidup pasien
sehinggakan aktivitas rutin pasien terganggu.

7. Dermopati Graves

Dermopati tiroid terdiri dari penebalan kulit terutama kulit di bagian atas tibia bagian
bawah (miksedema pretibia), yang disebabkan penumpukan glikosaminoglikans.Kulit
sangat menebal dan tidak dapat dicubit.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Palpasi, teraba batas yang jelas, bernodul satu atau lebih, konsistensinya kenyal.
Jika di auskultasi terdengar bunyi seperti pluit.

Description: C:\Users\Acer\Downloads\gondok-2.jpg

2. Termografi

Termografi adalah suatu metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada
suatu tempat.Alatnya adalah Dynamic Tele-Thermography. Hasilnya disebut n panas
apabila perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,9°C dan dingin apabila <0,9°C. Pada
penelitian Alves didapatkan bahwa yang ganas semua hasilnya panas. Dibandingkan
dengan cara pemeriksaan yang lain ternyata termografi ini adalah paling sensitif dan
spesifik.

3. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan serum T4 (troksin) dan T3


(triyodotironin) dalam batas normal.

Nilai normal :

3.1 T4 serum : 4.9 – 12.0 µg/dL

3.2 Tiroksin bebas : 0.5 – 2.8 µg/dL

3.3 T3 serum : 115 - 190 µg/dL

3.4 TSH serum : 0.5 – 4 µg/dL

3.5 FT1 serum : 6.4 - 10 %

4. Pada pemeriksaan USG (ultrasonografi)

Dapat menentukan apakah lesi tersebut kistik ataukah padat.Kebanyakan karsinoma


adalah padat, kebanyakan lesi yang kistik atau campuran adalah jinak.Teknik
ultasonografi digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid, baik yang teraba pada
palpasi maupun yang tidak, merupakan nodul tunggal atau multiple padat atau
kistik.Pemeriksaan ultasonografi ini terbatas nilainya dalam menyingkirkan kemungkinan
keganasan tapi hanya dapat mendeteksi nodul yang berpenampang lebih dari setengah
centimeter.

Kelainan- kelainan yang dapat didiagnosis secar USG ialah:

4.1 Kista; kurang lebih bulat, seluruhnya hipoekoik sonolusen, dindingnya tipis.

4.2 Adenoma/ nodul padat; iso atau hiperekoik, kadang-kadang disertai hal yaitu suatu
lingkaran hipoekoik disekelilingnya.

4.3 Kemungkinan karsinoma; nodul padat, biasanya tanpa halo.

4.4 Tiroditis; hipoekoik, difus, meliputi seluruh kelenjar.

USG bermanfaat pada pemeriksaan tiroid untuk:

4.1 Dapat menentukan jumlah nodul.


4.2 Dapat membedakan antara lesi tiroid padat dan kistik.

4.3 Dapat mengukur volume dari nodul tiroid.

4.4 Dapat mendeteksi adanya jaringan kanker tiroid residif yang tidak menangkap
iodium, yang tidak terlihat dengan sidik tiroid.

4.5 Pada kehamilan di mana pemeriksaan sidik tiroid tidak dapat dilakukan, pemeriksaan
USG sangat membantu mengetahui adanya pembesaran tiroid.

4.6 Untuk mengetahui lokasi dengan tepat benjolan tiroid yang akan dilakukan biopsi
terarah.

4.7 Dapat dipakai sebagai pengamatan lanjut hasil pengobatan.

5. Pemeriksaan sidik tiroid.

Hasil pemeriksaan dengan radioisotope adalah teraan ukuran, bentuk lokasi, dan yang
utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini pasien diberi Na peroral
dan setelah 24 jam secara foto grafik ditentukan konsentrasi yadium radioaktif yang
ditangkap oleh tiroid.

Dari hasil sidik tiroid dapat dibedakan 3 bentuk, yaitu :

5.1 Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan
sekitarnya.Hal ini menunjukkan fungsi yang rendah.

5.2 Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya. Keadaan
ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih.

5.3 Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi
nodul sama dengan bagian tiroid yang lain.Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan
apakah nodul itu ganas atau jinak.

6. Dilakukan foto thorak posterior anterior.

Memperjelas adanya deviasi trakea, atau pembesaran struma retrosternal, untuk evaluasi
kondisi jalan nafas.

Description: http://2.bp.blogspot.com/-
kqpPl_4Uk20/TrPudstey0I/AAAAAAAAATI/YQ2qBKH87kQ/s320/pa.png

7. Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan metode soft tissu technig.

8. Biopsy dan Sitologi Tiroid


Biopsy ini dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan.Biopsy
aspirasi jarum halus tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel
ganas. Kerugian pemeriksaan dengan cara ini adalah dapat memberikan hasil negative
palsu karena lokasi biopsy kurang tepat, teknik biopsy kurang benar, pembuatan preparat
yang kurang baik atau positif palsu karena salah interpretasi aleh ahli sitologi.

A. Jarum yang diletakan ke spuid dan ditahan dalam penahan dimasukan ke dalam
pembengkakan tiroid yang akan menjalani biopsy.

B. Pengisap ditarik pada tangkai spuid.

C. Dengan mempertahankan pengisapan, jarum digerakkan maju mundur pada


pembengkakan dalam berbagai arah.

D. Pengisap dilepaskan dari spuid.

E. Jarum dan spuid lalu ditarik dari pembengkakan tiroid.

Pemeriksaan sitologi nodul tiroid diperoleh dengan biopsy aspirasi jarum halus ( fine
needle aspioration biopsy, FNA ). Cara pemeriksaan ini cukup akurat untuk
mendiagnosis karsinoma tiroid, tiroiditis, atau limfoma.Biopsy aspirasi tidak mempunyai
batasan dalam hal ukuran tumor, asalkan lesi ini dapat dipalpasi.Saat dilakukan
penusukan tidak perlu dilakukan anastesi lokal.

A. Jarum diambil dari spuid.

B. Udara ditarik ke dalam spuid.

C. Jarum dan spuid disambung lagi.

D. Penghisap spuid didorong lembut ke bawah, yang mengeluarkan sel ke atas gelas
objek mikroskop

I. Penatalaksanaan

1. Struma Difus Toksik (Grave's Disease)


Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang
berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid
(yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).

1.1 Obat antitiroid

Indikasi :

1. Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada
pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikosis.

2. Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau sesudah
pengobatan pada pasien yang mendapat yodium aktif.

3. Persiapan tiroidektomi

4. Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia.

5. Pasien dengan krisis tiroid.

1.2 Pengobatan dengan yodium radioaktif

Indikasi :

a. Pasien umur 35 tahun atau lebih

b. Hipertiroidisme yang kambuh sesudah penberian dioperasi

c. Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid

d. Adenoma toksik, goiter multinodular toksik

Iodium radioaktif diberikan melalui mulut, dalam bentuk cairan 1-2 ml, tidak berasa dan
berbau, dan dengan cepat diserap melalui saluran cerna. Iodium radioaktif ini akan masuk
ke kelenjar tiroid melalui aliran darah dan merusak kelenjar tiroid. Walaupun
radioaktivitas ini menetap selama beberapa waktu dalam kelenjar tiroid, iodium
radioaktif ini akan dikeluarkan melalui bagian tubuh dalam beberapa hari.

Efek pada kelenjar tiroid akan terjadi dalam 1-3 bulan dan efek maksimal terjadi antara 3-
6 bulan. Pada sebagian kasus pengobatan iodium radioaktif cukup satu kali saja, akan
tetapi pada keadaan dengan kelenjar gondok yang besar, diperlukan dosis iodium
radioaktif yang kedua untuk mengablasi/mematikan kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid yang
diablasi lama kelamaan produksi hormon tiroid akan berkurang bahkan tidak ada sama
sekali dan dalam jangka panjang dapat terjadi hipotiroid (kebalikan dari hipertiroid).
Oleh karena itu setelah mendapat pengobatan iodium radioaktif secara berkala setiap 6-
12 bulan diperiksa fungsi tiroid dan bila terjadi hipotiroid, harus diberikan
pengganti/substitusi hormon tiroid yang diberikan seumur hidup (karena kelenjar tiroid
sudah tidak berfungsi lagi) dengan dosis sesuai kebutuhan. Pasien cukup minum tablet
hormon tiroid secara teratur seperti halnya minum vitamin.

1.3 Operasi

Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme.

Indikasi :

a. Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat
antitiroid.

b. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar

c. Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif

d. Adenoma toksik atau struma multinodular toksik

e. Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul

TIROIDEKTOMI

Tiroidektomi adalah sebuah operasi yang melibatkan operasi pemindahan semua atau
sebagian dari kelenjar tiroid. Klasifikasi dari tiroidektomi adalah total tiroidektomi dan
nyaris total tiroidektomi. Indikasi dilakukan tiroidektomi adalah gondok, kanker tiroid,
hipertiroidisme, gejala obstruksi, kosmetik.

A. Tiroidektomi parsial atau total dapat dilaksanakan sebagai terapi primer terhadap
karsinoma tiroid, hipertiroidisme, dan hiperparatiroidisme

• Tiroidektomi total : kelenjar tiroid diangkata seluruhnya

• Tiroidektomi parsial : mengangkat sebagian kelenjar tiroid

2. Struma Nodular Toksik

Terapi dengan pengobatan antitiroid atau beta bloker dapt mengurangi gejala tetapi
biasanya kurang efektif dari pada penderita penyakit Graves. Radioterapi tidak efektif
seperti penyakit Graves karena pengambilan yang rendah dan karena penderita ini
membutuhkan dosis radiasi yang besar. Untuk nodul yang soliter, nodulektomi atau
lobektomi tiroid adalah terapi pilihan karena kanker jarang terjadi. Untuk struma
multinodular toksik, lobektomi pada satu sisi dan subtotal lobektomi pada sisi yang lain
adalah dianjurkan (Sadler et al, 1999)

3. Struma Non Toksis

Terapi dengan pengobatan antitiroid atau beta bloker dapt mengurangi gejala tetapi
biasanya kurang efektif dari pada penderita penyakit Graves. Radioterapi tidak efektif
seperti penyakit Graves karena pengambilan yang rendah dan karena penderita ini
membutuhkan dosis radiasi yang besar. Untuk nodul yang soliter, nodulektomi atau
lobektomi tiroid adalah terapi pilihan karena kanker jarang terjadi. Untuk struma
multinodular toksik, lobektomi pada satu sisi dan subtotal lobektomi pada sisi yang lain
adalah dianjurkan (Sadler et al, 1999)

Indikasi operasi pada struma nodosa non toksika ialah:

3.1 Keganasan

3.2 Penekanan

3.3 Kosmetik

Tindakan operasi yang dikerjakan tergantung jumlah lobus tiroid yang terkena.Bila hanya
satu sisi saja dilakukan subtotal lobektomi, sedangkan kedua lobus terkena dilakukan
subtotal tiroidektomi.Bila terdapat pembesaran kelenjar getah bening leher maka
dikerjakan juga deseksi kelenjar leher fungsional atau deseksi kelenjar leher
radikal/modifikasi tergantung ada tidaknya ekstensi dan luasnya ekstensi di luar kelenjar
getah bening.

Radioterapi diberikan pada keganasan tiroid yang :

a. Inoperabel

b. Kontraindikasi operasi

c. Ada residu tumor setelah operasi

d. Metastase yang non resektabel

Hormonal terapi dengan ekstrak tiroid diberikan selain untuk suplemen juga sebagai
supresif untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada pasca bedah karsinoma tiroid
diferensiasi baik (TSH dependence).Terapai supresif ini juga ditujukan terhadap
metastase jauh yang tidak resektabel dan terapi adjuvan pada karsinoma tiroid
diferensiasi baik yang inoperabel.
Preparat : Thyrax tablet

Dosis : 3x75 Ug/hari per-oral


BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN STRUMA

A. Pengkajian

a. Aktivitas/istirahat

Tanda : insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat.

gejala : atrofi otot.

b. Eliminasi

Gejala : urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.

c. Integritas ego

Gejala : mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik.

Tanda : emosi labil, depresi.

d. Makanan/cairan

Gejala : kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan
banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.

Tanda : pembesaran tyroid, goiter.

e. Rasa nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri orbital, fotofobia.

f. Pernafasan

Data subyektif : frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada
krisis tirotoksikosis).

g. Keamanan

Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium
(mungkin digunakan pada pemeriksaan).

Tanda : suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan,
rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan
berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
h. Seksualitas

Tanda : libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.

B.Masalah yang lazim muncul

1. Ketidakefektifan bersihan jalan b.d obstruksi trakea,pembengkakan,perdarahan


dan spasme laryngeal
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi
kurang,disfagia
3. Nyeri akut b.d tindakan bedah terhadap jaringan / otot dan edema pasca operasi
4. Gangguan rasa nyaman
5. Hambatan komunikasi verbal b.d cedera pita suara / kerusakan laring,edema
jaringan,nyeri,ketidaknyamanan
6. Resiko infeksi b.d port de entry kuman
N DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
O
1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas NOC NIC
Definisi : ketidakmampuan untuk  Respiratory status : ventilation Airway suction
membersihkan sekresi atau obstruksi dari  Respiratory status : airway - Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
saluran pernafasan untuk mempertahankan patency - Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
kebersihan jalan nafas. Kriteria hasil : suctioning.
 Mendemonstrasikan batuk - Informasikan pada klien dan keluarga
Batasan karakteristik : efektif dan nafas yang tentang suctioning.
 Tidak ada batuk bersih,tidak ada sianosis dan - Minta klien nafas dalam sebelum suction
 Suara nafas tambahan dispnea(mampu mengeluarkan dilakukan.
 Perubahan frekuensi nafas sputum,mampu bernafas dengan - Berikan O2 dengan menggunakan nasal
 Perubahan irama nafas mudah,tidak ada pursed lips) untuk memfasilitasi suction nasotrakeal
 Sianosis  Menunjukkan jalan nafas yang - Gunakan alat yang steril setiap melakukan
 Kesulitan berbicara atau mengeluarkan paten (klien tidak merasa tindakan
suara tercekik,irama nafas,frekuensi - Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas
pernafasan dalam keadaan dalam setelah kateter dikeluarkan dari
 Penurunan bunyi nafas
rentang normal,tidak ada suara nasotrakeal
 Dispneu
nafas abnormal) - Monitor status oksigen pasien
 Sputum dalam jumlah yang berlebihan  Mampu mngidentifikasikan dan - Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan
 Batuk yang tidak efektif mencegah factor yang dapat suksion
 Orthopneu menghambat jalan nafas - Hentikan suksion dan beri oksigen apabila
 Gelisah pasien menunjukan bradikardi,peningkatan
 Mata terbuka lebar satuasi O2, dll.
Faktor faktor yang berhubungan :
 Lingkungan Airway Management
- Perokok pasif - Buka jalan nafas gunakan teknik chin lift
- Menghisap asap atau jaw thrust bila perlu
- Merokok - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
 Obstruksi jalan nafas : ventilasi
- Spasme jalan nafas - Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
- Mokus dalam jumlah berlebihan jalan nafas buatan
- Eksudat dalam jalan alveoli - Pasang mayi bila perlu
- Materi asing dalam jalan nafas - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Adanya jalan nafas buatan - Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Sekresi bertahan / sisa sekresi - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
- Sekresi dalam bronki tambahan
 Fisiologis - Lakukan suction dengan mayo
- Jalan nafas alergik - Berikan bronkodilator bila perlu
- Asma - Berikan pelembab udara kassa basah NaCl
- Penyakit paru obstruksi kronis lembab
- Hiperplasi dinding bronkial - Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Infeksi keseimbangan
- Disfungsi neuromuskular - Monitor respirasi dan status O2

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NIC


kebutuhan tubuh Nutrition management
2 Definisi : Asuhan nutrisi tidak cukup untuk - Kaji adanya alergi makanan
memenuhi kebutuhan metabolik - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Batasan karakteristik: menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
 Kram abdomen NOC dibutuhkan pasien
 Nyeri abdomen  Nutritional status:food and fluid - Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
 Menghindari makanan  Intake Fe
 Berat badan 20% atau lebih dibawah  Nutritional status :nutrien intake - Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
berat badan ideal  Weight control dan vitamin C
 Kerapuhan kapiler Kriteria Hasil: - Berikan substansi gula
 Diare  Adanya peningkatan berat badan - Yakinkan diet yang dimakan mengandung
sesuai dengan tujuan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Kehilangan rambut berlebihan
 Berat badan ideal sesuai dengan - Berikan makanan yang terpilih (sudah
 Bising usus hiperaktif
tinggi badan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
 Kurang makanan  Mampu mengidentifikasi - Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
 Kurang informasi kebutuhan nutrisi makanan harian
 Kurang minat pada makanan  Tidak ada tanda tanda malnutrisi - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
 Penurunan berat badan dengan asupan  Menunjukkan peningkatan - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
makanan adekuat fungsi pengecapan dari menelan - Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
 Kesalahan konsepsi kesalahan informasi  Tidak terjadi penurunan berat nutrisi yang dibutuhkan
 Membran mukosa pucat badan yang berarti Nutrition monitoring
 Ketidakmampuan memakan makanan - Berat badan pasien dalam batas normal
 Tonus otot menurun - Monitor adanya penurunan berat badan
 Mengeluh gangguan sensasi rasa - Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
 Mengeluh asupan makanan kurang dari dilakukan
RDA(recomended daily allowance) - Monitor interaksi anak atau orang tua selama
 Cepat kenyang setelah makan makan
 Sariawan rongga mulut steatorea - Monitor lingkungan selama makan
 Kelemahan otot pengunyah - Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
 Kelemahan otot untuk menelan selama jam makan
Faktor-faktor yang berhubungan: - Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
 Faktor biologis - Monitor turgor kulit
 Faktor ekonomi - Monitor kekeringan,rambut kusam,dan
 Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi mudah patah
nutrien - Monitor mual dan muntah
 Ketidakmampuan untuk mencerna - Monitor kadar albumin,total protein,hb dan
makanan kadar Ht
 Ketidakmampuan menelan makanan - Monitor perubahan dan perkembangan
 Fakror psikologis - Monitor pucat,kemerahan ,dan kekeringan
jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nutrisi
Nyeri akut - Catat adanya edema,hiperemik,hipertonik
papila lidah dan capitas oral
- Catat jika lidah berwarna magenta,scarlet
Definisi : pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan
yang actual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikaian rupa (international
3
association for the study of pain):awitan NIC
yang tiba tiba atau lambat dari intensitas
NOC
ringan hingga berat dengan akhir yang Pain Management

dapat diantisipasi atau diprediksi dan  Pain level


- Lakukan pengkajian nyeri secara
berlangsung < 6 bulan  Pain control
komprehensif termasuk
 Comfort level
Batasan karakteristik : lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,ku
alitas dan faktor presipitasi
 Perubahan selera makan - Observasi reaksi non verbal dari
Kriteria hasil:
 Perubahan tekanan darah ketidaknyamanan
 Perubahan frekuensi jantung  Mampu mengontrol - Gunakan teknik komunikasi terapeutik
 Perubahan frekuensi pernafasan nyeri(tahu penyebab untuk mengetahui pengalaman nyeri
 Laporan isyarat nyeri,mampu pasien
 Diaphoresis menggunakan teknik - Kaji kultur yang mempengaruhi
 Perilaku distraksi ( misal berjalan nonfarmakologi untuk respon nyeri
mondar mandir mencari orang mengurangi - Evaluasi pengalaman nyeri masa
lain dan atau aktivitas nyeri,mencari bantuan) lampau
lain,aktivitas yang berulang)  Melaporkan bahwa nyeri - Evaluasi bersama pasien dan tim

 Mengekspresikan perilaku ( misal berkurang dengan kesehatan lain tentang

gelisah,merengek,menangis) menggunakan manajemen ketidakefektifan control nyeri masa

 Masker wajah (misal mata nyeri lampau

kurang bercahaya,tampak  Mampu mengenali - Bantu pasien dan keluarga untuk

kacau,gerakan mata berpencar nyeri(skala,intensitas,frek mencari dan menemukan dukungan

atau tetap pada satu focus uensi dan tanda nyeri) - Control lingkungan yang dapat

meringis)  Menyatakan rasa nyaman mempengaruhi nyeri seperti suhu

 Sikap melindungi area nyeri setelah nyeri berkurang ruangan,pencahayaan dan kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Focus menyempit (misal
- Pilih dan lakukan penanganan
gangguan persepsi
nyeri(farmakologi,non farmakologi
nyeri,hambatan proses
dan interpersonal)
berfikir,penurunan interaksi
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
dengan orang dan lingkungan)
menentukan intervensi
 Indikasi nyeri yang dapat diamati
- Ajarkan tentang teknik non
 Perubahan posisi untuk
farmakologi
menghindari nyeri
- Berikan analgetik untuk mengurangi
 Sikap tubuh melindungi
nyeri
 Dilatasi pupil
- Evaluasi keefektifan control nyeri
 Melaporkan nyeri secara verbal
- Tingkatkan istirahat
 Gangguan tidur - Kolaborasikan dengan dkter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri yang tidak
Faktor yang berhubungan : berhasil
- Monitor penerimaan pasien tentang
 Agen cedera (misal biologis,zat
manajemen nyeri
kimia,fisik,psikologis)

Analgesik Administration

- Tentukan lokasi,karakteristik,kualitas
Gangguan rasa nyaman
dan derajat nyeri sebelum pemberian
Definisi : merasa kurang obat
senang,lega,dan sempurna dalam - Cek intruksi dokter tentang jenis
dimensi fisik,psikospiritual,lingkungan obat,dosis dan frekuensi
dan social - Cek riwayat alergi
- Pilih analgesic yang diperlukan atau
Batasan karakteristik kombinasi dari analgesic ketika
pemberian lebih dari satu
 Ansietas
- Tentukan pilihan analgesic tergantung
 Menangis
tipe dan beratnya nyeri
 Gangguan pola tidur
- Tentukan analgesic pilihan,rute
 Takut
pemberian dan dosis optimal
 Ketidaknyaman untuk rileks
- Pilih rute pemberian secara IV,IM
 Iritabilitas untuk pengobatan nyeri secara teratur
 Merintih - Monitor vital sign sebelum dan
 Melaporkan merasa dingin sesudah pemberian analgesic pertama
 Melaporkan merasa panas kali
 Melaporkan perasaan tidak - Berikan analgesic tepat waktu
nyaman terutama saat nyeri hebat
 Melaporkan gejala distress - Evaluasi efektifitas analgesic,tanda
4  Melaporkan rasa lapar dan gejala.
 Melaporkan rasa gatal
 Melaporkan kurang puas dengan
keadaan NOC
NIC
 Melaporkan kurang senang
 Ansiety
dengan situasi tersebut Anxiety Reduction (penurunan kecemasa)
 Fear Leavel
 Gelisah
 Sleep Deprivation - Gunakan pendekatan yang
 Berkeluh kesah
 Comport, readiness for menenangkan

Faktor yang berhubungan enchanced - Nyatakan dengan jelas harapan


terhadap pelaku pasien
Kriteria hasil :
 gejala terkait penyakit - Jelaskan semua prosedur dan apa
 sumber yang tidak adekuat dirasakan selama prosedur
 Mampu mengontrol
 kurang pengendalian lingkungan - Pahami perspektif pasien terhadap
kecemasan
 kurang privasi  Status lingkingan yang
situasi stress
 kurang control situasional nyaman
- Temani pasien untuk memberikan

 stimulasi lingkungan yang keamanan dan mengurangi takut


 Mengontrol nyeri
mengganggu - Dorong keluarga untuk menemani
 Kualitas tidur dan istirahat
 efek samping terkait terapi (misal anak
adekuat
medikasi,radiasi) - Lakukan back / neck rub
 Agresi pengendalian diri
- Dengarkan dengan penuh perhatian
 Respon terhadap
- Identifikasi tingkat kecemasan
pengobatan
- Bantu pasien mengenal situasi yang
 Control gejala
menimbulkan kecemasan
 Status kenyamanan
- Dorong pasien untuk mengungkapkan
ketakutan perasaan,ketakutan,persepsi
 Support social - Instruksikan pasien menggunakan
 Keinginan untuk hidup teknik relaksasi
- Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan

Environment Management Confort Pain


Management

5
Hambatan komunikasi verbal

Definisi : penurunan,kelambatan atau


ketiadaan kemampuan untuk
menerima,memproses,mengirim dan atau
menggunakan sistem simbol

Batasan karakteristik :

 tidak ada kontak mata


 tidak dapat bicara
 kesulitan mnekspresikan pikiran
secara verbal (mis:
6
sfsdis,disfasia,apraksia,disleksia)
 kesulitan menyusun kalimat
 kesulitan menyusun kata-
kata(mis: afonia,dislalia,disartria)
 kesulitan memahami pola
komunikasi yamg biasa
 kesulitan menggunakan ekspresi
wajah
 disorientasi orang
 disorientasi ruang
 disorientasi waktu
 tidak bicara
 dispnea
 ketidakmampuan bicara dalam
bahasa pemberian asuhan
 ketidakmampuan menggunakan
ekspresi tubuh
 ketidakmampuan menggunakan
ekspresi wajah
 ketidaktepatan verbalisasi
 defisit visual parsial
 pelo
 sulit bicara
 gagap
 defisit penglihatan total
 bicara dengan kesulitan
 menolak bicara

faktor yang berhubungan :

 ketiada orang terdekat


 perubahan konsep diri
 perubahan sistem saraf pusat
 defek anatomis

NOC

 Immune status
 Knowledge : Infecsion NIC
control
 Risk control Infecsion control (control infeksi)

- Bersihkan lingkungan setelah dipakai


Kriteria Hasil :
Resiko Infeksi pasien lain
 Klien bebas dari tanda dan - Pertahankan teknik isolasi
Definisi : mengalami peningkatan resiko gejala infeksi - Batasi pengunjung bila perlu
terserang organisme patogenik  Mendeskrisikan proses - Instruksikan kepada pengunjung untuk
penularan penyakit, faktor mencuci tangan saat berkunjung dan
Faktor-faktor resiko :
yang mempengaruhi setelah berkunjung meninggalkan
 Penyakit kronis penularan serta pasien
- Diabetes mellitus penatalaksanaannya - Gunakan sabun antimikrobia untuk
- Obesitas  Menunjukkan kemampuan cuci tangan

 Pengetahuan yang tidak cukup untuk mencegah - Cuci tangan setiap sebelum dan

untuk menghindari pemanjanan timbulnya infeksi sesudah tindakan keperawatan

pathogen  Jumlah leukosit dalam - Gunakan baju, sarungkan sebagai alat

 Pertahanan tubuh yang tidak ade batas normal pelindung

kuat  Menunjukkan perilaku - Pertahankan lingkungan aseptic

- Gangguan peristalsis hidup sehat selama pemasangan alat


- Kerusakan integritas - Ganti letak IV perifer dan line central
kulit(pemasangan kateter dan dressing sesuai dengan petunjuk
intravena, prosedur invasive) umum
- Perubahan sekresi pH - Gunakan kateter intermiten untuk
- Penurunan kinerja siliaris menurunkan infeksi kandung kencing
- Pecah ketuban dini - Tingkatkan intake nutrisi
- Pecah ketuban lama - Berikan terapi antibiotic bila perlu
- Merokok
Infection Protection (proteksi terhadap
- Stasis cairan tubuh
infeksi)
- Trauma jaringan (misalnya,
trauma destruksi jaringan)
- Monitor tanda gejala infeksi sistemik
 ketidak adekuatan pertahanan
dan local
sekunder
- Monitor hitung granulosit, WBC
- Penurunan hemoglobin
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Imunosupresi(misalnya,
- Batasi pengunjung
imunitas didapat tidak
- Sering pengunjung terhadap penyakit
adekuat, agen farmaseutikal
menular
termasuk imunosupresan,
- Pertahankan teknik aspesi pada pasien
steroid, antibodi, monoclonal,
yang beresiko
imunomudulator)
- Pertahankan teknik isolasi k/p
- Supresi respon inflamasi
- Berikan perawatan kulit pada area
 Vaksinasi tidak adekuat epiderma
 Pemajanan terhadap pathogen - Inspeksi kulit dan membrane mukosa
lingkungan meningkat terhadap kemerahan, panas, drainase
- Wabah - Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
 Prosedur invasive - Dorong masukkan nutrisi yang cukup
 Malnutrisi - Dorong masukkan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk minum
antibiotic sesuai resep
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda
gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif

Anda mungkin juga menyukai