Anda di halaman 1dari 2

Obat menurut undang-undang kesehatannomer 36 tahun 2009 adalah bahan atau paduan bahan,

termasuk produk biologi yang digunakan untuk memengaruhi atau menyelidiki sisitem fisiologi atau
keadaan patologidalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Setiap obat-obatan mempunyai manfaat
dan juga memiliki efek samping yang merugikan bagi tubuh manusia, maka perlu dipertimbangkan
dari segi manfaat dan resiko dalam mengonsumsi obat-obatan dengan memperhatikan tingkat
ketepatan terapi, ketepan jenis obat, dan ketepatan dosis. Oleh karena itu untuk menjaga mutu
kualitas dan kemanan obat-obatan, dalam pendistribusianya ke masyarakat telah diatur dalam
regulasi salah satunya adalah dalam PP 51 tahun 2009 yaitu bahwa peredaran obat dapat dilakukan
di fasiltas pelayanan kefarmasian yang meliputi rumah apotek, instalasi farmasi rumahsakit,
puskesmas, toko obat, dan praktek bersama.

Apotek menurut permenkes no.9 tahun 2017 merupakan sarana pelayanan kefarmasian dimana
merupakan tempat dilakukanya praktek kefarmasian oleh apotker. Menurut juklak CDOB tahun 2015
obat-obat yang di edarkan diapotek meliputi, Obat bebas, Obat bebas terbatas, Obat keras, Obat
narkotik Obat psikotropik, hingga vaksin. Menurut PP 51 tahun 2009 saah satu pekerjaan
kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker di apotek adalah melayani permintaan resep dokter.
Obat- obat yang harus memerlukan resep dokter adalah obat-obat yang tergolong obat keras,
dimana obat-obatan tersebut memerlukan pemantauan lebih khusus dalam penggunaan. Obat-obat
keras ditandai dengan logo merah disertai kalimat “harus dengan resep dokter”. Obat-obat keras
memiliki memimiliki tingkat resiko yang lebih tinggi dibanding obat bebas dan obat bebas terbatas.
Seperti resiko efek samping yang lebih tinggi, resiko indeks terapi yang sempit, resiko
ketergantungan hingga resiko disalahgunakan.

Dewasa ini telah marak kejadian-kejadian penyalahgunaan obat-obat keras di berbagai wiliayah di
Indonesia, seperti ;

1. Penyalahgunaan trihex dan tramadol di kota tegal tahun 2018 (detik.com)


2. Penyalahgunaan PCC di tahun 2017 di kendari (kompas.com)
3. penyalahgunaan trihex, alprazolam, dekstrometrpan, dan tramadol di tangerang 2017.
(liputan6.com)
4. Apotek penjaja Psikotropik di Depok digrebek aparat karena mengedarkan obat trihexifenidil
( cnn.com)
5. Dan banyak kasus lainya

Dari kasusu-kasus diatas, pelakunya adalah kebanyakan remaja SMP-SMA, dan obat-obatan yang
disalahgunakan adalah termasuk obat-obatan keras yang termasuk golongan obat-obatan
tertentuMenurut peraturan BPOM nomer 7 tahun 2016 adalah obat-obat yang bekerja di sistem
sususnan syaraf pusat selain Narkotika dan Psikotropika, yang pada penggunaan di atas dosis terapi
dapat menyebabkan ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Obat-
bat tertentu terdiri atas obat-obatan yang mengandung Tramadol, Triheksfenidil, Klorpromazin,
Amitripilin, dan/atau Halperidol.

Dalam makalah ini kelompok kami, tertarik untuk membahas kasus pengedaran obat-obat tertentu
yang terjadi di depok pada tahun 2015. Menariknya dalam kasus ini penyalahgunaan obat-obatan
tertentu tersebut, terdapat andil dari oknum apoteker yang tidak menjalankan profesinya sesuai
dengan aturan yang berlaku. Dala makalah ini kami akan membahas peraturan-peraturan yang
mengatur obat-obat tertentu, pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh oknum apoteker
tersebut beserta sanksi adminsitratif dan pidana, serta solusi agar kejadian seperti ini tidak terjadi
lagi dikemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai