Merupakan disfungsi seksual dengan bukti adanya keadaan medis umum yang dinilai turut
menyebabkan disfungsi seksual.
1. Gangguan ereksi
Sekitar 50 % laki-laki dengan gangguan ereksi memiliki dasar organic, seperti gangguan
kardiovaskular, neurologis, dan endokrin. Selain itu, prosedur bedah seperti prostatektomi
dapat menimbulkan gangguan ereksi pada 25-45 % kasus.
2. Dispareunia
Sekitar 30 % prosedur bedah pada daerah genital perempuan mengakibatkan dispateunia
sementara, sedangkan 30-40 % perempuan dengan keluhan yang ditemukan pada terapi
klinik seks memiliki patologi pelvis. Kelainan organic yang menimbulkan dyspareunia dan
vaginismus mencakup sisa hymen yang mengalami iritasi atau infeksi, jaringan parut
episiotomy, infeksi kelenjar Bartholin, berbagai bentuk vaginitis dan servisitis, serta
endometriosis.
3. Gangguan hasral seksual hipoaktif
Hasrat seksual biasanya menurun setelah penyakit berat atau pembedahan, terutama ketika
citra tubuh dipengaruhi oleh prosedur seperti mastektomi, ileostomy, histerektomi, dan
prostatektomi. Studi terkini menemukan berkurangnya kadar testosterone pada laki-laki
dapat menurunkan hasrat seksual. Obat-obat yang menekan system saraf pusat atau
menurunkan produksi testosterone dapat menurunkan hasrat seksual.
4. Disfungsi seksual lainnya pada laki-laki
Diagnosis ini dapat ditegakkan jika terdapat gambaran disfungsi lainnya dominan seperti
gangguan orgasme atau ketika tidak ada gambaran yang dominan. Gangguan ini dapat
terjadi akibat penyakit Parkinson, dan efek samping obat seperti antihipertensi, obat
antidepresan SSRI, dan antikolinergik.
5. Disfungsi seksual lainnya pada perempuan
Keadaan ini dapat disebabkan hipotiroidisme, diabetes mellitus, dan hiperprolaktinemia
primer. Selain itu, obat-obatan juga dapat berpengaruh seperti obat antihipertensi,
stimulant SSP, obat trisiklik, SSRI, dan (monoamine oxidase inhibitors) MAOI.
Disfungsi seksual yang dicetuskan zat
Merupakan disfungsi seksual dengan bukti adanya intoksikasi zat atau putus obat yang terjadi 1
bulan sejak intoksikasi zat atau putus zat yang signifikan. Pasien yang pulih dari ketergantungan
zat memerlukan terapi untuk mendapatkan fungsi seksual normal.
Agen Farmakologis yang terlibat dalam disfungsi seks
Hampir semua agen farmakologis yang digunakan dalam psikiatri berpengaruh terhadap
seksualitas. Pada laki-laki, efek ini mencakup menurunnya dorongan seks, kegagalan ereksi,
berkurangnya volume ejakulat, dan tertundanya ejakulasi atau ejakulasi retrogad. Pada perempuan
dapat terjadi penurunan dorongan seks, berkurangnya lubrikasi vagina, orgasme terhambat atau
tertunda, dan penurunan atau tidak adanya kontraksi vagina. Obat-obatan tersebut diantaranya:
Obat antipsikotik
Gangguan ereksi, ejakulasi retrograde.
Obat antidepresan
Gangguan ereksi dan ejakulasi, kesulitas orgasme, prispismus, ejekulasi retrograde.
Lithium
Mengurangi hiperseksualitas dan gangguan ereksi.
Simpatomimetik
Meningkatkan libido namun penggunaan jangka panjang menyebabkan hilangnya
hasrat dan ereksi.
Antagonis reseptor alfa dan beta
Impotensi, berkurangnya volume ejakulat, dan ejakulasi retrograde..
Antikolinergik
Kekeringan vagina dan impotensi.
Antihistamin
Tertundanya orgasme dan impotensi.
Antiansietas
Meningkatkan fungsi seksual.
Alcohol
Gangguan ereksi pada laki-laki dan penurunan libido pada perempuan, selain itu
dapat menyebabkan ginekomastia.
Opioid
Kegagalan ereksi dan menurunkan libido.
Halusinogen
Meningkatkan pengalaman seksual dan dapat juga mengganggu fungsi seksual.
Kanabis
Meningkatkan kesenangan seksual namun penggunaan jangka panjang dapat
menurunkan kadar tesstosteron.
Barbiturate
Meningkatan responsivitas seksual.
Disfungsi seksual yang tidak tergolongkan
1. Orgasme dini pada perempuan
Kurangnya data dan tidak dimasukkan dalam diagnosis DSM IV. Ditemukan pada satu
kasus disebabkan oleh adanya focus epileptogenic pada lobus temporalis. Selain itu
dilaporkan juga kasus terjadi pada perempuan yang mendapat antidepresan.
2. Sakit kepala setelah hubungan seks
Sakit kepala terjadi segera setelah berhubungan seks hingga beberapa jam. Sakit kepala
berdenyut dan terbatas pada area oksipital atau frontal. Mungkin terdapat penyebab
vaskular, kontraksi otot atau psikogenik.
3. Anhedonia orgasmic
Suatu keadaan seseorang tidak memiliki sensasi fisik terhadap orgasme walaupun
komponen fisiologis tetap baik. Penyebab organic harus disingkirkan.
4. Nyeri saat masturbasi
Penyebab organic harus disingkirkan. Cedera saat masturbasi yang dapat menyebabkan
nyeri pada masturbasi berikutnya juga tidak termasuk dalam kategori ini.