Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan gedung–gedung baru cenderung bertingkat, hal ini sebagai solusi
semakin sempitnya lahan tanah yang ada. Namun disisi lain, dengan semakin banyak
berdirinya bangunan bertingkat, beberapa permasalahan mengenai keamanan bangunan
menjadi hal penting untuk diperhatikan, karena bangunan bertingkat lebih beresiko
mengalami gangguan, baik gangguan secara mekanik maupun gangguan alam. Salah
satu dari gangguan mekanik bisa dimungkinkan kerobohan gedung karena kurang
kokoknya bangunan, sedangkan gangguan alam yang sering terjadi adalah terkenanya
sambaran petir.

Secara geografis letak Indonesia yang dilalui garis katulistiwa menyebabkan


Indonesia beriklim tropis, akibatnya Indonesia memiliki hari guruh rata-rata per tahun
yang sangat tinggi. Dengan demikian bangunan – bangunan di Indonesia memiliki
resiko lebih besar mengalami kerusakan akibat terkena sambaran petir. Kerusakan yang
ditimbulkan dapat membahayakan peralatan serta manusia yang berada di dalam
gedung tersebut. Petir merusak struktur yang terbuat dari bahan, seperti batu, kayu,
beton dan baja yang dapat mengalirkan arus listrik yang tinggi dari petir sehingga dapat
memanaskan bahan dan akan menyebabkan potensi kebakaran atau kerusakan
berbahaya lainnya.

Untuk melindungi dan mengurangi dampak kerusakan dari sambaran petir maka
perlu dipasang sistem pengaman pada gedung bertingkat. Sistem pengaman itu salah
satunya berupa sistem penangkap petir beserta pentanahannya.

1
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, ternyata permasalahan
yang ada masih kompleks. Oleh karena itu, identifikasi masalah akan diuraikan sebagai
berikut :
1. Apa itu petir
2. Mengapa terjadi petir?
3. Apa yang disambar petir?
4. Apa yang dimaksud system penangkap petir?
5. Mengapa system penangkap petir harus ada di bangunan gedung?
6. Bagaimana system penangkap petir dapat menetralisir bahaya petir?
7. Bagaimana memasang system penangkap petir?
8. Bagaimana system penangkap petir yang baik?
9. Apa itu Arrester?
10. Apa jenis jenis Arrester?
11. Apa yang dimaksud dengan grounding?
12. Bagaimana grounding yang baik?
13. Bagaimana cara memasang grounding?

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis akan mengangkat rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa dampak dari sambaran petir?
2. Mengapa gedung harus menggunakan system penangkap petir?
3. Bagaimana kontruksi pemasangan system penangkap petir di gedung?
4. Penjelasan tentang Arrester?
5. Penjelasan tentang sistem grounding yang baik?

2
D. Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat mencapai tujuan
sebagai berikut :

1. Menambah wawasan mahasiswa tentang sistem penangkap petir.


2. Mahasiswa dapat mengetahui dampak dari bahaya petir jika bangunan tidak
dipasang system penangkap petir.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kontruksi pemasangan system penangkap petir.
4. Mahasiswa dapat mengetahui cara memasang dan menentukan nilai tahanan
pada system grounding.

3
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
A. Dampak dari Sambaran Petir
Selain petir dapat menyambar sebuah bangunan yang telah di lengkapi anti
petir/penangkal petir konvensional maupun elektrostatis, petir juga dapat menyambar
melalui jaringan listrik PLN yang kabelnya terbentang di luar dan terbuka. Pada
Umumnya jaringan listrik terbuka seperti ini masih ada dan di pergunakan di beberapa
negara termasuk Indonesia. Arus petir yang merusak perangkat panel listrik bukan di
sebabkan oleh sambaran petir yang menyambar langsung ke bangunan yang telah di
pasang penangkal petir atau anti petir melainkan sambaran petir mengenai jaringan
listrik PLN sehingga arus petir ini masuk ke bangunan mengikuti kabel listrik dan
merusak panel listrik tersebut.
Jadi biasanya sambaran petir mengenai sesuatu yang jauh dari bangunan yang
telah terpasang instalasi penangkap petir baik instalasi penangkap petir
konvensional maupun penangkap petir elektrostatis, hal ini sudah biasa terjadi
karena kabel distribusi PLN memakai kabel distribusi terbuka dan letaknya tinggi,
seperti yang terpasang pada jaringan listrik tegangan tinggi di Indonesia.
Untuk penanganan agar peristiwa ini tidak terjadi maka perlu sekali jaringan
listrik pada sebuah bangunan di lengkapi dengan perangkat Surya Arrester (Pelepas
tegangan lebih/over voltage). Jenis dan merk Surge Arrester ini banyak sekali tersedia
di pasaran umum, yang jelas pemasangan arrester harus di hubungkan
dengan grounding ke bumi.

4
1. Bahaya Akibat Sambaran Petir

a. Sambaran Petir Langsung Melalui Bangunan


Sambaran petir yang langsung mengenai struktur bangunan rumah, kantor dan
gedung, tentu saja hal ini sangat membahayakan bangunan tersebut beserta seluruh
isinya karena dapat menimbulkan kebakaran, kerusakan perangkat elektrik/elektronik
atau bahkan korban jiwa. Maka dari itu setiap bangunan di wajibkan
memasang instalasi penangkal petir. Cara penanganannya adalah dengan cara
memasang terminal penerima sambaran petir serta instalasi pendukung lainnya yang
sesuai dengan standart yang telah di tentukan. Terlebih lagi jika
sambaran petir langsung mengenai manusia, maka dapat berakibat luka atau cacat
bahkan dapat menimbulkan kematian. Banyak sekali peristiwa sambaran petir langsung
yang mengenai manusia dan biasanya terjadi di areal terbuka.

b. Sambaran Petir Melalui Jaringan Listrik


Bahaya sambaran ini sering terjadi, petir menyambar dan mengenai sesuatu di
luar area bangunan tetapi berdampak pada jaringan listrik di dalam bangunan tersebut,
hal ini karena sistem jaringan distribusi listrik/PLN memakai kabel udara terbuka dan
letaknya sangat tinggi, bilamana ada petir yang menyambar pada kabel terbuka ini
maka arus petir akan tersalurkan ke pemakai langsung. Cara penanganannya adalah
dengan cara memasang perangkat arrester sebagai pengaman tegangan lebih (over
voltage). Instalasi surge arresterlistrik ini dipasang harus dilengkapi dengan grounding
system.

c. Sambaran Petir Melalui Jaringan Telekomunikasi


Bahaya sambaran petir jenis ini hampir serupa dengan yang ke-2 akan tetapi
berdampak pada perangkat telekomunikasi, misalnya telepon dan PABX.
Penanganannya dengan cara pemasangan arresterkhusus untuk jaringan PABX yang di
hubungkan dengan grounding. Bila bangunan yang akan di lindungi mempunyai
jaringan internet yang koneksinya melalui jaringan telepon maka alat ini juga dapat
melindungi jaringan internet tersebut.

5
Pengamanan terhadap suatu bangunan atau objek dari sambaran petir pada
prinsipnya adalah sebagai penyedia sarana untuk menghantarkan arus petir yang
mengarah ke bangunan yang akan kita lindungi tanpa melalui struktur bangunan yang
bukan merupakan bagian dari sistem proteksi petir atau instalasi penangkap petir,
tentunya harus sesuai dengan standart pemasangan instalasinya.
Ada 2 jenis kerusakan yang di sebabkan sambaran petir, yaitu :
1. Kerusakan Thermis, kerusakan yang menyebabkan timbulnya kebakaran.
2. Kerusakan Mekanis, kerusakan yang menyebabkan struktur bangunan retak,
rusaknya peralatan elektronik bahkan menyebabkan kematian.

2. Efek Sambaran Petir

a. Efek Listrik
Ketika arus petir melalui kabel penyalur (konduktor) menuju resistansi
elektroda bumi instalasi penangkap petir, akan menimbulkan tegangan jatuh resistif,
yang dapat dengan segera menaikan tegangan sistem proteksi kesuatu nilai yang tinggi
dibanding dengan tegangan bumi. Arus petir ini juga menimbulkan gradien tegangan
yang tinggi disekitar elektroda bumi, yang sangat berbahaya bagi makluk hidup.
Dengan cara yang sama induktansi sistem proteksi harus pula diperhatikan karena
kecuraman muka gelombang pulsa petir. Dengan demikian tegangan jatuh pada sistem
proteksi petir adalah jumlah aritmatik komponen tegangan resistif dan induktif

b. Efek Tegangan Tembus - Samping


Titik sambaran petir pada sistem proteksi petir bisa memiliki tegangan yang
lebih tinggi terhadap unsur logam didekatnya. Maka dari itu akan dapat menimbulkan
resiko tegangan tembus dari sistem proteksi petir yang telah terpasang menuju struktur
logam lain. Jika tegangan tembus ini terjadi maka sebagian arus petir akan merambat
melalui bagian internal struktur logam seperti pipa besi dan kawat. Tegangan tembus
ini dapat menyebabkan resiko yang sangat berbahaya bagi isi dan kerangka struktur
bangunan yang akan dilindungi

6
c. Efek Termal
Dalam kaitannya dengan sistem proteksi petir, efek termal pelepasan
muatan petir adalah terbatas pada kenaikan temperatur konduktor yang dilalui
arus petir. Walaupun arusnya besar, waktunya adalah sangat singkat dan pengaruhnya
pada sistem proteksi petir biasanya diabaikan. Pada umumnya luas penampang
konduktor instalasi penangkap petir dipilih terutama umtuk memenuhi persyaratan
kualitas mekanis, yang berarti sudah cukup besar untuk membatasi kenaikan temperatur
1 derajat celcius.

d. Efek Mekanis
Apabila arus petir melalui kabel penyalur pararel (konduktor) yang berdekatan
atau pada konduktor dengan tekukan yang tajam akan menimbulkan gaya mekanis yang
cukup besar, oleh karena itu diperlukan ikatan mekanis yang cukup kuat. Efek mekanis
lain ditimbulkan oleh sambaran petir yang disebabkan kenaikan temeratur udara yang
tiba-tiba mencapai 30.000 K dan menyebabkan ledakkan pemuaian udara disekitar jalur
muatan bergerak. Hal ini dikarenakan jika konduktifitas logam diganti dengan
konduktifitas busur api listrik, enegi yang timbul akan meningkatkan sekitar ratusan
kali dan energi ini dapat menimbulkan kerusakan pada struktur bangunan yang
dilindungi.

e. Efek Kebakaran Karena Sambaran Langsung


Ada dua penyebab utama kebakaran bahan yang mudah terbakar
karena sambaran petir, pertama akibat sambaran langsung pada fasilitas tempat
penyimpanan bahan yang mudah terbakar. Bahan yang mudah terbakar ini mungkin
terpengaruh langsung oleh efek pemanasan sambaran atau jalur sambaran petir. Kedua
efek sekunder, penyebab utama kebakaran minyak. Terdiri dari muatan terkurung, pulsa
elektrostatis dan elektromagnetik dan arus tanah

7
f. Efek Muatan Terjebak
Muatan statis ini di induksikan oleh badai awan sebagai kebalikan dari proses
pemuatan lain. Jika proses netralisasi muatan berakhir dan jalur sambaran sudah netral
kembali, muatan terjebak akan tertinggal pada benda yang terisolir dari kontak
langsung secara listrik dengan bumi, dan pada bahan bukan konduktor seperti bahan
yang mudah terbakar. Bahan bukan konduktor tidak dapat memindahkan muatan dalam
waktu singkat ketika terdapat jalur sambaran.

B. Gedung Harus Memakai SPP(Sistem Proteksi Petir)


1. Prinsip perlindungan petir

Jika kita memperhatikan bahaya yang di akibatkan sambaran petir, maka sistem
perlindungan petir harus mampu melindungi struktur bangunan atau fisik maupun
melindungi peralatan dari sambaran langsung dengan di pasangnya penangkap
petir eksternal (Eksternal Protection) dan sambaran tidak langsung dengan di
pasangnya penangkap petir internal (Internal Protection) atau yang sering di
sebut surge arrester serta pembuatan grounding sistem yang memadai sesuai standar
yang telah di tentukan.

Sampai saat ini belum ada alat atau sistem proteksi petir yang dapat melindungi
100 % dari bahaya sambaran petir, namun usaha perlindungan mutlak dan wajib sangat
di perlukan. Selama lebih dari 60 tahun pengembangan dan penelitian di laboratorium
dan lapangan terus dilakukan, berdasarkan usaha tersebut suatu rancangan sistem
proteksi petir secara terpadu telah di kembangan oleh Flash Vectron Lightning
Protection "SEVEN POINT PLAN".

8
Tujuan dari "SEVEN POINT PLAN" adalah menyiapkan sebuah perlindungan
efective dan dapat di andalkan terhadap serangan petir, "Seven Point Plan' tersebut
meliputi :

1. Menangkap Petir

Dengan cara menyediakan system penerimaan (AirTerminal Unit) yang dapat


dengan cepat menyambut sambaran arus petir, dalam hal ini mampu untuk lebih cepat
dari sekelilingnya dan memproteksi secara tepat dengan memperhitungkan
besaran petir. Terminal Petir Flash Vectron mampu memberikan solusi sebagai alat
penerima sambaran petir karena desainnya dirancang untuk digunakan khusus di
daerah tropis.

2. Menyalurkan Arus Petir

Sambaran petir yang telah mengenai terminal penangkap petir sebagai alat
penerima sambaran akan membawa arus yang sangat tinggi, maka dari itu harus dengan
cepat disalurkan ke bumi (grounding) melalui kabel penyalur sesuai standart sehingga
tidak terjadi loncatan listrik yang dapat membahayakan struktur bangunan atau
membahayakan perangkat yang ada di dalam sebuah bangunan.

3. Menampung Petir

Dengan cara membuat grounding sistem dengan resistansi atau tahanan tanah
kurang dari 5 Ohm. Hal ini agar arus petir dapat sepenuhnya diserap oleh tanah tanpa
terjadinya step potensial. Bahkan dilapangan saat ini umumnya resistansi atau tahanan
tanah untuk instalasi penangkap petir harus dibawah 3 Ohm.

4. Proteksi Grounding Sistem

Selain memperhatikan resistansi atau tahanan tanah, material yang digunakan


untuk pembuatan grounding juga harus diperhatikan, jangan sampai mudah korosi atau
karat, terlebih lagi jika didaerah dengan dengan laut. Untuk menghindari terjadinya
loncatan arus petir yang ditimbulakn adanya beda potensial tegangan maka setiap
titik grounding harus dilindungi dengan cara integrasi atau bonding system.

9
5. Proteksi Jalur Power Listrik

Proteksi terhadap jalur dari power muntak diperlukan untuk mencegah


terjadinya induksi yang dapat merusah peralatan listrik dan elektronik.

6. Proteksi Jalur PABX

Melindungi seluruh jaringan telepon dan signal termasuk pesawat faxsimile dan
jaringan data

7. Proteksi Jalur Elektronik

Melindungi seluruh perangkat elektronik seperti CCTV, mesin dll dengan


memasang surge arrester elektronik.

C. Konstruksi Sistem Penangkap Petir

A. Bagaimana Konstruksi Pemasangan Penangkap Petir Pada Gedung


Penangkap petir adalah sebuah batang logam atau konduktor yang dipasang di
atas gedung dan pada perangkat listrik yang terhubung ke tanah melalui kawat, untuk
melindungi bangunan pada saat terjadi petir

1. Jenis-jenis metode penangkap petir


a. Penangkap Petir Konvensional / Faraday / Frangklin
Kedua ilmuwan tersebut Faraday dan Frangklin menjelaskan sistem yang
hampir sama, yakni system penyalur arus listrik yang menghubungkan antara bagian
atas bangunan dan grounding, sedangkan sistem perlindungan yang di hasilkan ujung
penerima/splitzer adalah sama pada rentang 30 - 40 derajat. Perbedaannya adalah sistem
yang di kembangkan Faraday bahwa kabel penghantar berada pada sisi luar bangunan
dengan pertimbangan bahwa kabel penghantar juga berfungsi sebagai material
penerima sambaran petir, yaitu berupa sangkar elektris atau biasa disebut dengan
sangkar faraday.

10
b. Penangkal Petir Radio Aktif
Penelitian terus berkembang akan sebab terjadinya petir, dan semua ilmuwan
sepakat bahwa terjadinya petir karena ada muatan listrik di awan berasal dari proses
ionisasi, maka untuk menggagalkan proses ionisasi dilakukan dengan cara
menggunakan zat berradiasi sepertiRadiun 226 dab Ameresium 241 karena kedua
bahan ini mampu menghamburkan ion radiasinya yang dapat menetralkan muatan
listrik awan. Maka manfaat lain hamburan ion radiasi tersebut akan menambah muatan
pada ujung finial/splitzer, bila mana awan yang bermuatan besar tidak mampu di
netralkan zat radiasi kemudian menyambar maka akan cenderung mengenai
penangkal petir ini. Keberadaan penangkal petir jenis ini telah dilarang pemakaiannya,
berdasarkan kesepakatan internasional dengan pertimbangan mengurangi zat beradiasi
di masyarakat, selain itu penangkal petir ini dianggap dapat mempengaruhi kesehatan
manusia.

c. Penangkal Petir Elektrostatis


Prinsip kerja penangkap petir elektrostatis mengadopsi sebagian system
penangkal petir radio aktif, yaitu menambah muatan pada ujung finial/splitzer
agar petir selalu melilih ujung ini untuk di sambar. Perbedaan dengan system radio aktif
adalah jumlah energi yang dipakai. Untuk penangkal petir radio aktif muatan listrik
dihasilkan dari proses hamburan zat berradiasi sedangkan pada
penangkal petir elektrostatis energi listrik yang dihasilkan dari listrik awan yang
menginduksi permukaan bumi.

2. Cara Pemasangan Instalasi Penangkap Petir/Anti Petir Flash Vectron


Penangkap petir Flash Vectron adalah terminal petir unggulan jenis elektrostatik
yang di desain khusus untuk daerah tropis mampu memberikan solusi petir terbaik
khususnya di Indonesia. Selain sudah melewati uji laboratorium PLN dan laboratorium
tegangan tinggi di lembaga terkait, penangkap petir Flash Vectron juga telah di uji
langsung di lapangan yang rawan akan sambaran petir.

11
Secara garis besar, cara pemasangan instalasi penangkap petir/anti petir Flash
Vectron sebagai berikut.

Gb.1 pemasangan grounding

Pada tahap awal pengerjaan di mulai dengan mengerjakan bagian grounding


system terlebih dahulu, dengan pertimbangan keamanan dan kemudahan. Kemudian
dilakukan pengukuran resistansi/tahanan tanah menggunakan Earth Testermeter,
apabila hasil pengukuran tersebut menunjukan < 5 Ohm maka tahapan kerja berikutnya
dapat dilakukan. Seandainya hasil resistansi/tahanan tanah menunjukan > 5 Ohm maka
di lakukan pembuatan atau penambahan grounding lagi di sebelahnya dan di pararelkan
dengan grounding pertama agar resistansi/tahanan tanahnya menurun sesuai dengan
standarnya < 5 Ohm.

Gb.2 memasang kabel penyalur

12
Setelah selesai membuat grounding, langkah berikutnya adalah
memasang kabel penyalur (Down Conductor) dari titik grounding sampai keatas
bangunan, tentunya dengan mempertimbangkan jalur kabel yang terdekat dan hindari
banyak belokan/tekukkan 90 derajat sehingga kebutuhan material dan kualitas instalasi
dapat efektif dan efisien. Kabel penyalur petir yang biasa di gunakan antara lain BC
(Bare Copper), NYY atau Coaxial. Untuk tempat - tempat tertentu sebaiknya di beri
pipa pelindung (Conduite) dengan maksud kerapihan dan keamanan.

Gb.3 pemasangan head terminal

Bila kabel penyalur petir telah terpasang dengan rapih, maka tahap selanjutnya
pemasangan head terminal petir Flash Vectron tentunya harus terhubung
dengan kabel penyalur tersebut sampai ke grounding sistem.

D. Arrester
Pada umumnya pusat pembangkit tenaga listrik menyalurkan energinya melalui
saluran transmisi udara dimana saluran transmisi tenaga listrik yang terpasang di udara
ini sangatlah rentanterhadap gangguan yang disebabkan oleh sambaran petir. Sambaran
petir ini akan menghasilkangelombang berjalan (Surja Tegangan) pada saluran
transmisi dan pada akhirnya dapat masuk kepusat pembangkit tenaga listrik. Oleh
alasan ini, dalam pusat pembangkit tenaga listrik harusdilengkapi dengan lightening
arrester (penangkap petir).

Gelombang berjalan (surja tegangan) selain dihasilkan oleh gangguan petir,


juga dapatterjadi karena adanya pembukaan dan penutupan pemutus tenaga listrik
(Open Closing Circuit Breaker) atau adanya switching pada jaringan tenaga listrik.
Pada sistem Tegangan Ekstra Tinggi (TET) yang besarnya di atas 350 kV (500 kV
untuk standar tranmisi udara tegangan ekstra tinggi/SUTET di Indonesia), surja

13
tegangan ini lebih banyak disebabkan oleh switching tenaga listrik padajaringan
dibandingkan yang disebabkan oleh gangguan petir.

Saluran udara yang keluar dari pusat pembangkit listrik merupakan bagian
instalasi pusat pembangkit listrik yang paling rawan sambaran petir dan karenanya
harus diberi lightning arrester. Selain itu, lightning arrester harus berada di depan setiap
transformator dan harus terletak sedekat mungkin dengan transformator. Hal ini perlu
karena pada petir yang merupakan gelombang berjalanmenuju ke transformator akan
melihat transformator sebagai suatu ujung terbuka (karenatransformator mempunyai
isolasi terhadap bumi/tanah) sehingga gelombang pantulannya akan saling memperkuat
dengan gelombang yang datang. Berarti transformator dapat mengalami tegangan surja
dua kali besarnya tegangan gelombang surja yang datang. Untuk mencegah terjadinya
hal ini, lightning arrester harus dipasang sedekat mungkin dengan transformator.

Lightening arrester ini akan bekerja pada tegangan tertentu di atas dari tegangan
operasi yang berfungsi untuk membuang muatan listrik dari surja petir dan berhenti
beroperasi pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi agar tidak terjadi arus pada
tegangan operasi. Perbandingan dua tegangan ini disebut juga rasio proteksi arrester.
Tingkat isolasi bahan arrester harus berada di bawah tingkat isolasi bahan transformator
agar apabila sampai terjadi flashover, maka flashover diharapkan terjadi pada arrester
dan tidak pada transformator.

Rating arus arrester ditentukan dengan mempelajari statistik petir setempat.


Misalnya di suatu tempat mempunyai data statistik yang menyatakan probabilitas petir
yang terbesar adalah 15 killo ampere (kA), maka rating arrester yang dipilih adalah 15
kA.

1. PRINSIP KERJA ARRESTER

Pada prinsipnya arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir,
sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Pada kondisi normal
arrester berlaku sebagai isolasi tetapi bila timbul surja, arrester berlaku sebagai
konduktor yang berfungsi melewatikan aliran arus yang tinggi ke tanah. Setelah itu
hilang arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolator.

14
Pada pokoknya arrester ini terdiri dari dua unsure yaitu : 1. Sela api (spark gap);
2. Tahanan kran (valve resistor). Keduanya dihubungkan secara seri. Batas atas dan
bawah dari tegangan percikan ditentukan oleh tegangan sistem maksimum dan oleh
tingkat isolasi peralatan yang dilindungi. Sering kali masalah ini dapat dipecahkan
hanya dengan mengeterapkan cara – cara khusus pengaturan tegangan (voltage control)
oleh karena itu sebenarnya arrester terdiri dari tiga unsure diantaranya yaitu :

1. Sela api (spark gap)

2. Tahanan kran (valve resistor)

3. Tahanan katup dan system pengaturan atau pembagian tegangan (grading system)

Jika hanya melindungi isolasi terhadap bahaya kerusakan karena gangguan


dengan tidak memperdulikan akibatnya terhadap pelayanan, maka cukup dipakai sela
batang yang memungkinkan terjadinya percikkan pada waktu tegangannya mencapai
keadaan bahaya.

Dalam hal ini, tegangan system bolak – balik akan tetap mempertahankan busur
api sampai pemutus bebannya dibuka. Dengan menyambung sela api ini dengan sebuah
tahanan, maka mungkin apinya dapat dipadamkan. Tetapi bila tahanannya mempunyai
harga tetap, maka jatuh tegangannya menjadi besar sekali sehingga maksud untuk
meniadakan tegangan lebih tidak terlaksana, dengan akibat bahwa maksud melindungi
isolasi pun gagal.

Oleh sebab itu dipakailah tahanan kran (valve resistor), yang amempunyai sifat
khusus bahwa tahanannya kecil sekali bila tegangannya dan arusnya besar. Proses
pengecilan tahanan berlangsung cepat sekali yaitu selama teganngan lebih mencapai
harga puncaknya. Tegangan lebih dalam hal ini mengakibatkan penurunan drastic dari
pada tahanan sehingga jatuh tegangannya dibatasi meskipun arusnya besar.

Bila tegangan lebih habis dan tinggal tegangan normal, tahanannya naik lagi
sehingga arus susulannya dibatasi kira – kira 50 ampere. Arus susulan ini akhirnya
dimatikan oleh sela api pada waktu tegangan sistemnya mencapai titik nol yang pertama
sehingga alat ini bertindak sebagai sebuah kran yang menutup arus, dari sini didapatkan
nama tahanan kran.

15
Pada arrester modern pemandangan arus susulan yang cukup besar (200 – 300
A) dilakukan dengan bantuan medan magnet. Dalam hal ini, maka baik amplitude
maupun lamanya arus susulan dapat dikurangi dan pemadamannya dapat dilakukan
sebelum tegangan system mencapai harga nol.

Dapat ditambahkan bahwa arus susulan tidak selalu terjadi tiap kali arrester
bekerja, ada tidaknya tergantung dari saat terjadinya tegangan lebih. Hal ini dapat
dimengerti karena arus susulan itu justru dipadamkan pada arus nol yang pertama atau
sebelumnya.

2. SYARAT PEMASANGAN LIGHTNING ARRESTER

Sebelum melakukan instalasi lightening arrester, ada beberapa persyaratan yang


harus dipenuhi, diantaranya adalah:

a. Tegangan percikan (sparkover voltage) dan tegangan pelepasannya (discharge


voltage), yaitu tegangan pada terminalnya pada waktu pelepasan, harus cukup
rendah, sehingga dapat mengamankan isolasi peralatan. Tegangan percikan
disebut juga tegangan gagal sela (gap breakdown voltage) sedangkan tegangan
pelepasan disebut juga tegangan sisa (residual voltage) atau jatuh tegangan
(voltage drop) Jatuh tegangan pada arrester = I x R Dimana

I = arus arrester maksimum (A)

R = tahanan arrester (Ohm)

b. Arrester harus mampu memutuskan arus dinamik dan dapat bekerja terus seperti
semula. Batas dari tegangan system dimana arus susulan ini masih mungkin,
disebut tegangan dasar (rated voltage) dari arrester.

16
3. JENIS-JENIS ARRESTER

Adapun jenis-jenis arrester di kelompokan menjadi dua yaitu sebabagai berikut:

1. Arrester jenis ekspulsi (expulsion type) atau tabung pelindung (protector tube)

2. Arrester katup (valve type)

3.1 Arrester jenis ekspulsi atau tabung pelindung

Lightning Arrester jenis ekspulsi atau tabung pelindung ini pada prinsipnya terdiri
dari sela percik yang berada dalam tabung serat dan sela percik yang berada diluar udara
atau disebut juga sela seri.
Prinsip kerja lightning arrester jenis ekspulsi.
Bila ada tegangan surja yang tinggi
sampai pada jepitan arrester, kedua sela percik,
yang diluar maupun yang di dalam tabung serat,
tembus seketika dan membentuk jalan
penghantar dalam bentuk busur api. Jadi
Arrester menjadi konduktor dengan impedansi
yang rendah dan menyalurkan petir /surja dan
arus daya sistem bersama- sama ke bumi. Panas
yang timbul akibat mengalirnya arus petir
menguapkan sedikit bahan dinding tabung
serat, sehingga gas yang di timbulkan
Gambar 3.1.1 arrester jenis ekspulsi menyembur dan memedamkan api pada waktu
arus susulan melewati titik nolnya. Arus susulan dalam arrester ini dapat mencapai harga
yang tunggi sekali tetapi lamanya tidak lebih dari 1 atau 2 gelombang, dan biasanya kurang
dari setengah gelombang. Jadi tidak menimbulkan gangguan. Arrester jenis ekspulsi ini
mempunyai karakteristik volt – waktu yang lebih baik dari sela batang dan dapat
memutuskan arus susulan. Akan tetapi tegangan impulsnya lebih tinggi daripada arrester
jenis katup. Kemampuan untuk memutuskan arus susulan tergantung dari tingkat arus
hubung singkat dari sistem pada titik dimana arrester itu di pasang. Dengan demikian
perlindungan dengan arrester jenis ini dipandang tidak memadai untuk perlindungan
transformator daya kecuali untuk sistem distribusi. Arrester jenis ini banyak digunakan
pada saluran transmisi untuk membatasi besar surja yang memasuki gardu induk.

17
Gambar 3.1.2. Konstruksi sebuah lightning arrester buatan Westinghouse yang
menggunakan celah udara (air gap) di bagian atas

3.2 Arrester jenis katup


Arrester jenis katup ini terdiri dari sela percik terbagi atau sela seri yang terhubung
dengan elemen tahanan yang mempunyai karakteristik tidak linier.

Gambar 3.2 Arrester jenis katup

18
Tahanan tersebut mempunyai sifat khusus yaitu tahanan akan turun banyak sekali bila
arusnya naik dan berlangsung dalam waktu yang sangat cepat.
Tegangan frekuensi dasar tidak dapat menimbulkan tembus pada sela seri. Apabila sela
seri tembus pada saat tibanya suatu surja yang cukup tinggi, maka alat tersebut akan
menjadi penghantar. Sela seri itu tidak dapat menimbulkan arus susulan. Dalam hal ini
dibantu oleh tahanan tak linier yang mempunyai karakteristik tahanan kecil untuk arus
besar dan tahanan besar untuk arus susulan dari frekuensi dasar.
Prinsip kerja Arrester jenis Katup
Sela seri yang berfungsi sebagai switch apabila terjadi tegangan tinggi yang
menyebabkan sparkover maka tahanan elemen sela percik turun dengan teganagannya saja,
maka sela seri akan membuka, tahanannya naik kembali sehingga arus susulan dapat
dibatasi. Untuk memadamkan busur api yang timbul, tahanan sela percik yang tidak linier
tersebut berfungsi untuk mematikannya.
Arrester jenis katup ini dibagi dalam tiga jenis yaitu :
1. Arrester katup jenis gardu (station)
2. Arrester katup jenis saluran (intermediate)
3. Arrester katup jenis gardu untuk mesin – mesin
4. Arrester katup jenis distribusi untuk mesin – mesin (distribution)

19
3.2.1. Arrester katup jenis gardu

Gambar 4.2.1 Arrester katup jenis gardu


Arrester katup jenis gardu ini adalah yang paling efisien dan juga yang palin mahal.
Pemakaiannya secara uumum pada gardu induk besar. Umumnya untuk melindungi alat-
alat yang mahal pada rangkaian mulai pada rangkaian mulai dari 2,4 kV sampai 287 kV
dan lebih tinggi lagi.

3.2.2. Arrester katup jenis saluran


Arrster jenis saluran ini lebih murah dari arrester jenis gardu. Kata”saluran” disini
bukanlah berarti untuk saluran transmisi.

Gambar 3.2.2 Arrester katup jenis saluran


Seperti arrester jenis gardu, arrester jenis saluran ini dipakai untuk melindungi
transformator dan pemutus daya serta dipakai pada sistem tegangan 15 kV sampai 69 kV

20
3.2.3. Arrester katup jenis gardu untuk mesin – mesin Lightning arrester ini
khusus untuk melindungi mesin-mesin berputar. Pemakaiannya untuk tegangan 2,4 kV
sampai 15 kV.

3.2.4. Arrester katup jenis distribusi

Gambar 8 Arrester katup jenis distribusi


Lightning arrester jenis distribusi ini khusus untuk melindungi transformator. Arrester
jenis ini dipakai pada peralatan dengan tegangan 120 volt sampai 750 volt.

4. KARAKTERISTIK LIGHTING ARRESTER


Oleh karena arrester dipakai untuk melindungi peralatan sistem tenaga listrik
maka perlu diketahui karakteristiknya sehingga arrester dapat digunakan dengan baik
didalam pemakaiannya. Arrester mempumyai tiga karakteristik dasar yang penting
dalam pemakainnya yaitu :
1. Tegangan rated 50 c/s yang tidak boleh dilampaui
2. Arrester mempunyai karakteristik yang dibatasi oleh tegangan (voltage limiting) bila
dilalui oleh berbagai macam arus petir.
3. Batas termis
Sebagaimana diketahui bahwa arrester adalah suatu peralatan teganagan yang
mempunyai tegangan ratingnya. Maka jelaslah bahwa arrester tidak boleh dikenakan
tegangan yang melebihi tegangan yang melebihi rating ini, baik didalam keadaan
normal maupun dalam keadaan abnormal. Oleh karena itu dalam menjalankan

21
fungsinya ia menanggung tegangan sistem normal dan tegangan lebih transiens 50 c/s.
Karakteristik pembatasan tegangan impuls dari arrester adalah harga yang dapat di
tahan oleh terminal ketika melakukkan arus – arus tertentu dan harga ini berubah
dengan singkat baik sebelum arus mengalir maupun mulai bekerja.
Untuk batas termis ialah kemampuan untuk mengalirkan arus surja dalam
waktu yang lama atau terjadi berulang – ulang tanpa menaikkan suhunya.meskipun
kemampuan arrester untuk menyalurkan arus sudah mencapai 65000 – 100.000
Ampere, tetapi kemampuannya untuk melakukan surja hubung terutama bila saluran
menjadi panjang dan berisi tenaga besar masih rendah.
Maka agar supaya tekanan stress pada isolasi dapat dibuat serendah mungkin,
suatu sistem perlindungan tegangan lebih perlu memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Dapat melepas tegangan lebih ketanah tanpa menyebabkan hubung singkat ke tanah
(saturated ground fault)
2. Dapat memutuskan arus susulan.
3. Mempunyai tingkat perlindungan (protection level) yang rendah, artinya tegangan
percikan sela dan tegangan pelepasannya rendah.

5. KARAKTERISTIK LIGHTING ARRESTER IDEAL


a. Pada tegangan sistem yang normal, arrester tidak boleh bekerja. Tegangan tembus
arrester pada frekuensi jala-jala harus lebih tinggi dari tegangan lebih maksimum
yang mungkin terjadi pada sistem.
b. Setiap gelombang transien dengan tegangan puncak yang lebih besar dari tegangan
tembus arrester harus mampu mengerjakan arrester untuk mengalirkn arus ke tanah.
c. Arrester harus mampu mengalirkan arus surja ke tanah tanpa merusak arrester itu
sendiri dan tanpa menyebabkan tegangan pada terminal arrester lebih tinggi dari
tegangan sistemnya sendiri.
d. Arus tidak boleh mengalir ke tanah setelah gangguan teratasi. Arus ini harus dipotong
begitu gangguan teratasi dan tegangan kembali normal.

22
6. MATERIAL DARI ARRESTER
Metal Oxide Arrester. Komponen utama dari lightning arrester ini terbuat dari
bahan Zinc Oxide (ZnO) , kemudian lebih dikenal dengan sebutan metal oxide surger
arrester (MOA). Pada dasarnya arrester ini sama dengan arrester pendahulunya, hanya
saja arrester ini tidak mempunyai komponen sel gap (Gap Less).
Prinsip kerja metal oxide arrester adalah sebagai berikut :
Pada dasarnya metal oxide arrester ini mempunyai prinsip kerja yang sama
dengan arrester jenis katup. Karena
arrester MOA ini tidak memiliki
tahanan sela seri, maka arrester ini
sangat bergantung psa tahanan yang
ada dalam arrester itu sendiri. Apabila
terkena petir, tahanan arrester akan
langsung turun sehingga menjadi
konduktor dan mengalirkan petir ke
bumi. Namun, setelah petir lewat,
Gambar 6.1 metal oxide arrester tahan kembali naik dan bersifat isolator.
Keunggulan dari MOA adalah memiliki reaksi yang cepat dalam membumikan petir.
Hal inidisebabkan arrester ini tidak memiliki sela seri. Sedangkan kekeurangannya
adalah akibat ketergantunganya dengan tahanan yang ada di dalam isolator dan bekerja
karena pengaruh termal, maka arrester ini harus betul betul memperhitungkan
pengaruh termalnya.

23
7. PEMILIHAN LIGHTNING ARRESTER
Ada beberapa faktor dalam memilih Arrester yang sesuai untuk suatu keperluan
tertentu, beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah :

 Kebutuhan perlindungan : ini berhubungan dengan kekuatan isolasi dari alat yang harus
dilindungi dan karakteristik impuls dari arrester.
 MVA yang short circuit yang dinyatakan lewat persamaan S = kV x kA

 Standart BIL 20kV yaitu 125 kV

 Initial voltage Lightning arrester yaitu 80% dari BIL, atau sama dengan 100 kV

 Tegangan sistem : ialah tergangan maksimum yang mungkin timbul pada jepitan
arrester
 Arus hubung singkat sistem : hanya diperlukan pada arrester jenis ekspulsi

 Jenis Lightning Arrester

 Faktor kondisi Luar : apakah normal atau tidak normal (2000 meter atau lebih diatas
permukaan laut), temperatur dakn kelembaban yang tinggi serta pengotoran
 Faktor Ekonomi : merupakan perbandingan antara biaya pemeliharaan dan kerusakan
bila tidak ada lightning arrester, atau bila dipasang lightning arrester yang nilainya lebih
rendah mutunya. Untuk tegangan 69 kV dan lebih dapat di pakai arrester jenis gardu,
sedangkan tegangan 23 kV samapi 69 kV dapat dipakai jenis lainnya tergantung pada
segi ekonominya.

24
E. Sistem Grounding
Sambungan ke tanah diperlukan untuk melindungi peralatan – peralatan
komunikasi dan personal terhadap bahaya petir atau kesalahan pada power sistem dan
juga dapat berfungsi sebagai service pada suatu sistem.

Untuk merencanakan suatu sistem pentanahan ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan, antara lain Tahanan Jenis Tanah, Struktur tanah, keadaan lingkungan,
biaya, ukuran dan bentuk sistemnya.

Biasanya tahanan pentanahan yang lebih rendah sangat efektif, tetapi biaya
menjadi besar. Untuk itu perlu dipertimbangkan efek fungsi dan ekonomisnya. Oleh
karena itu perlu kiranya bagi kita untuk dapat merencanakan dan membuat sistem
pentanahan yang sesuai dengan keperluannya.

1. SYARAT – SYARAT SISTEM PENTANAHAN YANG EFEKTIF

Tahanan pentanahan harus memenuhi syarat yang di inginkan untuk suatu


keperluan pemakaian. Elektroda yang ditanam dalam tanah harus :

a. Bahan Konduktor yang baik


b. Tahan Korosi
c. Cukup Kuat
d. Jangan sebagai sumber arus galvanis
e. Elektroda harus mempunyai kontak yang baik dengan tanah sekelilingnya.
f. Tahanan pentanahan harus baik untuk berbagai musim dalam setahun.
g. Biaya pemasangan serendah mungkin.

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN TAHANAN PENTANAHAN

Tahanan pentanahan suatu elektroda tergantung pada tiga faktor :

a. Tahanan elektroda itu sendiri dan penghantar yang menghubungkan ke


peralatan yang ditanahkan.
b. Tahan kontak antara elektroda dengan tanah.
c. Tahanan dari massa tanah sekeliling elektroda.

25
Namun demikian pada prakteknya tahanan elektroda dapat diabaikan, akan
tetapi tahanan kawat penghantar yang menghubungkan keperalatan akan mempunyai
impedansi yang tinggi terhadap impuls frekuensi tinggi seperti misal pada saat terjadi
lightning discharge. Untuk menghindarinya, sambungan ini di usahakan dibuat
sependek mungkin.

Dari ketiga faktor tersebut diatas yang dominan pengaruhnya adalah tahanan
sekeliling elektroda atau dengan kata lain tahanan jenis tanah (ρ).

3. TAHANAN JENIS TANAH (ρ)

Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu elektroda yang
hemispherical R = ρ/2πr terlihat bahwa tahanan pentanahan berbanding lurus dengan
besarnya ρ. Untuk berbagai tempat harga ρ ini tidak sama dan tergantung pada beberapa
faktor :

1. sifat geologi tanah


2. Komposisi zat kimia dalam tanah
3. Kandungan air tanah
4. Temperatur tanah
5. Selain itu faktor perubahan musim juga mempengaruhinya.
6. Sifat Geologi Tanah

Ini merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis tanah. Bahan dasar
dari pada tanah relatif bersifat bukan penghantar. Tanah liat umumnya mempunyai
tahanan jenis terendah, sedang batu-batuan dan quartz bersifat sebagai insulator.

26
Tabel dibawah ini menunjukkan harga-harga ( ρ ) dari berbagai jenis tanah.

TAHANAN JENIS
JENIS TANAH
No. TANAH (ohm.meter)

Tanah yang mengandung


1. 5–6
air garam
2. 30
Rawa
3. 100
Tanah liat
4. 200
Pasir Basah
5. 500
Batu-batu kerikil basah
6. 1000
Pasir dan batu krikil kering
7. 3000
Batu

KOMPOSISI ZAT – ZAT KIMIA DALAM TANAH

Kandungan zat – zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat organik maupun
anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan pula.

Didaerah yang mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya mempunyai


tahanan jenis tanah yang tinggi disebabkan garam yang terkandung pada lapisan atas
larut. Pada daerah yang demikian ini untuk memperoleh pentanahan yang efektif yaitu
dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih dalam dimana larutan garam
masih terdapat.

27
KANDUNGAN AIR TANAH

Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan jenis


tanah ( ρ ) terutama kandungan air tanah sampai dengan 20%.

Dalam salah satu test laboratorium untuk tanah merah penurunan kandungan air
tanah dari 20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah naik samapai 30
kali.Kenaikan kandungan air tanah diatas 20% pengaruhnya sedikit sekali.

TEMPERATUR TANAH

Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m) biasanya stabil terhadap


perubahan temperatur permukaan.

Bagi Indonesia daerah tropic perbedaan temperatur selama setahun tidak


banyak, sehingga faktor temperatur boleh dikata tidak ada pengaruhnya.

ELEKTRODA PENTANAHAN

Jenis Elektroda pentanahan

Pada dasarnya ada 3 (tiga) jenis elektroda yang digunakan pada sistem
pentanahan yaitu :

1. Elektroda Batang
2. Elektroda Pelat
3. Elektroda Pita

Elektroda – elektroda ini dapat digunakan secara tunggal maupun multiple dan
juga secara gabungan dari ketiga jenis dalam suatu sistem.

28
ELEKTRODA BATANG

Elektroda batang terbuat dari batang atau pipa


logam yang di tanam vertikal di dalam tanah.

Biasanya dibuat dari bahan tembaga, stainless steel atau galvanised steel. Perlu
diperhatikan pula dalam pemilihan bahan agar terhindar dari galvanic couple yang
dapat menyebabkan korosi.

Ukuran Elektroda :
diameter 5/8 ” - 3/4 ”
Panjang 4 feet – 8 feet
Elektroda batang ini mampu menyalurkan arus discharge petir maupun untuk
pemakaian pentanahan yang lain.

ELEKTRODA PELAT

Bentuk elektroda pelat biasanya empat perseguí


atau empat persegi panjang yang tebuat dari
tembaga, timah atau pelat baja yang ditanam
didalam tanah. Cara penanaman biasanya
secara vertical, sebab dengan menanam secara horizontal hasilnya tidak berbeda jauh
dengan vertical. Penanaman secara vertical adalah lebih praktis dan ekonomis.

29
ELEKTRODA PITA

Elektroda pita jenis ini terbuat dari bahan


metal berbentuk pita atau juga kawat BCC yang di tanam di dalam tanah secara
horizontal sedalam ± 2 feet. Elektroda pita ini bisa dipasang pada struktur tanah yang
mempunyai tahanan jenis rendah pada permukaan dan pada daerah yang tidak
mengalami kekeringan. Hal ini cocok untuk daerah – daerah pegunungan dimana harga
tahanan jenis tanah makin tinggi dengan kedalaman.

PENGKONDISIAN TANAH

Bagi daerah – daerah yang mempunyai struktur tanah dengan tahanan jenis
tanah yang tinggi untuk memperoleh tahanan pentanahan yang diinginkan seringkali
sukar diperoleh. Ada tiga cara untuk mengkondisikan tanah agar pada lokasi elektroda
ditanam tahanan jenis tanah menjadi rendah, yaitu :

Dengan membuat lubang penanaman elektroda yang lebar dan dimasukkan


mengelilingi elektroda tersebut bahan – bahan seperti tanah liat atau cokas.

Mengelilingi elektroda pada statu jarak tertentu diberi zat-zat nimia yang mana
akan memperkecil tahanan jenis tanah di sekitarnya. Zat-zat kimia yang biasa di pakai
adalah sodium chloride, calsium chloride, magnesium sulfat, dan coper sulfat.

1) Menggunakan bentonite

Campuran bentonite tersebut dapat menghasilkan tahanan jenis tanah yang


rendah. Dengan menanamkan campuran bentonite tersebut disekeliling elektroda maka
tahanan pentanahandapat diperkecil 1/10 – 1/15 kali.

 Bahan: bentonite jenis bleaching earth, air dan garam CaCL2.


 Adonan: setiap 1 kg bentonite dicampur dengan 111 gram garam CaCL2 dan
air sebanyak 2 liter.
 Banyaknya adonan sesuai dengan lubang yang dibuat, asal sesuai dengan
perbandingan tersebut diatas.

30
 Pemasangan: buat lubang sesuai dengan ukuran yang diperlukan,
tanam/masukkan kutub pentanahan
apapun bentuknya, tuangkan adonan bentonite sampai menutup seluruh k
utub pentanahan, urug kembali dengan tanah urug.

2) Menggunakan arang kayu


 Bahan: arang kayu, garam dapur dan air
 Adonan: tidak kritis, semuanya secukupnya
 Pemasangan: buat lubang sesuai dengan ukuran yang diperlukan,
tanam/masukkan kutub pentanahan apapun bentuknya, tuangkan adonan
arang kayu sampai menutup seluruh kutub pentanahan, urug kembali dengan
tanah urug.

3) Menggunakan tepung logam


 Bahan: Tepung logam
 Pemasangan: buat lubang sesuai dengan ukuran yang diperlukan,
tanam/masukkan kutub pentanahan apapun bentuknya, tuangkan adonan
tepung logam sampai menutup seluruh kutub pentanahan, urug kembali
dengan tanah urug.

4) Menggunakan garam
 Bahan: garam NaCL atau CaCL2 atau CuSO4
 Adonan: campur sejumlah garam dengan air
 Pemasangan: Buat parit disekeliling kutub pentanahan, tuangkan cairan air
garam dan tutup kembali.

5) Menggunakan semen konduktif (biasanya digunakan dengan kutub mendatar)


 Bahan: semen konduktif, bikin adukan secukupnya
 Pemasangan: Gali parit dengan kedalaman sesuai kebutuhan, tanam kut
ub tanah mendatar dalam
 adukan semen konduktif, tutup kembali dengan tanah urug

31
Ada 4 cara menurunkan tahanan pentanahan yakni:

1. Menambah Panjang/Kedalaman Elektroda Grounding (Pentanahan)

Satu cara yang sangat efektif untuk menurunkan tahanan tanah adalah
memperdalam elektroda Grounding (pentanahan). Tanah tidak tetap tahanannya dan
tidak dapat diprediksi.Ketika memasang elektroda pentanahan, elektroda berada di
bawah garis beku (frosting line). Ini dilakukan sehingga tahanan tanah tidak akan
dipengaruhi oleh pembekuan tanah disekitarnya. Ada kejadian-kejadian dimana
secara fisik tidak mungkin dilakukan pendalaman batang elektroda grounding
(pentanahan) daerah-daerah yang terdiri dari batu, granit, dan sebagainya. Dalam
keadaan demikian, metode alternatif yang menggunakan semen pentanahan
(grounding cement) bisa digunakan. Dari hasil penelitian, membenamkan rod
dua kali lebih dalam (rodnya diperpanjang) dapat memperkecil nilai tahanan grounding
sebanyak 40.

2. Menambah Diameter Elektroda Grounding (Pentanahan)

Menambah diameter elektroda grounding (pentanahan) berpengaruh sangat


kecil dalam menurunkan tahanan. Misalnya, bila diameter elektroda digandakan
tahanan pentanahan hanyamenurun sebesar 10%.Grafik berikut menggambarkan
hal tersebut.

32
3. Menambah Jumlah Elektroda Grounding (Pentanahan)

Cara lain menurunkan tahanan tanah adalah menggunakan banyak elektroda


grounding (pentanahan). Dalam desain ini, lebih dari satu elektroda dimasukkan ke
tanah dan dihubungkan secara paralel untuk mendapatkan tahanan yang lebih rendah.
Agar penambahan elektroda efektif, jarak batang tambahan setidaknya harus sama
dalamnya dengan batang yang ditanam. Tanpa pengaturan jarak elektroda grounding
(pentanahan) yang tepat, bidang pengaruhnya akan berpotongan dan tahanan tidak akan
menurun. Untuk membantu dalam memasang batang pentanahan yang akan memenuhi
kebutuhan tahanan tertentu, maka dapat menggunakan table tahanan pentanahan di
bawah ini. Ingatlah, ini hanya digunakan sebagai pedoman, karena tanah memiliki
lapisan dan jarang yang sama (homogen). Nilai tahanan akan sangat berbeda-beda.

Tabel Desain Sistem Grounding (Pentanahan)

Sistem grounding (pentanahan) sederhana terdiri dari satu elektroda grounding


(pentanahan) yang dimasukkan ke tanah. Penggunaan satu elektroda pentanahan adalah
hal yang umum dilakukan dalam grounding (pentanahan) dan bisa ditemukan di luar
rumah atau tempat usaha perorangan lebih jelasnya perhatikan gambar berikut. Ada
pula system grounding (pentanahan) kompleks terdiri dari banyak batang pentanahan
yang terhubung, jaringan bertautan atau kisi-kisi, plat tanah, dan loop tanah. Sistem-
sistem ini dipasang secara khusus di substasiun pembangkit listrik, kantor pusat, dan
tempat-tempat menara seluler. Jaringan kompleks meningkatkan secara dramatis
jumlah kontak dengan tanah sekitarnya dan menurunkan tahanan tanah.

33
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sistem Penangkap Petir (SPP) sangat penting digunakan untuk melindungi
bangunan, terutama yang tinggi. Karena begitu dasyatnya akibat yang disebabkan oleh
sambaran petir bahkan dapat penghancurkan gedung tersebut. Maka dalam pemasangan
instalasi SPP harus memperhatikan semua faktor yang ada seperti niai tahanan yang
maksimal 5 Ω, karena jika di atas 5 Ω maka dapat merusak peralatan elektronik dan
membahayakan manusia yang terdapat di dalam gedung tersebut.

34
DAFTAR PUSTAKA

[1] Buku Pedoman Pemeliharaan Lightning Arrester ( LA ), PT PLN (Persero) No.


05202.K/DIR/2014 No. Dokumen: PDM/PGI/12:2014

[2] Rawan Hiba, Nur Aziz. Analisa Implementasi Sistem Pengamanan Perangkat Catu
Daya Telekomunikasi Menggunakan Arrester Di Pt. Telkom Indonesia, Tbk Divisi
Regional II Area Network Tangerang. Akademi Telkom Sandhy Putra Jakarta

[3] Airlangga Avryansyah Akbar.1, Ir.Agung Warsito, Dhet. Pemeliharaan Lightning


Arrester (La) Pada Gardu Induk Krapyak 150 Kv Pt. Pln (Persero) P3b Jawa – Bali App
Semarang. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
Tembalang, Semarang, Indonesia

35

Anda mungkin juga menyukai