2, Tahun 2016
Denies Priantinah
1 – 12
Oleh:
Denies Priantinah
Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta
denies_priantinah@uny.ac.id
Abstrak
Managemen laba bisa muncul dari adanya problem asimetri informasi dan konflik keagenan.
Kondisi asimetri informasi ini akan eksis apabila kepemilikan ekuitas terpisah dari operasi perusahaan
dan manager memiliki keunggulan atas informasi dibandingkan pemegang saham. Di sisi lain kondisi
pasar tidak sempurna mampu menciptakan lingkungan bagi manager untuk melakukan diskresi
akuntansi yang dilakukan untuk kepentingan manager yang dibebankan pada pemegang saham.
Namun, di sisi lain managemen laba juga mampu menciptakan kesempatan bagi manager untuk
menggunakan diskresi akuntansi untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan terkait dengan
informasi dengan cara yang memadai kepada para investor.
Salah satu alasan yang mendasari fenomena managemen laba ini terus eksis dan dilakukan
oleh banyak perusahaan karena adanya sisi baik dari managemen laba. Sisi baik dari managemen laba
bisa ditinjau dari sudut pandang kontrak efisien dan pelaporan keuangan. Dari perspektif kontrak
efisien dalam Positive Accounting Theory, tingkat managemen laba bisa dianggap baik karena mampu
meningkatkan efisiensi kontrak, alih-alih dilakukan sebagai bentuk perilaku oportunistik managemen.
Kontrak yang efisien, memberikan keleluasaan kemampuan bagi manager untuk mengelola laba dalam
kontrak yang rigid dan incomplete. Dalam kondisi ini, interpretasi terhadap perilaku managemen laba
yang dilakukan manager dalam hal skema bonus, perjanjian hutang dan biaya politik harus dilakukan
secara hati-hati, karena perilaku tersebut bisa mengambil bentuk sebagai perilaku yang efisien atau
oportunis.
Perspektif perilaku oportunistik atas managemen laba, memiliki sudut pandang bahwa
manager menggunakan asimetri informasi antara pihak eksternal dan internal perusahaan untuk
memaksimisasi utilitas mereka terkait dengan kontrak kompensasi, kontrak hutang dan regulasi.
Investor kemudian dikelabuhi dengan laporan informasi yang tidak reliabel. Manfaat dari manajemen
laba ditengarai diperoleh jika manajer melakukan manajemen laba demi kepentingan entitas,
khususnya pemegang saham. Fenomena ini banyak ditemui dalam hal political cost dan debt covenant.
Penggunaan manajemen laba yang mengedepankan kepentingan perusahaan ini masuk dalam
perspektif efisien. Dua sisi manajemen laba, yakni perspektif efisien dan perspektif oportunistik terjadi
dalam banyak perusahaan. Usaha untuk menekan perilaku manajemen laba tentunya kemudian sedikit
banyak harus memperhatikan dampak yang muncul atas perilaku tersebut, apakah dilakukan dalam
kepentingan pribadi manajer atau untuk kepentingan entitas.
Abstract
Earnings management could arise from the problem of information asymmetry and agency
conflicts. This information asymmetry condition will exist when the manager has more or better
information than the stockholders which lead to the transactions to go awry, or even market faliure in
the worst case. Therefore, earnings management phonemena attracts attention from many parties who
has interest in corporation. The imperfect market conditions are capable of creating an environment
1
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Denies Priantinah
1 – 12
for the manager to make discretionary accounting is done for the benefit manager charged to
shareholders. However, on the other hand profit management is also able to create an opportunity for
managers to use accounting discretion to communicate information related to the company's
performance in a manner sufficient to investors. Thus the behavior of earnings management has two
perspectives - the opportunistic and efficient perspective.
One of the reasons underlying earnings management continues to exist and conducted by
many companies is for their efficient side of earnings management. This perspective of earnings
management can be derrived from efficient contracts in the Positive Accounting Theory, which can
increase the efficiency of the contract. Efficient contract are enabling managers to manage earnings
in the contract which are rigid and incomplete. In this condition, the interpretation of the behavior of
earnings management performed manager in terms of bonus schemes, debt covenants and political
costs must be done carefully, because such behavior could take perspective as efficient or
opportunistic behavior. In the perspective of the contract, it can be produced from the opportunistic
behavior of managers by identifying the tendency of managers to use management profit maximization
in order to perform a bonus plan. Perspective of opportunistic behavior on earnings management, has
a viewpoint that the manager uses the information asymmetry between the external and internal
parties to maximize the utility of their related compensation contracts, debt contracts and regulations.
Investors then deceived by reports unreliable information.
Earnings managemen can be classified as ethical or not, often depends on the viewing angle
associated with which parties are benefited. Earnings management which is done solely to advance
the interests of managers are often classified in opportunistic perspective. This opportunistic
perspective will in turn weigh on other parties such as shareholders and categorized as a bad thing.
Earnings management in this perspective often appears in Bonus Plan. On the other hand, the
phenomenon of earnings management that continues to exist in the business world because of this can
be viewed as efficient perspective. Benefits of earnings management is considered obtained if earnings
management conducted in the interests of the entity, particularly shareholders. This phenomenon is
ubiquitous in terms of political cost and debt covenants. The use of earnings management that
promotes the interests of companies have entered into an efficient perspective. Two sides of earnings
management, i.e. the perspective of efficient and opportunistic perspective happened in many
companies. Attempts to suppress earnings management behavior should certainly then need more
attention to the impact that arose over the behavior, whether done in the manager's personal interests
or in the interests of the entity.
2
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Denies Priantinah
1 – 12
managemen laba bagi manager dilakukan dan dilakukan oleh banyak perusahaan
juga untuk mengurangi kemungkinan terjadi karena adanya sisi baik dari managemen
pemecatan ketika manager memiliki kinerja laba. Sisi baik dari managemen laba bisa
yang rendah (Weisbach, 1988), namun di ditinjau dari sudut pandang kontrak efisien
sisi lain tindakan ini akan merugikan dan pelaporan keuangan. Dari perspektif
pemegang saham. Healy dan Wahlen (1998) kontrak efisien dalam Positive Accounting
menyatakan dalam penelitiannya, bahwa Theory, tingkat managemen laba bisa
motivasi yang mendasari managemen laba dianggap baik karena mampu meningkatkan
terbagi menjadi tiga jenis. Pertama adalah efisiensi kontrak, alih-alih dilakukan sebagai
motivasi yang ditunjukkan dari pasar modal bentuk perilaku oportunistik managemen.
terkait dengan return saham. Kedua, berupa Kontrak yang efisien, memberikan
motivasi kontrak, baik yang berupa kontrak keleluasaan kemampuan bagi manager
hutang maupun kontrak kompensasi untuk mengelola laba dalam kontrak yang
managemen. Sedangkan yang ketiga berupa rigid dan incomplete. Dalam kondisi ini,
motivasi regulasi, yaitu motivasi untuk interpretasi terhadap perilaku managemen
menghindari biaya politik. laba yang dilakukan manager dalam hal
skema bonus, perjanjian hutang dan biaya
Managemen Laba ditinjau dari Sudut politik harus dilakukan secara hati-hati,
Pandang Oportunistik dan Efisien dalam karena perilaku tersebut bisa mengambil
Positive Accounting Theory bentuk sebagai perilaku yang efisien atau
Managemen laba bisa muncul dari oportunis.
adanya problem asimetri informasi dan Managemen laba bisa menjadi alat
konflik keagenan. Kondisi asimetri untuk menyampaikan informasi internal
informasi ini akan eksis apabila kepemilikan perusahaan ke pasar yang pada gilirannya
ekuitas terpisah dari operasi perusahaan dan diharapkan mampu memperkuat harga
manager memiliki keunggulan atas saham karena mampu merefleksikan
informasi dibandingkan pemegang saham. prospek masa depan perusahaan dengan
Di sisi lain kondisi pasar tidak sempurna lebih baik. Dari sudut pandang signalling
mampu menciptakan lingkungan bagi theory, fenomena managemen laba
manager untuk melakukan diskresi merupakan bentuk perilaku di mana
akuntansi yang dilakukan untuk kepentingan manager akan mengelola laba untuk
manager yang dibebankan pada pemegang mengungkapkan informasi internal terkait
saham. Namun, di sisi lain managemen laba dengan prospek perusahaan sehingga akan
juga mampu menciptakan kesempatan bagi berfungsi sebagai proses pemberian
manager untuk menggunakan diskresi informasi kepada pasar (signalling
akuntansi untuk mengkomunikasikan mechanism). Dengan managemen laba ini,
kinerja perusahaan terkait dengan informasi manager akan mampu untuk mempengaruhi
dengan cara yang memadai kepada para harga. Pengaruh terhadap harga saham ini
investor (Trueman & Titman, 1988; Dye, bisa dilakukan melalui managemen laba
1988; Schipper, 1989). Dengan demikian yang menciptakan laba yang merata
perilaku Managemen laba memiliki dua (smooth) dan bertumbuh sepanjang waktu.
perspektif yang saling berdampingan, yaitu Managemen laba mampu menjadi
perspektif oportunistik dan perspektif mekanisme sinyal dimana informasi internal
efisien. perusahaan bisa disampaikan kepada pihak
eksternal perusahaan. Sejumlah studi telah
Sisi Baik Managemen Laba sebagai memodelkan asimetri informasi dan
Perilaku Efisien menetapkan managemen laba sebagai
Salah satu alasan yang mendasari perilaku ekuilibrium rasional seperti yang
fenomena managemen laba ini terus eksis telah dilakukan oleh: Ronen & Sadan
3
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Denies Priantinah
1 – 12
(1980), Demski et. al.(1984), Lambert, keputusan. Kontrak efisien yang bisa
(1984), Dye (1988), Trueman & Titman difasilitas diantaranya adalah proses
(1988), Suh (1990), Wang & Williams monitoring terhadap manager, membatasi
(1994), Chaney et al. (1995), Hunt et perilaku oportunistik manager,
al.(1997), Bartov et al.( 2002) dan Lev meminimalkan pajak yang harus dibayarkan
(2003). Penelitian-penelitian tersebut oleh perusahaan, mereduksi kontrak hutang
mendokumentasikan bukti adanya yang berbiaya tinggi dan meminimalkan
penggunaan managemen laba sebagai biaya kontrak. Dalam kasus kontrak
mekanisme sinyal untuk memfasilitas kompensasi dan kontrak hutang, pemilik dan
komunikasi yang efisien antara manager dan pemberi pinjaman akan mengantisipasi
pengguna informasi. Sinyal yang diberikan insentif yang mungkin diperoleh manager
melalui managemen laba tersebut karena mengelola laba. Antisipasi ini
dipergunakan untuk meningkatkan relevansi dilakukan karena dalam managemen laba
nilai dari pelaporan keuangan dan bisa terjadi transfer kesejahteraan antara
memperkuat kemampuan investor dalam pihak yang terlibat dalam kontrak.
memprediksi kinerja perusahaan. Kontrak yang efisien didisain dengan
Penelitian-penelitian penggunaan mempertimbangkan ekspektasi prinsipal dan
managemen laba sebagai alat komunikasi pemberi pinjaman atas perilaku oportunisme
dari pihak internal ke esternal, berhasil manager, dengan memasukkan antisipasi
mengidentifikasi bahwa managemen laba dampak perilaku oportunistik manager ke
merupakan sesuatu hal yang diinginkan dalam kontrak. Christie dan Zimmerman
oleh pemegang saham. Dalam kondisi (1994) menyatakan bahwa oportunisme
tersebut, investor menginginkan manager manager yang diekspektasikan telah
melakukan managemen laba untuk dua dipertimbangkan dan dimasukkan dalam
alasan: (1). Manager bisa mengurangi biaya kontrak yang efisien. Dengan demikian
modal melalui aliran laba yang lebih merata hanya oportunisme manager yang tidak
dan bisa diprediksi. (2). Aliran laba yang diekspektasikan yang merupakan tindakan
lebih stabil mempengaruhi persepsi calon yang tidak efisien. Dalam kondisi ini, maka
investor terhadap nilai perusahaan yang managemen laba bisa dijadikan alat bagi
lebih baik (Dye, 1988). Selain itu, karena manager untuk memperkuat efisiensi
pemegang saham yang sekarang akan kontrak. Christie dan Zimmerman (1994)
menjual saham yang mereka miliki kepada mengivestigasi frekuesi perusahaan yang
pemegang saham di masa depan, maka dideteksi melakukan managemen laba
manager yang melakukan managemen laba dengan pola income increasing untuk tujuan
akan bertindak untuk kepentingan pemegang maksimisasi laba. Penelitian tersebut
saham yang sekarang supaya bisa menemukan bahwa diskresi yang
meningkatkan harga saham dan memiliki meningkatkan laba tidak digunakan untuk
insentif untuk mengelola laba dengan cara menghindari kemungkinan pengambilalihan
maksimisasi harga jual saham. Hal ini perusahaan ketika terjadi peristiwa akuisisi.
dibuktikan melalui penelitian yang Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
dilakukan Easton dan Zmijewski (1989) managemen laba dengan tujuan kontrak
serta Chaney dan Lewis (1995). efisien bukanlah perilaku oportunistik
Penelitian yang dilakukan oleh Scott seperti yang sebelumnya dipikirkan.
(1997) mencatat bahwa managemen laba Poin yang menarik yang pernah
bisa juga dilakukan oleh manager dengan diteliti mengenai managemen laba adalah
tujuan kontrak yang efisien. Kontrak efisien adanya korelasi antara kontrak yang efisien
mengasumsikan bahwa managemen laba dengan mekanisme signal. Decow (1994)
bisa digunakan untuk memfasilitasi menyatakan bahwa dengan pasar modal
pengendalian internal dan pembuatan yang efisien, laba menjadi kurang
4
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Denies Priantinah
1 – 12
5
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Denies Priantinah
1 – 12
adalah reliabilitasnya. Dalam hal ini Christensen et al. (1999), and Bradshaw et
manjemen laba membuat informasi al. (2001).
laporan keuangan memiliki Sisi oportunistik managemen laba
reliabilitas yang rendah, karena menggambarkan keinginan manager untuk
informasi tersebut belum diakui mempengaruhi transfer kesejahteraan antara
dalam sistem akuntansi. Hanya pihak-pihak yang terikat dalam kontrak.
apabila perusahaan menghadapi PAT menyatakan bahwa pemilik perusahaan
ketidakpastian yang tinggi, dengan mengharapkan manager untuk melakukan
informasi internal yang jumlahnya diskresi atas kepentingan pemegang saham
tinggi maka informasi yang diungkap dan memasukan hal ini dalam pertimbangan
oleh managemen maka informasi penetapan kompensasi manager. Ketika nilai
yang dikeluarkan dengan managemen kompensasi manager termasuk diskresi
laba bisa berguna. Hasil penelitian manager yang diharapkan oleh pemegang
Subramanyam (1996) mendukung sisi saham, kontrak kompensasi ini akan
baik dari managemen laba. Xie’s mengendalikan ekspektasi manager
(2001), Liu et. all. (1997). Barth et.al. sehingga meningkatan level diskresi itu
(1999) juga mendukung adanya sisi sendiri. Scott (1997) menyatakan bahwa
baik dari managemen laba, pada level diskresi manager yang tidak diharapkan ini
managemen laba mampu akan berdampak pada kerugian bersih
menghasilkan pola peningkatan laba kesejahteraan pemegang saham secara
yang stabil. agregat. Dalam hubungan kontraktual,
manager merupakan pihak yang lebih risk
Sisi Buruk Managemen Laba sebagai averse dibandingkan dengan pihak lain.
Perilaku Oportunistik. Subyek memiliki keterbatasan dalam
Selain teori dan bukti tentang kontrak tersebut, sehingga akan berusaha
penggunaan managemen laba yang efisien, untuk memaksimalkan kesejahteraan
terdapat juga bukti bahwa managemen laba pribadinya.
adalah tindakan buruk manager. Dalam Disamping arguman adanya sisi baik
perspektif kontrak, hal ini dapat dihasilkan dari managemen laba, banyak hal yang
dari perilaku manager yang oportunistik menunjukkan pula bahwa managemen laba
dengan mengindentifikasi kecenderungan memiliki sisi buruk. Hal ini didasarkan pada
manager untuk menggunakan managemen fenomena yang terjadi bahwa managemen
laba guna melakukan maksimisasi bonus. laba banyak disalahgunakan pada banyak
Perspektif perilaku oportunistik atas kasus di perusahaan. Penelitian
managemen laba, memiliki sudut pandang menunjukkan bahwa managemen cenderung
bahwa manager menggunakan asimetri untuk menyediakan banyak biaya yang
informasi antara pihak eksternal dan internal berlebihan dan tidak biasa, biaya yang tidak
perusahaan untuk memaksimisasi utilitas muncul secara berulang untuk membuat laba
mereka terkait dengan kontrak kompensasi, masa depan di bank. Sementara laba masa
kontrak hutang dan regulasi. Investor depan terbenam dalam operasi. Hal ini
kemudian dikelabuhi dengan laporan membuat investor kesulitan untuk
informasi yang tidak reliabel. Watts dan mendiagnosa alasan peningkatan laba pada
Zimmerman (1978) pertama kali periode berikutnya.
menggunakan pendekatan oportunistik
dalam menjelaskan perilaku diskresi atas Membedakan Sudut Pandang
laba yang dilaporkan untuk mempengaruhi Oportunistik dan Efisien dalam Positive
hasil kontraktual dan mempengaruhi transfer Accounting Theory
kesejahteraan. Penelitian yang serupa juga Hipotesis dalam Positive Accounting
dilakukan oleh Guay et al. (1996), Theory, menggunakan sudut pandang
6
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Denies Priantinah
1 – 12
7
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Denies Priantinah
1 – 12
asimetri dan biaya monitoring yang tinggi saat perjanjian kontrak dilakukan.
akan membuat pihak-pihak yang memiliki Oportunisme berarti bahwa manager
klaim terhadap perusahaan sulit untuk manager melakukan tindakan mentransfer
melakukan pengawasan secara sempurna kesejahteraan dari pemegang saham atau
terhadap perilaku manager. Oportunisme pemegang hutang tanpa menimbulkan
managerial ekspektasian adalah kerugian kenaikan kesejahteraan bersih secara
nilai yang harus ditanggung oleh pihak lain agregat.
dalam kontrak yang disebabkan oleh Metode akuntansi bisa dikatakan
manager berdasarkan biaya kontrak yang efisien apabila maksimisasi nilai perusahaan
terjadi. Berdasarkan kontrak yang ada maka memiliki karakteristik berikut:
pemegang saham dan obligasi yang 1. Mekanisme pembuatan keputusan
memperoleh diskon atas harga sekuritas dan pengendalian di dalam
akan terproteksi dari tindakan managerial perusahaan, seperti alokasi biaya,
yang berpotensi menurunkan return yang transfer pricing, penganggaran
diperoleh mereka dimasa depan. Dalam hal modal, perencanaan, penilaian
ini pemegang saham terproteksi atas harga kinerja, dan kompensasi akan
terhadap oportunisme yang dilakukan dipengaruhi oleh pemilihan metode
manager. akuntansi. Keputusan dan sistem
Keputusan manager, termasuk pengendalian ini saling terkait,
pemilihan atas metode akuntansi tertentu sehingga maksimisasi nilai
merupakan tindakan yang mampu perusahaan membutuhkan pemilihan
meningkatkan kesejahteraan pribadi di atas metode akuntansi yang
beban pihak lain yang terikat kontrak. mengoptimalkan keputusan tersebut
Namun, karena pemegang klaim yang (Ball, 1989) dan Christie et.al.
rasional terlindungi oleh harga terhadap (1993).
oportunisme yang akan terjadi maka 2. Pertimbangan efisiensi juga
manager akan memiliki insentif untuk didasarkan atas pertimbangan pajak.
meminimalkan oportunisme ekspektasian. Contoh dalam hal ini adalah
Dalam hal ini maka oportunisme merupakan pemilihan metode persediaan untuk
hal yang efisien. Maksimisasi nilai meminimalkan nilai sekarang dari
perusahaan yang akan memunculkan pajak. Biasanya efisiensi berupa
oportunisme akan muncul apabila biaya pilihan metode akuntansi yang
marginal atas monitoring sama dengan menurunkan angka laba perusahaan.
reduksi marginal biaya atas oportunisme Namun dalam kasus kerugian
manager. Sedangkan tindakan manager akan pembayaraan pajak yang harus
disebut efisien apabila mampu dibawa dimuka, maka perusahaan
meningkatkan kesejahteraan agregat semua akan memilih menggunakan metode
pihak yang terikat kontrak, termasuk yang mampu meningkatkan laba.
manager atas semua biaya kontrak yang 3. Jensen (1988) menyatakan bahwa
ditimbulkan. ketika industri memiliki kelebihan
Oportunisme akan muncul ketika kapasitas dan tingkat pertumbuhan
keputusan manager akan meningkatkan menurun, maka pilihan untuk merger
kesejahteraan manager tetapi tidak diikuti memberikan kesempatan pada
dengan kekayaan bersih secara agregat. perusahaan untuk menghadapi biaya
Oportunisme manager akan timbul apabila yang lebih rendah daripada harus
(1) Kondisi sistem pengendalian perusahaan melakukan kebangkrutan.
mampu memberi celah bagi manager untuk Perusahaan yang menjadi target
melakukan tindakan yang memperkaya pengambilalihan merupakan
dirinya sendiri. (2) Adanya kesalahan pada perusahaan yang memiliki kinerja
8
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Denies Priantinah
1 – 12
yang rendah akan membuat manager karena adanya kinerja yang buruk.
memiliki motif oportunisme. Dalam Holthousen dan Leftwich (1983)
kondisi ini, perusahaan akan menyatakan dengan kontrak yang
mengalami kesulitan keuangan dan berbiaya tinggi, program kompensasi
menghadapi konstrain dengan managemen memberikan insentif
pemberi hutang, maka manager akan untuk bagi manager untuk memilih
memilih menggunakan metoda metode akuntansi yang tidak
akuntansi yang mampu memaksimalkan nilai perusahaan. Di
meningkatkan angka laba untuk sisi lain manager juga bisa memilih
mereduksi batasan kontrak dengan metode akuntansi yang mampu
para pemberi hutang tersebut. meningkatkan laba perusahaan
Apabila metode yang mampu (Healy, 1985).
menaikkan laba ini bisa mengurangi
cost of financial distress, maka
perilaku tersebut digolongkan dalam SIMPULAN
efisien dan bukannya oportunis. Fenomena manajemen laba
merupakan fenomena yang umum terjadi
Sedangkan metode akuntansi bisa dalam sebuah entitas bisnis. Fenomena ini
dikatakan oportunistik apabila maksimisasi apakah akan dipandang sebagai hal yang etis
nilai perusahaan memiliki karakteristik atau tidak, seringkali bergantung pada sudut
berikut: pandang terkait dengan pihak manakah yang
1. Manager yang mendahulukan diuntungkan dan memetik manfaat atas
kepentingan pribadinya akan fenomena manajemen laba tersebut.
berusaha untuk meningkatkan Manajemen laba yang dilakukan semata-
kompensasi mereka di atas mata demi mengedepankan kepentingan
kontribusi yang mereka berikan ke manajer seringkali diklasifikasikan dalam
perusahaan. Peran Dewan komisaris, perspektif oportunistik. Perspektif
auditor, kompensasi berbasis saham, oportunistik ini pada gilirannya akan
kompetisi dalam pasar produk membebani pihak lain seperti para
perusahaan, kompetisi dari manager pemegang saham dan dikategorikan sebagai
lain, dan pengendalian internal akan hal yang buruk. Manajemen laba dalam
membatasi kepentingan pribadi perspektif ini seringkali muncul dalam
manager tersebut. Tetapi semua alat Bonus Plan. Di sisi lain, fenomena
tersebut membutuhkan biaya yang manajemen laba yang terus eksis dalam
cukup tinggi untuk mampu dunia bisnis karena perilaku ini memberikan
membatasi sifat oportunis manager. manfaat. Manfaat dari manajemen laba
2. Metoda akuntansi yang oportunis ditengarai diperoleh jika manajer melakukan
didefinisikan sebagai tindakan manajemen laba demi kepentingan entitas,
manager yang memiliki intensi khususnya pemegang saham. Fenomena ini
untuk meningkatkan angka laba banyak ditemui dalam hal political cost dan
perusahaan di atas yang jumlah yang debt covenant. Penggunaan manajemen laba
diekspektasikan. Manager yang yang mengedepankan kepentingan
oportunistik diprediksi akan perusahaan ini masuk dalam perspektif
melakukan tindakan ini berdasarkan efisien. Dua sisi manajemen laba, yakni
dua alasan, (1). Meningkatkan perspektif efisien dan perspektif oportunistik
kompensasi berdasarkan skema terjadi dalam banyak perusahaan. Usaha
kompensasi yang berbasis angka untuk menekan perilaku manajemen laba
laba akuntansi. (2). Menghindarkan tentunya kemudian sedikit banyak harus
kemungkinan penggantian manager memperhatikan dampak yang muncul atas
9
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Denies Priantinah
1 – 12
10
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Denies Priantinah
1 – 12
11
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 2, Tahun 2016
Denies Priantinah
1 – 12
Accounting Research, Vol. 27: pp. Sweeney, A.P. 1994. Debt Covenant
153-20. Supplement Violation and Managers’ Accounting
Lev, B. 2003. Corporate Earnings: Fact and Response, Journal of Accounting
Fiction. Journal of Economics and Economics, Vol. 17: pp. 281-
Perspectives, Vol.17: pp. 27-50. 308.
Ronen, J. dan Sadan, S. 1980, Accounting Teoh, S., Wong, T. dan Rao, G. 1998. Are
Classifications As a Tool for Income Accruals During Initial Public
Prediction. Journal of Accounting, Offerings Opportunistic?. Review of
Auditing & Finance, Vol. 3: pp. 339- Accounting Studies, 3, pp. 175–208.
353. Trueman, B dan S. Titman. 1988. An
Schipper, K. dan Vincent, L., 2003. Explanation For Accounting Income
Earnings Quality. Accounting Smoothing. Journal of Accounting
Horizons, Vol.17: pp. 235-250. Research, Vol. 26, Supplement, pp:
127-139.
Scott R William. 2003. Financial Victor L. Bernard, Douglas J. Skinner,
Accounting Theory, 3rd Edition, 1995. Annual Bonus Schemes and
Prentice Hall. the Manipulation of Earnings.
Stocken, P. dan Verrecchia, R., 2004. Journal of Accounting and
Financial Reporting System Choice Economics Vol. 19: pp. 29-74.
and Disclosure Management. The Watts Ross L. dan Zimmerman Jerold.
Accounting Review, Vol. 79: pp. 1978. Towards a Positive Theory of
1181-1203. the Determination of Accounting
Subramanyam, K. 1996. The Pricing of Standards. The Accounting Review,
Discretionary Accruals. Journal of Vol. 53. No. 1: pp. 131–156.
Accounting and Economics, Vol. 22: Watts, R.L., dan Jerold L. Zimmerman.
pp. 249-281. 1986. Positive Accounting Theory.
New Jersey, Prentice-Hall, Inc.
12