PENDAHULUAN
1
1.2 Perumusan masalah
a. Bagaimana interaksi obat di luar tubuh ?
b. Bagaimana mekanisme kerja interaksi obat ?
c. Apa saja contoh interaksi obat di luar tubuh ?
d. Bagaimana tindakan untuk menghindari interaksi farmasetik ?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat di ubah atau
dipengaruhi oleh obat lain yang di berikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika suatu
obat mengubah efek obat lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih atau
kurang Aktif.
Interaksi obat merupakan kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat.
Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek
baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Biasanya yang terpikir oleh kita adalah antara
satu obat dengan obat lain. Tetapi, interaksi bisa saja terjadi antara obat dengan
makanan, obat dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan
kandungan infus
Kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki, sehingga
interaksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis. Namun, ada
juga interaksi yang sengaja dibuat, misal pemberian probenesid dan penisilin sebelum
penisilin dibuat dalam jumlah besar.
Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan
dalam farmakokinetika obat tersebut, seperti Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan
Ekskresi (ADME) obat. Kemungkinan lain, interaksi obat merupakan hasil dari sifat-
sifat farmakodinamik obat tersebut, misal, pemberian bersamaan antara antagonis
reseptor dan agonis untuk reseptor yang sama.
Obat dapat berinteraksi karena pengobatan dengan beberapa obat sekaligus
(polifarmasi), makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan, atau dengan obat lain.
Pada interaksi obat melibatkan dua jenis obat yaitu:
a. Obat Presipitan yakni obat yang mempengaruhi atau mengubah aksi efek obat
lain. Ciri - ciri dari obat presipitan adalah sebagai berikut:
Obat - obat dengan ikatan protein yang kuat sehingga akan menggusur
obat dengan ikatan protein yang lemah. Dengan demikian obat-obat yang
tergusur kadarnya akan bebas dalam darah dan meningkat sehingga
menimbulkan efek toksik.
3
Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang
(Inducer) enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati.
Obat-obat yang dapat mempengaruhi atau merubah fungsi ginjal sehinga
eliminasi obat-obat lain dapat dimodifikasi.
b. Obat Objek merupakan obat yang hasil atau efeknya dipengaruhi atau diubah
oleh obat lain. Cirinya adalah :
Mempunyai kurva dose response yang curam
Obat-obat dengan rasio toksis yang rendah
Insiden interaksi obat yang penting dalam klinik sukar diperkirakan karena
dokumentasinya masih sangat kurang, sering kali lolos dari pengamatan karena
kurangnya pengetahuan para dokter akan mekanisme dan kemungkinan terjadinya
interaksi obat, sehingga interaksi obat berupa peningkatan toksisitas sering kali
dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat, sedangkan interaksi
berupa penurunan efektifitas sering kali diduga akibat bertambahnya keparahan
penyakit. Selain itu terlalu banyak obat yang saling berinteraksi sehingga sulit untuk
diingat dan kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh variasi individual
(populasi tertentu lebih peka misalnya penderita lanjut usia atau yang berpenyakit
parah, adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar individu), penyakit tertentu
(terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah), dan faktor-faktor lain (dosis
besar, obat ditelan bersama-sama pemberian kronik)
4
4) Urutan pemberian ohat
5) Bentuk sediaan obat
b. Interaksi farmakokinetik
Interaksi dalam proses farmakokinetik, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme
dan ekskresi (ADME) dapat meningkatkan ataupun menurunkan kadar plasma
obat. Interaksi obat secara farmakokinetik yang terjadi pada suatu obat tidak
dapat diekstrapolasikan (tidak berlaku) untuk obat lainnya meskipun masih
dalam satu kelas terapi, disebabkan karena adanya perbedaan sifat fisikokimia,
yang menghasilkan sifat farmakokinetik yang berbeda..
Contohnya, interaksi farmakokinetik oleh simetidin tidakdimiliki oleh H2-
bloker lainnya; interaksi oleh terfenadin, aztemizole tidak dimiliki oleh
antihistamin non-sedatif lainnya.
c. Interaksi farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja pada sistem
reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek
yang aditif, sinergistik, atau antagonistik, tanpa ada perubahan kadar plasma
ataupun profil farmakokinetik lainnya. Interaksi farmakodinamik umumnya
dapat diekstrapolakan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang
berinteraksi, karena klasifikasi obat adalah berdasarkan efek
farmakodinamiknya. Selain itu, umumnya kejadian interaksi farmakodinamik
5
dapat diramalkan sehingga dapat dihindari sebelumnya jika diketahui
mekanisme kerja obat.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Prinsip interaksi obat diluar tubuh manusia adalah interaksi langsung secara
fisik dan atau kimiawi, yang mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan,
perubahan warna, dll, atau mungkin juga tidak terlihat dari hasil interaksi yang terjadi.
Pada jurnal yang berjudul Stabilitas Resep Racikan Yang Berpotensi
Mengalami Inkompatibilitas Farmasetika Yang Disimpan Pada Wadah Tertutup Baik
menguji 3 resep yaitu R1 ( Demacolin, Vit.B comp ), R2 ( Decolsin, PCT, DMP,
Mucohexin ) dan R3 ( Meixam, Salbutamol, Kenacort, Tremenza ) untuk melihat
terjadinya perubahan fisika dan kimia pada obat racikan tersebut. Sehingga
didapatkan hasil 100 % mengalami perubahan fisik serbuk menjadi basah selama
pengujian yaitu 7 hari sedangkan perubahan kimia yang ditandai perubahan warna
tidak terjadi pada ketiga obat racikan tersebut.
Upaya-upaya yang dilakukan agar resep racikan tersebut tidak mengalami
inkompatibilitas adalah :
1. Bahan obat yang bersifat higroskopis ditambahkan terakhir.
2. Peracikan dilakukan pada ruangan yang dilengkapi dengan pendingin ruangan.
3. Resep racikan disimpan pada wadah tertutup baik.
8
Menjadi basahnya serbuk kemungkinan disebabkan oleh adanya obat tertentu
yang bersifat higroskopis atau lembab , misalnya bentuk garam ( HCl, HBr, maleat
dan sebagainya ) dan dalam bentuk kapsul yang kemudian dikeluarkan isinya untuk
dicampurkan dengan bahan obat lain sehingga membuat serbuk menjadi
basah.Sebagai contoh : Mucohexin yang mengandung Bromheksin HCl. Tremenza
yang mengandung bahan aktif Triprolidine HCl dan Pseudoefedrin HCl. Sehingga
meskipun disimpan pada wadah tertutup rapat masih bisa mengalami penurunan
stabilitas, hanya saja dengan disimpan pada wadah tertutup rapat dapat memperlambat
terjadinya proses tersebut dalam hal ini menjadi basahnya serbuk.
9
1) Meleleh atau menjadi basahnya campuran serbuk.
2) Tidak dapat larut dan obat-obat yang apabila disatukan tidak dapat
bercampur secara homogen.
3) Penggaraman (salting out).
4) Adsorpsi obat yang satu terhadap obat yang lain.
c. Inkompatibilitas kimia.
Yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu pencampuran obat yang
disebabkan oleh berlangsungnya reaksi kimia/interaksi. Termasuk di sini adalah :
10
3.3 Contoh Interaksi Obat Diluar Tubuh
12
8. Oksitetra Diphenh Terjadinya Oksite Oksitetrasiklin-
idramin interaksi trasikl HCl tidak
siklin- HCl antara in- dicampur
oksitetrasik HCl bersama cairan
lin-HCl akan diphenhidramin
dengan menge
diphenhidra ndap
min jika dalam
diberikan laruta
secara n
bersamaan diphen
hidra
min
13
3.4 Tindakan untuk menghindari interaksi farmasetik
a. Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali kalau yakin betul bahwa
tidak ada interaksi antar masing-masing obat
b. Dianjurkan sedapat mungkin juga menghindari pemberian obat bersama-sama
lewat infus
c. Selalu memperhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya (manufacturer
leaflet), untuk melihat peringatan-peringatan pada pencampuran dan cara
pemberian obat (terutama untuk obat-obat parenteral misalnya injeksi infus dan
lain-lain)
d. Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus, intravenosa atau yang lain,
diperhatikan bahwa perubahan warna, kekeruhan, dari larutan
e. Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja
f. Botol infus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, oabt-obatan yang
sudah dimasukan, termasuk dosis dan waktunya.
g. Jika harus memberi per infus dua macam obat, berikan 2 jalur infus, kecuali kalau
yakin tidak ada interaksi.
h. Mengetahui sifat masing-masing obat sehingga dapat memilih obat yang tidak
berinteraksi saat proses pembuatan atau pencampuran obat.
i. Pemilihan wadahpun harus diperhatikan sehingga tidak terjadi interaksi yang tidak
diinginkan.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat di ubah atau
dipengaruhi oleh obat lain yang di berikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika suatu
obat mengubah efek obat lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih atau
kurang Aktif. Mekanisme interaksi obat dapat melalui beberapa cara, yakni interaksi
secara farmasetik (inkompatibilitas); interaksi secara farmakokinetik dan interaksi
secara farmakodinamik.
Interaksi langsung secara fisik dan atau kimiawi dapat terjadi di luar tubuh
manusia, yang mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna, dll,
atau mungkin juga tidak terlihat dari hasil interaksi yang terjadi.
4.2 Saran
Dalam pemberian suatu sediaan khusunya sediaan iv kebanyakan interaksi
obat memiliki efek yang tak dikehendaki sehingga faktor farmasetiknya pun harus
diperhatikan sehingga tidak terjadi efek yang dapat merugikan pasien.
15
DAFTAR PUSTAKA
2010,http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26532/4/Chapter%20II.pdf diakses
des 2017
16