PENDAHULUAN
Salah satu penanganan pengolahan limbah cair industri saat ini dapat dilakukan
dengan sistem aerob pada proses lumpur aktif konvensional. Proses ini termasuk proses
biologis yang menggunakan mikroorganisme untuk mendegradasi bahan-bahan organik
yang terkandung dalam limbah cair. Proses lumpur aktif terdiri dari bak aerasi dan bak
sedimentasi. Sehingga kualitas effluent sangat tergantung pada kondisi bak sedimentasi
dan karakteristik lumpur yang mengendap dimana mikroorganisme lebih banyak berperan
didalamnya.
Proses lumpur aktif relatif sederhana namun memiliki banyak kekurangan,
diantaranya memerlukan waktu yang lama dan lahan yang luas untuk memisahkan
lumpur dan cairan didalam bak sedimentasi sekundernya serta pengoperasiannya dengan
kondisi sangat khusus terutama terhadap beban organik dan konsentrasi mikroorganisme
atau sering disebut dengan F/M ratio dan kebutuhan oksigen terlarut. Sebagai akibatnya
terjadi bulking sludge, berupa fenomena dari mikroorganisme yang sulit/lambat
mengendap dikarenakan F/M ratio yang tidak seimbang. Oleh karena itu di dalam
bioreaktor harus diawasi dengan ketat agar tidak terjadi kondisi tersebut.
Metoda ini banyak dipakai di pengolahan air limbah industri yang kandungan organik
dalam air limbahnya masih berada dalam rentang yang sesuai untuk diolah dengan
menggunakan metode ini.
TINJAUAN PUSAKA
2.2. Faktor – faktor yang Harus Diperhatikan dalam Aplikasi Lumpur Aktif
Berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam aplikasi lumpur aktif dalam
pengolahan air limbah diantaranya :
Kualitas air limbah yang akan dioleh meliputi : derajat keasaman (pH),
temperatur, konsentrasi bahan organic yang dinyatakan dalam besaran
chemical oxygen demand (COD) dan biological oxygen demand (BOD), dan
konsentrasi logam berat.
Laju alir air limbah, laju alir air limbah berpengaruh terhadap waktu tinggal
(waktu proses) didalam tangki aerasi, semakin besar laju alir, waktu tinggal
semakin kecil dan ini akan berdampak pada hasil pengolahan air limbah
Konsentrasi mikroorganisme didalam tangki aerasi, konsentrasi
mikroorganisme berpengaruh terhadap hasil pengolahan air limbah, jika
konsentrasi mikroorganisme terlalu kecil maka hasil pengolahan tidak
maksimal, dan jika terlalu besar mikroorganisme bekerja tidak maksimal dan
hasil pengolahan juga tidak maksimal. Pada umum dipergunakan
perbandingan antara jumlah makanan (F) sebagai nutrient terhadap jumlah
mikroorganisme yaitu (F/M) ratio yang besarnya berkisar 0,8 – 1,0. Artinya
jika COD air limbah sebesar 5000 mg/L, maka konsentrasi mikroorganisme
dalam tangki aerasi kurang lebih 5000 mg/L
Injeksi udara, besarnya udara yang diinjeksikan berpengaruh terhadap
kelarutan oksigen dalam tangki aerasi, kelarutan oksigen berpengaruh
terhadap hasil pengolahan air limbah. Jika oksigen terlarut sangat kecil, maka
hasil pengolahan tidak maksimal. Kelarutan oksigen dalam air limbah
diharapkan maksimal sehingga hasil pengolahan air limbah maksimal.
Berdasarkan data kelarutan oksigen yang baik sekitar 2 mg/L.
Distribusi Udara, Injeksi udara kedalam air limbah dimaksudkan untuk
membantu kebutuhan oksigen mikroorganisme dan proses oksidasi. Distribusi
udara yang tidak merata dapat mempengaruhi hasil pengolahan air limbah,
diharapkan udara terdistribusi secara merata agar hasil pengolahan air limbah
maksimal. Kekurangan oksigen berdampak pada kehidupan mikroorganisme,
warna mikroorganime menjadi pucat dan sulit untuk mengendap dan dapat
mengganggu proses pengendapan pada clarifier.
Laju alir (recycle) mikroorganisme, besarnya laju alir recycle
mikroorganimse berpengaruh terhadap waktu tinggal dan konsentrasi
mikroorganisme pada tangki aerasi. Laju alir recycle harus dilakukan
pengendalian agar konsentrasi mikroorganisme pada tangki aerasi tidak
berlebih maupun berkurang dan waktu tinggal terpenuhi sehingga hasil
pengolahan air limbah maksimal.
Pada model kontak dan stabilisasi (aerasi) ini kedua tangki baik tangki aerasi
maupun tangki kontak diinjeksikan udara, diharapkan dengan penambahan tangki
penampungan sementara mikroorganisme (tangki stabilisasi/aerasi) dapat
memperpendek waktu proses dan meningkatkan hasil pengolahan air limbah
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1. Alat
3.1.2. Bahan
Glukosa
KNO3
KH2PO4
HgSO4
H2SO4
K2Cr2O7
FAS
Indikator ferroin
Kertas saring
3.2. Diagram Alir Percobaan
2,5 mL sampel
Tabung
Hach
Tabung telah
2-3 tetes feroin
dingin
Cawan Kertas
pijar saring
Panaskan
T=600oC furnace selama oven T=105oC
1jam
Desikator (untuk
menurunkan suhu)
40 mL sampel
air limbah
saring
T=105oC
oven
T=1jam
Catat sebagai
c gram Timbang
T=600oC
Furnace
T=1jam
Catat sebagai
d gram Timbang
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
Dissolved Oxigen
sebelum penambahan nutrisi = mgO2/L
pH
sebelum penambahan nutrisi =
Titrasi 1 Titrasi 2
Volume FAS
No Sampel lumpur aktif Volume FAS Volume FAS
(mL)
(mL) (mL)
1 Blanko (aquadest)
Sampel sebelum penambahan
2
nutrisi
Budiastuti, Herawati. Jobsheet Praktikum Pengolahan Limbah Industri Modul Lumpur Aktif
Konvensional. Bandung : Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.
Herlambang, Arie. 2009. Teknologi Pengolahan Limbah Tekstil dengan Sistem Lumpur Aktif.
Dalam : http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Tekstil/tekstil.html
Sumada, Ketut. 2012. Pengolahan Air Limbah Secara Biologi Aerob. Jurusan Teknik Kimia
Universitas Pembangunan Nasional
LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI
Kelas : 3B
Dosen Pembimbing :
Ir. Endang Kusumawati, MT.
BANDUNG
2012