selalu mempunyai sifat keteraturan, dimana keteraturan dari letak atom / ion
pembahasan pola susunan atom-atom dalam kristal). Gambar 3-1 dibawah ini
(bentuk koma adalah salah satu notasi penggambaran motif) yang jika
diperhatikan maka ke-11 motif dari 12 yang ada merupakan hasil perulangan
dari yang satu (salah satu) dengan posisi yang tidak berubah, sehingga
Gambar 3-1. Susunan pola dua dimensi. Koma adalah notasi untuk motif.
Sebagai contoh, motif (yang disini digambarkan dengan koma ) dalam keadaan
anoinik group seperti (SiO4)-4 atau (PO4)-3 , ion-ion seperti Ca2+, Mg2+, Fe2+, atau
seperti Cu, Au, atau kombinasi dari anion, ion dan atau atom-atom.
zat kristalin selalu akan menggambarkan suatu kondisi dengan tingkat energi
rendah, jika dibandingkan dengan susunan pada zat non kristalin (susunanya
random), sehingga bisa diperoleh suatu bentuk yang stabil. Sebagai gambaran
dari keadaan ini, perhatikan gambar 3-2a. Pada gambar tersebut terlihat
adanya dinding/tembok yang tersusun oleh bata, sebelah kiri adalah bentuk
semua bata), sedangkan yang sebelah kanan adalah bentuk susunan yang tidak
teratur. kondisi yang teratur jelas akan memberikan sifat dinding yang lebih
lambang koma sebagai motif, maka dapat kita lihat adanya kesan simetri dari
Aturan-aturan yang ada dalam operasi ini dikenal sebagai Teori Repetisi.
Gambar 3-2. Pola susunan dua dimensi yang teratur dan random dari bata (a),
notasi dari bata digantikan oleh koma sebagai motif (b).
(t) sehingga hasilnya adalah sekumpulan motif dengan tatanan yang teratur
dan mempunyai kesan simetri. Operasi translasi bisa terjadi menurut (Gbr.
3-3):
Gambar 3-3. Pola translasi dua dimensi dengan komponen: t1 dan t2 dengan
sudut 90° (a), t1 dan t2 dengan sudut < 90°(b), pola tiga dimensi
dengan komponen t1,t2 dan t3 dengan sudut masing-masing 900
(c).
perulangan secara periodik dari motif asli yang dijumpai setelah terjadinya
sumbu rotasi atau sumbu lipat. Sehingga harga sumbu lipat sangat bergantung
pada beberapakali kenampakan motif yang sama akan terulang setelah sumbu
lipat diputar 360°. Dengan kata lain harga dari sumbu lipat (n) = 360° dibagi
Salah satu ciri dari kristal adalah mempunyai bentuk polihedral yang
tertutup. Oleh karena itu ada suatu batasan tentang n yang ada daiam
kristalografi, batasan ini bisa dibuktikan baik secara grafis maupun matematis.
Sehingga disini jelas tidak dikenal sumbu lipat 5 atau yang lebih besar
polihedral yang tertutup (Gbr. 3-4). Sebagai contoh pembahasan disini adalah
sumbu lipat 5. Secara grafis bisa dipahami bahwa perulangan motif oleh adanya
sumbu lipat 5 tidak bisa menghasilkan kisi-kisi atau jaringan yang rapat,
bandingkan dengan hasil repetisi oleh sumbu lipat 6 pada gambar 3-5. Secara
matematis hal tersebut di atas dapat dibuktikan sebagai berikut (Gbr. 3-6).
repetisi dengan unsur rotasi dimana perulangan motif terjadi pada perputaran
dengan unsur rotasi, dimana perulangan motif terjadi pada perputaran sudut =
menghasilkan jaringan atau kisi yang rapat (tertutup) maka hubungan antara E
dan D juga harus bisa dihasilkan secara translasi sebesar t atau kelipatan
Cos = x/t
x = 1/2 ED = 1/2 a u
bilangan bulat.
untuk harga cos = cos 72° = 0,30902, sehingga disini kita lihat harga m
menjadi tidak bulat. Maka dari hal itulah kita dapat menyimpulkan bahwa
Gambar 3-5. Perulangan motif oleh sumbu lipat 5 (a) dan sumbu lipat 6(b),
dimana sumbu-sumbu tersebut tegak lurus bidang gambar.
Gambar 3-6. Motif yang dipisahkan dengan translasi t dan sebuah kemungkinan
sumbu rotasi tegak lurus terhadap bidang gambar dari setiap
motif. Motif B merupakan salah satu sumbu rotasi.
Inversi atau pusat simetri atau titik simetri adalah suatu operasi
satu bidang kristal melalui titik pusatnya (titik inversi), sehingga dihasilkan
yang sama dari pusat simetrinya (Gbr. 2-9). Secara singkat hal tersebut dapat
dikatakan bahwa hasil inversi dari suatu bidang kristal adalah bidang yang
sejajar, sama dan sebangun tetapi terbalik dengan letak yang berseberangan
terhadap pusat inversi (i) dengan jarak sama terhadap titik inversi tersebut.
oleh adanya bidang cermin yang mermisahkan keduanya secara tegak lurus.
Sehingga jika ada dua bidang yang mempunyai hubungan repetisi akibat bidang
cermin, maka posisi dari sepasang titik yang sama dari kedua bidang tersebut
harus bisa dihubungkan dengan garis lurus yang tegak lurus dan terbagi sama
panjang dengan bidang cermin tersebut (gambar 2-6). Dari uraian ke-empat
unsur simetri diatas, maka jelas bahwa jika unsur yang merepetisikan translasi
saja atau rotasi saja, maka keduanya akan menciptakan hubungan antara motif
asli dan turunannya, dimana keduanya bisa tepat dihimpitkan. Hubungan yang
bentuk kongruent. Jika unsur yang merepetisikan mirror saja atau inversi saja,
maka kedua unsur ini akan menghasilkan hubungan antara motif dan turunnya ,
dimana keduanya tidak bisa tepat dihimpitkan. Hubungan ini disebut bersifat
Repetisi motif asii yang membentuk motif turunan secara rotasi dan
translasi (Gbr. 3-7). Dalam gambar tersebut motif asli direpetisikan oleh
Repetisi yang dihasilkan oleh gabungan kedua unsur simetri ini bisa
dilihat pada gambar 3-8. Disini terlihat repetisi terjadi dengan translasi
sebesar t, dan pada setiap t/2 motif yang sedang mengalami translasi secara
component.
Gambar 3-7. Pola umum translasi (a), pola rotasi (b), babungan antara
translasi dan rotasi dengan dan a = 90°(c).
Diktat Kristalografi 1 - 10
Laboratorium Petrologi & Mineralogi, FTG-UNPAD
Jika terdapat operasi gabungan antara rotasi (n) dan inversi (i), maka
untuk operasi ini disebut roto inversi dan dinotasikan dengan n (dibaca n-bar),
Dalam gambar 3-9 bisa dilihat proses dan hasil dari operasi rotasi dan
Diktat Kristalografi 1 - 11
Laboratorium Petrologi & Mineralogi, FTG-UNPAD
yang terletak pada bidang tengah bola yang bisa dihimpitkan dengan lingkaran
dianggap sebagai bidang cermin dan digambarkan sebagai lingkaran penuh. Jika
dengan garis terputus-putus (Gbr. 3-9 b dan c). Semua operasi untuk
kedudukan turunan yang pertama motif ini tidak diplot sebagai motif
diinversikan.
3 Operasi ini diteruskan dan baru dianggap selesai jika motif turunannya
Pada gambar tersebut juga dapat dilihat operasi dari 2, 3,4 dan 6.
Sebagai contoh adalah : untuk 2, maka hasil akhirnya adalah dua motif dengan
letak koordinat bidang horizontal sama, tetapi motif asli berada dibelahan
atas bola, sedang turunannya berada dibawah. Oleh karena itu dalam gambar
dua dimensi (sebelah kenan} tempatnya berhimpit. Konsekwensi dari kondisi ini
(bidang tengah bola). Oleh karena itu operasi 2 hasilnya dikatakan 2 = m = 1/m
Untuk 6 kondisinya sama, disini ada hal yang penting, operasi dari 6
Diktat Kristalografi 1 - 12
Laboratorium Petrologi & Mineralogi, FTG-UNPAD
pasangan-pasangan motif (dari posisi diatas belahan bola dan dibawah ) atas
bawah yang dilipat ( direpetisikan ) oleh sumbu lipat tiga ( triad ), sehingga
seolah-olah sumbu tersebut bisa bersifat ganda, yakni sebagai sumbu lipat 3
atau sumbu lipet 6. Oleh karena itu sumbu semacam ini disebut digyre (sumbu
lipat tunggal disebut gyre). Akan tetapi jika sumbu tersebut akan dianggap
harus bertindak sebagai mirror, dengan demikian sumbu lipat 3 tersebut harus
tegak lurus terhadap bidang cermin (dinotasikan dengan 3/m = roto refleksi
sumbu lipat 3). Sehingga hasil operasi 6 mi adalah sama dengan hasil operasi
Secara prinsip operasi dri gabungan ini mempunyai tahapan sama dengan
rotoinversi. Hanya disini motif asli dalam proses repetisi ini diputar dahulu
Gambar 3-10 menerangkan proses dan hasil dari proses ini, disini notasi
titik penuh digunakan untuk motif disebelah atas bola (diatas bidang cermin),
sedang lingkaran kecil terbuka untuk motif dibawah belahan bola. Rotorefleksi
mempunyai pengertian khusus untuk hubungan antara sumbu rotasi yang tegak
Diktat Kristalografi 1 - 13
Laboratorium Petrologi & Mineralogi, FTG-UNPAD
Diktat Kristalografi 1 - 14
Laboratorium Petrologi & Mineralogi, FTG-UNPAD
ini dinilai sangat penting karena mempunyai hubungan langsung dengan cara
dibedakan :
Gambar 3-10. Roto refleksi sumbu lipat 4 dan 6, sedangkan untuk 1,2 dan 3
secara prinsip sama dengan diatas.
Diktat Kristalografi 1 - 15
Laboratorium Petrologi & Mineralogi, FTG-UNPAD
Suatu kristal akan selalu dicirikan oleh adanya unsur simetri, baik itu
satu atau lebih yang kemudian disebut sebagai kombinasi unsur simetri yang
gabungan antara tiga sumbu lipat 2 yang masing-masing tegak lurus dan setiap
sumbu lipat tersebut tegak lurus juga terhadap bidang cermin (3 sumbu
lipat 2 dan 3 bidang cermin} adalah suatu ciri dari kelas kristal orthorombik
simetrinya, maka kelas ini dinotasikan dengan Simbol Internasional (SI) : 2/m
2/m 2/m notasi ini disebut point-group dan metoda penulisan ini pertama kali
sumbu lipat yang lain (B) dan menghasilkan turunan pertama di TK 3. Jika
ke-2 sumbu tersebut berpotongan di pusat kristal, maka motif tersebut akan
bisa langsung direpetisikan dari TK1 ---> TK3 dengan sumbu lipat yang lain
(perpotongan ke-3 sumbu tersebut berada di satu titik) yakni sumbu lipat
C(Gbr. 3-11).
Gambar 3-11. Sumbu a dan b yang berpotongan di 0 (a), hasil dari kombinasi
rotasi dengan sudut a pada A dan β pada B (b)
Diktat Kristalografi 1 - 16
Laboratorium Petrologi & Mineralogi, FTG-UNPAD
Pada gambar 3-11 bisa dilihat bahwa sumbu Aa, Bβ dan Ct ketiganya
melalui AO & BO
melalui EG & CO
melalui AO & CO
Oleh karena itu maka sumbu Aα akan bisa menghimpitkan kutub-kutub sumbu
sebesar (l/2).
(Gbr. 3-12) :
A,B,C adalah titik-titik tembus Aα, Bβ, Cγ pada dinding bola. Maka :
Diktat Kristalografi 1 - 17
Laboratorium Petrologi & Mineralogi, FTG-UNPAD
dimana : u = 130° - U
v = 180° - V
w = 180° -
W sehingga :
Cos(180°-w),
Cos w = -------------------
Sin U Sin V
Dengan rumus ini maka bisa dicari kombinasi tiga sumbu rotasi yang mungkin
dengan operasi melalui sumbu Bβ akan bisa dikembalikan ke motif asal oleh
sumbu Cγ. Ini berarti bahwa kombinasi ketiga sumbu ini mengakibatkan motif
menjadi statis.
Diktat Kristalografi 1 - 18
Laboratorium Petrologi & Mineralogi, FTG-UNPAD
Diktat Kristalografi 1 - 19
Laboratorium Petrologi & Mineralogi, FTG-UNPAD
Diktat Kristalografi 1 - 20
Laboratorium Petrologi & Mineralogi, FTG-UNPAD
Gambar 3-I3-a. Gambar proyeksi untuk beberapa point group dan tempat
kedudukan sumbu lipat pada kelas 432.
rotasi (n) dengan (ñ), dengan catatan harga n harus sama. Operasi dari n akan
dengan o.
Diktat Kristalografi 1 - 21
Laboratorium Petrologi & Mineralogi, FTG-UNPAD
maka sumbu ketiga yang bisa merotasikan dari 1 ke 3 harus bersifat improper,
sehingga point groupnya menjadi PII, maka jika point group 322 ada (mungkin)
maka PII = 322. Kombinasi dari Improper dan Proper yang mungkin dibeda-kan
: PPP, PPI , IPI , IIP. Dimana PPP disini bisa 222, 322, 422, 622, 332, 432.
itu menjadi sangat penting karena kelas yang terbentuk termasuk kedalam
kelas poliaxial.
Diktat Kristalografi 1 - 22
Laboratorium Petrologi & Mineralogi, FTG-UNPAD
Jika dalam kristal dijumpai dua bidang cermin yang berp-otongan, maka
garis potongnya bisa bertindak sebagai sumbu lipat dengan harga yang
ml . m2 = Aλ
ml . m2 . A_λ = 1 (statis)
Diktat Kristalografi 1 - 23
Laboratorium Petrologi & Mineralogi, FTG-UNPAD
pasangan lain yaitu m3 dan m4 yang berpotongan pada sumbu Bβ. Apabila
Dalam gambar perpotongan ini adalah garis yang menembus di C yang juga bisa
berfungsi sebagai sumbu lipat Cγ (Gbr. 3-17). Disini terlihat bahwa motif 1R
bisa direpetisikan oleh semua bidang cerní hingga terbentuk 2R dan 3R.
Diktat Kristalografi 1 - 24